Anda di halaman 1dari 123

ANALISIS PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT


DI DESA KEDATON KABUPATEN OKU
TAHUN 2021

Oleh

Yeni Fitri Ningsih


NPM. 19131011110

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021

i
ANALISIS PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT
DI DESA KEDATON KABUPATEN OKU
TAHUN 2021

Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat


Memperoleh gelar
Magister Kesehatan Masyarakat

Oleh

Yeni Fitri Ningsih


NPM 19131011110

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri


Dan sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
Telah saya nyatakan benar

Nama : Yeni Fitri Ningsih


NPM 19131011110
Tanda Tangan :

Tanggal : 27 September 2021

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Akhmad Dwi Prayitno, S.Pd., M.Kes Maria Ulfah, SKM, MPH

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul:


ANALISIS PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT
DI DESA KEDATON KABUPATEN OKU
TAHUN 2021

Oleh
Yeni Fitri Ningsih
NPM. 19131011110

Telah diperiksa,disetujui dan dipertahankan dihadapan tim penguji tesis


Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat

Palembang, September 2021

Pembimbing I,

Dr. Akhmad Dwi Prayitno, S.Pd., M.Kes

Pembimbing II

Maria Ulfah, SKM, MPH

Ketua Prodi Studi Magister Kesehatan Masyarakat

Dr. Nani Sari Murni, SKM, M.Kes

iv
PANITIA SIDANG UJIAN TESIS
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG

Palembang, September 2021


KETUA

(Dr. Akhmad Dwi Prayitno, S.Pd., M.Kes)

Anggota I

(Maria Ulfah, SKM, MPH)

Anggota II

(Dr. Lilis Suryani, S.Pd, M.Si)

Anggota III

(Dwi Suryanti, SST, M.Kes)

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkanrahmat-Nya sehingga Tesis dengan judul “Analisis Perilaku
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat
Di Desa Kedaton Kab. OKU Tahun 2021 ” dapat terselesaikan dengan baik.
Selama penulisan Tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada yang terhormat:
1. Ibu Ersita, S. Kep, Ns, M. Kes sebagai. Ketua STIK Bina Husada Palembang.
2. Ibu Dr. Nani Sari Murni, SKM., M.Kes sebagai Ketua Program Studi Magister
Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang.
3. Bapak Dr. Akhmad Dwi Priyatno, S.Pd., M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu
Maria Ulfah, SKM., M.PH Selaku Pembimbing II yang telah bersedia
membimbing dan memberikan ilmunya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Dr. Lilis Suryani, S. Pd, M. Si dan Ibu Dewi Suryanti S.ST, M.Kes selaku
penguji tesis ini yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk
kesempurnaan tesis ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat atas
kerjasama dan dukungan selama proses perkuliahan dan pelaksanaan proses
penulisan tesis

Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu


pengetahuan di bidang Kesehatan Masyarakat khususnya Administrasi Kebijakan
Kesehatan.

Palembang, September 2021

Yeni Fitri Ningsih

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat


(PSMKM) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Yeni Fitri Ningsih
NPM : 19131011110

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIK Bina Husada Hak Bebas Royalti Non-ekslusif (Non-exclusive Royalti- Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Analisis Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Terhadap Lingkungan
Sosial Masyarakat Di Desa Kedaton Kab. OKU Tahun 2021”.
Beserta perangkat yang ada jika diperlukan. Dengan Hak Bebas Royalti Non-
ekslusif ini STIK Bina Husada berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan
tugas akhir saya selam tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta
dan sebagai pemilik hak cipta.

Dibuat di : Palembang
Pada tanggal : September 2021
Yang menyatakan

Yeni Fitri Ningsih

vii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM MEGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Tesis, September 2021

Yeni Fitri Ningsih

Analisis Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Terhadap Lingkungan


Sosial Masyarakat Di Desa Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021

xvi + 76 halaman, 14 tabel, 7 gambar, 7 lampiran

Permasalahan pembangunan sanitasi di Indonesia merupakan masalah


tantangan sosial-budaya, salah satunya adalah perilaku penduduk yang terbiasa
Buang Air Besar (BAB) di sembarangan tempat, khususnya ke sungai. Perilaku
buang air besar sembarangan (BABS) masih banyak terjadi di Indonesia.
Disejumlah daerah, masyarakat masih membuang air besar sembarangan di kali
atau sungai. wilayah kerja UPTD Puskesmas Kedaton telah mengadakan program
STBM namun belum pernah dilakukan pemicuan sehingga belum ada kelurahan
yang terverifikasi Open Defecation Free (ODF).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perilaku buang air besar
sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat Di Desa Kedaton Kabupaten
OKU Tahun 2021. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional.
Populasi penelitian ini adalah kepala keluarga di Desa Kedaton Kabupaten OKU
Tahun 2021 yang berjumlah 167 Kepala Keluarga (KK dengan besar sampel
sebanyak 118 sampel. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square untuk
analisis bivariat dan regresi logistic untuk analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan p
value 0,000, ada hubungan penghasilan dengan p value 0,000, ada hubungan jarak
sungai ke rumah dengan p value 0,000, ada hubungan dukungan keluarga dengan
p value 0,012, dan ada hubungan peran petugas kesehatan dengan p value 0,001.
Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan,
penghasilan, jarak, dukungan keluarga, peran petugas kesehatan dengan perilaku
BABS. Variabel pengetahuan merupakan variabel paling dominan yang
mempengaruhi perilaku buang air besar sembarangan. Saran perlu dilakukan
perubahan kebiasaan masyarakat terhadap buang air besar disembarang tempat dan
bahaya yang ditimbulkan dari buang air besar disembarang tempat. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan cara memasang spanduk/baliho yang berisikan larangan
buang air besar di sungai.
Kata Kunci: Perilaku, lingkungan, BABS.
Daftar Pustaka : 33 (2008-2020)

viii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM MEGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Tesis, September 2021

Yeni Fitri Ningsih

Analysis of Indiscriminate Defecation Behavior on the Social Environment of


the Community in Kedaton Village OKU Regency in 2021

xvi + 76 pages, 14 tables, 7 pictures, 7 attachments

ABSTRACT

The problem of sanitation development in Indonesia is a socio-cultural


challenge, one of which is the behavior of residents who are accustomed to
defecating in any place, especially to rivers. Open defecation (BABS) behavior is
still common in Indonesia. In some areas, people still defecate carelessly in rivers
or rivers. The working area of the UPTD Puskesmas Kedaton has held a STBM
program but no triggering has been carried out so that no village has been verified
as Open Defecation Free (ODF).
This study aims to determine the analysis of open defecation behavior on the
social environment of the community in Kedaton Village, OKU Regency in 2021.
The research design used was Cross Sectional. The population of this study was the
heads of families in Kedaton Village, OKU Regency in 2021, totaling 167 heads of
households (KK with a sample size of 118 samples. The statistical test used was the
chi square test for bivariate analysis and logistic regression for multivariate
analysis.
The results showed that there was a relationship between knowledge and p-
value 0.000, there was a relationship between income and p-value 0.000, there was
a relationship between the distance from the river to the house with p-value 0.000,
there was a relationship between family support and p-value 0.012, and there was
a relationship between the role of health workers with p-value 0.001. .
The conclusion of this study is that there is a relationship between
knowledge, income, distance, family support, the role of health workers with open
defecation behavior. Knowledge variable is the most dominant variable that
influences open defecation behavior. Suggestions need to be done to change
people's habits towards defecating in any place and the dangers posed by
defecating in any place. This effort can be done by putting up banners/billboards
containing the prohibition on defecating in the river.

Keywords: Behavior, environment, open defecation.


Bibliography : 33 (2008-2020)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i


HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ ix
ABSTRAK ............................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian.................................................................. 7
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................... 8
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 9
1.5.1Bagi Puskesmas Kedaton .................................................... 9
1.5.2Bagi STIK Bina Husada ...................................................... 9
1.5.3Bagi Peneliti selanjutnya ...................................................... 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10


2.1 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) ...................... 10
2.2 Konsep Jamban......................................................................... 10
2.2.1 Definisi ........................................................................ 13
2.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia ..................................... 13
2.2.3 Standar dan Persyaratan Kesehatan Bangunan Jamban .. 15
2.2.4 Jenis Jamban ................................................................ 17
2.3 Perilaku .................................................................................... 23
2.3.1 Konsep Perilaku .............................................................. 23
2.3.2 Bentuk Perilaku ............................................................... 24
2.3.3 Klasifikasi Perilaku Kesehatan......................................... 25
2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan .................................................................................. 25

x
2.4.1 Pengetahuan ........................................................................... 25
2.4.2 Penghasilan ............................................................................ 29
2.4.3 Jarak sungai ke rumah............................................................ 30
2.4.4 Dukungan Keluarga ............................................................... 31
2.4.5 Peran Petugas Kesehatan ....................................................... 33
2.5 Kerangka Teori ............................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 37


3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 37
3.2 Lokasi dan Waktu ......................................................................... 37
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 37
3.4 Kerangka Konsep .......................................................................... 39
3.5 Definisi Operasional ..................................................................... 40
3.6 Hipotesis ....................................................................................... 42
3.7 Pengumpulan Data ........................................................................ 43
3.8 Pengolahan Data ........................................................................... 43
3.9 Analisis Data ................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 46


5.1 Gambaran Umum UPTD Puskesmas Kedaton .................................... 46
5.2 Analisa Univariat ................................................................................. 53
5.3 Analisa Bivariat ................................................................................... 57
5.4 Analisa Multivariat .............................................................................. 62

BAB VI. PEMBAHASAN ...................................................................................... 66


6.1 Hubungan pengetahuan dengan perilaku buang air besar sembarangan .66
6.2 Hubungan penghasilan dengan dengan perilaku buang air besar
sembarangan ............................................................................................. 68
6.3 Hubungan jarak sungai ke rumah dengan perilaku buang air besar
sembarangan ............................................................................................ 71
6.4 Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku buang air besar
sembarangan ............................................................................................. 73
6.5 Hubungan peran petugas kesehatan dengan perilaku buang air besar
sembarangan ............................................................................................. 75

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 78


7.1 Simpulan.................................................................................................. 78
7.2 Saran ........................................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
Bagan 2.1 : Teori L. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014) ....................... 36

Bagan 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 39

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Luas wilayah Kependudukan Per Desa ......................................... 49

Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Di Wilayah


Kerja Puskesmas Kedaton ............................................................. 50

Tabel 4.3 : Distribusi Tenaga Kesehatan Puskesmas Kedaton ......................... 51

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan di Desa Kedaton Kabupaten OKU Tahun
2021 ........................................................................................... 53

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa


Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021 ......................................... 54

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden di Desa


Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021 ......................................... 54

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Jarak Sungai ke Rumah Responden di


Desa Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021 ................................ 55

Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Desa Kedaton


Kabupaten OKU Tahun 2021 ........................................................ 55

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan di Desa


Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021 ........................................ 56

Tabel 4.10 : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan (BABS) ................................................................... 57

Table 4.11 : Hubungan Penghasilan dengan Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan (BABS) ................................................................... 58

Tabel 4.12 : Hubungan Jarak Sungai Ke rumah dengan Perilaku Buang


Air Besar Sembarangan (BABS)................................................... 59

Tabel 4.13 : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Buang Air


Besar Sembarangan (BABS) ......................................................... 60

Tabel 4.14 : Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Perilaku Buang


Air Besar Sembarangan (BABS)................................................... 61

xiii
Tabel 4.15 : Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana Tahap Seleksi
BivariatTerhadap Variabel Independen ........................................ 62

Tabel 4.16 : Hasil Analisis Multivariat Terhadap Semua Variabel


Independen .................................................................................... 63

Tabel 4.17 : Perubahan OR setelah Variabel Dukungan Keluarga ..................... 64

Tabel 4.18 : Perubahan OR setelah Variabel Ketersediaan Tempat


Sampah dikeluarkan ...................................................................... 64

Tabel 4.19 : Model Akhir Regresi Logisti Ganda ............................................... 65

xiv
DAFTAR SINGKATAN

ASEAN = Association of Southeast Asian Nations

BABS = Buang Air Besar Sembarangan

Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes = Dinas Kesehatan

Kemenkes = Kementerian Kesehatan

KLB = Kejadian Luar Biasa

KK = Kepala Keluarga

PHBS = Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

Sum-Sel = Sumatera Selatan

WHO = World Health Organization

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian
2. Output SPSS
3. Submission of Article (SoA)
4. Letter of Acceptance (LoA)
5. Riwayat Hidup Penulis
6. Motto dan Persembahan
7. Dokumentasi Penelitian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembuangan kotoran/tinja, yang biasa juga di sebut dengan tempat

Buang Air Besar (BAB) merupakan bagian yang penting dalam sanitasi

lingkungan. Pembuangan tinja manusia yang tidak memenuhi syarat sanitasi

dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah serta penyediaan air bersih,

dan memicu hewan vektor penyakit, misalnya lalat, tikus atau serangga lain

untuk bersarang, berkembang biak serta menyebarkan penyakit (Apriyanti dkk,

2019).

Data World Health Organization (WHO) menunjukan setiap tahun

100.000 anak Indonesia meninggal karena diare, sedangkan data Departemen

Kesehatan RI sendiri menyatakan diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang

yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun. Data dari profil kesehatan

Indonesia tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden diare pada anak

meningkat. Pada tahun 2000 IR (incidence rate) penyakit diare 301/1000

penduduk, tahun2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik

menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada

tahun 2010 dilaporkan terjadi KLB dengan jumlah kasus 2.580 dengan

kematian sebanyak 77 kasus (CFR: 2,98%).

Data Joint Monitoring Program WHO/ UNICEF 2016, sebanyak 55 juta

penduduk di Indonesia masih berperilaku buang air besar sembarangan.

1
2

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, sebanyak 39-

40 juta orang yang BAB sembarangan, termasuk orang yang mempunyai

jamban (Apriyanti dkk, 2019).

Berdasarkan Deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Millenium

Development Goals (MDGs) menetapkan pada tahun 2015 sepakat untuk

menurunkan separuh proporsi penduduk dunia yang tidak memiliki akses

sanitasi dasar yaitu jamban sehat dan harus mendapatkan akses sanitasi dasar

(jamban) pada tahun 2025. Penetapan ini telah disepakati oleh negara negaradi

dunia termasuk di Indonesia (Mufidah, 2017).

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2016 secara nasional

rumah tangga yang mempunyai fasilitas jamban sendiri baru 69,7% dan masih

ada 15,6% rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas jamban. Rumah tangga

yang berada di pedesaan yang memiliki fasilitas jamban sendiri baru mencapai

59% dan masih ada 25,5 % rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas jamban

(Novela, 2018).

Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang air besar

sembarangan ke sungai adalah Escherichia coli. Itu merupakan penyakit yang

membuat orang terkena diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi, lalu karena

kondisi tubuh turun maka masuklah penyakit-penyakit lain. Riset yang

dilakukan UNICEF dan WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita Indonesia

meninggal akibat perilaku buruk BAB sembarangan (Hayana, dkk, 2017).


3

Masyarakat di Sumatera Selatan pada umumnya tinggal di pinggir aliran

sungai. Kegunaan aliran sungai bagi masyarakat di Sumatera Selatan secara

umum digunakan sebagai untuk mandi, cuci dan buang air besar. Pola kebiasaan

hidup seperti ini telah berlangsung lama. Hal ini menunjukkanbahwa sebagian

besar masyarakat desa masih hidup dengan pola trandisional dan belum

memiliki jamban keluarga di rumah mereka (Harapan, 2019).

Profil kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016 menunjukkan

bahwa Kabupaten OKU merupakan salah satu Kabupaten dengan akses sanitasi

layak terhadap jamban yang terendah yaitu 34% dan hasil tersebut masih belum

mencapai target yang ditetapkan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015

yaitu 76%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU, akses

sanitasi di Kabupaten OKU juga masih belum memenuhi target hal ini

dibuktikan dengan adanya laporan bahwa dari 27 kelurahan/desa yang telah

memiliki program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) hanya ada 6

desa/kelurahan yang sudah melakukan pemicuan namun belum terverifikasi

Open Defecation Free (ODF). Artinya masih banyak kelurahan yang warganya

masih melakukan BABS. Sedangkan untuk Kecamatan Kedaton Peninjauan

Raya sendiri yang terdiri dari 8 Desa hanya ada 1 Desa yang telah melakukan

pemicuan, namun belum juga terverifikasi Open Defecation Free (ODF).

Menurut laporan bagian kesehatan lingkungan juga menyebutkan bahwa

wilayah kerja UPTD Puskesmas Kedaton telah mengadakan program STBM

namun belum pernah dilakukan pemicuan sehingga belum ada kelurahan yang

terverifikasi Open Defecation Free (ODF)


4

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering

Ulu Tahun 2018, penduduk yang memiliki fasilitas jamban sebanyak 69,53%

kemudian pada tahun 2019 menjadi 82,3% dan pada tahun 2020 menjadi 86,8%.

Data di UPTD Puskesmas Kedaton pada tahun 2018, dari 4.170 KK sebanyak

(72,13%) memiliki jamban keluarga, pada tahun 2019 dari 4.152 KKsebanyak

75,26% memiliki jamban keluarga, dan Tahun 2020 dari 4.171 KK sebanyak

80,70% memiliki jamban keluarga, sedangkan data akses jamban sehat

permanen (JSP) tahun 2020 baru sekitar 30,8%.

Desa Kedaton merupakan salah satu desa yang berada di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedaton, pada tahun 2018 dari 551 KK, yang memiliki jamban yaitu

sebesar 307 KK (55,7%), pada tahun 2019 dari 576 KK yang memiliki jamban

yaitu sebesar 325 KK (56,48%) dan pada tahun 2020 dari 524 KK yang

memiliki jamban yaitu sebesar 289 KK (56,91%). Dari 8 Desa yang berada di

Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton, terdapat 7 desa yang belum dilakukan

pemicuan salah satunya adalah Desa Kedaton (Laporan UPTD Puskesmas

Kedaton, 2018-2020).

Berdasarkan Sustainable Development Goal’s (SDGs) setiap negara

diharapkan dapat mewujudkan 100% akses sanitasi untuk penduduknya

sebagaimana tercantum pada tujuan 6 pada tahun 2030. RPJMN 2015-2019

menargetkan bahwa pada akhir tahun 2019, Indonesia harus mencapai

Universal Access (UA), artinya pada tahun 2019 masyarakat Indonesia yang

tinggal di perkotaan maupun perdesaan sudah memiliki akses 100% terhadap

sumber air minum aman dan fasilitas sanitasi yang layak.


5

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa

ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam perilaku buang

besar sembarangan, seperti tingkat pengetahuan, rendahnya pendapatan

keluarga karena sebagian besar pekerjaan masyarakat adalah buruh hingga

menyebabkan masalah kesehatan bukanlah merupakan prioritas utama seperti

memiliki jamban sehat, selain itu faktor geografis dimana Desa Kedaton berada

di daerah aliran sungai, sehingga aktifitas MCK lebih banyak dilakukan di

sungai.

Penelitian yang dilakukan oleh Paladiang, dkk (2020) menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak rumah dengan sungai

terhadap perilaku BABS dengan p-value = 0,006 < 0,05. Semakin dekat rumah

responden dengan sungai, semakin besar kecenderungan responden untuk

berperilaku BABS. Hal ini dikarenakan banyak rumah responden yang jaraknya

dekat dengan sungai yang tidak memiliki jamban sehat. Tidak tersedianya

jamban sehat pada setiap rumah memicu perilaku BABSdilakukan oleh anggota

keluarga baik itu BAB di sungai ataupun di tempat terbuka lainnya. Begitu juga

dengan variabel status ekonomi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna

dengan p value 0,002. Responden juga memahami akibat dari perilaku BABS

terhadap kesehatan akan tetapi ada faktor lain seperti faktor ekonomi sehingga

belum bisa membuat jamban.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang

Analisis Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Terhadap Lingkungan Sosial

Masyarakat Di Desa Kedaton Kab. OKU Tahun 2021.


6

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya Analisis Perilaku Buang Air Besar Sembarangan

Terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat Di Desa Kedaton Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021?

1.3.2 Apakah ada hubungan penghasilan dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021?

1.3.3 Apakah ada hubungan jarak sungai ke rumah dengan perilaku buang air

besar sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021?

1.3.4 Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021?

1.3.5 Apakah ada hubungan peran petugas kesehatan dengan perilaku buang air

besar sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021 ?


7

1.3.6 Variabel manakah yang paling berhubungan antara pengetahuan,

penghasilan, jarak sungai ke rumah, dukungan keluarga dan peran petugas

kesehatan terhadap perilaku buang air besar sembarangan terhadap

lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya analisis perilaku buang air besar sembarangan terhadap

lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun

2021.

2. Diketahuinya hubungan penghasilan dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun

2021.

3. Diketahuinya hubungan jarak sungai ke rumah dengan perilaku buang

air besar sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa

Kedaton Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU

Tahun 2021.
8

4. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan perilaku buang air

besar sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa

Kedaton Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU

Tahun 2021.

5. Diketahuinya hubungan peran petugas kesehatan dengan perilaku buang

air besar sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa

Kedaton Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU

Tahun 2021.

6. Diketahuinya variabel yang paling berhubungan antara pengetahuan,

penghasilan, jarak sungai ke rumah, dukungan keluarga dan peran

petugas kesehatan terhadap perilaku buang air besar sembarangan

terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Puskesmas Kedaton

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data serta bahan

pertimbangan dalam menyelesaikan masalah kesehatan mengenai

pencegahan penyakit dan sebagai bahan informasi dalam mengoptimalkan

program-program promosi kesehatan masyarakat.

1.5.2 Bagi STIK Bina Husada

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan informasi serta sumber untuk melengkapi referensi


9

kepustakaan sehingga dapat menunjang pengetahuan dan wawasan

mahasiswa untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

penelitian selanjutnya terkait bidang sanitasi dan kesehatan lingkungan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang analisis perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021. Variabel yang

diteliti meliputi variabel independen yaitu pengetahuan, penghasilan, jarak

sungai ke rumah, dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan, sedangkan

variabel dependen yaitu perilaku buang air besar sembarangan. Jenis penelitian

ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

Populasi meliputi seluruh kepala keluarga di Desa Terusan Kabupaten Ogan

Komering Ulu yang berjumlah 167 kepala keluarga.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

2.1.1 Pengertian

Perilaku buang air besar sembarangan (BABS/Open defecation)

termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open defecation

adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-

semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar

mengontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air (Murwati, 2012).

2.1.2 Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia

Kotoran manusia (tinja) adalah segala benda atau zat yang dihasilkan

sebagai sisa metabolisme tubuh dan dipandang tidak berguna lagi sehingga

perlu dikeluarkan atau dibuang. Dalam aspek kesehatan lingkungan sisa

metabolisme tubuh manusia berupa tinja dan air seni merupakan bahan

buangan yang harus diperhatikan, karena memiliki karakteristik yang dapat

menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Lebih dari 50 jenis infeksi yang

disebabkan oleh virus, bakteri maupun mikroorganisme yang lain yang

ditularkan dan bersumber pada tinja orang sakit ke mulut orang lain. Untuk

menghindari terjadinya penularan penyakit yang bersumber pada tinja, maka

diperlukan isolasi tinja yang baik dan memenuhi syarat kesehatan (Soemirat,

2015).

10
11

Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat

berkembang dan berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/ bakteri,

virus dan cacing). Apabila tinja tersebut dibuang di sembarang tempat,misal

kebun, kolam, sungai, dll maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke

lingkungan, dan akhirnya akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko

menimbulkan penyakit pada seseorang dan bahkan menjadi wabah penyakit

pada masyarakat yang lebih luas (Anwar, 2017).

Membuang air besar sembarang dapat menyebabkan diare pada balita

yaitu karena lalat yang hinggap pada tinja akan membawa kuman ataubakteri

kepada makanan yang akan mereka makan. Dan karena anak kecil memiliki

kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik dan benar,

maka kuman atau bakteri tersebut akan masuk ke dalam sistem pencernaan

mereka dan lainnya, sehingga mengakibatkan penyakit. Selain diare

menyebabkan kematian, diare yang berulang juga menyebabkan gizi buruk,

sehingga dapat menghalangi anak-anak untuk mencapai potensi

maksimalnya. Dan akhirnya, kondisi ini menimbulkan dampak serius

terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif bangsa

Indonesia di masa yang akan datang (Anwar, 2017). Menurut Tarigan (2008)

penyakit yang dapat ditimbulkan oleh kotoran manusia dapat digolongkan

menjadi :

a. Penyakit enterik atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun

b. Penyakit infeksi oleh virus seperti Hepatitis infektiosa

c. Infeksi cacing seperti schitosomiasis, ascariasis, ankilostomiasis


12

Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan penduduk

bisa langsung maupun tidak langsung. Efek langsung bisa mengurangi

insiden penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti

kolera, disentri, typus, dan sebagainya. Efek tidak langsung dari pembuangan

tinja berkaitan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya

kualitas lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial dalam

masyarakat dengan mengurangi pencemaran tinja manusia pada sumber air

minum penduduk (Tarigan, 2014).

2.1.3 Mata Rantai Penularan Penyakit oleh Tinja

Manusia adalah reservoir dari sebagian besar penyakit sehingga dapat

menurunkan kapasitas dan kemampuan kerjanya, faktor yang diperlukan

dalam transmisi penyakit adalah agen penyakit, reservoir atau sumber infeksi

dari agen penyebab, cara transmisi dari reservoir ke penjamu baru yang

potensial dan penjamu yang rentan (Ginanjar, 2008). Banyak cara yang

dilalui oleh agen penyebab penyakit saluran pencernaan dalam mencapai

penjamu baru. Dengan kata lain mata rantai transmisi penyakit bisa berbeda-

beda tergantung dari kondisi dan situasi di suatu tempat, misalnya melalui air

dan makanan, tetapi ditempat lain mungkin melalui lalat. Tinja sebagai

sumber infeksi dapat sampai ke penjamu baru melalui berbagai cara, misalnya

melalui air, tangan, arthropoda, tanah maupun tangan ke makanan kemudian

ke penjamu baru (Ginanjar, 2008).

Cara pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan mengisolasi tinja

sebagai sumber infeksi sehingga tinja tidak mencemari air bersih yang biasa
13

digunakan penduduk dengan mendirikan jamban sehat, meningkatkan

kebersihan perorangan yaitu mencuci tangan sebelum makan dan sesudah

buang air bersih serta mencuci makanan dengan air bersih (Ginanjar, 2008).

2.2 Konsep Jamban

2.2.1 Definisi Jamban

Pengertian jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk

membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan

dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta

tidak mengotori permukaan. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa

pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat

sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia

dan mengganggu estetika (Soemirat, 2015).

2.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang

tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-

zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air

seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan

kotoran manusia didalam tulisan ini dimaksudkan hanya tempat

pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut latrine (jamban

atau kakus) (Notoatmodjo, 2014).

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area

pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari

segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia

merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena

kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang


14

multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat

melalui berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat diilustrasikan di

bawah (lihat bagan 2.1).

air
mati

tangan
Makanan
tinja minuman Penjamu
sayur- (host)
sayuran dsb
lalat

sakit
tanah

Bagan 2.1 Sumber penyebaran penyakit yang multikompleks

Dari skema tersebut tampak jelas bahwa peranan tinja dalam

penyebaran penyakit sangat besar. Disamping dapat langsung

mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air,

tanah, serangga, lalat, kecoa dan sebagainya, dan bagian-bagian tubuh kita

dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. Benda-benda yang telah

terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu

penyakit tertentu, sudah barang tentu akan merupakan penyebab penyakit

bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai

dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat

penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Berdasarkan

hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan


15

tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi

bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang

dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila

pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar

(Notoatmodjo, 2014).

Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara

lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi,

tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).

2.2.3 Standar dan Persyaratan Kesehatan Bangunan Jamban

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban menurut

Peraturan Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2014 antara lain :

1. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari

gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

2. Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu :

a. Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter

dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana

(semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi

harus diberi tutup.

b. Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai

saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air

Limbah (SPAL).
16

3. Bangunan bawah jamban

Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja

yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja

melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu :

a. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai

penampungan kotoran manusia (tinja dan urin). Bagian padat dari

kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian

cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui

bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka

dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.

b. Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat

dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan

cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air

tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan

secara biologis.

Menurut Depkes RI (2013), Syarat sebuah jamban keluarga

dkategorikan jamban sehat, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang penampungan

kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur (SPT SGL maupun jenis

sumur lainnya). Perkecualian jarak ini menjadi lebih jauh pada kondisi

tanah liat atau berkapur yang terkait dengan porositas tanah. Juga
17

akan berbeda pada kondisi topografi yang menjadikan posisi jamban diatas

muka dan arah aliran air tanah.

2. Tidak berbau serta tidak memungkinkan serangga dapat masuk ke

penampungan tinja. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan menutup

lubang jamban atau dengan sistem leher angsa

3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di

sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan

luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah

lubang jamban.

4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-

bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya

dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat;

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna

terang;

6. Cukup penerangan;

7. Lantai kedap air;

8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah

9. Ventilasi cukup baik, dan

10. Tersedia air dan alat pembersih.

2.2.4 Jenis Jamban

Berdasarkan konstruksi dan cara mempergunakannya, jenis-jenis

tempat pembuangan kotoran (Kakus), (Proverawati, 2012) antara lain:


18

1. Kakus Cemplung

Gambar 2.2 Kakus Cemplung

Bentuk kakus ini adalah yang paling sederhana yang dapat dianjurkan

kepada masyarakat. Kakus cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang

di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai kakus ini dapat dibuat dari

bambu atau kayu, tapi dapat juga dari pasangan batu bata atau beton. Agar tidak

menjadi sarang dan makanan serangga penyebar penyakit. Kakus semacam ini

masih menimbulkan gangguan karena baunya. Meski kakus jenis cemplung

merupakan jenis kakus yang paling sederhana namun hal tersebut belum dapat

menarik warga untuk membangunnya. Alasannya karena kondisi wilayah Desa

tersebut yang dilintasi aliran sungai serta rawan banjir, sehingga jika sungai

meluap dan banjir terjadi maka tinja pada tempat penampungan kakus cubluk

akan meluap bersama banjir. Hal tersebut menyebabkan masyarakat desa tidak

mau membuat kakus cubluk walaupun lebih murah biayanya dibandingkan

jamban leher angsa dengan septik tank (Panda, 2017).


19

2. Kakus Plengsengan

Gambar 2.3 Kakus Plengsengan

Plengsengan berasal dari bahasa Jawa “mlengseng” yang berarti

miring. Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat

penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang miring. Tempat

jongkok dari kakus ini tidak dibuat persis di atas tempat penampungan, tetapi

agak jauh. Kakus semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan dari pada

kakus cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai

lebih terjamin.

3. Kakus Bor

Gambar 2.4 Kakus Bor


20

Dinamakan kakus bor karena tempat penampungan kotorannya dibuat

dengan mempergunakan bor. Bor yang dipergunakan adalah bor tangan yang

disebut Bor Auger dengan diameter antara 30-40 cm. Lubang yang dibuat harus

jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus

cemplung dan kakus plengsengan, karena diameter kakus bor jauh lebih kecil.

Kakus bor mempunyai keuntungan bau yang ditimbulkan sangat berkurang.

Akan tetapi, kerugian kakus bor adalah perembesan kotoran akan lebih jauh

dan mengotori air tanah. Kakus bor tidak dapat dibuat di daerah atau tempat

yang tanahnya banyak mengandung batu.

4. Angsatrine (Water Seal Latrine)

Kakus angsatrine di bawah tempat jongkoknya ditempatkan atau

dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl.

Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada ditempat

penampungan tidak baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat

dalam bagian yang melengkung. Dengan demikian dapat mencegah

hubungan lalat dengan kotoran.Karena dapat mencegah hubungan lalat

dan bau, maka memberikan kemungkinan untuk dibuat di dalam

rumah. Agar dapat terjaga kebersihannya, maka pada kakus semacam ini

harus cukup tersedia air.


21

Gambar 2.5 Kakus Angsatrine

5. Kakus Diatas Empang

Gambar 2.6 Kakus Diatas Empang

Membuat kakus di atas empang, dimana dalam pembuatannya kotoran

langsung dialirkan ke empang merupakan cara pembuangan kotoran yangtidak

dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya, terutama di daerah yang

terdapat banyak empang. Sebelum mengalihkan kebiasaan tersebut kepada

kebiasaan yangdiharapkan, dapatlah cara tersebut diteruskan dengan

memberikan persyaratantertentu, antara lain:


22

a. Air dari empang tersebut tidak dipergunakan untuk mandi

b. Empang tersebut tidak boleh kering

c. Empang hendaknya cukup luas

d. Letak kakus harus sedemikan rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air

e. Ikan yang berada di empang tersebut tidak boleh dimakan

f. Aman dalam pemakaiannya

g. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bah empang tersebut

atau yang sejajar dengan jarak 15 meter

h. Tidak terdapat tanaman-tanaman yang tumbuh di atas permukaan air

6. Kakus Septic Tank

Gambar 2.7 Kakus Septic Tank

Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara

aerobik. Nama septic tank dipergunakan karena dalam pembuangan kotoran

terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya

anaerob. Septic tank bisa terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri

atas satu bak saja dengan mengatur sedemikan rupa (misalnya dengan

memasang beberapa sekat atau tembok penghalang), sehingga dapat


23

memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Di dalam bakbagian

pertama akan terdapat proses penghancuran, pembusukan, danpengendapan. Di

dalam bak terdapat tiga maam lapisan, yaitu:

1. Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat.

2. Lapisan cair

3. Lapisan endap (Lumpur).

2.3 Perilaku.

2.3.1 Konsep Perilaku.

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada

hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

bereaksi, berpakaian dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti

berfikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Dari uraian

ini apat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah

semua kegiatan atau aktifitas, baik yang dapat diamati langsung, maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2014).

Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2014) seorang ahli psikologi,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku initerjadi

melaui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespons.

Skiner membedakan adanya dua respons, yakni :


24

– Respondent respons atau refleksive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Simulus semaCam ini

disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang

relatif tetap.

– Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

dan berkembangkemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang

tertentu.

2.3.2 Bentuk Perilaku

Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme

atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dibedakan

menjadi dua :

a. Perilaku Tertutup (cover behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respons ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati denga jelas oleh

orang lain.

b. Perilaku Terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tinakan

nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan, yang dengan mudah dapat diamati oleh orang

lain (Notoatmodjo, 2014).


25

2.3.3 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2014) adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yangberkaitan

dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan

minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara

atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit.

b. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan,

atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking

behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang

pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Buang Air Besar

Sembarangan

2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.


26

Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada

waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang

yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari

pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar

sekolah. Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh dari mediaimformasi

yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain,

juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet (Purwanto,

2014).

Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni:

a. Tahu (Know). Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (Compression). Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


27

c. Aplikasi (Application). Diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya (real).

d. Analisis (Analysis). Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih

didalam suatu struktur organisasitersebut dan masih ada kaitannya

antara satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yangbaru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasiatau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Penilaian-penilaian itu suatu criteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan

kuisioner yangmenanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau esponden yang dipilih (Notoatmodjo, 2014).

Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan

menjadi :

a. Pengetahuan Tentang Sakit dan Penyakit yang meliputi :

– Penyebab penyakit

– Gejala atau tanda-tanda penyakit

– Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan


28

– Bagaimana cara penularannya

– Bagaimana cara pencegahannya

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

meliputi :

– Jenis-jenis makanan yang begizi

– Manfaat makanan yang bergizi

– Pentingnya olahraga bagi kesehatan

– Penyakit-penyaktit atau bahaya-bahaya merokok, minum minuman

keras, narkoba, dsb

– Pentingnya istirahat cukup

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan :

– Manfaat air bersih

– Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk cara

pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah

– Manfaaat penerangan dan pencahayaan rumah yang sehat

– Akibat polusi (air, udara,dan tanah) bagi kesehatan (Notoatmodjo,

2014).

Hasil penelitian Pulungan, dkk (2016), yang meneliti Faktor-faktor

yang berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Sipange Julu

Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2016

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

kepemilikan jamban keluarga dengan p value = 0,006. Pulungan membagi

kategori pengetahuan menjadi dua kategori yaitu pengetahuan baik apabila

jawaban benar dari pertanyaan tentang pengetahuan jamban > mean dan
29

pengetahuan kurang baik apabila jawaban benar dari pertanyaan tentang

pengetahuan jamban < mean.

2.4.2 Penghasilan

Penghasilan keluarga perbulan dalam rangka memenuhi kebutuhan

keluarga. Penghasilan sangat mempengaruhi dalam penyedian jamban

keluarga karena dengan penghasilan yang relatif rendah kemungkinan untuk

membuat jamban keluarga akan sulit dilakukan. Pendapatan yang relatif

tinggi diharapkan masyarakat mempunyai perhatian yang besar terhadap

kesehatan lingkungan termasuk penyedian jamban sehat. Faktor ekonomi

adalah salah satu penyebab terhambatnya program kesehatan lingkungan

dalam mencapai tujuan (Azwar, 2015).

Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup,

di mana status ekonomi yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang

diberikan. Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan

mereka khususnya di dalam rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam

penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga atau penyediaan saluran

pembuangan limbah. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang

menyediakan orang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai

kebutuhan (Notoatmodjo, 2014).

Untuk mengatur besaran upah minimum, Kabupaten Ogan

Komering Ulu masih mengikuti UMP Propinsi Sumatera Selatan tahun

2019 berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor

640/KPTS/DISNAKERTRANS/2018 yakni sebesar Rp 2.804.453 per


30

bulan, hal ini karena Kabupaten OKU belum memiliki dewan pengupahan

sendiri.

Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Syahril, dkk (2019) dengan

judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan perilaku buang air besar

sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Pertiwi Kota Makassar. Hasil

analisis statistik dan uji Chi Square menunjukkan p value = 0,025 lebih kecil

dari α (0,05). Artinya, terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan

dengan perilaku buang besar sembarangan. Bila ditinjau dari faktor sosial

ekonomi, maka pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat wawasan masyarakat mengenai kesehatan lingkungan.

2.4.3 Jarak Sungai ke Rumah

Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara benda atau tempat

(Kamus bahasa Indonesia, 2016). Jarak rumah dengan sungai dapat menjadi

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menyediakan jamban.

Masyarakat yang tinggal dibantaran sungai cenderung lebih besar

memanfaatkan sungai untuk melakukan aktifitas MCK. Terkadang

meskipun di rumah mereka sudah tersedia jamban, mereka merasa lebih

nyaman melakukan BAB di sungai, ini juga karena adanya pengaruh

kebiasaan yang sudah mereka lakukan turun temurun (Tarigan, 2014).

Hasil penelitian Suwastika (2016) dengan judul faktor yang

berpengaruh terhadap perilaku buang air besar sembarangan di pinggiran

kali, Kelurahan Dangin Puri, Denpasar. Dari penelitian tersebut didapatkan

hasil adanya hubungan yang bermakna antara jarak sungai ke rumah


31

dengan perilaku buang air besar sembarangan dengan p value = 0,0012.

Masyarakat yang rumahnya membelakangi kali cenderung untuk melakukan

BAB di kali sementara rumah dengan jarak ke sungai lebih dari 200 meter

lebih memanfaatkan jamban sebagai sarana BAB.

2.4.4 Dukungan Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 2008).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri

dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno,

2012).

Menurut Setyowati (2007) dukungan adalah suatu upaya yang

diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi

orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan yaitu suatu usaha

untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.

Terdapat empat tipe dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

bersistirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap orang pasti

membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang menghadapi

persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau ada keluarga yang

mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang dihadapi.


32

b. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan

masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang

sedang dihadapi. Dukungan dan perhatian dari keluarga merupakan

bentuk penghargaan positif yang diberikan kepada individu.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal

pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang

dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan.

d. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi.

Disini diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga dapat

digunakan oleh individu dalam mengatasi persoalan-persoalan yang

sedang dihadapi (Friedman, 2008).

Dukungan keluarga merupakan salah satu elemen penguat bagi

terjadinya perilaku seseorang. Dukungan dari keluarga sangat berperan

untuk selalu menggunakan jamban sehat karena setiap orang yang mendapat

dukungan penuh dari keluarganya akan lebih termotivasi untuk terus ber-

PHBS pada tatanan rumah tangga menggunakan jamban sehat (Martina,

dkk, 2016).

Penelitian Martina, dkk (2016) didapatkan hasil uji statistik variabel

dukungan keluarga mempunyai hubungan yang bermakna terhadap

perilaku buang air besar sembarangan dengan nilai signifikansi


33

sebesar 0,027 yang berarti p < 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan faktor dukungan keluarga terhadap perilaku buang air besar

sembarangan. Kenyataannya meskipun ada dukungan dari keluarga namun

individu dari seseorang tidak ada niat untuk memiliki jamban, hal ini

dikarenakan faktor kebiasaan atau perilakunya yang BAB disembarang

tempat, sebaliknya jika tidak ada dukungan dari keluarga namun ada niat

atau tekad untuk memiliki jamban maka secara otomatis akan ada rasa

memiliki jamban.

2.4.5 Peran Petugas Kesehatan

Green dalam Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa faktor yang

menentukan terjadinya perubahan perilaku adalah faktor reinforcing atau

faktor penguat. Dimana yang termasuk dalam faktor tersebut salah satunya

adalah dukungan tenaga kesehatan. Dukungan tenaga kesehatan dalam

melakukan suatu tindakan akan memperkuat terjadinya seseorang untuk

melakukan sebagaimana yang diinginkan oleh petugas kesehatan.

Terjadinya perubahan perilaku tersebut juga bisa terjadi karena adanya

dukungan masyarakat, dukungan praktisi promosi kesehatan dan pendidik

kesehatan. Petugas kesehatan merupakan orang yang sangat berpengaruh

dalam pembentukan persepsi seseorang. Petugas kesehatan dapat

membentuk persepsi seseorang dalam hal ini membentuk persepsi kepala

keluarga tentang penggunaan jamban menuju perdepsi yang positif lewat

pendidikan kesehatan.
34

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Tenaga

Kesehatan No 36 tahun 2014, bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan

penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal

kepada masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga mampu mewujudkan

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan

ekonomi. Partisipasi atau keikutsertaan menjadi sebuah wujud dari

keinginan, dimana hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan demokrasi

melalui proses desentralisasi, dimana diperlukan perencanaan dari bawah

(bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses

perencanaan dan pembangunan masyarakatnya, sehingga masyarakat

merasa dilibatkan dalam setiap kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya.

Pendidikan kesehatan kepada kepala keluarga oleh petugas

kesehatan dapat berupa kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, pemberian

pelatihan pelatihan misalnya kepada para kader kesehatan, praktik-praktik

penggunaan jamban yang sehat dan lain-lain. Pendidikan kesehatan adalah

untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Hal

ini akan tercapai apabila manusia (masyarakat) mau berubah dengan

menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Pendidikan kesehatan

adalah usaha sadar untuk menyiapkan seseorang


35

individu, kelompok atau masyarakat agar dapat tumbuh berkembang sesuai

,selaras, seimbang dan sehat fisik, mental dan sosial melalui kegiatan

bimbingan, dan atau latihan yag diperlukan. Dengan demikian pendidikan

kesehatan adalah semua kegiatan dengan maksud memberikan dan atau

meningkatkan pengetahuan agar manusia mau belajar atau berubah. Jika

masyarakat tidak mau belajar dan berubah, bagaimanapun pendidikan

kesehatan yang diberikan tidak akan mempengaruhi perilaku mereka dalam

menggunakan jamban. Ada tiga faktor yang sangat mempengaruhi

pendidikan kesehatan yaitu factor predisposisi, faktor pemungkin dan factor

reinforcing. Pendidikan dengan faktor predisposisi adalah untuk mengubah

kesadaran dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan lingkungannya

(Notoatmodjo, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian Horhoruw (2014) bahwa presentase

persepsi dukungan petugas kesehatan sebagian besar baik untuk terjadinya

perilaku kemepilikan jamban yaitu sebesar (63,4%). Hasil uji statistik

dengan menggunakan uji Chi Square (ײ) pada batas kepercayaan 95%

dengan alpa 0,05 menunjukkan bahwa persepsi dukungan petugaskesehatan

tentang perilaku menggunakan jamban berhubungan dengan perilaku

kepala keluarga dalam kepemilikan jamban, p=0,000< 0.05.


36

2.5 Kerangka Teori

L. Green dikutip oleh Notoatmodjo dalam bukunya yang berjudul

“Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku” menganalisa prilaku manusia

berangkat dari 2 tingkatan yaitu : bahwa kesehatan seseorang masyarakat

dipengaruhi oleh 2 faktor (behavior causes) dan faktor luar prilaku (non

behavior causes) selanjutnya prilaku kesehatan seseorang di pengaruhi oleh 3

faktor yakitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong yang

dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut :

Faktor predisposisi

Umur
Sex
Pendidikan
Sikap
Pekerjaan
Penghasilan
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai dan Kebiasaan

Faktor pendukung
Perilaku
Lingkungan fisik
Fasilitas pelayanan kesehatan Kesehatan
Sumber Daya
Sarana Penunjang Kesehatan

Faktor pendorong

Sikap dan perilaku petugas kesehatan


dan petugas lain
Sikap dan Perilaku Masyarakat

Gambar 2.1. Teori L. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional dan metoda deskriptif analitik yaitu untuk mengatahui faktor- faktor yang

berhubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan cara data

dikumpulkan secara simultan dalam waktu yang bersamaan (Notoadmodjo, 2012)

Pengukuran data yang digunakan adalah kuantitatif karena peneliti ingin mengetahui

distribusi frekuensi dalam bentuk angka (Siregar, 2013).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Dilakukan di Desa Kedaton Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton

Kabupaten OKU Tahun 2021

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 - 21

Agustus 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah kepala keluarga di Desa Kedaton Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021 yangberjumlah

167 Kepala Keluarga (KK).

37
38

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara acak

sederhana (simple random sampling). Besar sampel menurut rumus

Notoatmodjo (2012) dengan perhitungan sebagai berikut :

N
1 + N (d 2 )
n=

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besarnya Populasi

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)

Perhitungan :

= 167

1 + 167 (0,05)2

= 167

1 + 0,4175

= 167

1,4175

= 117,81

Dari hasil perhitungan di atas didapat sampel sebanyak 118 sampel.


39

Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random

sampling). Dalam metode pengambilan sampel secara acak sederhana, setiap

anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012).

3.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

- Pengetahuan

- Penghasilan

Perilaku BABS
- Jarak Sungai ke Rumah

- Dukungan Keluarga

- Peran Petugas
Kesehatan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


40

3.5 Definisi Operasional

Definisi
No Nama Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
I. Dependen 1. BABS, jika
melakukan
Perilaku Buang Perilaku Wawancara Kuesioner Ordinal
praktik
Air Besar masyarakat dan
buang air
Sembarangan kebiasaan
besar
(BABS) praktik
sembarangan
masyarakat
dalam buang air
2. Tidak
besar
BABS, jika
melakukan
praktik
buang air
besar di
jamban

II Independen
1. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Wawancara 1. Tidak Baik jika Ordinal
yang diketahui jawaban benar
responden < mean
tentang jamban
2. Baik jika
keluarga jawaban benar
≥ mean

2. Penghasilan Penghasilan Kuesioner Wawancara 1. Rendah Jika Ordinal


keluarga UMP < Rp.
perbulan 2.804.453,-
dalam rangka /bulan
memenuhi
kebutuhan 2. Tinggi Jika
keluarga UMP > Rp.
2.804.453,-
/bulan

3. Jarak sungai ke Jauh dekatnya kuesioner Wawancara 1. Dekat jika Ordinal


jarak sungai jarak sungai
rumah
dengan rumah ke rumah
<200 meter

2. Jauh jika
jarak sungai
ke rumah
>200 meter
4 Dukungan Dukungan Kuesioner Wawancara 1. Tidak ada Ordinal
dari keluarga dukungan,
Keluarga
untuk jika keluarga
41

membuat dan tidak


menggunakan mendukung
jamban sehat untuk
membuat dan
menggunakan
jamban sehat

2. Ada
dukungan,
jika keluarga
mendukung
untuk
membuat dan
menggunakan
jamban sehat

Peran Petugas Suatu Kuesioner Wawancara 1. Tidak ada Ordinal


pendidikan penyuluhan,
Kesehatan
kesehatan jika petugas
kepada kepala kesehatan
keluarga oleh tidak pernah
petugas melakukan
kesehatan kegiatan
dapat berupa penyuluhan,
kegiatan himbauan
penyuluhan, maupun
himbauan ajakan untuk
maupun membuat
ajakan untuk jamban sehat.
membuat
jamban sehat
2. Ada
penyuluhan,
jika petugas
kesehatan
pernah
melakukan
kegiatan
penyuluhan,
himbauan
maupun
ajakan untuk
membuat
jamban sehat
42

3.6 Hipotesis Penelitian

3.6.1 Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku buang air besar sembarangan

terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton Kabupaten OKU

Tahun 2021.

3.6.2 Ada hubungan penghasilan dengan perilaku buang air besar sembarangan

terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton Kabupaten OKU

Tahun 2021.

3.6.3 Ada hubungan jarak sungai ke rumah dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Kabupaten OKU Tahun 2021.

3.6.4 Ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Kabupaten OKU Tahun 2021.

3.6.5 Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Kabupaten OKU Tahun 2021.


43

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Data Primer

Data dikumpulkan dengan wawancara terstruktur dengan menggunakan

daftar pertanyaan (kuesioner), untuk pertanyaan tertentu didukung dengan

observasi.

3.7.2 Data Sekunder

Data diperoleh dengan melihat dari laporan tahunan di Dinas Kesehatan

Kabupaten Ogan Komering Ulu dan UPTD Puskesmas Kedaton.

3.8 Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan program komputerisasi

melalui program pengolahan data. Untuk memudahkan pengolahan data maka

dilakukan tahapan melalui:

3.8.1 Editing (Pengeditan data)

Editing yaitu menyeleksi, mengoreksi data baik data primer atau data sekunder

yang diperoleh dari hasil penelitian.

3.8.2 Coding (Pengkodean)

Coding adalah usaha mengklasifikasi jumlah atau hasil yang ada menurut

macamnya kedalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-

kode.
44

3.8.3 Entry Data (Pemasukan Data)

Data yang telah selesai dikoding dimasukkan kedalam kartu tabulasi (secara

komputerisasi dalam bentuk tabel).

3.8.4 Cleaning Data (Pembersihan Data)

Data yang dimasukkan dilakukan pengecekan dan pembersihan bila ditemukan

kesalahan pada saat entry sehingga dapat diperbaiki (Hastono,2001).

3.9 Analisa Data

3.9.1 Analisa Univariat

Analisa dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing

variabel yang diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi dalam ukuran

persentase.

3.9.2 Analisa Bivariat

Menilai hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen menggunakan Uji Statistik Chi-square pada α 0.05. Hubungan

dikatakan bermakna apabila nilai p ≤ 0,05 dan tidak ada hubungan yang

bermakna apabila nilai p > 0,05 (Hastono, 2016).

3.9.3 Analisis Multivariat

Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen

terdapat satu variabel dependen, harus dilanjutkan ke analisis multivariat. Uji

statistik yang digunakan berupa logistik regresi (logistic regression) untuk


45

mengetahui variable independen yang mana yang lebih erat hubungannya

dengan variabel dependen. Dalam analisis multivariat ini dilakukan langkah

pembuatan model dengan menggunakan nilai p value ≤ 0,05 (Hastono, 2016).


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum UPTD Puskesmas Kedaton

4.1.1 Histori

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Kedaton terletak di

Jl.Depati Tjik Nanang No.16 Keacamatan Kedaton Peninjauan Raya masauk

dalam wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). Puskesmas menempati

di desa Keadaton Kecamatan Kedaton Kabupaten Ogan Komering Ulu

(OKU)/Baturaja, sejak awal berdirinya Puskesmas sampai sekarang telah

mengalami beberapa peningkatan baik mengenai fisik bangunan, sarana dan

prasarana Puskesmas, hingga peningkatan jumlah sumber daya manusianya.

Puskesmas Kedaton terletak di Jl. Depati Tjik Nanang No.16 Kecamatan

Kedaton Peninjauan Raya. Puskesmas Kedaton didirikan pada Tahun 2017

dengan surat keputusan Bupati Nomor 503/002/IMB/XXXII/2017 dengan

wilayah kerja antara lain :

1. Desa Lubuk Kemiling

2. Desa Sukapindah

3. Desa Kampai

4. Desa Rantau Panjang

5. Desa Kedaton

6. Desa Bunglai

46
47

7. Desa Sinar Kedaton

8. Desa Kedaton Timur

Dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai Puskesmas induk Puskesmas

Kedaton mempunyai 1 Puskesmas Pembantu Dengan 14 Poskesdes.

❖ Puskesmas Pembantu :

1. Pustu Sukapindah

❖ Poskesdes ( Pos Kesehatan Desa )

1. Poskesdes Kedaton

2. Poskesdes Bunglai

3. Poskesdes Sukarame

4. Poskesdes Kampai

5. Poskesdes Rantau Panjang

6. Poskesdes Sukapindah

7. Poskesdes Sinar Kedaton

8. Poskesdes Talang Bukit

9. Poskesdes Kedaton Timur

10. Poskesdes Talang Jipang

11. Poskesdes Talang enau

12. Poskesdes Talang Keliat

13. Poskesdes Talang Beruge

14. Poskesdes Lubuk Kemiling


48

Berdasarkan pertimbangan kewilayahan, rasio jumlah pendudukdan

pertimbangan tata ruang daerah pemerintah kabupaten (PEMKAB) OKU

melakukan pembangunan fasilitas kesehatan dengan menambah jumlah

Puskesmas di Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya.

4.1.2 Geografis

Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya merupakan salah satu kecamatan

di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Secara geografis wilayah

Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya berada pada Posisi antara 103o 40’

Bujur Timur sampai dengan 104o 33’ Bujur Timur, dan 3o 45’ Lintang Selatan

sampai dengan 4o 55’ Lintang Selatan, atau terletak pada jalur Lintas Tengah

Trans Sumatera, yang menghubungkan Provinsi Lampung dengan Provinsi

Bengkulu. Kedaton mempunyai iklim tropis dan basah dengan temperatur

bervariasi antara 22oC – 31oC.

Secara administratif Puskesmas Kedaton berada ± 300 Km dari

Ibukota Propinsi Sumatera Selatan dengan batas-batas wilayah, yaitu :

a. Sebelah Utara : Puskesmas Muara Kuang.

b. Sebelah Selatan : Puskesmas Peninjauan KecamatanPeninjauan.

c. Sebelah Barat : Puskesmas Karya Mukti.

d. Sebelah Timur : Puskesmas Rambang Lubai.

Luas Wilayah Puskesmas Kedaton yaitu 224,07 Km2 dari luas

Provinsi Sumatera Selatan (97.257,72 Km2) yang terbagi dalam 8 Desa

dengan 38 Kelurahan. Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya merupakan

kecamatan baru hasil pemekaran dari kecamatan Peninjauan.Bertani dan


49

berkebun merupakan mata pencarian utama masyarakat Kedaton. Padi,

kelapa sawit, karet, kopi dan jeruk menjadi pilihan yang paling banyak di

usahakan. Sebagian lainnya bekerja sebagai buruh, pegawai negeri dan

swasta, berdagang dan pengusaha.

4.1.3 Wilayah Administrasi

Secara adminitrasi, Luas Wilayah Puskesmas Kedaton yaitu 224,07Km2

Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya terdiri atas 8 desa dengan wilayah paling

rendah adalah Sinar Kedaton ( 4,01 KM2 ) Desa dengan Jumlah penduduk

terbanyak yaitu desa Kedaton (3.559 Jiwa), sedangkan desa dengan penduduk

paling sedikt adalah Desa Rantau Panjang (241 jiwa).

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Desa Kecamatan Kedaton


Kabupaten Ogan Komering Ulu
Tahun 2019

No Desa Luas wilayah


1 Lubuk Kemiling 9,45 KM2
2 Suka pindah 20,7 KM2
3 Kampai 25,2 KM2
4 Rantau panjang 90 KM2
5 Kedaton 46,8 KM2
6 Bunglai 27,91 KM2
7 Sinar Kedaton 4,01 KM2
8 Kedaton Timur 18,7 KM2
JUMLAH 242,77 KM2
50

4.1.4 Demografi

Perkiraan Penduduk Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya pada

Tahun 2019 berjumlah 12.208 Jiwa ( Badan Pusat Statistik, 2019 ). Dengan

komposisi penduduk laki-laki sebesar 6.276 jiwa dan penduduk perempuan

5.932 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu desa Kedaton

sekitar 75,73 orang per Km2 dari 8 desa yang ada di Puskesmas Kedaton,

sedangkan yang paling rendah jumlahnya penduduknya adalah desa kampai

yaitu 21,03 Km2.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Di Wilayah


Kerja Puskesmas Kedaton
NO Jenis Kelamin 2017 2018 2019

1 Laki-Laki 6.194 6244 6276

2 Perempuan 5.913 5.923 5.932

JUMLAH 12.107 12.167 12.208

4.1.5 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesmas)

Tenaga Kesehatan Masyarakat dan sanitasi di UPTD Puskesmas

Kedaton merupakan bagian sumber daya manusia yang sangat penting

perannya dalam pembangunan kesehatan dalam Sistim Kesehatan Nasional

(SKN). Tidak hanya peran dalam pelayanan promotif melalui penyuluhan dan

pendidikan, tenaga kesehatan ini juga berperan dalam pelayanan preventif

terhadap pengendalian dan penanggulangan penyakit.


51

Secara ringkas, gambaran distribusi tenaga kesehatan di UPTD

Puskesmas Kedaton dipaparkan pada tabel berikut.

Tabel 4.3
Distribusi Tenaga Kesehatan UPTD Puskesmas Kedaton

Dari aspek ketenagaan UPTD Puskesmas Kedaton saat ini memiliki

jumlah karyawan cukup dan sudah sesuai dengan standar ketenagaan yang ada

dalam peraturan menteri kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang puskesmas.

Jumlah karyawan UPTD Puskesmas Kedaton saat ini 77 orang , yang terbagi

dalam berbagi kompetensi dan jenjang pendidikan. Data karyawan UPTD

Puskesmas Kedaton selengkap nya terlihat pada tabel di bawah ini:

Yang ada Keku-


No. Jenis Ketenagaan Status Kepegawaian
sekarang rangan

I. Puskesmas Induk

1. Dokter 1 - 1 PNS

2. Dokter gigi - 1 -

3. SKM 1 1 1 Sukwan

4. S1 Perawat 1 1 1PNS

5. D III Perawat 14 - 2 PNS,4 Honorer

Kontrak, 8 Sukwan

1 Sukwan

6. SPK 1 - -
7. D IV Kebidanan - 1 2 PNS,6 PTT, 8
Sukwan
8. D III Kebidanan 16 -
1 PNS

1 PNS
9. DI Kebidanan 1 -
52

10 D III Gizi 1 - 1 PNS

11. D III Perawat Gigi 1 - 1 PNS

12. Sanitarian 1 - 1 PNS,1 Sukwan

13. Analis Kesehatan 2 - 2 Sukwan

14. D III Farmasi 2 - -

15. SM Farmasi - - -

16. Akupunkturis - -

II. Puskesmas Pembantu

1. D III Perawat 2 PNS,2 Sukwan

2. D III Kebidanan 4 2 1 PTT,3 Sukwan

3. SPK 4 2 3 PNS, 1 Sukwan

4 -

III. Poskesdes 2 PNS,12 PTT, 3


Sukwan
1. D III Bidan
2 Honorer Kontrak
17 -

2. DIII Perawat
4 PNS
2 9

IV. Tenaga Penunjang


-
1. Administrasi
-
4 -

2. Sopir -

Penjaga - -
53

4.1.6 Visi, Misi, Motto dan Slogan UPTD Puskesmas Kedaton

Visi Puskesmas Kedaton adalah “Terwujudnya Kecamatan Kedaton

Peninjauan Raya yang sehat” dan misi yang ditetapkan Puskesmas Kedaton

untuk mencapai visi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan Pengetahuan & Kemandirian Untuk Hidup Sehat Di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton

2. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

3. Meningkatkan kemitraan lintas program & lintas sector

Tujuan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampauan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal

diwilayah kerja Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Desa
Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021

No. Perilaku BABS Jumlah (%)


1. BABS 52 44.1
2. Tidak BABS 66 55.9
Total 118 100

Dari tabel 4.4 diketahui dari 118 responden yang menjadi sampel

penelitian sebanyak 52 (44,1%) responden dengan kebiasaan buang air

besar sembarangan dan sebanyak 66 (55,9%) responden buang air besar di

jamban.
54

4.2.2 Variabel Pengetahuan

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Kedaton
Kabupaten OKU Tahun 2021

No. Pengetahuan Responden Jumlah (%)


1. Kurang baik 40 33.9
2. Baik 78 66.1
Total 118 100

Dari tabel 4.5 untuk distribusi frekuensi pengetahuan, diketahui

bahwa dari 118 responden sebanyak 40 (33,9%) responden berpengetahuan

kurang baik dan sebanyak 78 (66,1%) responden yang berpengetahuan baik.

4.2.3 Variabel Penghasilan

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden di Desa Kedaton
Kabupaten OKU Tahun 2021

No. Penghasilan Responden Jumlah (%)


1. Rendah 53 44.9
2. Tinggi 65 55.1
Total 118 100

Dari tabel 4.6 untuk distribusi frekuensi penghasilan, diketahui

bahwa dari 118 responden sebanyak 53 (44,9%) responden dengan

penghasilan rendah dan sebanyak 65 (55,1%) responden denganpenghasilan

tinggi.
55

4.2.4 Variabel Jarak Sungai ke Rumah

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Jarak Sungai ke Rumah Responden di Desa
Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021

No. Jarak Sungai ke Rumah Jumlah (%)


1. Dekat 76 64.4
2. Jauh 42 35.6
Total 118 100

Dari tabel 4.7 untuk distribusi frekuensi jarak sungai ke rumah

diketahui bahwa dari 118 responden sebanyak 76 (64,4%) responden

menyatakan jarak sungai ke rumah dekat sedangkan sebanyak 42 (35,6%)

responden menyatakan jarak sungai ke rumah jauh.

4.2.5 Variabel Dukungan Keluarga

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Desa Kedaton Kabupaten
OKU Tahun 2021

No. Dukungan Keluarga Jumlah (%)


1. Tidak ada 41 34.7
2. Ada 77 65.3
Total 118 100

Dari tabel 4.8 untuk distribusi frekuensi dukungan keluarga,

diketahui bahwa dari 118 responden sebanyak 41 (34,7%) responden

menyatakan tidak ada dukungan keluarga sedangkan sebanyak 77 (65,3%)

responden menyatakan ada dukungan keluarga.


56

4.2.6 Variabel Peran Petugas Kesehatan

Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan di Desa Kedaton
Kabupaten OKU Tahun 2021

No. Peran Petugas Kesehatan Jumlah (%)


1. Tidak ada 45 38.1
2. Ada 73 61.9
Total 118 100

Dari tabel 4.9 untuk distribusi frekuensi peran petugas kesehatan,

diketahui bahwa dari 118 responden sebanyak 45 (38,1%) responden

menyatakan tidak ada peran petugas kesehatan sedangkan sebanyak 73

(61,9%) responden menyatakan ada peran petugas kesehatan.


57

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Buang Air Besar

Sembarangan (BABS)

Tabel 4.10
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di Desa Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021

Perilaku Buang Air Besar


Pengetahuan Sembarangan (BABS) P value OR

BABS Tidak BABS Total


Kurang Baik 37 3 40
92.5% 7.5% 100.0%
Baik 15 63 78 0,000 51,800
19.2% 80.8% 100.0%
Total 52 66 118
44.1% 55.9% 100%

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa proporsi responden

dengan pengetahuan kurang baik yang BABS sebanyak 37 responden

(92,5%), lebih besar bila dibandingkan dengan proporsi responden dengan

pengetahuan baik yang BABS yaitu sebanyak 15 responden (19,2%).

Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 dan OR= 51,800. Hal ini

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan responden dengan

pengetahuan kurang beresiko 51,800 kali untuk buang air besar

sembarangan dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan baik.


58

4.3.2 Hubungan Penghasilan dengan Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan (BABS)
Tabel 4.11
Hubungan Penghasilan dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di Desa Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021

Perilaku Buang Air Besar


Penghasilan Sembarangan (BABS) P value OR

BABS Tidak BABS Total


Rendah 36 17 53
67.9% 32.1% 100.0%
Tinggi 16 49 65 0,000 6,485
24.6% 75.4% 100.0%
Total 52 66 118
44.1% 55.9% 100%

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa proporsi responden

dengan penghasilan rendah yang melakukan BABS sebanyak 36 responden

(67,9%), lebih besar bila dibandingkan dengan proporsi responden dengan

penghasilan tinggi dan melakukan BABS yaitu 16 responden (24,6%).

Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 dan OR =6,485. Hal ini

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara penghasilan dengan

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan responden yang

berpenghasilan rendah beresiko 6,485 kali untuk buang air besar

sembarangan dibandingkan responden dengan penghasilan tinggi.


59

4.3.3 Hubungan Jarak Sungai Ke rumah dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS)
Tabel 4.12
Hubungan Jarak Sungai ke Rumah dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di Desa Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021

Perilaku Buang Air Besar P value OR


Jarak sungai ke rumah Sembarangan (BABS)

BABS Tidak BABS Total


Dekat 44 32 76
57.9% 42.1% 100.0%
Jauh 8 34 42 0,000 5,844
19.0% 81.0% 100.0%
Total 52 66 118
44.1% 55.9% 100%

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa proporsi responden

dengan jarak sungai ke rumah dekat dan melakukan BABS sebanyak 44

responden (57,9%), lebih besar bila dibandingkan dengan proporsi

responden dengan jarak sungai ke rumah jauh dan melakukan BABS yaitu

sebanyak 8 responden (19%).

Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 dan OR=5,844. Hal ini

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak sungai ke rumah

dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan responden

dengan jarak sungai ke rumah dekat beresiko 5,844 kali untuk melakukan

buang air besar sembarangan dibandingkan responden dengan jarak sungai

ke rumah jauh.
60

4.3.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan (BABS)
Tabel 4.13
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di Desa Kedaton Kabupaten OKU Tahun 2021

Perilaku Buang Air


Besar Sembarangan
Dukungan Keluarga (BABS) P value OR
Tidak

BABS BABS Total


Tidak ada 25 16 41
61.0% 39.0% 100.0%
Ada 27 50 77 0,012 2,894
35.1% 64.9% 100.0%
Total 52 66 118
44.1% 55.9% 100%

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa proporsi responden yang

tidak ada dukungan keluarga dan melakukan BABS sebanyak 25 responden

(61,0%), sedangkan proporsi responden yang ada dukungan keluarga dan

melakukan BABS yaitu 27 responden (35,1%).

Hasil uji statistik diperoleh p value 0,012 dan OR = 2,894. Hal ini

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga

dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan responden

yang tidak ada dukungan keluarga beresiko 2,894 kali untuk melakukan

buang air besar sembarangan dibandingkan dengan responden yang ada

dukungan keluarga.
61

4.3.5 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Perilaku Buang Air


Besar Sembarangan (BABS)
Tabel 4.14
Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Perilaku Buang Air
Besar Sembarangan (BABS) di Desa Kedaton Kabupaten OKU
Tahun 2021

Perilaku Buang Air


Besar Sembarangan
Peran Petugas Kesehatan (BABS) P value OR
Tidak

BABS BABS Total


Tidak ada 29 16 45
64.4% 35.6% 100.0%
Ada 23 50 73 0,001 3,940
31.5% 68.5% 100.0%
Total 52 66 118
44.1% 55.9% 100%

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa proporsi responden yang

tidak ada peran dari petugas kesehatan dan melakukan BABS sebanyak 29

responden (64,4%), lebih besar bila dibandingkan dengan proporsi

responden yang ada peran dari petugas kesehatan dan melakukan BABS

yaitu 23 responden (31,5%).

Hasil uji statistik diperoleh p value 0,001 dan OR =3,940. Hal ini

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan

dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan responden

yang tidak ada peran dari petugas kesehatan beresiko 3,940 kali untuk

melakukan buang air besar sembarangan dibandingkan dengan responden

yang ada peran dari petugas kesehatan.


62

4.4 Analisa Multivariat.

Analisis multivariat untuk mengetahui variabel independen mana yang

paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen, variabel independen

berhubungan dengan variabel dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak.

4.4.1 Analisis Regresi Logistik Sederhana Tahap Seleksi Bivariat

Dari kelima variabel independen di uji regresi logistik sederhana tahap

seleksi bivariat, bila hasil analisis bivariat menghasilkan p value < 0,25, maka

variabel tersebut masuk pada tahap analisis multivariat. Hasil seleksi kandidat dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.15
Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana Tahap Seleksi Bivariat
Terhadap Variabel Independen

No. Variabel Independen p value


1. Pengetahuan 0,000

2. Penghasilan 0,000

3. Jarak sungai ke rumah 0,000

4. Dukungan Keluarga 0,012

5. Peran Petugas Kesehatan 0,001

Semua variabel memiliki p value < 0,25, maka kelima variabel ini

masuk dalam model multivariat.


63

4.4.2 Pemodelan Multivariat

Variabel yang memenuhi syarat dari analisis bivariat dimasukan ke dalam

analisa multivariat. Dari hasil analisis multivariat dengan regresi logistik dihasilkan

p value masing-masing variabel.

Tahap Permodelan lima variabel independen hasil analisa regresi logistik

sederhana tahap seleksi bivariat di atas dilanjutkan untuk dianalisis regresi logistik

berganda tahap permodelan. Hasil analisa multivariat dengan uji regresi logistik

ganda tahap permodelan dengan mengeluarkan variabel p value > 0,05 secara

bertahap dari variabel yang memiliki p value terbesar. Hasil analisa regresi logistik

ganda dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.16

Hasil Analisis Multivariat Terhadap Semua Variabel Independen

No. Variabel Independen p value OR 95% CI


1. Pengetahuan 0,000 98,461 14,771-656,333

2. Penghasilan 0,006 5,247 1,594-17,277

3. Jarak sungai ke rumah 0,245 2,152 0,591-7,834

4. Dukungan Keluarga 0,543 0,395 0,020-7,867

5. Peran Petugas Kesehatan 0,428 0,288 0,013-6,267

Dari hasil tabel diatas terlihat bahwa variabel yang memiliki p value > 0,05,

yang lebih besar yaitu variabel dukungan keluarga.

Setelah variabel dukungan keluarga dikeluarkan, perubahan OR pada

variabel < 10 %. Akhir model yang dihasilkan adalah sebagai berikut :


64

Tabel 4.17

Perubahan OR setelah Variabel Dukungan Keluarga

No. Variabel Independen p OR OR Perubahan


value awal baru OR
1. Pengetahuan 0,000 98,461 97,269 1,2

2. Penghasilan 0,006 5,247 5,279 0,6

3. Jarak sungai ke rumah 0,268 2,152 2,079 3,39

4. Dukungan Keluarga - 0,395 - -

5. Peran Petugas Kesehatan 0,33 0,288 0,020 93

Dari tabel di atas dapat dilihat variabel peran petugas kesehatan mengalami

perubahan OR > 10% maka variabel tersebut tetap berada di dalam model karena

merupakan variabel confounding.

Selanjutnya mengeluarkan variabel jarak sungai karena mempunyai nilai

p value >0,05.

Tabel 4.18

Perubahan OR setelah Variabel Ketersediaan Tempat Sampah dikeluarkan

No. Variabel Independen p OR OR Perubahan


value awal baru OR
1. Pengetahuan 0,000 98,461 102,821 4,4

2. Penghasilan 0,006 5,247 5,109 2,6

3. Jarak sungai ke rumah - 2,152 - -

4. Peran Petugas Kesehatan 0,062 0,288 0,196 31


65

Dari tabel di atas dapat dilihat variabel peran petugas kesehatan

mengalami perubahan OR > 10% maka variabel tersebut tetap berada di dalam

model karena merupakan variabel confounding. Karena tidak adal lagi variabel

yang bisa dikeluarkan maka hasil pemodelan akhir analisis regresi logistik adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.19

Model Akhir Regresi Logisti Ganda

No. Variabel Independen p value OR 95% CI

1. Pengetahuan 0,000 102,821 15,753-671,098

2. Penghasilan 0,006 5,109 1,595-16,365

3. Peran Petugas Kesehatan 0,062 0,196 0,035-1,084

Berdasarkan tabel di atas adalah model terakhir (analisis multivariat)

didapatkan nilai yang bermakna dengan OR = 102,821 (95% CI: 15,753-671,098)

dengan nilai p = 0,000 pada variabel pengetahuan. Artinya variabel pengetahuan

adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi perilaku buang air besar

sembarangan. Responden dengan pengetahuan kurang baik beresiko untuk buang

air besar sembarangan dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan baik.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan pengetahuan dengan perilaku buang air besar sembarangan

terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton Kabupaten OKU

Tahun 2021.

Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa dari 118 responden

sebanyak 40 (33,9%) responden berpengetahuan kurang baik dan sebanyak78

(66,1%) responden yang berpengetahuan baik. Hasil uji statistik diperoleh p

value 0,000 dan OR= 51,800. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan

(BABS) dan responden dengan pengetahuan kurang beresiko 51,800 kali untuk

buang air besar sembarangan dibandingkan dengan responden dengan

pengetahuan baik.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu,

pengindraan terjadi melalui indera manusia yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan bau (Notoadmodjo, 2012).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.

Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan

kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan

66
67

pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan

keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat (Purwanto, 2010).

Sejalan dengan hasil penelitian Hayana, dkk (2017), yang meneliti

tentang hubungan cakupan kepemilikan jamban di Kelurahan Kampung Baru

Kota Pekanbaru menyatakan ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan kepemilikan jamban dengan p value 0,001. Pengetahuan

tentang jamban berpengaruh terhadap kepemilikan jamban sehat. Dimana dari

hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik

sebagian besar memiliki jamban sehat.

Dalam penelitian ini terdapat sekitar 92,5% responden dengan

pengetahuan kurang baik yang melakukan BABS. Menurut asumsi peneliti hal

ini dikarenakan responden tidak mengetahui tentang bahaya yang dapat terjadi

pada lingkungan jika mereka buang air besar di sungai. Apalagi didukung

dengan adanya sungai yang melintas di desa tersebut. Masyarakat yang tinggal

dibantaran sungai memanfaatkannya sebagai tempat aktifitas mandi, mencuci

dan buang air besar sehingga menjadi kebiasaan yang sulit untuk dirubah.

Sementara ada ditemukan responden yang berpengetahuan baik, namun masih

BAB di sungai. Menurut pengakuan responden mereka merasa lebih nyaman

melakukan BAB di sungai dari pada di jamban keluarga.

Untuk itu hendaknya petugas kesehatan dapat melakukan upaya

pemicuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat supaya tidak buang air

besar di sungai, khususnya masyarakat yang tinggal dibantaran sungai.


68

Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara menyebarkan media informasi

seperti media elektronik, cetak atau kesenian tradisional setempat, dan

kampanye kesehatan dengan ceramah, oleh tokoh agama atau tokoh

masyarakat, misalnya di masjid-masjid dan di tempat umum agar semua

lapisan masyarakat dapat tersentuh dengan informasi tentang pentingnya

buang air besar di jamban.

5.2 Hubungan penghasilan dengan perilaku buang air besar sembarangan

terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton Kabupaten OKU

Tahun 2021.

Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa dari 118 responden

sebanyak 53 (44,9%) responden dengan penghasilan rendah dan sebanyak 65

(55,1%) responden dengan penghasilan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p

value 0,04 dan OR =6,485. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna

antara penghasilan dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

dan responden yang berpenghasilan rendah beresiko 6,485 kali untuk buang

air besar sembarangan dibandingkan responden dengan penghasilan tinggi.

Penghasilan keluarga perbulan dalam rangka memenuhi kebutuhan

keluarga. Penghasilan sangat mempengaruhi dalam penyedian jamban

keluarga karena dengan penghasilan yang relatif rendah kemungkinan untuk

membuat jamban keluarga akan sulit dilakukan. Pendapatan yang relatif tinggi

diharapkan masyarakat mempunyai perhatian yang besar terhadap kesehatan

lingkungan termasuk penyedian jamban sehat. Faktor ekonomi


69

adalah salah satu penyebab terhambatnya program kesehatan lingkungan

dalam mencapai tujuan (Azwar, 2015).

Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, di

mana status ekonomi yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang

diberikan. Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka

khususnya di dalam rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam penyediaan

air bersih, penyediaan jamban keluarga atau penyediaan saluran pembuangan

limbah. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyediakan orang

tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (Notoatmodjo,

2012).

Untuk mengatur besaran upah minimum, Kabupaten Ogan Komering

Ulu masih mengikuti UMP Propinsi Sumatera Selatan tahun 2019 berdasarkan

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor

640/KPTS/DISNAKERTRANS/2018 yakni sebesar Rp 2.804.453 per bulan,

hal ini karena Kabupaten OKU belum memiliki dewan pengupahan sendiri.

Bila ditinjau dari faktor sosial ekonomi, maka pendapatan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat wawasan masyarakat mengenai

kesehatan lingkungan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Syahril, dkk

(2019) dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan

Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pertiwi Kota Makassar. Hasil

analisis statistik dan uji Chi Square menunjukkan nilai p = 0,025 lebih kecil

dari α (0,05). Artinya, terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan

dengan kepemilikan jamban keluarga.

Dalam penelitian sebagian besar responden dengan penghasilan di atas

UMR yaitu sebesar 55,1%. Namun kenyataannya masih ditemukan


70

responden yang tidak memiliki jamban. Menurut asumsi saya, sebagian besar

masyarakat menggunakan penghasilan yang didapatkan hanya untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari (sandang dan pangan). Responden yang

pendapatannya rendah kurang partisipasinya dalam kesehatan lingkungan,

karena bagi mereka kelangsungan hidup lebih penting daripada melakukan

langkah-langkah terobosan baru yang belum jelas hasilnya.

Terlepas dari kebiasaan dan juga perasaan ketika melakukan buang air

besar sembarangan (BABS), masyarakat memiliki keinginan yang tinggi untuk

merubah kebiasaan tersebut. Mayoritas responden mengaku ingin merubah

kebiasaan mereka namun belum tahu kapan. Beberapa responden dengan

penghasilan di bawah UMR menyatakan menunggu bantuan daripemerintah

agar dapat membangun jamban dan/atau septic tank. Ada juga yang berasalan

mengaku tidak memiliki lahan untuk membangun jamban dan/ atau septic

tank.

Meski banyak program-program pembangunan telah dilaksanakan di desa

ini untuk menyediakan fasilitas-fasilitas bagi masyarakat, namun kenyataannya

belum mampu untuk merubah kondisi lingkungan yang ada. Hal tersebut

dimungkinkan terjadi karena pembangunan fasilitas yang ada belum terfokus

kepada masalah kesehatan lingkungan. Selama ini pembangunan di Desa Kedaton

lebih banyak pada pembanguan infrastruktur jalan menuju ke perkebunan warga.

Untuk itu perlu adanya peran pemerintah desa dalam mengatasi masalah

ini, dengan menggunakan dana desa untuk membangun jamban


71

umum di tempat-tempat strategis agar dapat lebih mudah dijangkau oleh

masyarakat baik siang maupun malam hari

5.3 Hubungan jarak sungai ke rumah dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Kabupaten OKU Tahun 2021

Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa dari 118 responden

sebanyak 76 (64,4%) responden menyatakan jarak sungai ke rumah dekat

sedangkan sebanyak 42 (35,6%) responden menyatakan jarak sungai ke rumah

jauh. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 dan OR=5,844. Hal ini berarti

bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak sungai ke rumah dengan

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan responden dengan jarak

sungai ke rumah dekat beresiko 5,844 kali untuk melakukan buang air besar

sembarangan dibandingkan responden dengan jarak sungai ke rumah jauh.

Sejalan dengan hasil penelitian Suwastika (2012) dengan judul faktor

yang berpengaruh terhadap ketersediaan jamban permukiman pinggiran kali,

Kelurahan Dangin Puri, Denpasar menyatakan ada hubungan yang bermakna

antara jarak sungai ke rumah dengan ketersediaan jamban dengan nilai p =

0,0012. Masyarakat yang rumahnya membelakangi kali cenderung untuk

melakukan BAB di kali sementara rumah dengan jarak ke sungai lebih dari 200

meter lebih memanfaatkan jamban sebagai sarana BAB.

Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara benda atau tempat

(Kamus bahasa Indonesia, 2014). Jarak sungai dengan rumah dapat menjadi
72

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menyediakan jamban. Masyarakat

yang tinggal dibantaran sungai cenderung lebih besar memanfaatkan sungai

untuk melakukan aktifitas MCK. Terkadang meskipun di rumah mereka sudah

tersedia jamban, mereka merasa lebih nyaman melakukan BAB di sungai, ini

juga karena adanya pengaruh kebiasaan yang sudah mereka lakukan turun

temurun (Tarigan, 2011).

Dalam penelitian ini, jumlah responden yang rumahnya dekat dengan

sungai yaitu sebanyak 64,4%. Hal ini menjadi alasan kuat kenapa mereka tidak

memiliki jamban sehat. Responden lebih memilih untuk buang air besar di

sungai. Menurut asumsi peneliti kebiasaan buang air besar di sungai merupakan

kebiasaan warga yang tinggal di bantaran sungai yang masa bodoh akan

kemajuan zaman sekarang ini. Kebiasaan buang air besar ini sudah terjadi

selama bertahun-tahun lamanya.

Sebagian besar masyarakat di Desa Kedaton yang tinggal di bantaran

sungai melakukan aktivitas mandi, cuci dan kakus di sungai. Kegiatan tersebut

dilakuan cenderung dimotivasi oleh kondisi lingkungan seperti kurangnya

fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) yang dimiliki oleh penduduk dan faktor

kebiasaan sebagai masyarakat desa dalam memanfaatkan lingkungan termasuk

melakukan berbagai aktivitas di sungai.

Untuk itu diharapkan kepada Puskesmas dan perangkat desa dapat

meningkatkan kegiatan pemberdayaan pada kelompok masyarakat seperti

pemicuan sehingga masyarakat terpicu untuk tidak buang air sembarangan dan

membangun sarana jamban dari keinginan mereka sendiri.


73

5.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan perilaku buang air besar

sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton

Kabupaten OKU Tahun 2021

Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa dari 118 responden

sebanyak 41 (34,7%) responden menyatakan tidak ada dukungan keluarga

sedangkan sebanyak 77 (65,3%) responden menyatakan ada dukungan

keluarga. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,012 dan OR = 2,894. Hal ini

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan responden yang tidak ada

dukungan keluarga beresiko 2,894 kali untuk melakukan buang air besar

sembarangan dibandingkan dengan responden yang ada dukungan keluarga.

Sejalan dengan penelitian Martina, dkk (2016) didapatkan hasil uji

statistik variabel dukungan keluarga mempunyai hubungan yang bermakna

terhadap kepemilikan jamban dengan nilai signifikansi sebesar 0,027 yang

berarti p < 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan faktor dukungan

keluarga terhadap perilaku buang air besar sembarangan. Kenyataannya

meskipun ada dukungan dari keluarga untuk menggunakan jamban namun

individu dari seseorang tetap tidak ada niat untuk membangun jamban, hal ini

dikarenakan faktor kebiasaan atau perilakunya yang BAB disembarang tempat,

sebaliknya jika kurang ada dukungan dari keluarga namun ada niat atau tekad

untuk memiliki jamban maka secara otomatis akan ada rasa memiliki jamban.
74

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-

masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 2008). Keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya,

atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2012).

Menurut Setyowati (2007) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan

kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut

dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong

sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.

Dalam penelitian ini sebagian besar keluarga responden mendukung

untuk BAB di jamban keluarga, namun kenyataannya masih banyak responden

yang BAB di sungai. Meskipun ada dukungan keluarga, namun tidak

ditunjukkan dalam praktik nyata, mereka lebih memilih untuk BAB di sungai

daripada di jamban keluarga. Beberapa responden mengaku, meskipunmereka

mendukung untuk BAB di jamban, namun karena kondisi jamban mereka yang

tidak nyaman, seperti kotor dan bau membuat mereka lebih memilih untuk

BAB di sungai. Selain itu mereka mengaku kebiasaan BAB disungai sudah ada

sejak dulu turun temurun dilakukan masyarakat Desa Kedaton dan tidak

adanya aturan yang melarangan warga desa untuk BAB di sungai.

Untuk itu kepada petugas kesehatan atau Puskesmas Kedaton untuk

memberikan pembinaan terhadap kepala keluarga yang tidak memiliki jamban

atau masih buang air besar di sungai. Pembinaan yang dimaksud


75

berupa kegiatan pemicuan, di mana petugas kesehatan bersama dengan kepala

keluarga mencari solusi untuk mengatasi masalah penggunaan jamban sesuai

dengan kemampuan dari kepala keluarga tersebut.

5.5 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan perilaku buang air besar
sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa Kedaton
Kabupaten OKU Tahun 2021.

Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa dari 118 responden

sebanyak 45 (38,1%) responden menyatakan tidak ada peran petugas

kesehatan sedangkan sebanyak 73 (61,9%) responden menyatakan ada peran

petugas kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,001 dan OR =3,940.

Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas

kesehatan dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan

responden yang tidak ada peran dari petugas kesehatan beresiko 3,940 kali

untuk melakukan buang air besar sembarangan dibandingkan dengan

responden yang ada peran dari petugas kesehatan.

Sejalan dengan hasil penelitian Horhoruw (2014) bahwa presentase

persepsi dukungan petugas kesehatan sebagian besar baik untuk terjadinya

perilaku kemepilikan jamban yaitu sebesar (63,4%). Hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Chi Square (ײ) pada batas kepercayaan 95% dengan alpa

0,05 menunjukkan bahwa persepsi dukungan petugas kesehatan tentang

perilaku menggunakan jamban berhubungan dengan perilaku kepala keluarga

dalam kepemilikan jamban, p=0,000< 0.05

Green dalam Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa faktor yang

menentukan terjadinya perubahan perilaku adalah faktor reinforcing atau


76

faktor penguat. Dimana yang termasuk dalam faktor tersebut salah satunya

adalah dukungan tenaga kesehatan. Dukungan tenaga kesehatan dalam

melakukan suatu tindakan akan memperkuat terjadinya seseorang untuk

melakukan sebagaimana yang diinginkan oleh petugas kesehatan. Terjadinya

perubahan perilaku tersebut juga bisa terjadi karena adanya dukungan

masyarakat, dukungan praktisi promosi kesehatan dan pendidik kesehatan.

Petugas kesehatan merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam

pembentukan persepsi seseorang. Petugas kesehatan dapat membentuk

persepsi seseorang dalam hal ini membentuk persepsi kepala keluarga tentang

penggunaan jamban menuju perdepsi yang positif lewat pendidikan kesehatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 64,4% responden yang

melakukan buang air besar sembarangan mengaku tidak mendapatkan

penyuluhan dari petugas kesehatan tentang jamban sehat. Hal ini disebabkan

karena responden tidak mengetahui jadwal pelaksanaan penyuluhan, selain itu

faktor pekerjaan mereka yang terkadang tidak memungkinkan untuk

menghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

Kesibukan mereka yang umumnya bekerja di kebun/sawah membuat mereka

tidak mengetahui jika ada petugas kesehatan yang akan memberikan

penyuluhan kesehatan.

Melihat dari asumsi di atas, untuk merubah perilaku atau kebiasaan

seseorang diperlukan pengaruh dari keluarga terdekat. Untuk itu kepada petugas

kesehatan hendaknya dapat melibatkan anggota keluarga ataupun


77

tokoh masyarakat dalam memberikan penyuluhan. Selain itu yang perlu

diperhatikan adalah menyesuaikan waktu penyuluhan dengan kondisi

masyarakat di Desa Kedaton. Petugas kesehatan harus mencari metode yang

tepat sehingga pesan yang diberikan dapat sampai kepada seluruh masyarakat.

Metode tersebut dapat berupa penyebaran leaflet yang dibagikan ke rumah-

rumah warga yang memuat tentang dampak buruk BAB di sungai bagi

kesehatan.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

6.1.1 Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku

buang air besar sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di

Desa Kedaton Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten

OKU Tahun 2021 dengan p value 0,000.

6.1.2 Ada hubungan yang bermakna antara penghasilan dengan perilaku buang

air besar sembarangan terhadap lingkungan sosial masyarakat di Desa

Kedaton Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton Kabupaten OKU

Tahun 2021 dengan p value 0,000.

6.1.3 Ada hubungan hubungan yang bermakna antara jarak sungai ke rumah

dengan perilaku buang air besar sembarangan terhadap lingkungan sosial

masyarakat di Desa Kedaton Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton

Kabupaten OKU Tahun 2021 dengan p value 0,000.

6.1.4 Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

perilaku buang air besar sembarangan terhadap lingkungan sosial

masyarakat di Desa Kedaton Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton

Kabupaten OKU Tahun 2021 dengan p value 0,012.

6.1.5 Ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan

perilaku buang air besar sembarangan terhadap lingkungan sosial

78
79

masyarakat di Desa Kedaton Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kedaton

Kabupaten OKU Tahun 2021 dengan p value 0,001.

6.1.6 Model terakhir (analisis multivariat) didapatkan nilai yang bermakna

dengan OR = 102,821 (95% CI: 15,753-671,098) dengan nilai p = 0,000

pada variabel pengetahuan. Artinya variabel pengetahuan adalah variabel

yang paling dominan mempengaruhi perilaku buang air besar

sembarangan. Responden dengan pengetahuan kurang baik beresiko

untuk buang air besar sembarangan dibandingkan dengan responden

dengan pengetahuan baik

6.2 Saran

6.2.1 Perlu dilakukan perubahan kebiasaan masyarakat terhadap buang air

besar disembarang tempat dan bahaya yang ditimbulkan dari buang air

besar disembarang tempat. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara

memasang spanduk/baliho yang berisikan larangan buang air besar di

sungai.

6.2.2 Perlu adanya peran pemerintah desa yaitu dengan menggunakan dana

desa untuk membangun jamban umum di tempat-tempat strategis agar

dapat lebih mudah dijangkau oleh masyarakat baik siang maupun malam

hari. Selain itu juga dapat mengefektifkan arisan jamban sehat sebagai

salah satu upaya meningkatkan kepemilikan jamban sehat.

6.2.3 Diharapkan pemerintah desa dapat bekerja sama dengan tokoh

masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat untuk membuat komitmen


80

stop buang besar sembarangan. Selain itu dibentuk petugas yang

melibatkan masyarakat untuk berpatroli menyusuri sungai, sehingga

membuat masyarakat menjadi tidak nyaman untuk buang air besar di

sungai

6.2.4 Untuk itu kepada petugas kesehatan atau Puskesmas Kedaton untuk

memberikan pembinaan terhadap kepala keluarga yang tidak memiliki

jamban atau masih buang air besar di sungai. Pembinaan yang dimaksud

berupa kegiatan pemicuan, di mana petugas kesehatan bersama dengan

kepala keluarga mencari solusi untuk mengatasi masalah penggunaan

jamban sesuai dengan kemampuan dari kepala keluarga tersebut.

6.2.5 Kepada petugas kesehatan hendaknya dapat melibatkan anggota

keluarga ataupun tokoh masyarakat dalam memberikan penyuluhan.

Selain itu yang perlu diperhatikan adalah menyesuaikan waktu

penyuluhan dengan kondisi masyarakat di Desa Kedaton. Petugas

kesehatan harus mencari metode yang tepat sehingga pesan yang

diberikan dapat sampai kepada seluruh masyarakat. Metode tersebut

dapat berupa penyebaran leaflet yang dibagikan ke rumah-rumah warga

yang memuat tentang dampak buruk BAB di sungai bagi kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 2017. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Apriyanti, dkk, 2019. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Jamban


Keluarga di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No.1 / Januari 2019

Depkes RI, 2016. Syarat-syarat Jamban Sehat . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan, 2017. Profil Kesehatan tahun 2016.

Dinas Kesehatan Kabupaten OKU, 2018-2020. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten


OKU : Seksi Evaluasi dan Pelaporan.

Friedman, M, 2008. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan


Praktek.Edisi ke-5. Jakarta: EGC

Ginanjar, Reza. 2008. Hubunga Jenis Sumber Air Bersih dan Kondisi Fisik Air
Bersih dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sukmajaya
Tahun 2008. Tesis. Universitas Indonesia

Harapan Edi, 2019. Penggunaan Jamban Tradisional Pada Masyarakat Transisi Di


Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Pgri Palembang 12 Januari 2019.

Hayana, dkk, 2017. Hubungan cakupan kepemilikan jamban di Kelurahan


Kampung Baru Kota Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Global, Vol. 3, No. 1,
Januari 2020 : 9-17

Horhoruw, dkk, 2014. Perilaku Kepala Keluarga dalam Menggunakan Jamban di


Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon Kota Ambon. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

Kurniawati, Ratna Dian dan Saleha, Anggia Murni, 2020. Analisis Pengetahuan,
Sikap dan Peran Petugas Kesehatan dengan Keikutsertaan dalam
Pemicuan Stop BABS. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (2):
99-10

Mubarak Wahid Iqbal, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Teori dan Aplikasi.
Salemba Medika. Jakarta.
Mufidah Inganatul, 2017. Pengaruh program STBM dengan Pemberian Stiker ODF
terhadap perubahan perilaku BAB Masyarakat di Desa Kedondong
Kecamatan Sokaraja Tahun 2017. Tesis. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

Martina Eti, dkk, 2016. faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikkan


jamban sehat di Desa Napalakura Puskesmas NapabalanoKecamatan
Napabalano tahun 2016. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
halu Oleo

Murwati, Murwati. 2012. Faktor Host dan Lingkungan yang Mempengaruhi


Perilaku Buang Air Besar Sembarangan/(Open Defecation).Thesis
Universitas Diponegoro.

Nina, 2019. Hubungan Pengetahuan, Sarana, dan Sosial Ekonomi dengan


Kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pada Masyarakat.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol. 08, No. 01, Maret 2019

Notoatmodjo. S, 2014. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

, 2014. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta


: Peberbit Rineka Cipta

, 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta,


Jakarta.

Novela Vina, 2018. Analisis Pemanfaatan Program Gerakan Seribu Jamban Tahun
Anggaran 2013/2014 di Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

Paladiang Ronaldi, Haryanto Joni dan Has Eka Mishbahatul Mar’ah, 2020.
Determinan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Di Desa
Kiritana Kecamatan Kambera. Indonesian Journal Of Community Health
Nursing. Volume 5 No 1 Februari 2020

Panda, Prem S; Chandrakar, Aditi ; Soni, Gopal P;. (2017, September). Prevalence
of open air defecation and awareness and practices of sanitary latrine
usage in a rural village of Raipur district. International Journal of
Community Medicine and Public Health, 4(9), 3279-3282.
Proverawati, A. 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha
Medika.

Pulungan, dkk, 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan


Jamban Keluarga Di Desa Sipange Julu Kecamatan Sayur Matinggi
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013. Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen
Kesehatan Lingkungan

Purwanto Heri, 2014. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan, Buku


kedokteran, Jakarta.

Puskesmas Kedaton, 2018-2020. Laporan Tahunan Puskesmas Kedaton. Program


Penyehatan Lingkungan Puskesmas Kedaton

Soemirat Slamet, J, 2015. Epidemiologi Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada


University Press.

Sutrisno,T., 2014. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.

Syahril, dkk, 2019. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang Air
Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Pertiwi Kota Makassar.
Volume 5, NO. 1, Januari —April 2019

Suprajitno, 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Suwastika, 2016. Faktor pengaruh terhadap perilaku buang air besar pinggiran kali,
Kelurahan Dangin Puri, Denpasar. Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Tarigan, Elisabeth. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Keluarga


Dalam Penggunaan Jamban di Kabanjahe. Tesis, Program Stusi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Program Pasca Sarjana USU.
Medan.

Widiyastutik Otik, 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan Jamban


Sehat di Desa Malikian, Kalimantan Barat. Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Pontianak
LAMPIRAN
KUESIONER

ANALISIS PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN


TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT
DI DESA KEDATON KABUPATEN OKU
TAHUN 2021

A. DATA UMUM

1. Nama : ……………………………………………………
2. Umur : ……………………………………………………
3. Alamat : ……………………………………………………
4. No. Hp : ……………………………………………………
5. Penghasilan : a. ≥ Rp. 2.804.453,-/bulan.

b. < Rp. 2.804.453,-/bulan.

B. PERILAKU BABS
1. Apakah Anda memiliki jamban di rumah?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika tidak kemana Anda buang air besar
a. Di sungai.

b. Di kebun/hutan

c. Lain-lain, sebutkan………………………………………

C. PENGETAHUAN
1. Apa yang dimaksud dengan Buang Air Besar Sembarangan?
a. Buang air besar pada tempatnya seperti jamban
b. Buang air besar dimana saja
c. Buang air besar tidak pada tempat yang tepat seperti jamban atau WC
2. Menurut Bapak/Ibu dimana tempat Buang Air Besar yang tepat?
a. Jamban/WC
b. Lubang galian
c. Kebun/sungai/tempat terbuka
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah BAB sembarangan dapat mencemari
lingkungan?
a. Dapat, karena menyebar di tanah
b. Dapat, karena menularkan penyakit
c. Tidak dapat karena tinja segera ditutup dengan tanah dan menyuburkan
tanah
4. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan jamban keluarga?
a. Tempat untuk buang air besar
b. Tempat pembuangan tinja
c. Suatu bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja atau kotoran
manusia yang diperuntukkan untuk keluarga
5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jamban keluarga yang dianjurkan dalam
kesehatan lingkungan?
a. Jamban cubluk
b. Jamban cemplung
c. Jamban leher angsa
6. Mengapa jamban harus memilki septic tank?
a. Sebagai tempat penampungan tinja
b. Sebagai tempat penampungan tinja dan air limbah dari jamban/WC
sehingga tidak mencemari lingkungan yang menimbulkan dampak
buruk terhadap kesehata
c. Karena jika jamban/WC ada maka septic tank pun harus ada.
7. Berapa jarak penampungan tinja dari sumber air bersih yang dianjurkan
memenuhi syarat kesehatan?
a. ≥ 10 meter
b. 1-5 meter
c. < 10 meter
8. Manfaat buang air besar di jamban/WC:
a. Supaya tidak terlihat oleh orang lain
b. Untuk melindungi masyarakat dari penularan penyakit
c. Supaya tidak mengganggu estetika/pandangan masyarakat
9. Apakah Bapak/Ibu tahu syarat atau standar bangunan atas jamban/WC
yang memenuhi syarat kesehatan?
a. Tidak memiliki atap
b. Memilki atap dan ventilasi
c. Memilki atap yang kuat, ventilasi dan penerangan yang cukup
10. Bagaimana standar bangunan tengah jamban yang memenuhi syarat
kesehatan?
a. Memiliki lantai
b. Memilki dinding dan lantai jamban kedap air dan tidak licin
c. Memilki dinding yang kuat, lantai jamban kedap air dan tidak licin dan
memilki SPAL (saluran Pembuangan Air Limbah)
11. Bagaimana standar/syarat bangunan bawah jamban yang memenuhi syarat
kesehatan?
a. Memilki penutup
b. Memilki tempat penampungan
c. Memilki tempat penampungan untuk menguraikan kotoran/tinja seperti
septic tank ataupun cubluk.
12. Tahukah Bapak/Ibu jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan?
a. Bersih
b. Tidak berbau, kecoa, lalat, tikus dan tidak mencemari air dan
permukaan tanah
c. Tidak berbau dan tidak mencemari air dan permukaan tanah
13. Penyakit yang tidak dapat ditularkan melalui perilaku buang air besar
sembarang, kecuali
a. diare dan tifoid
b. diare dan demam berdarah
c. cikungunya dan polio
14. Perilaku buang air besar sembarangan dapat mencemari
a. udara
b. air
c. makanan
15. Air merupakan salah satu media penularan penyakit yang disebabkan oleh
a. sampah
b. tinja
c. kompos

D. JARAK SUNGAI KE RUMAH

1. Apakah letak rumah saudara berdekatan dengan sungai ?


a. Ya.
b. Tidak

2. Jika ya, berapa jauh kira-kira jarak rumah saudara dengan sungai……m
E. DUKUNGAN KELUARGA

1. Apakah keluarga mendukung dalam penyediaan jamban sehat?


a. Ya, mendukung
b. Tidak

F. PERAN PETUGAS KESEHATAN


1. Apakah pernah ada petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan
tentang pentingnya jamban sehat ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
c. Tidak tahu
2. Jika pernah, apakah saudara mengikuti penyuluhan tersebut?
a. Ya
b. Tidak pernah
Frequency Table

Perilaku BABS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BABS 52 44.1 44.1 44.1

Tdk BABS 66 55.9 55.9 100.0


Total 118 100.0 100.0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 40 33.9 33.9 33.9

Baik 78 66.1 66.1 100.0


Total 118 100.0 100.0

Penghasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 53 44.9 44.9 44.9

Tinggi 65 55.1 55.1 100.0


Total 118 100.0 100.0

Jarak Rumah ke Sungai


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid dekat 76 64.4 64.4 64.4

Jauh 42 35.6 35.6 100.0


Total 118 100.0 100.0
Dukungan Keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tdk ada 41 34.7 34.7 34.7

Ada 77 65.3 65.3 100.0


Total 118 100.0 100.0

Peran Petugas Kesehatan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tdk ada 45 38.1 38.1 38.1

Ada 73 61.9 61.9 100.0


Total 118 100.0 100.0
Crosstabs

Pengetahuan * Perilaku BABS

Crosstab
Perilaku BABS

BABS Tdk BABS Total

Pengetahuan Kurang Baik Count 37 3 40


% within Pengetahuan 92.5% 7.5% 100.0%

Baik Count 15 63 78
% within Pengetahuan 19.2% 80.8% 100.0%
Total Count 52 66 118
% within Pengetahuan 44.1% 55.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 57.588a 1 .000


Continuity Correctionb 54.654 1 .000
Likelihood Ratio 64.237 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 57.100 1 .000
N of Valid Cases 118

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,63.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan 51.800 14.056 190.902


(Kurang Baik / Baik)
For cohort Perilaku BABS = 4.810 3.027 7.644
BABS
For cohort Perilaku BABS = .093 .031 .277
Tdk BABS
N of Valid Cases 118
Penghasilan * Perilaku BABS

Crosstab
Perilaku BABS

BABS Tdk BABS Total

Penghasilan Rendah Count 36 17 53


% within Penghasilan 67.9% 32.1% 100.0%

Tinggi Count 16 49 65
% within Penghasilan 24.6% 75.4% 100.0%
Total Count 52 66 118
% within Penghasilan 44.1% 55.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 22.217a 1 .000


Continuity Correctionb 20.495 1 .000
Likelihood Ratio 22.860 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 22.029 1 .000
N of Valid Cases 118

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,36.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Penghasilan 6.485 2.894 14.534


(Rendah / Tinggi)
For cohort Perilaku BABS = 2.759 1.735 4.388
BABS
For cohort Perilaku BABS = .425 .281 .645
Tdk BABS
N of Valid Cases 118
Jarak Rumah ke Sungai * Perilaku BABS

Crosstab
Perilaku BABS

BABS Tdk BABS Total

Jarak Rumah ke Sungai dekat Count 44 32 76


% within Jarak Rumah ke 57.9% 42.1% 100.0%
Sungai

Jauh Count 8 34 42
% within Jarak Rumah ke 19.0% 81.0% 100.0%
Sungai
Total Count 52 66 118

% within Jarak Rumah ke 44.1% 55.9% 100.0%


Sungai

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 16.562a 1 .000


Continuity Correctionb 15.024 1 .000
Likelihood Ratio 17.561 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.422 1 .000
N of Valid Cases 118

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,51.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Jarak Rumah ke 5.844 2.388 14.298


Sungai (dekat / Jauh)
For cohort Perilaku BABS = 3.039 1.583 5.836
BABS
For cohort Perilaku BABS = .520 .385 .703
Tdk BABS
N of Valid Cases 118
Dukungan Keluarga * Perilaku BABS

Crosstab
Perilaku BABS

BABS Tdk BABS Total

Dukungan Keluarga Tdk ada Count 25 16 41


% within Dukungan Keluarga 61.0% 39.0% 100.0%

Ada Count 27 50 77
% within Dukungan Keluarga 35.1% 64.9% 100.0%
Total Count 52 66 118
% within Dukungan Keluarga 44.1% 55.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.287a 1 .007


Continuity Correctionb 6.274 1 .012
Likelihood Ratio 7.303 1 .007
Fisher's Exact Test .011 .006
Linear-by-Linear Association 7.226 1 .007
N of Valid Cases 118

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,07.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Dukungan 2.894 1.323 6.330


Keluarga (Tdk ada / Ada)
For cohort Perilaku BABS = 1.739 1.177 2.569
BABS
For cohort Perilaku BABS = .601 .396 .911
Tdk BABS
N of Valid Cases 118
Peran Petugas Kesehatan * Perilaku BABS

Crosstab
Perilaku BABS

BABS Tdk BABS Total

Peran Petugas Kesehatan Tdk ada Count 29 16 45


% within Peran Petugas 64.4% 35.6% 100.0%
Kesehatan

Ada Count 23 50 73
% within Peran Petugas 31.5% 68.5% 100.0%
Kesehatan
Total Count 52 66 118

% within Peran Petugas 44.1% 55.9% 100.0%


Kesehatan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 12.253a 1 .000


Continuity Correctionb 10.953 1 .001
Likelihood Ratio 12.372 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 12.149 1 .000
N of Valid Cases 118

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,83.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Peran Petugas 3.940 1.797 8.640


Kesehatan (Tdk ada / Ada)
For cohort Perilaku BABS = 2.045 1.369 3.057
BABS
For cohort Perilaku BABS = .519 .340 .792
Tdk BABS
N of Valid Cases 118
Logistic Regression

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 118 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 118 100.0


Unselected Cases 0 .0
Total 118 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value

BABS 0
Tdk BABS 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b
Predicted

Perilaku BABS Percentage


Observed BABS Tdk BABS Correct

Step 0 Perilaku BABS BABS 0 52 .0

Tdk BABS 0 66 100.0


Overall Percentage 55.9

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is ,500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .238 .185 1.653 1 .199 1.269


Variables not in the Equation
Score df Sig.

Step 0 Variables tahu 57.588 1 .000

hasil 22.217 1 .000

jarak 16.562 1 .000

dukung 7.287 1 .007

peran 12.253 1 .000


Overall Statistics 62.441 5 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.

Step 1 Step 74.682 5 .000

Block 74.682 5 .000


Model 74.682 5 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 87.235a .469 .628

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter


estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea
Predicted

Perilaku BABS Percentage


Observed BABS Tdk BABS Correct

Step 1 Perilaku BABS BABS 41 11 78.8

Tdk BABS 3 63 95.5


Overall Percentage 88.1

a. The cut value is ,500


Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a tahu 4.590 .968 22.486 1 .000 98.461 14.771 656.333

hasil 1.658 .608 7.434 1 .006 5.247 1.594 17.277

jarak .767 .659 1.353 1 .245 2.152 .591 7.834

dukung -.929 1.527 .371 1 .543 .395 .020 7.867

peran -1.245 1.571 .627 1 .428 .288 .013 6.267


Constant -7.635 1.576 23.476 1 .000 .000

a. Variable(s) entered on step 1: tahu, hasil, jarak, dukung, peran.

Logistic Regression

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 118 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 118 100.0


Unselected Cases 0 .0
Total 118 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value

BABS 0
Tdk BABS 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b
Predicted

Perilaku BABS Percentage


Observed BABS Tdk BABS Correct

Step 0 Perilaku BABS BABS 0 52 .0

Tdk BABS 0 66 100.0


Overall Percentage 55.9
Classification Tablea,b
Predicted

Perilaku BABS Percentage


Observed BABS Tdk BABS Correct

Step 0 Perilaku BABS BABS 0 52 .0

Tdk BABS 0 66 100.0


Overall Percentage 55.9

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is ,500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .238 .185 1.653 1 .199 1.269

Variables not in the Equation


Score df Sig.

Step 0 Variables tahu 57.588 1 .000

hasil 22.217 1 .000

jarak 16.562 1 .000


peran 12.253 1 .000
Overall Statistics 62.344 4 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.

Step 1 Step 74.288 4 .000

Block 74.288 4 .000


Model 74.288 4 .000
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square

1 87.630a .467 .626

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter


estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea
Predicted

Perilaku BABS Percentage


Observed BABS Tdk BABS Correct

Step 1 Perilaku BABS BABS 41 11 78.8

Tdk BABS 3 63 95.5


Overall Percentage 88.1

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a tahu 4.577 .975 22.035 1 .000 97.269 14.385 657.690

hasil 1.664 .603 7.603 1 .006 5.279 1.618 17.224

jarak .732 .661 1.226 1 .268 2.079 .569 7.599


peran -2.050 .961 4.545 1 .033 .129 .020 .848
Constant -7.800 1.556 25.137 1 .000 .000

a. Variable(s) entered on step 1: tahu, hasil, jarak, peran.

Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 118 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 118 100.0


Unselected Cases 0 .0
Total 118 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value

BABS 0
Tdk BABS 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b
Predicted

Perilaku BABS Percentage


Observed BABS Tdk BABS Correct

Step 0 Perilaku BABS BABS 0 52 .0

Tdk BABS 0 66 100.0


Overall Percentage 55.9

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is ,500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .238 .185 1.653 1 .199 1.269

Variables not in the Equation


Score df Sig.

Step 0 Variables Tahu 57.588 1 .000

Hasil 22.217 1 .000

peran 12.253 1 .000


Overall Statistics 61.880 3 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.

Step 1 Step 73.064 3 .000

Block 73.064 3 .000


Model 73.064 3 .000
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square

1 88.854a .462 .618

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter


estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea
Predicted

Perilaku BABS Percentage


Observed BABS Tdk BABS Correct

Step 1 Perilaku BABS BABS 37 15 71.2

Tdk BABS 3 63 95.5


Overall Percentage 84.7

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a tahu 4.633 .957 23.431 1 .000 102.821 15.753 671.098

hasil 1.631 .594 7.539 1 .006 5.109 1.595 16.365

peran -1.631 .874 3.487 1 .062 .196 .035 1.084


Constant -7.520 1.512 24.747 1 .000 .001

a. Variable(s) entered on step 1: tahu, hasil, peran.


Indeks By :

SUBMISSION OF ARTICLES (SoA)


No.01/jksp-SoA/6-1/8/2021

Kepada Yth
Yeni Fitri Ningsih
Author/Pengirim Naskah Artikel JKSP

Salam Hormat
Kami Mengucapkan terima kasih Telah Mengirimkan artikel penelitian ke Redaksi Jurnal Kesehatan
Saelmakers PERDANA (JKSP).

Peneliti Yeni Fitri Ningsih, Akhmad Dwi Priyatno, Maria Ulfa


Institusi Stik Bina Husada Palembang, Indonesia
Judul Analisis Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Terhadap Lingkungan Sosial
Masyarakat Di Desa Kedaton OKU 2021

Artikel ilmiah akan kami tindak lanjuti sesuai dengan kaidah penulisan JKSP. Atas kerjasamanya, kami
ucapkan terima kasih.

Palembang,19 Agustus 2021


Hormat saya

Ns. Lilik Pranata, S.Kep.,M.Kes


Editor JKSP

Alamat redaksi :
Prodi. Ilmu Keperawatan dan Ners lantai 3 Gedung Theresia , Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas. Jln.
Kol. H. Burlian lrg. Suka Senang No 204 Km 7 Palembang 30152 Telp. (0711) 412806 Sumatera Selatan-
Indonesia,email:jksp@ukmc.ac.id
http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH, p-ISSN: 2615 – 6563 , e-ISSN: 2615 - 6571
RIWAYAT HIDUP PENULIS

IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : Yeni Fitri Ningsih
NPM : 19131011110
Tempat/Tanggal Lahir : Saung Naga 09 Januari 1984
Agama : Islam
Pekerjaan : ASN
Status : Menikah
Alamat : Dusun ll Desa Saung Naga Kec. Peninjauan Kab
OKU Sumsel
Nomor Telpon/HP 081368958536
Nama Suami : Mawardi
Nama Anak : 1. Keysha Meilinda Zahra
2. Elmira Evlin Putri
3. Lady Amanda

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1991- 1996 : Tamat SD Negeri Saung Naga
Tahun 1996.-1999 : Tamat SMP N Peninjauan
Tahun 1999-2002 : Tamat SMA N Peninjauan
Tahun 2003-2005 : Tamat D.III Keperatawan Mitra Adiguna
Palembang
Tahun 2006-2008 : Tamat Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Al-Ma’arif Baturaja
Tahun 2019-2021 : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat
STIK Bina Husada Palembang

RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 2005 - 2007 : RSUD Ibnu Sutowo Baturaja
Tahun 2009-2011 : Puskesmas Lubuk Rukam Kec.Peninjauan OKU
Tahun 2012 - 2015 : UPTD Puskesmas Peninjauan Kab.OKU
Tahun 2016 s.d skr : UPTD Puskesmas Kedaton Kab. OKU
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”


(Q.S Alam Nasyrah, 6)

Tesis ini kupersembahkan kepada:

Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu menuntun dan
membimbing umat-Nya agar selalu berada di jalan-Nya.

Sebagai bakti dan terima kasih kepada kedua orang tuaku yang
sepanjang hidupnya telah mengasuh, membesarkan, dan mendidikku
dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Kepada suami dan anakku tersayang yang selalu mengiringiku dengan


do’a dan menjadi penyejuk hati, pemberi semangat dikala menemui
kesulitan dan hambatan.

Teman-teman seperjuangan yang selalu mensupport dalam suka dan


duka

Almamaterku tercinta…
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai