Oleh
i
ANALISIS PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT
DI DESA KEDATON KABUPATEN OKU
TAHUN 2021
Oleh
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Akhmad Dwi Prayitno, S.Pd., M.Kes Maria Ulfah, SKM, MPH
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
Yeni Fitri Ningsih
NPM. 19131011110
Pembimbing I,
Pembimbing II
iv
PANITIA SIDANG UJIAN TESIS
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
Anggota I
Anggota II
Anggota III
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkanrahmat-Nya sehingga Tesis dengan judul “Analisis Perilaku
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat
Di Desa Kedaton Kab. OKU Tahun 2021 ” dapat terselesaikan dengan baik.
Selama penulisan Tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada yang terhormat:
1. Ibu Ersita, S. Kep, Ns, M. Kes sebagai. Ketua STIK Bina Husada Palembang.
2. Ibu Dr. Nani Sari Murni, SKM., M.Kes sebagai Ketua Program Studi Magister
Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang.
3. Bapak Dr. Akhmad Dwi Priyatno, S.Pd., M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu
Maria Ulfah, SKM., M.PH Selaku Pembimbing II yang telah bersedia
membimbing dan memberikan ilmunya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Dr. Lilis Suryani, S. Pd, M. Si dan Ibu Dewi Suryanti S.ST, M.Kes selaku
penguji tesis ini yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk
kesempurnaan tesis ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat atas
kerjasama dan dukungan selama proses perkuliahan dan pelaksanaan proses
penulisan tesis
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Palembang
Pada tanggal : September 2021
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM MEGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
viii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM MEGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
2.4.1 Pengetahuan ........................................................................... 25
2.4.2 Penghasilan ............................................................................ 29
2.4.3 Jarak sungai ke rumah............................................................ 30
2.4.4 Dukungan Keluarga ............................................................... 31
2.4.5 Peran Petugas Kesehatan ....................................................... 33
2.5 Kerangka Teori ............................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Bagan 2.1 : Teori L. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014) ....................... 36
xii
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 4.15 : Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana Tahap Seleksi
BivariatTerhadap Variabel Independen ........................................ 62
xiv
DAFTAR SINGKATAN
KK = Kepala Keluarga
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Output SPSS
3. Submission of Article (SoA)
4. Letter of Acceptance (LoA)
5. Riwayat Hidup Penulis
6. Motto dan Persembahan
7. Dokumentasi Penelitian
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Buang Air Besar (BAB) merupakan bagian yang penting dalam sanitasi
dan memicu hewan vektor penyakit, misalnya lalat, tikus atau serangga lain
2019).
yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun. Data dari profil kesehatan
menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada
tahun 2010 dilaporkan terjadi KLB dengan jumlah kasus 2.580 dengan
1
2
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, sebanyak 39-
sanitasi dasar yaitu jamban sehat dan harus mendapatkan akses sanitasi dasar
(jamban) pada tahun 2025. Penetapan ini telah disepakati oleh negara negaradi
Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2016 secara nasional
rumah tangga yang mempunyai fasilitas jamban sendiri baru 69,7% dan masih
ada 15,6% rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas jamban. Rumah tangga
yang berada di pedesaan yang memiliki fasilitas jamban sendiri baru mencapai
59% dan masih ada 25,5 % rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas jamban
(Novela, 2018).
Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang air besar
membuat orang terkena diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi, lalu karena
dilakukan UNICEF dan WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita Indonesia
umum digunakan sebagai untuk mandi, cuci dan buang air besar. Pola kebiasaan
hidup seperti ini telah berlangsung lama. Hal ini menunjukkanbahwa sebagian
besar masyarakat desa masih hidup dengan pola trandisional dan belum
bahwa Kabupaten OKU merupakan salah satu Kabupaten dengan akses sanitasi
layak terhadap jamban yang terendah yaitu 34% dan hasil tersebut masih belum
mencapai target yang ditetapkan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015
yaitu 76%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU, akses
sanitasi di Kabupaten OKU juga masih belum memenuhi target hal ini
Open Defecation Free (ODF). Artinya masih banyak kelurahan yang warganya
Raya sendiri yang terdiri dari 8 Desa hanya ada 1 Desa yang telah melakukan
namun belum pernah dilakukan pemicuan sehingga belum ada kelurahan yang
Ulu Tahun 2018, penduduk yang memiliki fasilitas jamban sebanyak 69,53%
kemudian pada tahun 2019 menjadi 82,3% dan pada tahun 2020 menjadi 86,8%.
Data di UPTD Puskesmas Kedaton pada tahun 2018, dari 4.170 KK sebanyak
(72,13%) memiliki jamban keluarga, pada tahun 2019 dari 4.152 KKsebanyak
75,26% memiliki jamban keluarga, dan Tahun 2020 dari 4.171 KK sebanyak
Desa Kedaton merupakan salah satu desa yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedaton, pada tahun 2018 dari 551 KK, yang memiliki jamban yaitu
sebesar 307 KK (55,7%), pada tahun 2019 dari 576 KK yang memiliki jamban
yaitu sebesar 325 KK (56,48%) dan pada tahun 2020 dari 524 KK yang
memiliki jamban yaitu sebesar 289 KK (56,91%). Dari 8 Desa yang berada di
Kedaton, 2018-2020).
Universal Access (UA), artinya pada tahun 2019 masyarakat Indonesia yang
memiliki jamban sehat, selain itu faktor geografis dimana Desa Kedaton berada
sungai.
bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak rumah dengan sungai
terhadap perilaku BABS dengan p-value = 0,006 < 0,05. Semakin dekat rumah
berperilaku BABS. Hal ini dikarenakan banyak rumah responden yang jaraknya
dekat dengan sungai yang tidak memiliki jamban sehat. Tidak tersedianya
jamban sehat pada setiap rumah memicu perilaku BABSdilakukan oleh anggota
keluarga baik itu BAB di sungai ataupun di tempat terbuka lainnya. Begitu juga
dengan p value 0,002. Responden juga memahami akibat dari perilaku BABS
terhadap kesehatan akan tetapi ada faktor lain seperti faktor ekonomi sehingga
1.3.1 Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku buang air besar
1.3.2 Apakah ada hubungan penghasilan dengan perilaku buang air besar
1.3.3 Apakah ada hubungan jarak sungai ke rumah dengan perilaku buang air
1.3.4 Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku buang air besar
1.3.5 Apakah ada hubungan peran petugas kesehatan dengan perilaku buang air
2021.
2021.
Tahun 2021.
8
Tahun 2021.
Tahun 2021.
Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021. Variabel yang
variabel dependen yaitu perilaku buang air besar sembarangan. Jenis penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open defecation
adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-
semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar
Kotoran manusia (tinja) adalah segala benda atau zat yang dihasilkan
sebagai sisa metabolisme tubuh dan dipandang tidak berguna lagi sehingga
metabolisme tubuh manusia berupa tinja dan air seni merupakan bahan
ditularkan dan bersumber pada tinja orang sakit ke mulut orang lain. Untuk
diperlukan isolasi tinja yang baik dan memenuhi syarat kesehatan (Soemirat,
2015).
10
11
kebun, kolam, sungai, dll maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke
lingkungan, dan akhirnya akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko
yaitu karena lalat yang hinggap pada tinja akan membawa kuman ataubakteri
kepada makanan yang akan mereka makan. Dan karena anak kecil memiliki
kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik dan benar,
maka kuman atau bakteri tersebut akan masuk ke dalam sistem pencernaan
Indonesia di masa yang akan datang (Anwar, 2017). Menurut Tarigan (2008)
menjadi :
kolera, disentri, typus, dan sebagainya. Efek tidak langsung dari pembuangan
dalam transmisi penyakit adalah agen penyakit, reservoir atau sumber infeksi
dari agen penyebab, cara transmisi dari reservoir ke penjamu baru yang
potensial dan penjamu yang rentan (Ginanjar, 2008). Banyak cara yang
penjamu baru. Dengan kata lain mata rantai transmisi penyakit bisa berbeda-
beda tergantung dari kondisi dan situasi di suatu tempat, misalnya melalui air
dan makanan, tetapi ditempat lain mungkin melalui lalat. Tinja sebagai
sumber infeksi dapat sampai ke penjamu baru melalui berbagai cara, misalnya
sebagai sumber infeksi sehingga tinja tidak mencemari air bersih yang biasa
13
buang air bersih serta mencuci makanan dengan air bersih (Ginanjar, 2008).
dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta
sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang
tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-
zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air
seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan
pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut latrine (jamban
melalui berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat diilustrasikan di
air
mati
tangan
Makanan
tinja minuman Penjamu
sayur- (host)
sayuran dsb
lalat
sakit
tanah
tanah, serangga, lalat, kecoa dan sebagainya, dan bagian-bagian tubuh kita
tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi
bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang
(Notoatmodjo, 2014).
(semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi
b. Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai
Limbah (SPAL).
16
a. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan
secara biologis.
1. Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang penampungan
kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur (SPT SGL maupun jenis
sumur lainnya). Perkecualian jarak ini menjadi lebih jauh pada kondisi
tanah liat atau berkapur yang terkait dengan porositas tanah. Juga
17
akan berbeda pada kondisi topografi yang menjadikan posisi jamban diatas
3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di
sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan
luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah
lubang jamban.
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-
bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang;
6. Cukup penerangan;
1. Kakus Cemplung
Bentuk kakus ini adalah yang paling sederhana yang dapat dianjurkan
kepada masyarakat. Kakus cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang
di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai kakus ini dapat dibuat dari
bambu atau kayu, tapi dapat juga dari pasangan batu bata atau beton. Agar tidak
menjadi sarang dan makanan serangga penyebar penyakit. Kakus semacam ini
merupakan jenis kakus yang paling sederhana namun hal tersebut belum dapat
tersebut yang dilintasi aliran sungai serta rawan banjir, sehingga jika sungai
meluap dan banjir terjadi maka tinja pada tempat penampungan kakus cubluk
akan meluap bersama banjir. Hal tersebut menyebabkan masyarakat desa tidak
2. Kakus Plengsengan
miring. Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat
jongkok dari kakus ini tidak dibuat persis di atas tempat penampungan, tetapi
agak jauh. Kakus semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan dari pada
kakus cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai
lebih terjamin.
3. Kakus Bor
dengan mempergunakan bor. Bor yang dipergunakan adalah bor tangan yang
disebut Bor Auger dengan diameter antara 30-40 cm. Lubang yang dibuat harus
jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus
cemplung dan kakus plengsengan, karena diameter kakus bor jauh lebih kecil.
Akan tetapi, kerugian kakus bor adalah perembesan kotoran akan lebih jauh
dan mengotori air tanah. Kakus bor tidak dapat dibuat di daerah atau tempat
dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl.
Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada ditempat
penampungan tidak baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat
rumah. Agar dapat terjaga kebersihannya, maka pada kakus semacam ini
d. Letak kakus harus sedemikan rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air
g. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bah empang tersebut
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerob. Septic tank bisa terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri
atas satu bak saja dengan mengatur sedemikan rupa (misalnya dengan
2. Lapisan cair
2.3 Perilaku.
hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri yang
berfikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Dari uraian
semua kegiatan atau aktifitas, baik yang dapat diamati langsung, maupun
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku initerjadi
relatif tetap.
tertentu.
menjadi dua :
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati denga jelas oleh
orang lain.
dalam bentuk tindakan, yang dengan mudah dapat diamati oleh orang
atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
behavior).
Sembarangan
2.4.1 Pengetahuan
(Notoatmodjo, 2014).
yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari
yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain,
juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet (Purwanto,
2014).
sebenarnya (real).
kuisioner yangmenanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
menjadi :
– Penyebab penyakit
meliputi :
2014).
jawaban benar dari pertanyaan tentang pengetahuan jamban > mean dan
29
2.4.2 Penghasilan
di mana status ekonomi yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang
bulan, hal ini karena Kabupaten OKU belum memiliki dewan pengupahan
sendiri.
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Syahril, dkk (2019) dengan
analisis statistik dan uji Chi Square menunjukkan p value = 0,025 lebih kecil
dengan perilaku buang besar sembarangan. Bila ditinjau dari faktor sosial
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara benda atau tempat
(Kamus bahasa Indonesia, 2016). Jarak rumah dengan sungai dapat menjadi
BAB di kali sementara rumah dengan jarak ke sungai lebih dari 200 meter
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno,
2012).
diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi
untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.
a. Dukungan Emosional
persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau ada keluarga yang
b. Dukungan Penilaian
c. Dukungan instrumental
d. Dukungan informasional
untuk selalu menggunakan jamban sehat karena setiap orang yang mendapat
dukungan penuh dari keluarganya akan lebih termotivasi untuk terus ber-
dkk, 2016).
sebesar 0,027 yang berarti p < 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa ada
individu dari seseorang tidak ada niat untuk memiliki jamban, hal ini
tempat, sebaliknya jika tidak ada dukungan dari keluarga namun ada niat
atau tekad untuk memiliki jamban maka secara otomatis akan ada rasa
memiliki jamban.
faktor penguat. Dimana yang termasuk dalam faktor tersebut salah satunya
pendidikan kesehatan.
34
untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Hal
,selaras, seimbang dan sehat fisik, mental dan sosial melalui kegiatan
(Notoatmodjo, 2014).
dengan menggunakan uji Chi Square (ײ) pada batas kepercayaan 95%
dipengaruhi oleh 2 faktor (behavior causes) dan faktor luar prilaku (non
Faktor predisposisi
Umur
Sex
Pendidikan
Sikap
Pekerjaan
Penghasilan
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai dan Kebiasaan
Faktor pendukung
Perilaku
Lingkungan fisik
Fasilitas pelayanan kesehatan Kesehatan
Sumber Daya
Sarana Penunjang Kesehatan
Faktor pendorong
METODE PENELITIAN
sectional dan metoda deskriptif analitik yaitu untuk mengatahui faktor- faktor yang
berhubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan cara data
Pengukuran data yang digunakan adalah kuantitatif karena peneliti ingin mengetahui
Agustus 2021.
3.3.1 Populasi
37
38
3.3.2 Sampel
N
1 + N (d 2 )
n=
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besarnya Populasi
Perhitungan :
= 167
1 + 167 (0,05)2
= 167
1 + 0,4175
= 167
1,4175
= 117,81
anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012).
- Pengetahuan
- Penghasilan
Perilaku BABS
- Jarak Sungai ke Rumah
- Dukungan Keluarga
- Peran Petugas
Kesehatan
Definisi
No Nama Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
I. Dependen 1. BABS, jika
melakukan
Perilaku Buang Perilaku Wawancara Kuesioner Ordinal
praktik
Air Besar masyarakat dan
buang air
Sembarangan kebiasaan
besar
(BABS) praktik
sembarangan
masyarakat
dalam buang air
2. Tidak
besar
BABS, jika
melakukan
praktik
buang air
besar di
jamban
II Independen
1. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Wawancara 1. Tidak Baik jika Ordinal
yang diketahui jawaban benar
responden < mean
tentang jamban
2. Baik jika
keluarga jawaban benar
≥ mean
2. Jauh jika
jarak sungai
ke rumah
>200 meter
4 Dukungan Dukungan Kuesioner Wawancara 1. Tidak ada Ordinal
dari keluarga dukungan,
Keluarga
untuk jika keluarga
41
2. Ada
dukungan,
jika keluarga
mendukung
untuk
membuat dan
menggunakan
jamban sehat
3.6.1 Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku buang air besar sembarangan
Tahun 2021.
3.6.2 Ada hubungan penghasilan dengan perilaku buang air besar sembarangan
Tahun 2021.
3.6.3 Ada hubungan jarak sungai ke rumah dengan perilaku buang air besar
3.6.4 Ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku buang air besar
3.6.5 Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan perilaku buang air besar
observasi.
Editing yaitu menyeleksi, mengoreksi data baik data primer atau data sekunder
Coding adalah usaha mengklasifikasi jumlah atau hasil yang ada menurut
kode.
44
Data yang telah selesai dikoding dimasukkan kedalam kartu tabulasi (secara
persentase.
dikatakan bermakna apabila nilai p ≤ 0,05 dan tidak ada hubungan yang
HASIL PENELITIAN
4.1.1 Histori
2. Desa Sukapindah
3. Desa Kampai
5. Desa Kedaton
6. Desa Bunglai
46
47
❖ Puskesmas Pembantu :
1. Pustu Sukapindah
1. Poskesdes Kedaton
2. Poskesdes Bunglai
3. Poskesdes Sukarame
4. Poskesdes Kampai
6. Poskesdes Sukapindah
4.1.2 Geografis
Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya berada pada Posisi antara 103o 40’
Bujur Timur sampai dengan 104o 33’ Bujur Timur, dan 3o 45’ Lintang Selatan
sampai dengan 4o 55’ Lintang Selatan, atau terletak pada jalur Lintas Tengah
kelapa sawit, karet, kopi dan jeruk menjadi pilihan yang paling banyak di
Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya terdiri atas 8 desa dengan wilayah paling
rendah adalah Sinar Kedaton ( 4,01 KM2 ) Desa dengan Jumlah penduduk
terbanyak yaitu desa Kedaton (3.559 Jiwa), sedangkan desa dengan penduduk
4.1.4 Demografi
Tahun 2019 berjumlah 12.208 Jiwa ( Badan Pusat Statistik, 2019 ). Dengan
sekitar 75,73 orang per Km2 dari 8 desa yang ada di Puskesmas Kedaton,
(SKN). Tidak hanya peran dalam pelayanan promotif melalui penyuluhan dan
Tabel 4.3
Distribusi Tenaga Kesehatan UPTD Puskesmas Kedaton
jumlah karyawan cukup dan sudah sesuai dengan standar ketenagaan yang ada
Jumlah karyawan UPTD Puskesmas Kedaton saat ini 77 orang , yang terbagi
I. Puskesmas Induk
1. Dokter 1 - 1 PNS
2. Dokter gigi - 1 -
3. SKM 1 1 1 Sukwan
4. S1 Perawat 1 1 1PNS
Kontrak, 8 Sukwan
1 Sukwan
6. SPK 1 - -
7. D IV Kebidanan - 1 2 PNS,6 PTT, 8
Sukwan
8. D III Kebidanan 16 -
1 PNS
1 PNS
9. DI Kebidanan 1 -
52
15. SM Farmasi - - -
16. Akupunkturis - -
4 -
2. DIII Perawat
4 PNS
2 9
2. Sopir -
Penjaga - -
53
Peninjauan Raya yang sehat” dan misi yang ditetapkan Puskesmas Kedaton
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Desa
Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021
Dari tabel 4.4 diketahui dari 118 responden yang menjadi sampel
jamban.
54
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Kedaton
Kabupaten OKU Tahun 2021
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden di Desa Kedaton
Kabupaten OKU Tahun 2021
tinggi.
55
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Jarak Sungai ke Rumah Responden di Desa
Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Desa Kedaton Kabupaten
OKU Tahun 2021
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan di Desa Kedaton
Kabupaten OKU Tahun 2021
Sembarangan (BABS)
Tabel 4.10
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di Desa Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021
Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 dan OR= 51,800. Hal ini
Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 dan OR =6,485. Hal ini
4.3.3 Hubungan Jarak Sungai Ke rumah dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS)
Tabel 4.12
Hubungan Jarak Sungai ke Rumah dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di Desa Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021
responden dengan jarak sungai ke rumah jauh dan melakukan BABS yaitu
Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 dan OR=5,844. Hal ini
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak sungai ke rumah
dengan jarak sungai ke rumah dekat beresiko 5,844 kali untuk melakukan
ke rumah jauh.
60
Hasil uji statistik diperoleh p value 0,012 dan OR = 2,894. Hal ini
yang tidak ada dukungan keluarga beresiko 2,894 kali untuk melakukan
dukungan keluarga.
61
tidak ada peran dari petugas kesehatan dan melakukan BABS sebanyak 29
responden yang ada peran dari petugas kesehatan dan melakukan BABS
Hasil uji statistik diperoleh p value 0,001 dan OR =3,940. Hal ini
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan
yang tidak ada peran dari petugas kesehatan beresiko 3,940 kali untuk
berhubungan dengan variabel dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak.
seleksi bivariat, bila hasil analisis bivariat menghasilkan p value < 0,25, maka
variabel tersebut masuk pada tahap analisis multivariat. Hasil seleksi kandidat dapat
Tabel 4.15
Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana Tahap Seleksi Bivariat
Terhadap Variabel Independen
2. Penghasilan 0,000
Semua variabel memiliki p value < 0,25, maka kelima variabel ini
analisa multivariat. Dari hasil analisis multivariat dengan regresi logistik dihasilkan
sederhana tahap seleksi bivariat di atas dilanjutkan untuk dianalisis regresi logistik
berganda tahap permodelan. Hasil analisa multivariat dengan uji regresi logistik
ganda tahap permodelan dengan mengeluarkan variabel p value > 0,05 secara
bertahap dari variabel yang memiliki p value terbesar. Hasil analisa regresi logistik
Tabel 4.16
Dari hasil tabel diatas terlihat bahwa variabel yang memiliki p value > 0,05,
Tabel 4.17
Dari tabel di atas dapat dilihat variabel peran petugas kesehatan mengalami
perubahan OR > 10% maka variabel tersebut tetap berada di dalam model karena
p value >0,05.
Tabel 4.18
mengalami perubahan OR > 10% maka variabel tersebut tetap berada di dalam
model karena merupakan variabel confounding. Karena tidak adal lagi variabel
yang bisa dikeluarkan maka hasil pemodelan akhir analisis regresi logistik adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.19
adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi perilaku buang air besar
PEMBAHASAN
Tahun 2021.
value 0,000 dan OR= 51,800. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang
(BABS) dan responden dengan pengetahuan kurang beresiko 51,800 kali untuk
pengetahuan baik.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.
66
67
pengetahuan kurang baik yang melakukan BABS. Menurut asumsi peneliti hal
ini dikarenakan responden tidak mengetahui tentang bahaya yang dapat terjadi
pada lingkungan jika mereka buang air besar di sungai. Apalagi didukung
dengan adanya sungai yang melintas di desa tersebut. Masyarakat yang tinggal
dan buang air besar sehingga menjadi kebiasaan yang sulit untuk dirubah.
Tahun 2021.
value 0,04 dan OR =6,485. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna
dan responden yang berpenghasilan rendah beresiko 6,485 kali untuk buang
membuat jamban keluarga akan sulit dilakukan. Pendapatan yang relatif tinggi
mana status ekonomi yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang
2012).
Ulu masih mengikuti UMP Propinsi Sumatera Selatan tahun 2019 berdasarkan
hal ini karena Kabupaten OKU belum memiliki dewan pengupahan sendiri.
kesehatan lingkungan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Syahril, dkk
analisis statistik dan uji Chi Square menunjukkan nilai p = 0,025 lebih kecil
responden yang tidak memiliki jamban. Menurut asumsi saya, sebagian besar
Terlepas dari kebiasaan dan juga perasaan ketika melakukan buang air
agar dapat membangun jamban dan/atau septic tank. Ada juga yang berasalan
mengaku tidak memiliki lahan untuk membangun jamban dan/ atau septic
tank.
belum mampu untuk merubah kondisi lingkungan yang ada. Hal tersebut
Untuk itu perlu adanya peran pemerintah desa dalam mengatasi masalah
5.3 Hubungan jarak sungai ke rumah dengan perilaku buang air besar
jauh. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 dan OR=5,844. Hal ini berarti
bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak sungai ke rumah dengan
Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan responden dengan jarak
sungai ke rumah dekat beresiko 5,844 kali untuk melakukan buang air besar
melakukan BAB di kali sementara rumah dengan jarak ke sungai lebih dari 200
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara benda atau tempat
(Kamus bahasa Indonesia, 2014). Jarak sungai dengan rumah dapat menjadi
72
tersedia jamban, mereka merasa lebih nyaman melakukan BAB di sungai, ini
juga karena adanya pengaruh kebiasaan yang sudah mereka lakukan turun
sungai yaitu sebanyak 64,4%. Hal ini menjadi alasan kuat kenapa mereka tidak
memiliki jamban sehat. Responden lebih memilih untuk buang air besar di
sungai. Menurut asumsi peneliti kebiasaan buang air besar di sungai merupakan
kebiasaan warga yang tinggal di bantaran sungai yang masa bodoh akan
kemajuan zaman sekarang ini. Kebiasaan buang air besar ini sudah terjadi
sungai melakukan aktivitas mandi, cuci dan kakus di sungai. Kegiatan tersebut
fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) yang dimiliki oleh penduduk dan faktor
pemicuan sehingga masyarakat terpicu untuk tidak buang air sembarangan dan
keluarga. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,012 dan OR = 2,894. Hal ini
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan
Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan responden yang tidak ada
dukungan keluarga beresiko 2,894 kali untuk melakukan buang air besar
berarti p < 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan faktor dukungan
individu dari seseorang tetap tidak ada niat untuk membangun jamban, hal ini
sebaliknya jika kurang ada dukungan dari keluarga namun ada niat atau tekad
untuk memiliki jamban maka secara otomatis akan ada rasa memiliki jamban.
74
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2012).
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut
ditunjukkan dalam praktik nyata, mereka lebih memilih untuk BAB di sungai
mendukung untuk BAB di jamban, namun karena kondisi jamban mereka yang
tidak nyaman, seperti kotor dan bau membuat mereka lebih memilih untuk
BAB di sungai. Selain itu mereka mengaku kebiasaan BAB disungai sudah ada
sejak dulu turun temurun dilakukan masyarakat Desa Kedaton dan tidak
5.5 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan perilaku buang air besar
sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton
Kabupaten OKU Tahun 2021.
petugas kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,001 dan OR =3,940.
Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas
responden yang tidak ada peran dari petugas kesehatan beresiko 3,940 kali
perilaku kemepilikan jamban yaitu sebesar (63,4%). Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Chi Square (ײ) pada batas kepercayaan 95% dengan alpa
faktor penguat. Dimana yang termasuk dalam faktor tersebut salah satunya
persepsi seseorang dalam hal ini membentuk persepsi kepala keluarga tentang
penyuluhan dari petugas kesehatan tentang jamban sehat. Hal ini disebabkan
penyuluhan kesehatan.
seseorang diperlukan pengaruh dari keluarga terdekat. Untuk itu kepada petugas
tepat sehingga pesan yang diberikan dapat sampai kepada seluruh masyarakat.
rumah warga yang memuat tentang dampak buruk BAB di sungai bagi
kesehatan.
BAB VI
6.1 Simpulan
6.1.2 Ada hubungan yang bermakna antara penghasilan dengan perilaku buang
6.1.3 Ada hubungan hubungan yang bermakna antara jarak sungai ke rumah
6.1.5 Ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan
78
79
6.2 Saran
besar disembarang tempat dan bahaya yang ditimbulkan dari buang air
sungai.
6.2.2 Perlu adanya peran pemerintah desa yaitu dengan menggunakan dana
dapat lebih mudah dijangkau oleh masyarakat baik siang maupun malam
hari. Selain itu juga dapat mengefektifkan arisan jamban sehat sebagai
sungai
6.2.4 Untuk itu kepada petugas kesehatan atau Puskesmas Kedaton untuk
jamban atau masih buang air besar di sungai. Pembinaan yang dimaksud
Depkes RI, 2016. Syarat-syarat Jamban Sehat . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan, 2017. Profil Kesehatan tahun 2016.
Ginanjar, Reza. 2008. Hubunga Jenis Sumber Air Bersih dan Kondisi Fisik Air
Bersih dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sukmajaya
Tahun 2008. Tesis. Universitas Indonesia
Kurniawati, Ratna Dian dan Saleha, Anggia Murni, 2020. Analisis Pengetahuan,
Sikap dan Peran Petugas Kesehatan dengan Keikutsertaan dalam
Pemicuan Stop BABS. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (2):
99-10
Mubarak Wahid Iqbal, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Teori dan Aplikasi.
Salemba Medika. Jakarta.
Mufidah Inganatul, 2017. Pengaruh program STBM dengan Pemberian Stiker ODF
terhadap perubahan perilaku BAB Masyarakat di Desa Kedondong
Kecamatan Sokaraja Tahun 2017. Tesis. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Novela Vina, 2018. Analisis Pemanfaatan Program Gerakan Seribu Jamban Tahun
Anggaran 2013/2014 di Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)
Paladiang Ronaldi, Haryanto Joni dan Has Eka Mishbahatul Mar’ah, 2020.
Determinan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Di Desa
Kiritana Kecamatan Kambera. Indonesian Journal Of Community Health
Nursing. Volume 5 No 1 Februari 2020
Panda, Prem S; Chandrakar, Aditi ; Soni, Gopal P;. (2017, September). Prevalence
of open air defecation and awareness and practices of sanitary latrine
usage in a rural village of Raipur district. International Journal of
Community Medicine and Public Health, 4(9), 3279-3282.
Proverawati, A. 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Syahril, dkk, 2019. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang Air
Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Pertiwi Kota Makassar.
Volume 5, NO. 1, Januari —April 2019
Suwastika, 2016. Faktor pengaruh terhadap perilaku buang air besar pinggiran kali,
Kelurahan Dangin Puri, Denpasar. Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
A. DATA UMUM
1. Nama : ……………………………………………………
2. Umur : ……………………………………………………
3. Alamat : ……………………………………………………
4. No. Hp : ……………………………………………………
5. Penghasilan : a. ≥ Rp. 2.804.453,-/bulan.
B. PERILAKU BABS
1. Apakah Anda memiliki jamban di rumah?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika tidak kemana Anda buang air besar
a. Di sungai.
b. Di kebun/hutan
c. Lain-lain, sebutkan………………………………………
C. PENGETAHUAN
1. Apa yang dimaksud dengan Buang Air Besar Sembarangan?
a. Buang air besar pada tempatnya seperti jamban
b. Buang air besar dimana saja
c. Buang air besar tidak pada tempat yang tepat seperti jamban atau WC
2. Menurut Bapak/Ibu dimana tempat Buang Air Besar yang tepat?
a. Jamban/WC
b. Lubang galian
c. Kebun/sungai/tempat terbuka
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah BAB sembarangan dapat mencemari
lingkungan?
a. Dapat, karena menyebar di tanah
b. Dapat, karena menularkan penyakit
c. Tidak dapat karena tinja segera ditutup dengan tanah dan menyuburkan
tanah
4. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan jamban keluarga?
a. Tempat untuk buang air besar
b. Tempat pembuangan tinja
c. Suatu bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja atau kotoran
manusia yang diperuntukkan untuk keluarga
5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jamban keluarga yang dianjurkan dalam
kesehatan lingkungan?
a. Jamban cubluk
b. Jamban cemplung
c. Jamban leher angsa
6. Mengapa jamban harus memilki septic tank?
a. Sebagai tempat penampungan tinja
b. Sebagai tempat penampungan tinja dan air limbah dari jamban/WC
sehingga tidak mencemari lingkungan yang menimbulkan dampak
buruk terhadap kesehata
c. Karena jika jamban/WC ada maka septic tank pun harus ada.
7. Berapa jarak penampungan tinja dari sumber air bersih yang dianjurkan
memenuhi syarat kesehatan?
a. ≥ 10 meter
b. 1-5 meter
c. < 10 meter
8. Manfaat buang air besar di jamban/WC:
a. Supaya tidak terlihat oleh orang lain
b. Untuk melindungi masyarakat dari penularan penyakit
c. Supaya tidak mengganggu estetika/pandangan masyarakat
9. Apakah Bapak/Ibu tahu syarat atau standar bangunan atas jamban/WC
yang memenuhi syarat kesehatan?
a. Tidak memiliki atap
b. Memilki atap dan ventilasi
c. Memilki atap yang kuat, ventilasi dan penerangan yang cukup
10. Bagaimana standar bangunan tengah jamban yang memenuhi syarat
kesehatan?
a. Memiliki lantai
b. Memilki dinding dan lantai jamban kedap air dan tidak licin
c. Memilki dinding yang kuat, lantai jamban kedap air dan tidak licin dan
memilki SPAL (saluran Pembuangan Air Limbah)
11. Bagaimana standar/syarat bangunan bawah jamban yang memenuhi syarat
kesehatan?
a. Memilki penutup
b. Memilki tempat penampungan
c. Memilki tempat penampungan untuk menguraikan kotoran/tinja seperti
septic tank ataupun cubluk.
12. Tahukah Bapak/Ibu jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan?
a. Bersih
b. Tidak berbau, kecoa, lalat, tikus dan tidak mencemari air dan
permukaan tanah
c. Tidak berbau dan tidak mencemari air dan permukaan tanah
13. Penyakit yang tidak dapat ditularkan melalui perilaku buang air besar
sembarang, kecuali
a. diare dan tifoid
b. diare dan demam berdarah
c. cikungunya dan polio
14. Perilaku buang air besar sembarangan dapat mencemari
a. udara
b. air
c. makanan
15. Air merupakan salah satu media penularan penyakit yang disebabkan oleh
a. sampah
b. tinja
c. kompos
2. Jika ya, berapa jauh kira-kira jarak rumah saudara dengan sungai……m
E. DUKUNGAN KELUARGA
Perilaku BABS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Penghasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstab
Perilaku BABS
Baik Count 15 63 78
% within Pengetahuan 19.2% 80.8% 100.0%
Total Count 52 66 118
% within Pengetahuan 44.1% 55.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,63.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Perilaku BABS
Tinggi Count 16 49 65
% within Penghasilan 24.6% 75.4% 100.0%
Total Count 52 66 118
% within Penghasilan 44.1% 55.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,36.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Perilaku BABS
Jauh Count 8 34 42
% within Jarak Rumah ke 19.0% 81.0% 100.0%
Sungai
Total Count 52 66 118
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,51.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Perilaku BABS
Ada Count 27 50 77
% within Dukungan Keluarga 35.1% 64.9% 100.0%
Total Count 52 66 118
% within Dukungan Keluarga 44.1% 55.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,07.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Perilaku BABS
Ada Count 23 50 73
% within Peran Petugas 31.5% 68.5% 100.0%
Kesehatan
Total Count 52 66 118
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,83.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Missing Cases 0 .0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
BABS 0
Tdk BABS 1
Classification Tablea,b
Predicted
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 87.235a .469 .628
Classification Tablea
Predicted
Logistic Regression
Missing Cases 0 .0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
BABS 0
Tdk BABS 1
Classification Tablea,b
Predicted
Classification Tablea
Predicted
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Missing Cases 0 .0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
BABS 0
Tdk BABS 1
Classification Tablea,b
Predicted
Classification Tablea
Predicted
Kepada Yth
Yeni Fitri Ningsih
Author/Pengirim Naskah Artikel JKSP
Salam Hormat
Kami Mengucapkan terima kasih Telah Mengirimkan artikel penelitian ke Redaksi Jurnal Kesehatan
Saelmakers PERDANA (JKSP).
Artikel ilmiah akan kami tindak lanjuti sesuai dengan kaidah penulisan JKSP. Atas kerjasamanya, kami
ucapkan terima kasih.
Alamat redaksi :
Prodi. Ilmu Keperawatan dan Ners lantai 3 Gedung Theresia , Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas. Jln.
Kol. H. Burlian lrg. Suka Senang No 204 Km 7 Palembang 30152 Telp. (0711) 412806 Sumatera Selatan-
Indonesia,email:jksp@ukmc.ac.id
http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH, p-ISSN: 2615 – 6563 , e-ISSN: 2615 - 6571
RIWAYAT HIDUP PENULIS
IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : Yeni Fitri Ningsih
NPM : 19131011110
Tempat/Tanggal Lahir : Saung Naga 09 Januari 1984
Agama : Islam
Pekerjaan : ASN
Status : Menikah
Alamat : Dusun ll Desa Saung Naga Kec. Peninjauan Kab
OKU Sumsel
Nomor Telpon/HP 081368958536
Nama Suami : Mawardi
Nama Anak : 1. Keysha Meilinda Zahra
2. Elmira Evlin Putri
3. Lady Amanda
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1991- 1996 : Tamat SD Negeri Saung Naga
Tahun 1996.-1999 : Tamat SMP N Peninjauan
Tahun 1999-2002 : Tamat SMA N Peninjauan
Tahun 2003-2005 : Tamat D.III Keperatawan Mitra Adiguna
Palembang
Tahun 2006-2008 : Tamat Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Al-Ma’arif Baturaja
Tahun 2019-2021 : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat
STIK Bina Husada Palembang
RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 2005 - 2007 : RSUD Ibnu Sutowo Baturaja
Tahun 2009-2011 : Puskesmas Lubuk Rukam Kec.Peninjauan OKU
Tahun 2012 - 2015 : UPTD Puskesmas Peninjauan Kab.OKU
Tahun 2016 s.d skr : UPTD Puskesmas Kedaton Kab. OKU
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu menuntun dan
membimbing umat-Nya agar selalu berada di jalan-Nya.
Sebagai bakti dan terima kasih kepada kedua orang tuaku yang
sepanjang hidupnya telah mengasuh, membesarkan, dan mendidikku
dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
Almamaterku tercinta…
DOKUMENTASI PENELITIAN