Anda di halaman 1dari 127

PENGARUH PESAN MELALUI MEDIA VIDEO TERHADAP

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSLUSIF


PADA IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTARGEBANG
TAHUN 2022

TESIS

Oleh :
Nama Mahasiswa : Sherly Ayu Tionika
NPM : 206070011

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
TAHUN 2022
HALAMAN JUDUL

PENGARUH PESAN MELALUI MEDIA VIDEO TERHADAP


PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI
EKSLUSIF PADA IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANTARGEBANG TAHUN 2022

Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Magister Kesehatan Masyarakat

Oleh
Nama Mahasiswa : Sherly Ayu Tionika
NPM : 206070011

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA

i
TAHUN 2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis :Pengaruh Pesan Melalui Media Video Terhadap Pengetahuan, Sikap,
Dan Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantargebang Tahun 2022

Nama : Sherly Ayu Tionika


NPM : 206070011

Tesis ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis Program Studi
Magister Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Respati Indonesia.
Jakarta, September 2022

Komisi Pembimbing

Dr. Zarfiel Tafal, MPH Yennie Ariestanti, S.SiT., M.Kes


Pembimbing I Pembimbing II

Penguji

Yuna Trisuci Aprillia, SST., M.Kes

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Magister Kesehatan Masyarakat

Dr. Laila Ulfa, SKM., M.Kes


NIK : 1027.98.022
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sherly Ayu Tionika


NPM : 206070011

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Pesan Melalui
Media Video Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada
Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang Tahun 2022 adalah benar-benar karya
sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah
diajukan pada instansi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggungjawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan tesis ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan
dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian
hari pernyataan ini tidak benar.

Jakarta, September 2022

Yang menyatakan,

materai

Sherly Ayu Tionika


NPM: 206070011
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Pesan Melalui Media Video
Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantargebang Tahun 2022 adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telas disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Universitas Respati
Indonesia

Jakarta, September 2022

Sherly Ayu Tionika


NPM: 206070011
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
(Hasil Karya Perorangan)

Sebagai civitas akademik Universitas Respati Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Sherly Ayu Tionika
NPM : 206070011
Program Studi : Magister Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Promosi Kesehatan
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Respati Indonesia hak bebas Royalti Non-Eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas
karya ilmiah saya yang berjudul : Pengaruh Pesan Melalui Media Video Terhadap
Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantargebang Tahun 2022, beserta softcopy (CD) dan perangkat yang ada
(bila diperlukan).
Dengan hak bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Respati Indonesia berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data dan
menampilkannya (database), mendistribusikannya dan menampilkan/ mempublikasikan di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik hak
cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya
ilmiah ini menjadi tanggung jawab pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, September 2022

Sherly Ayu Tionika


NPM: 206070011
HAK CIPTA
© Hak Cipta Milik Universitas Respati Indonesia, Tahun 2022
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh tesis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan
sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan
pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan Universitas Respati Indonesia.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh tesis ini dalam bentuk
apa pun tanpa izin Universitas Respati Indonesia.
RIWAYAT HIDUP

Nama : Sherly Ayu Tionika


NPM : 206070011
Tempat Tanggal Lahir : Karawang, 2 Januari 1997
Alamat : Jalan Banteng, Gang Nayar 2, Rt/Rw 02/12 No. 65,
Kranji, Bekasi Barat
No. HP : 0897 - 4191 - 389
Email : serlyayutionika@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Sarjana (S1/D4) : S1 Gizi, Universitas Binawan
Pekerjaan : Ahli Gizi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “
Pengaruh Pesan Melalui Media Video Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik
Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargeang Tahun
2022 ”.

Dalam penyusunan Tesis ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, tetapi berkat bantuan, bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. drg. Tri Budi W. Rahardjo, MS., selaku Rektor Universitas Respati
Indonesia.
2. Dr. Atik Kridawati, ST., M.Kes., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Respati Indonesia.
3. Dr. Laila Ulfa, SKM., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Magister Kesehatan
Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Respati Indonesia..
4. Dr. Zarfiel Tafal, MPH., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.
5. Ibu Yennie Ariestanti, S.SiT, M.Kes., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.
6. Para Dosen Universitas Respati Indonesia khususnya Dosen Program Pascasarjana
yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
7. Para staf Universitas Respati Indonesia khususnya staf Program Pascasarjana yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang telah memberikan saya izin untuk
pengambilan data penelitian.
9. Kepala Puskesmas Bantargebang yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian di Puseksmas Bantargebang.
10. Ibu Dwiana, selaku Nutritionist Puskesmas Bantargebang dan Ibu Kader di
Wilayah Puskesmas Bantargebang yang telah banyak membantu pada saat turun
lapangan.

11. Seluruh Responden yang telah berkenan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
12. Kedua orang tua saya Bapak Setiono dan Ibu Kasih yang senantiasa mendoakan,
memberikan dukungan moril, serta memberikan motivasi yang tiada hentinya untuk
segera menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
13. Sepupu saya Widya Sela dan Hani Nispujianti yang meluangkan waktu untuk
mendengarkan keluh dan kesah selama ini.
14. Teman saya Aprilia, Nazla, Amalia, Sabrina, Muthia, dan Nurhiyanah yang telah
membantu penulis dalam proses tesis ini.
15. Seluruh teman – teman seperjuangan yang telah meberikan bantuan dan kerjasama
yang baik selama mengikuti pendidikan.
16. Semua pihak yang telah membantu, penulis ucapkan terimakasih atas kerjasama
dan dukungannya sehingga penyusunan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan tesis ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk peneliti khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, September 2022

Penulis
ABSTRAK
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

Tesis, September 2022

PENGARUH PESAN MELALUI MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN,


SIKAP, DAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BANTARGEBANG TAHUN 2022

xix + 84 halaman + 28 tabel + 12 gambar + 9 lampiran

ABSTRAK

Pemberian ASI mampu menurunkan angka kematian bayi akibat infeksi sebesar 88%.
Pada tahun 2021 cakupan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang hanya 2,71 %. Tingkat pengetahuan dan sikap ibu berhubungan dengan
praktik pemberian ASI eksklusif, dan video dianggap merupakan media yang efektif
terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan praktik pemberian ASI eksklusif
pada ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pesan melalui media video
terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik serta mengetahui faktor dominan yang
mempengaruhi praktik ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Penelitian eksperimen semu ini
menggunakan rancangan pretest-posttest. Penelitian dilakukan terhadap 2 kelompok
responden, yaitu kelompok yang mendapat intervensi pesan melalui media video, dan
kelompok yang tidak mendapatkan intervensi. Hasilnya terjadi peningkatan bermakna
pengetahuan pada kelompok eksperimen dengan uji (paired simple t test, p=0,000),
perubahan sikap (uji Wilcoxon, p=0,001), dan peningkatan praktik (uji Wilcoxon,
p=0,000). Sikap merupakan variabel yang paling mempengaruhi praktik pemberian ASI
eksklusif.

Kata kunci : ASI eksklusif, Video, Pengetahuan, Sikap, Praktik, Ibu bayi usia 0-
5 bulan
Daftar Pustaka : 68 (1999-2015)
ABSTRACT
MASTER PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
POSTGRADUATE PROGRAM OF UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

Thesis, September, 2022

THE EFFECT OF VIDEO MESSAGE TOWARDS KNOWLEDGE, ATTITUDE,


AND PRACTICE OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN THE PUSKESMAS
BANTARGEBANG WORKING AREA, IN 2022

xix + 84 pages + 28 tabels + 12 picture + 9 appendix

ABSTRACT

Breastfeeding can reduce infant mortality due to infection by 88%. In 2021 the coverage of
exclusive breastfeeding in the Bantargebang Community Health Center is only 2.71%.
Mother's level of knowledge is related to exclusive breastfeeding, and video is considered
an effective medium for increasing changing knowledge, as well as attitudes and practices
of exclusive breastfeeding to mothers. The purpose of this study was to determine the effect
of using video message towads mothers’ knowledge, attitude, and practice to find out the
dominant factors that influence the mothers’ exclusive breastfeeding practice. Using a
quasi-experimental method and pret est-posttest desig, the respondents is divided into a
group of mothers who received intervention with video, and a group of mothers who did
not In this study knowledge increase, attitude change, and practice were found in the
intervention group.. The most influencing variable towards the exclusive breastfeeding
practice is mother’sattitude.

Keyword : Exclusive breastfeeding, Video, Knowledge, Attitude, Practice, Mother


baby age 0-5 month

References : 68 (1999-2015)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT iii
PERNYATAAN ORISINALITAS iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH v
HAK CIPTA vi
RIWAYAT HIDUP vii
KATA PENGANTAR viii
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBARxvii
DAFTAR SIMBOL/SINGKATAN xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB 1 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian...................................................................5
1.2.1 Pertanyaan Penelitian.................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................................................................7
1.4.2 Manfaat Aplikatif.............................................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup 7
BAB II 8
KAJIAN PUSTAKA 8
2.1 Menyusui...........................................................................................................................8
2.1.1 Air Susu Ibu ( ASI )..........................................................................................................9
2.1.2 ASI Ekslusif...................................................................................................................10
2.1.3 Manfaat ASI Eksklusif............................................................................................11
2.2 Puskesmas.......................................................................................................................12
2.3 Promosi Kesehatan..........................................................................................................13
2.4 Metode Promosi Kesehatan.............................................................................................14
2.5 Media Promosi Kesehatan...............................................................................................15
2.6 Video...............................................................................................................................16
2.7 Pengetahuan.........................................................................................................................17
2.7.1 Sumber Pengetahuan......................................................................................................19
2.7.2. Cara Mengukur pengetahuan.........................................................................................22
2.8 Sikap.....................................................................................................................................23
2.8.1 Sumber atau Sebab Orang bersikap...............................................................................24
2.8.2 Cara Pengukuran Sikap.................................................................................................24
2.9 Praktik.................................................................................................................................25
2.9.1 Cara Mengembangkan Praktik atau Ketermapilan Seseorang........................................26
2.9.2 Cara Mengukur Praktik..................................................................................................26
2. 10 Kuesioner....................................................................................................................27
2.10.1 Pre test..........................................................................................................................28
2.10.2 Post test...................................................................................................................28
2.10.3 Skala Guttman.........................................................................................................29
2.11 Usia.....................................................................................................................................30
2.12 Pendidikan...........................................................................................................................30
2.13 Pekerjaan.............................................................................................................................30
2.14. Teori Skinner (1938)..........................................................................................................31
2.15 Teori Lawrence Green (1980).............................................................................................31
2. 16 Penelitian Sebelumnya......................................................................................................32
2.15 Kerangka Teori....................................................................................................................36
BAB III 38
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 38
3.1 Kerangka Konsep..................................................................................................................38
3.2 Definisi Operasional........................................................................................................39
3.3. Hipotesis...............................................................................................................................43
BAB IV 45
METODE PENELITIAN 45
4.1 Jenis Dan Desain Penelitian..................................................................................................45
4.2 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Penelitian..........................................................................46
4.2.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian........................................................................................46
4.2.2. Tempat Pelaksanaan Penelitian.....................................................................................46
4.3 Populasi dan Sampel.............................................................................................................46
4.3.1 Populasi..........................................................................................................................46
4.3.2 Sample............................................................................................................................46
4.4 Uji Validitas Dan Reliabilitas................................................................................................47
4.4.1 Uji Validitas...................................................................................................................47
4.4.2 Uji Validitas Kusioner....................................................................................................47
4.4.2 Uji Reliabilitas................................................................................................................51
4.5 Teknik Pengambilan Data Dan Analisis Data........................................................................52
4.5.1 Teknik Pengambilan Data...............................................................................................52
4.5.2 Analisis Data..................................................................................................................58
BAB V 59
HASIL 59
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian..................................................................................................59
5.2 Karakteristik Responden......................................................................................................59
5.2.1 Karakteristik Responden Kelompok 1 (Kelompok Eksperimen)...................................59
5.2.2 Kararkteristik Responden Kelompok 2 (Kelompok Kontrol).........................................61
5.2 Hasil Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik............................63
5.2.1 Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan..............................................................63
5.2.2 Pengaruh Media Video Terhadap Sikap.........................................................................66
5.2.3 Pengaruh Media Video Terhdap Praktik.........................................................................68
5.2.4 Hubungan Praktik Dengan Faktor - faktor......................................................................71
5.2.5. Faktor yang dominan terhadap praktik pemberian ASI eksklusif..................................74
BAB VI 75
PEMBAHASAN 75
6.1 Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan....................................................................75
6.2 Pengaruh Media Video Terhadap Sikap...............................................................................76
6.3 Pengaruh Media Video Terhadap Praktik..............................................................................78
6.4 Faktor yang berhubungan dengan praktik..............................................................................80
a. Pengetahuan.........................................................................................................................80
b. Sikap....................................................................................................................................80
c. Usia Bayi.............................................................................................................................81
d. Usia Ibu...............................................................................................................................81
e. Pendidikan Ibu.....................................................................................................................82
f. Pekerjaan Ibu.......................................................................................................................82
6.5 Faktor dominan terhadap praktik...........................................................................................83
BAB VII 84
KESIMPULAN DAN SARAN 84
7. 1 Kesimpulan..........................................................................................................................84
7. 2 Saran.....................................................................................................................................84
7.3 Keterbatasan Penelitian...................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA 85
LAMPIRAN 90

DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Daftar Penelitian Sebelumnya 32
Tabel 3. 1 Definisi Operasional 39
Tabel 4. 1 Uji Validitas Kuesioner Pengtahuan 48
Tabel 4. 2 Uji Validitas Kuesioner Sikap 49
Tabel 4. 3 Uji Validitas Kuesioner Praktik 50
Tabel 4. 4 Instrumen Kuesioner Penlitian 53
Tabel 5. 1 Analisis Deskriptif Pengtahuan 63
Tabel 5. 2 Uji Normalitas Pengetahuan 64
Tabel 5. 3 Uji Paired Sample T Test Pengetahuan 64
Tabel 5. 4 Uji Homogenitas Pengetahuan 65
Tabel 5. 5 Uji Independent Sample T Test Pengetahuan 65
Tabel 5. 6 Analisis Deskriptif Sikap 66
Tabel 5. 7 Uji Normalitas Sikap 66
Tabel 5. 8 Uji Wilcoxon Sikap 67
Tabel 5. 9 Uji Homogenitas Sikap 67
Tabel 5. 10 Uji Mann Whitney Sikap 68
Tabel 5. 11 Analisis Deskriptif Praktik 68
Tabel 5. 12 Uji Normalitas Praktik 69
Tabel 5. 13 Uji Wilcoxon Praktik 69
Tabel 5. 14 Uji Homogenitas Praktik 70
Tabel 5. 15 Uji Mann Whitney Praktik 70
Tabel 5. 16 Hubungan Praktik dengan Pengetahuan 71
Tabel 5. 17 Hubungan Praktik dengan Sikap 71
Tabel 5. 18 Hubungan Praktik dengan Usia Bayi 72
Tabel 5. 19 Hubungan Praktik dengan Usia Ibu 72
Tabel 5. 20 Hubungan Praktik dengan Pendidikan Ibu 73
Tabel 5. 21 Hubungan Praktik dengan Pekerjaan Ibu 73
Tabel 5. 22 Faktor Dominan Terhadap Praktik 74

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori (Skiner) 36


Gambar 2. 2 Kerangka Teori (L. Green) 37Gambar 3. 1 Kerangka Konsep
38
Gambar 4. 1 Tahap Pelaksanaan Penelitian 52Gambar 5. 1 Usia Bayi Kelompok
Eksperimen 59
Gambar 5. 2 Usia Ibu Kelompok Eksperimen 60
Gambar 5. 3 Pendidikan Ibu Kelompok Eksperimen 60
Gambar 5. 4 Pekeraan Ibu Kelompo Eksperimen 61
Gambar 5. 5 Usia Bayi Kelompok Kontrol 61
Gambar 5. 6 Usia Ibu Kelompok Kontrol 62
Gambar 5. 7 Pendidikan Ibu Kelompok Kontrol 62
Gambar 5. 8 Pekerjaan Ibu Kelompok Kontrol 63

DAFTAR SIMBOL/SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


BPS : Badan Pusat Statistik
DEPKES : Departemen Kesehatan
KEMENKES : Kementerian Kesehatan
MPASI : Makanana Pendamping ASI
PERMENKES: Peraturan Kementerian Kesehatan
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
UNICEF : United Nations International Children’s Emergency Fund
WHO : World Health Organization

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian 78


Lampiran 2. Penjelasan Sebelum Persetujuan 82
Lampiran 3. Surat Pernyataan Bersedia Sebagai Responden 83
Lampiran 4. Curicullum Vitae Peneliti 84
Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan 88
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan 89
Lampiran 7. Surat Ijin Studi Pendahuluan 90
Lampiran 8. Surat Etik Penelitian 91
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian 92
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan atau asupan nutrsi yang paling sempurna untuk
bayi, karena ASI mengandung zat gizi yang sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI
Ekslusif merupakan pemberian ASI kepada bayi selama 0-6 bulan, selama dalam masa
asi ekslusif diharapkan bayi tidak mendapat tampahan cairan ataupun asupan,
kebutuhan nya hanya dipenuhi oleh asi saja. (Aziza, 2019). Pemberian Asi adalah cara
memberikan asupan terbaik terhadap bayi. Pemberian asi juga merupakan cara yang
tepat dalam meningkatkan kualitas SDM pada saat awal pertumbuhannya. disamping
itu dalam kandungan asi terdapat zat antibodi yang memiliki fungsi untuk melindungi
bayi terhadap penyakit infeksi yang umum di temui pada tahun pertama kehidupan.
(Suhertusi, 2014).
Pemberian ASI mampu menurunkan angka kematian bayi akibat infeksi sebesar
88%. Selain itu, pemberian asi juga berkontribusi dalam menurunkan risiko stunting,
obesitas, serta penyakit kronis di masa yang akan datang. Sebanyak 31,36% anak sakit,
karena tidak menerima ASI Ekslusif. (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Rendahnya
cakupan pemberian ASI merupakan ancaman terhadap tumbuh kembang seorang anak
yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan serta perkembangan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) karena 80% perkembangan otak anak dimulai sejak masih di
dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal sebagi periode emas. (Kementerian
Kesehatan RI, 2011). Menurut WHO tahun 2016 cakupan pemberian ASI Eksklusif di
dunia rata- rata berkisar 38%.
Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif di Indonesia tahun 2019 yaitu sebesar
67,74%.(Profil Kesehatan Indonesia, 2019). Sedangkan pada tahun 2020 cakupan
bayi mendapat ASI eksklusif di Indonesia yaitu sebesar 66,06%. artinya cakupan bayi
mendapat ASI eksklusif pada tahun 2020 mengalami sedikit penuruan dari tahun
sebelumnya. (Profil Kesehatan Indonesia, 2020). Pada tahun 2021 cakupan bayi
mendapat ASI Eksklusif di Indonesia mengalami peningkatan, sehingga cakupan bayi
mendapat ASI Eksklusif di Indonesia tahun 2021 menjadi sebesar 71,58 %.
(Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2019 sebesar
63,53% . (Profil Kesehatan Indonesia, 2019). Pada tahun 2020 cakupan bayi mendapat
ASI Eksklusif mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 58,5
%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2020). Sedangkan pada tahun 2021 cakupan bayi
mendapat ASI Eksklusif di Jawa Barat mengalami peningkatan sama hal nya dengan
presentase cakupan bayi mendapat ASI Eksklusif di Indonesia. Sehingga cakupan bayi
mendapat ASI Eksklusif di Jawa Barat menjadi sebesar 76,46 %. (Badan Pusat
Statistik, 2021).
Di Kota Bekasi tahun 2019 cakupan pemberian Asi Ekslusif masih terbilang rendah
yaitu hanya 33,8%, cakupan pemberian asi ekslusif terendah di kota bekasi yaitu di
wilayah kerja puskesmas bantargebang hanya 10,4%. (Profil Kesehatan Kota Bekasi,
2019). Pada tahun 2020 cakupan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantargebang yaitu 15,2 %. (Laporan Tahunan Puskesmas Bantargebang,
2020). Pada tahun 2021 cakupan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantargebang mengalami penurunan yaitu menjadi 2,71 %. (Dinas
Kesehatan Kota Bekasi, 2021). Walau pada tahun 2021 presentase cakupan bayi
mendapat ASI Eksklusf di Indonesia dan Jawa Barat mengalami peningkatan, tetapi
lain hal nya dengan Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang yang mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan Data Riskesdas 2018 terdapat 9,3% bayi usia 0 -5 bulan yang
mendapatkan ASI parsial dan 3,3% mendapatkan ASI predominan. ASI predominana
merupakan pola penberia ASI diamana bayi usia < 6 bulan selain mendapatkan ASI
juga pernah diberikan sedikit air. Sedangkan ASI parsial merupakan pola pemberian
ASI dimana bayi usia < 6 bulan selain mendapat ASI juga diberikan makanan buatan
seperti susu formula, bubur, atau makanan lain. (Kementerian Kesehatan RI, 2018a).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Wilayah Kerja
Pusekmas Bantargebang dengan cara melakukan wawancara mengenai praktik
pemberian ASI Eksklusif terhadap 10 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-5 bulan,
diantara 10 orang ibu tersebut atau responden, didapatkan hasil bahwa diantaranya ada
3 orang ibu yang memberikan ASI tetapi memberikan juga susu formula kepada
bayinya, 2 orang meberikan ASI dan juga makanan pendamping ASI sebelum bayi
berusia 6 bulan. Salah satu makanan yang diberikan yaitu pisang. 5 orang lainnya
hanya memberikan ASI saja.
Anak yang mendapatkan asi ekslusif serta mendapatkan pola asuh yang baik akan
tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu dapat menurunkan risiko terjangkit
dari penyakit. Pemberian asi juga mampu untuk mempererat ikatan emosional antara
ibu dan anak sehingga diharapkan anak dapat menjadi seorang anak dengan ketahanan
pribadi yang mampu mandiri. Menyusui atau memberikan asi merupakan suatu
investasi terbaik dalam kelangsungan hidup serta meningkatkan kesehatan,
perkembangan sosial, dan ekonomi individu. Angka kematian bayi menjadi suatu
indikator yang penting dalam mengukur derajat kesehatan dan tingkat kemajuan di
suatu wilayah atau negara.
Menekan angka kematian bayi dengan cara memberikan makanan terbaik atau
dengan memberikan asi merupakn cara yang sangan efektif. Dengan memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan dapat mengurangi hingga 13 persen angka kematian balita.
Keberhasilan dalam upaya menyusui merupakan upaya bersama, membutuhkan
informasi yang benar, serta dukungan yang kuat dalam terciptanya suatu lingkungan
yang memungkinkan seorang ibu untuk menyusui secara optimal. Meskipun menyusui
merupakan keputusan seorang ibu, namun akan lebih baik jika adanya dukungan kuat
dari para suami, keluarga, teman, tempat kerja serta masyarakat. Karena menyusui
melibatkan seoarang ibu dan pendukung terdekatnya atau suami, sehingga dibutuhkan
perlindungan sosial orangtua yang adil gender terkait dengan menyusui menjadi hal
yang sangat penting. (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sinaga, 2020) yang berjudul
Faktor Penyebab Rendahnya Cakupan Inisiasi Menyusui Dini Dan Pemberian Asi
Eksklusif bahwa terdapat enam faktor utama yang menjadi penyebab rendahnya
cakupan ASI eksklusif yaitu komitemen untuk melaksanaan peraturan pemerintah
Kepmenkes Nomor 450/2004 masih belum maksimal khususnya di fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit dan klinik persalinan, rendahnya dukungan keluarga, pendidikan
ibu rendah serta ibu bekerja diluar rumah, tidak berjalannya konseling ASI, bayi lahir
tidak cukup bulan dan faktor budaya. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Jalal, 2017) tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Air Susu Ibu
(Asi) Eksklusif Untuk Perkembangan Bayi bahwa Ada hubungan yang signifikan
tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu pusat fasilitas


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat serta upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, Pusekesmas lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah atau masyarakat. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Upaya kesehatan masyarakat (UKM) merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, serta masyarakat. Upaya
kesehatan perseorangan (UKP) merupakan suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.(Permenkes No 43, 2019).
Promosi kesehatan merupakan sutau upaya untuk mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Hasil yang diharapkan dari
kegiatan promosi kesehatan adalah terbentiknya perilaku sehat, atau perilaku untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi
kesehatan. (Notoatmodjo, 2012). Pada pelaksanaannya, promosi kesehatan tidak dapat
lepas dari media. Karena melalui media tersebut pesanpesan kesehatan yang
disampaikan menjadi menaik dan mudah dipahami, sehingga sasaran dapat dengan
mudah menerima pesan yang disampaikan. Media promosi kesehatan merupakan
sebuah sarana untuk menampilkan pesan atau informasi baik melalui media cetak,
elektronika serta media luar ruang, dalam upaya sasaran dapat meningkat
pengetahuannya serta diharapkan menjadi perubahan pada perilaku ke arah positif di
bidang kesehatan. Media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Media
cetak, contohnya seperti booklet, leaflet, rubrik dan poster. Media elektronik ,
contohnya seperti TV, radio, film, vidio film, cassete, CD, dan VCD. Media luar
ruangan, contohnya seperti papan reklame, spanduk, pameran, banner dan TV layar
lebar. (Notoatmodjo, 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Safitri. dkk, 2021) tentang Pengaruh Video
Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Bulu Lor 2021 menunjukkan bahwa pemberian edukasi dengan media
video berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI (p-
value=0,001). Dari uraian diatas bahwa pemberian ASI Eksklusif sangat penting dan
sangat berpengaruh terhadap kesehatan anak. Pemberian asi eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Bantargebang cakupannya masih sangat rendah yaitu hanya 10,4 % pada
tahun 2019, sedangkan tahun 2021 cakupan ASI Ekslusif sangat menurun yaitu
menjadi 2,71%.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif adalah pengetahuan
ibu. Video dianggap merupakan media yang efektif terhadap pengingkatan
pengetahuan. Dengan meningkatnya pengetahuan, walaupun tidak selalu, diharapakan
dapat berpengaruh terhadap sikap dan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu.
Menurut Skiner (1983) dalam (Notoatmodjo, 2018) bahwa perilaku adalah suatu reaksi
atau respon seseorang terhadap stimulus, sedangkan menurut Lawrence Green (1980)
kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determin faktor yang
mempengaruhi perilaku itu sendiri. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk
melalukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan,
Sikap, Dan Praktik Pemberian Asi Ekslusif Pada Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang Tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian


Dari profil kesehatan kota Bekasi tahun 2019, diketahui bahwa cakupan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Bantargebang masih rendah yaitu
hanya 10,4%, dan pada tahun 2021 cakupan pemberian ASI Eksklusif sangat menurun
yaitu menjadi 2,71 % . Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Norhidayu
tahun 2017 bahwa adanya hubungan yang signifikan antara rendahnya cakupan
pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu. Dalam proses
meningkatkan pegetahuan tentunya tidak lepas dari peran media promosi kesehatan.
Dengan meningkatnya pengetahuan ibu, diharapkan akan berpengaruh terhadap
praktik pemberian ASI eksklusif oleh ibu, sehingga penulis tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh media video terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik pemberian ASI
ekslusif pada ibu di wilayah kerja puskesmas Bantargebang tahun 2022.
1.2.1 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pengaruh media video terhadap pengetahuan pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang memiliki bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantargebang 2022?
2. Bagaimana pengaruh media video terhadap sikap pemberian ASI eksklusif pada
ibu yang memiliki bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang 2022?
3. Bagaimana pengaruh media video terhadap praktik pemberian ASI eksklusif
pada ibu yang memiliki bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang 2022?
4. Faktor apakah yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada
ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang 2022?
5. Faktor dominan yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif
pada ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang 2022?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan menjelaskan pengaruh media video terhadap pengetahuan, sikap,
dan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu di wilayah kerja puskesmas
Bantargebang 2022 serta mengetahui faktor yang mempengaruhi praktik pemberian
ASI eksklusif

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh media video terhadap pengetahuan
pemberian ASI eksklusif pada ibu yang memiliki bayi usia 0-5 bulan di wilayah
Kerja Puskesmas Bantargebang 2022.
2. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh media video terhadap sikap pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang memiliki bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang 2022.
3. Mengtahui dan menjelaskan pengaruh media video terhadap praktik pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang memiliki bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang 2022.
4. Mengetahui faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif
pada ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang 2022.
5. Mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI
eksklusif pada ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang
2022.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
secara Teoritis, penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
atau menguatkan bagi ilmu pengetahuan kesehatan terkait dengan peran media
dalam promosi kesehatan khususnya dalam menangani rendahnya cakupan
pemberian ASI eksklusif.

1.4.2 Manfaat Aplikatif


Memberikan masukan bagi Puskesmas Bantargebang tentang peran media
dalam promosi kesehatan terkait penanganan rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif, sehingga upaya pencegahan dan penanggulangan kasus kesehatan anak di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang dapat dilakukan dengan efektif.

1.5 Ruang Lingkup


Penelitian ini mengangkat tentang peran media video terhadap pengetahuan,
sikap, dan praktik pemberian ASI ekslusif pada ibu di wilayah kerja puskesmas
Bantargebang tahun 2022. Responden dalam penelitian ini merupakan ibu yang
memiliki anak usia 0-5 bulan. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Agustus
2022 di Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data secara kuantitatif
dengan menggunakan desain penelitian ekseperimen semu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Menyusui
Menyusui merupakan suatu proses yang alamiah dalam memberikan makanan atau
asupan pada bayi yaitu berupa air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Menyusui adalah
pemberian air susu kepada bayi baik secara langsung dari payudara ibu ataupun melalui
proses pemerasan (expressed breast-feeding). menyusui secara eksklusif disebut ASI
eksklusif merupakan pemberian ASI mulai dari bayi lahir hingga bayi berusia 6 bulan
tanpa diberikan makanan atau cairan lain baik berupa makanan ataupun cairan (kecuali
obat, vitamin, ORS) (Hartiningtiyaswati, 2019).
Menyusui adalah sutau proses alamiah sehingga seorang ibu pada saat masa
kehamilan, bukan hanya menyiapkan untuk proses persalinan saja, tetapi juga harus
mempersipakan untuk proses menyususi atau pembentukan ASI, sehingga menyusui
tidak dapat dianggap sebagai suatu objek yang berdiri sendiri ketika dukungan sosial,
pengetahuan, budaya, keterampilan para profesional layanan kesehatan termasuk bidan,
secara jelas sangat berdampak terhadap keberhasilan dari awal mulai inisiasi serta
lamanya pemberian ASI (Air Susu Ibu). Meskipun menyusui adalah suatu proses yang
alamiah, penhetahuan yang memadai dan sikap positif sangat mendukung dan
diperlukan dalam keberhasilan seorang ibu untuk menyusui bayinya. Menyusui
tentunya bukan hanya sekedar memberi asupan atau makanan kepada bayi karena
melalui ASI ibu dan bayi sama – sama belajar dalam hal menumbuhkan ikatan kasih
sayang (bonding attachment), mencegah terjadinya hipotermi, serta memberikan nutrisi
yang terbaik untuk bayi yang dapat diberikan oleh ibu, maka dari itu ASI sangat
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sehingga ASI dikatakan sebagai
nutrisi terbaik. (Pramana, 2021).
Menyusui memberikan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang serta
keuntungan ekonomi dan lingkungan bagi anak-anak, wanita, dan masyarakat. Untuk
mewujudkan keuntungan ini, dukungan politik dan investasi keuangan diperlukan
untuk melindungi, mempromosikan, dan mendukung menyusui. Terlepas dari
manfaatnya yang banyak, menyusui tidak lagi menjadi norma di banyak komunitas.
menyusui mendapakatkan dukungan dari arahan hukum dan kebijakan hingga sikap
dan nilai sosial, kondisi kerja dan pekerja wanita, dan layanan perawatan kesehatan
untuk memungkinkan wanita menyusui. (Rollins, 2016)
2.1.1 Air Susu Ibu ( ASI )
Air Susu Ibu merupakan sumber asupan nutrisi yang sangat penting bagi
bayi baru lahir, yang mana sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat eksklusif karena
pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan sampai berusia 6 bulan. Dalam
fase menyusui harus diperhatikan dengan benar mengenai pemberian dan kualitas
ASI, agar tidak mengganggu tahap perkembangan bayi selama enam bulan pertama
semenjak hari pertama lahir (HPL), mengingat periode tersebut merupakan masa
periode emas perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun. (Kementerian
Kesehatan RI, 2018b). Periode 1000 hari pertama lahir terjadi proses tumbuh
kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Periode awal
kehidupan juga sering disebut periode sensitif. Perkembangan sel-sel otak manusia
pada masa tersebut sangat menentukan, sehingga bila terjadi gangguan pada
periode tersebut akan berdampak permanen, tidak bisa diperbaiki. Karena itu,
intervensi yang tepat pada kelompok tersebut sangat berdampak besar pada kualitas
sumber daya manusia. (Kementerian Kesehatan RI, 2012)
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, khususnya bayi yang berusia 0-6
bulan, fungsi ASI tidak dapat tergantikan oleh makanan serta minuman apapun.
Pemberian ASI adalah hak bagi setiap ibu dan anak. Pemberian ASI bukan
menjadi rahasia lagi bahwa bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dan pola asuh
yang tepat akan tumbuh dan berkembang dengan baik dan optimal serta tidak
mudah terkena penyakit. Dalam pemberian ASI perlu adanya upaya manajemen
laktasi yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang keberhasilan dalam proses
menyusui, karena pada hakikatnya manajemen laktasi dimulai pada saat masa
kehamilan, setelah persalinan, serta masa menyusui bayi. ASI merupakan suatu
cairan hasil dari sekresi kelenjar payudara ibu setelah ibu melahirkan. ASI adalah
termasuk makanan yang fleksibel dan mudah untuk didapatkan, siap diminum
tanpa persiapan khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi, susunya segar
dan bebas dari kontaminasi bakteri sehingga menurangi resiko gangguan
gastrointestinal. Selain itu, ASI juga memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan
sempurna untuk memenuhi kebutuhan bayi. Hal-hal tersebut menjadikan ASI
sebagai satu-satunya makanan terbaik dan paling sesuai untuk bayi. (Astutik,
2020).
2.1.2 ASI Ekslusif
ASI eksklusif adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat
gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang merupakan hak
asasi bagi bayi. ASI eksklusif merupakan Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan (0–5 bulan 29 hari), tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin dan
mineral. Kegunaan pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia kurang dari 6 bulan
merupakan pemenuhan hak bayi yang sangat terkait dengan komitmen ibu dan
dukungan keluarga dan lingkungan sekitar. Pemberian ASI eksklusif dapat
mengurangi tingkat kematian bayi. (Badan Pusat Statistik, 2019). Pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan meningkatkan status pertumbuhan,
kesehatan, dan keberlangsungan hidup bayi baru lahir, dapat dijadikan juga sebagai
penurunana risiko terhadap berbagai macam penyakit yang akan menyerang pada
bayi, misalnya penyakit infeksi saluran pernapasan, diare, dan obesitas pada ana
usia dini. (Agho, 2011).
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan semapi usia enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). Manfaat
pemberian ASI pada bayi diantaranya yaitu mendapat nutrisi yang ideal, kaya akan
antibodi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, membantu ikatan batin
ibu dengan bayi, meningkatkan kecerdasan anak, berat badan bayi ideal serta dapat
mencegah Sudden Infant Death Syndrome (SIDS). (F. A. Wijaya, 2019).
ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan yaitu disebut dengan
kolostrum, didalam kolostrum terkandung sel darah putuh dan zat pembentukan
kekebalan tubuh yang disebut imunoglobin. Pada saat bayi belum berusia 6 bulan
jangan pernah memberikan makanan atau minuman selain ASI, dan susui bayi
paling sedikit yaitu 8 kali sehari. Pemberian makanan atau minuman selain ASI
sebelum 6 bulan dapat mengurangi produksi ASI, meningkatkan alergi, risiko
infeksi serta dapat mengurangi ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.Setelah
memasuki usia 6 bulan bayi mulai memerlukan Makanan Pendamping ASI
(MPASI). Air Susu Ibu terus diberikan sesuai kebutuhan bayi, baik siang maupun
malam. Walau sudah mendapatkan MPASI, air susu ibu tetap merupakan makanan
paling penting sampai bayi berusia 2 tahun. (Finaka, 2018).
2.1.3 Manfaat ASI Eksklusif
1. Manfaat ASI Eksklusif Untuk Bayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2018b)
a. Mencegah Terserang Penyakit
ASI eksklusif yang diberikan ibu untuk bayi mempunyai peranan yang
sangat penting, yaitu dapat meningkatkan ketahanan atau kekebalan tubuh
bayi. Sehingga bisa mencegah bayi terserang berbagai penyakit yang bisa
mengancam kesehatan bayi.
b. Membantu Perkembangan Otak dan Fisik Bayi
ASI eksklusif juga memiliki manfaat untuk menunjang sekaligus membantu
proses perkembangan otak dan fisik bayi. Hal tersebut dikarenakan, saat
bayi di usia 0 sampai 6 bulan tentu saja seorang bayi sama sekali belum
diizinkan untuk mengonsumsi makanan dan minuman apapun selain ASI.
Kecuali obat dan vitamin bedasarkan rekomendasi dari dokter. Oleh
karenanya, selama enam bulan berturut-turut, ASI yang diberikan pada bayi
tentu saja dapat memberikan dampak yang besar pada pertumbuhan otak
dan fisik bayi selama ke depannya..

2. Manfaat ASI Eksklusif Untuk Ibu


a. Mengatasi Rasa Trauma
Pemberian ASI eksklusif selain memiliki manfaat untuk bayi, ternyata
memiliki manfaat untuk ibu yang menyusui juga yaitu dapat mengatasi rasa
taruama, karena pasca melahirkan biasanya ibu rentan mengalami baby
blues syndrome, biasanya terjadi pada sang ibu yang belum terbiasa
memberikan ASI eksklusifnya untuk bayi mereka. Namun dengan
menyusui, secara perlahan rasa trauma pun akan hilang sendirinya dan ibu
pun akan terbiasa menyusui bayinya.
b. Mencegah Kanker Payudara
Manfaat ASI Eksklusif Selain membuat kondisi kesehatan dan mental
ibu menjadi lebih stabil, ASI eksklusif juga bisa menurunkan potensi
timbulnya resiko kanker payuda, karena salah satu pemicu penyakit kanker
payudara pada ibu menyusuiadalah kurangnya pemberian Asi
eksklusif untuk bayi mereka sendiri.
2.2 Puskesmas
Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan
suatu upaya kesehatan bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta
terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan
hasil pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi tepat guna, dengan biaya
yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
(Departemen Kesehatan RI, 2009). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
merupakan suatu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang penting di
Indonesia. Puskesmas disebut juga sebagai unit pelaksana teknis dinas kabupaten
atau kota yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan pembangunan
kesehatan di suatau wilayah kerja. (Departemen Kesehatan RI, 2011).
Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) merupakan salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat serta
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
adalah suatu tempat yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah danmasyarakat. Puskesmas
lebih mengutamakan dalam hal upaya promotif serta preventif di wilayah kerjanya.
Pelayanan kesehatan puskesmas adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas
kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, dan
pelaporan yang dituangkan dalam suatu sistem. Upaya kesehatan masyarakat
(UKM) merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok, serta masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan
(UKP) merupakan suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang bertujuan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
(Permenkes No 43, 2019). Pelayanan kesehatan masyarakat harus disesuaikan
dengan mempertimbangkan kebutuhan kesehatan masyarakat. Dengan
mempertimbangkan kebutuhan kesehatan masyarakat, sehingga Puskesmas dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. (Pan, 2006).
2.3 Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan juga mencakup upaya untuk memberikan pesan atau
informasi kesehatan kepada individu, kelompok, dan masyarakat tentang kesehatan.
Melalui promosi kesehatan diharapkan masyarakat dapat dipengaruhi sehingga
memiliki perilaku kesehatan yang baik. Perilaku sehat merupakan perilaku proaktif
dalam upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan, melindungi diri dari
ancaman penyakit, ikut andil dalam gerakan kesehatan serta mencegah risiko
terjadinya penyakit. (Triwibowo, 2015). Promosi Kesehatan di puskesmas
merupakan upaya puskesmas dalam meningkatkan kapabilitas pasien untuk
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya tanpa bergantung pada orang lain,
tercegah dari penyakit, meningkatkan kesehatan, mengembangkan upaya kesehatan
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama, serta dapat mendukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. (Hartono, 2010).
Sasaran Promosi Kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
1. Sasaran primer adalah masyarakat. Masyarakat menjadi sasaran langsung
dalam upaya promosi kesehatan.
2. Sasaran sekunder adalah para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan
lain-lain. Dengan memberikan edukasi kesehatan pada kelompok ini diharapkan
dapat mempengaruhi perilaku sehat pada masyarakat sekitar.
3. Sasaran tersier adalah para penentu kebijakan dan pembuat keputusan baik di
tingkat pusat, maupun daerah. berdampak pada tokoh masyarakat dan
masyarakat.
Strategi Promosi Kesehatan (Triwibowo, 2015).
1. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya untuk memandirikan individu,
keluarga serta masyarakat dalam meningkat pemahaman, kesediaan dan
kapabilitas di bidang kesehatan (Fokus primer).
2. Bina suasana adalah suatu upaya untuk membentuk pendapat publik dalam
menciptakan suasana serta iklim yang mendukung sehingga publik mau
melaksanakan perilaku hidup sehat dan bersih (Fokus sekunder).
3. Advokasi kesehatan adalah suatu upaya untuk mempengaruhi kebijakan
melalui pendekatan kepada para pengambil keputusan agar bersedia dan dapat
memberi dukungan serta keringanan terhadap upaya pembangunan kesehatan
(Fokus tersier).
2.4 Metode Promosi Kesehatan
Metode merupakan suatu proses atau cara yang disusun dengan sistematis
dan digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan efisiensi, Metode
Promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan merupakan cara untuk
menyampaikan materi serta pesan kesehatan yang disampaikan oleh pelaku
Promosi kesehatan kepada masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan kemampuan dan keterampilan sasaran. (Notoatmodjo, 2018).
Menurut (Notoatmodjo, 2018) berdasarkan sasarannya metode Promosi kesehatan
dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Metode Promosi Keseharan Individual
Metode promosi kesehatan individual atau perorangan adalah promosi kesehatan
dengan cara komunikasi langsung antara promotor kesehatan dan sasaran atau
klien, baik secara tatap muka maupun komunikasi lainnya, misalnya telpon.
Metode ini efektik karena petugas kesehatan dan klien dapat saling merespon
dalam waktu yang bersamaan. Contohnya konseling.
2. Metode Promosi Kesehatan Kelompok
Metode promosi kesehatan kelompok adalah metode promosi kesehatan yang
digunakan untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok dibedakan menjadi dua
yaitu kelompok kecil (6 – 15 orang), dan kelompok besar (15 – 50 orang).
a. Promosi kesehatan kelompok kecil contohnya diskusi kelompok, metode curah
pendapat, bola salju (snow ball), bermain peran, dan permainan simulasi.
b. Promosi kesehatan kelompok besar contohnya ceramah, seminar, dan loka
karya.

3. Metode Promosi Kesehatan Massa


Metode Promosi kesehatan massa adalah metode promosi kesehatan yang dengan
cara menyampaikan atau mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan kepada
masyarakat luas yang bersifat massa. sehingga diharapkan terjadinya perubahan
perilaku terhadap masyarkat luas. Contoh dari metode Promosi kesehatan massa
adalah ceramah umum, pidato-pidato/diskusi, tulisan di majalah, website atau
koran, billboard, spanduk poster, menitipkan pesan pada khotbah agama.
2.5 Media Promosi Kesehatan
Media merupakan suatu alat yang berfungsi menyampaikan informasi atau
pesan . Media promosi kesehatan adalah alat yang digunakan oleh petugas
promosi kesehatan untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada masyarakat
sasaran. (Simamora, 2009).
Menurut (Simamora, 2009) Fungsi media pembelajaran, yaitu :
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga, dan daya indra.
3. Menimbulkan semangat belajar, interaksi langsung antara peserta didik dan
sumber belajar.
4. Memungkinkan peserta belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori, serta kinestetiknya.
5. Memberi stimulus yang sama, membandingkan pengalaman, dan menimbulkan
persepsi yang sama.
Jenis Media Promosi Kesehatan, Yaitu:
1. Media Cetak
Media cetak adalah salah satu media Promosi Kesehatan yang memiliki
sifat statis serta mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak pada
umumnya terdiri dari gambar, kata dan foto dalam tata warna. Media cetak
memiliki beberapa kelebihan yaitu tahan lama, mencakup banyak orang, biaya
tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana dan mempermudah
pemahaman. Beberapa jenis media cetak yang digunalkan dalam promosi
kesehatan, yaitu: poster, leaflet, dan brosur. (Emilia, 2018).
2. Media Elektronik
Media elektronik adalah salah satu media promosi kesehatan yang dapat
bergerak serta mengutamakan pesan-pesan audio, visual, atau audiovisual.
Media elektronik sebagai sasaran dalam menyampaikan pesan atau informasi
kesehatan, jenis media elektronik antara lain yaitu televisi, radio, video, slide,
serta film strip. Media elektronik memiliki beberapa kelebihan yaitu sudah
dikenal masyarakat, mengikutsertakan semua pancaindra, lebih mudah
dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, penyajian
dapat dikendalikan, jangkauan relatif besar dan sebagai alat diskusi serta dapat
diulang-ulang. (Emilia, 2018).
2.6 Video
Video merupakan salah satu media Promosi Kesehatan yang mengandung
unsur audio dan unsur visual, sehingga dapat memberikan informasi yang jelas
terhadap pesan yang akan disampaikan oleh petugas Promosi Kesehatan kepada
masyarakat yang menjadi sasaran dalam meningkatkan perilaku sehat. Pesan yang
disampaikan oleh media video biasanya dapat berupa fakta, bersifat informatif,
edukatif maupun instruksional. Video dapat disebut sebagai gambar hidup, atau
juga sering disebut movie. video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat
yang dapat dilihat atau disaksikan dengan cara berulang- ulang jika masih perlu
untuk memahami materi. Dengan menonton video dapat menanamkan atau
meningkatkan sikap terhadap kesehatan. video dapat ditunjukkan atau
diperlihatkan kepada kelompok kecil atau kelompok besar. (Siregar, 2020)
Video merupakan media yang semakin populer baik di daerah perkotaan
maupun di daerah pedesaan. Media video sangat tepat dipakai untuk memberikan
pesan yang lebih khusus pada lingkungan yang lebih kecil, misalnya seperti video
diet rendah lemak di ruang tunggu pasien. (Emilia, 2018). Video juga dapat dipakai
untuk melengkapi kegiatan lain. Video merupakan salah satu bentuk dari media
audiovisual. Audiovisual merupakan salah satu media yang menyajikan suatu
informasi atau pesan secara audio dan visual. Audiovisual memberikan kontribusi
yang sangat besar dalam perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan.
Audiovisual memiliki dua elemen yang masing-masing mempunyai kekuatan yang
akan bersinergi menjadi kekuatan yang besar. Media video dapat memberikan
stimulus pada pendengaran dan penglihatan, sehingga hasil yang didapatkan akan
lebih maksimal. Hasil tersebut dapat tercapai karena pancaindra yang paling
banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75 persen
sampai 87 persen). (Siregar, 2020).
Kelebihan Video sebagai media promosi kesehatan, yaitu :
c. Dapat mengikutsertakan semua pancaindra,
d. Dapat dipahami dengan mudah
e. Dapat terlihat lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak,
f. Penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif besar dan sebagai alat
diskusi serta dapat diulang-ulang.
(Siregar, 2020).
2.7 Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “ tahu “ yaitu memiliki arti mengerti setalah melihat
serta mengenal. Pengetahuan manusia mayoritas didapatkan melalui penglihatan dan
pendengaran. Pengetahuan merupakan suatu ranah yang sanagat penting dalam proses
mewujudkannya suatu tindakan seseorang (Darsani, 2019) dalam (Ramie, 2022).
Pengetahuan suatu hasil dari indera yang dimiliki oleh manusia, pengetahuan bisa
juga disebut hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
seperti mata, hidung, telinga, dan lain–lain. Pengetahuan tentang kesehatan
merupakan apa yang telah diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara
kesehatan, misalnya pengetahuan tentang penyakit, pengetahuan tentang faktor-faktor
yang terkait atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan
kesehatan serta pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah
tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan tempat-tempat umum. (Notoatmodjo,
2018). Pengetahuan yang berlandaskan atas pengetahuan akan lebih lama bertahan
daripada pengetahuanyang tidak berlandasrkan atas pengetahuan. (Notoatmodjo,
2010).
Menurut (Notoatmodjo, 2010) Pengetahuan di klasifikasikan menjadi beberapa
jenis yaitu :
1. Pengethuan berdasarkan objek
Pengetahuan berdasarkan objek yaitu dimana ilmu pengtahuan manusia dapat
digolongkan berdasarkan metode dan pendekatan yang akan digunakan terdiri dari
pengetahuan ilmiah yang artinya semua pemahaman manusia yang didapatkan
berdasarkan metode ilmiah. Sedangkan pengetahuan non ilmiah merupakan
pengetahuan yang diperoleh melalui cara yang tidak termasuk dalam kategori ilmiah
dan hasil pemahaman individu tentang suatu objek tertentu yang ditangkap oleh
indera manusia
2. Pengetahuan berasarkan isi
Pengetahuan berdasarkan isi yaitu meliputi tahu bahwa, tahu bagaimana, tahu akan,
dan tahu mengapa. Tahu bahwa adalah pengetahuan tentang informasi atau disebut
sebagai pengetahuan teoritis ilmiah. Tahu bagaimana berkaitan dengan keahlian
membuat sesuatu atau disebut pengetahuan praktis. Tahu akan adalah yang bersifat
langsung melalui pengenalan pribadi. Tahu mengapa adalah pengetahuan yang
berdasarkan pada refleksi, absraksi, dan penjelasan.
Menurut (Notoatmodjo, 2018) secara garis besarnya pengetahuan dibagi
dalam 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know).
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yang sebelumya telah
mengamati sesuatu
2. Memahami (Understanding).
Memahami merupakan kemampuan untuk memahami serta menjelaskan secara
benar arti bahan pelajaran atau tentang obyek yang diketahui dan dapat
diinterpretasikan materi tersebut secara benar, seperti menafsirkan, menjelaskan,
meringkas tentang sesuatu. Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada tahu.
3. Aplikasi (Application).
Penerapan atau aplikasi merupakan kemampuan menggunakan atau menafsirkan
suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkrit, seperti
menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip, serta teori. Kemampuan ini
lebih tinggi nilainya daripada pemahaman
4. Analisis (Analysis).
Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan atau menjabarkan sesuatu
ke dalam komponen atau bagian–bagian sehingga susunannya dapat untuk
dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal masalah-masalah, hubungan
antar bagian, serta prinsip yang digunakan dalam organisasi materi pelajaran.
5. Sintetis (Synthetic).
Sintetis merupakan kemampuan untuk menghimpun bagian ke dalam suatu
keseluruhan, seperti merumuskan tema, rencana, atau melihat hubungan atau
abstrak dari berbagai informasi atau fakta. Jadi kemampuan merumuskan suatu
pola atau struktur baru berdasarkan informasi serta fakta.
6. Evaluasi (Evaluation).
Evaluasi merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam
membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dapat bersifat internal serta dapat bersifat relevan
dengan maksud tertentu.
2.7.1 Sumber Pengetahuan
Sumber-sumber pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) yaitu:
(Wagiran, 2019).
1. Pengalaman
Pengalaman adalah guru yang baik. Dengan pengalaman pribadi seseorang
dapat menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan yang timbul atau yang ada.
Sebagai sumber pengetahuan, pengalaman memiliki kelemahan terkait dengan
sense/kepekaan seseorang tersebut memaknai suatu kejadian/peristiwa. Suatu
peristiwa yang terjadi pada suatu saat dapat dianggap sangat berkesan bagi
seseorang, namun bagi orang lain dianggap hal biasa. Oleh karenanya seseorang
perlu mengetahui hal- hal yang tidak diketahuinya dari pengalaman orang lain.
2. Otoritas atau Wewenang
Otoritas atau wewenang adalah sumber pengetahuan dalam hal mencari
tidak mungkin kita dapatkan melalui pengalaman. Dengan demikian kita perlu
menanyakan hal yang ingin kita ketahui pada orang yang berwenang atau
memiliki keahlian. Keterbatasan otoritas atau wewenang sebagai sumber
pengetahuan yaitu pernyataan orang yang memiliki otoritas atau wewenang
tersebut belum tentu seluruhnya benar. Oleh karenanya perlu hati-hati dan
mampu memilah mana yang merupakan pernyataan pribadi dan mana yang
merupakan pernyataan lembaga otoritas tersebut.
3. Cara berpikir deduktif
Cara berpikir deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dengan
pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus melalui
pemakaian kaidah logika tertentu. Dalam cara berpikir deduktif, bila dasar
pikirannya benar maka dapat memungkinkan seseorang menyusun premis-
premis menjadi pola - pola yang dapat memberikan bukti-bukti kuat bagi
penarikan kesimpulan yang sahih (valid). Cara berpikir deduktif memiliki
keterbatasan. Yaitu harus mulai dengan dasar-dasar pikiran yang benar terlebih
dahulu untuk sampai kepada kesimpulan. Cara berpikir deduktif juga
merupakan cara berpikir yang mengambil suatu kesimpulan yaitu cara
pengambilannya didasarkan atas premis – premis yang telah ditentukan
kebaradaanya premis merupakan bagian utama dalm berpikir secara logis dan
berupa rangkaian kalimat. Kalimat tersebut dikatakan sebagai kesimpulan.
4. Cara berpikir induktif
Cara berpikir induktif adalah cara berpikir yang bertolak dari pernyataan
yang bersifat khusus ke pernyataan yang bersifat umum melalui pemakaian
kaidah logika tertentu. Kesimpulan yang berasal dari cara berpikir deduktif
hanya benar apabila premis yang menjadi dasar kesimpulan (premis mayor)
tersebut benar. Akibatnya kesimpulan yang dihasilkan menjadi tidak valid. Cara
berpikir induktif juga disebut sebagai cara brfikir yang proses berfikirnya
sangat bertolak belakang dari sejumlah fenomena individual untuk dapat
menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi. Sehingga menarik kesimpulan
dari hal yang khusus untuk menju kepada kesimpulan yang bersifat umum.
5. Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah cara-cara atau langkah-langkah tertentu dengan
urutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang
diperoleh dengan pendekatan ilmiah diperoleh melalui penelitian ilmiah dan
dibangun di atas teori tertentu. Teori ini berkembang melalui penelitian ilmiah
yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasar atas data empiris.
Langkah-langkah penelitian yang teratur dan terkontrol itu telah dipolakan dan
sampai batas tertentu diakui umum. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan
kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut
tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias dan perasaan.
Pendekatan ilmiah adalah suatu pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu
pengetahuan yang fungsional terhadap suatu masalah tertentu. Wujud dari
pendekatan ilmial yaitu metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam medapatkan pengetahuan yang disebut dengan ilmu. Sehinga ilmu
pengetahuan di dapat lewat metode ilmiah. Pendekatan ilmiah juga dikatakan
sebagai pendekatan yang merupakan ekspresi cara bekerjanya suatu pikiran.
Sistematika dalam pendekatan ilmiah adalah manifestasi dari alur berpikir yang
dipergunakan dalam proses menganalisa suatu permasalahan yang ada. Alur
berpikir pada pendekatan ilmiah memberi pedoman kepada para ilmuan dalam
memecahkan persoalan atau masalah berdasarkan integritas berpikir deduktif
serta induktif. (Wilsa, 2021).
Manusia mendapatkan pengetahuan melalui sumber-sumber yang tersedia
untuk memperolehnya. Sumber pengetahuan tersebut dapat dibedakan
menjadi:
(Triwiyanto, 2014)
1. Rasionalisme
Rasionalisme yaitu bersumber dari ide, apriori, solipsistik, subjektif, dan
deduktif. rasionalisme disebut juga sebagai paham bahwa akal adalah alat
pencari serta pengukur pengetahuan. Pengetahuan di dapatkan secara dicari
dengan melalui akal, pengetahuan yang ditemukan diukur pula dengan
melalui akal. Proses mencari dengan akal yaitu sama hal mya dengan
berpikir secara logis.
2. Empirisme
Empirisme yaitu bersumber dari fakta, objektif, generalisasi, dan induktif.
empirisme juga dapat dikatakan sebagai pengalaman, dengan pengalaman
yang melaui panca indera manusia akan mendapatkan pengetahatuan.
Sehinga penginderaan merupakan yang membekali akan manusia dengan
konsepsi – konsepsi serta gagasan – gagasan.
3. Intuisi
Intuisi yaitu bersumber pada gejala tiba-tiba, personal, dan tak bisa
diramalkan. Intuisi juga sebagai pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya
pada suatu masalah tiba-tiba dapat menemukan jawaban atas suatu
permasalahan tersebut.
4. Wahyu
Wahyu merupakan petunjuk Tuhan dan mutlak. Atau disebut sebagai
pengetahuan yang didasarkan atas kepercayaan akan hal-hal yang ghaib
bersifat (supernatural).
5. Metode Ilmiah
Metode Ilmiah, yaitu pengetahuan yang bersumber dari sifat ilmu ilmiah
yang berjalan dari ragu ke percaya. didapatkan atas teori – teori yang sudah
ada.

2.7.2. Cara Mengukur pengetahuan


Cara mengukur indikator perilaku untuk setiap domain berbeda Cara
yang tepat untuk mengukur pengetahuan dan sikap adalah dengan
wawancara, baik terstruktur maupun wawancara mendalam, dan diskusi
kelompok terarah (focus group discussion), khusus untuk penelitian
kualitatif. Sementara itu, untuk memperoleh data tindakan atau perilaku
adalah melalui observasi, tetapi dapat juga dilakukan dengan pendekatan
recall melalui wawancara, dengan mengingat kembali perilaku yang telah
dilakukan responden beberapa waktu lalu. (Maulana, 2009).
Menurut (Notoatmodjo, 2018) untuk mengukur pengetahuan
kesehatan pada peneltian kesehatan adalah dengan cara mengajukan
pertanyaan – pertanyaan secara langsung yaitu dengan cara mewawancarai
responden atau melalui pertanyaan – pertanyaan tertulis atau angket yang
disebut sebagai kuesioner. Kuesioner yang beriisi pertanyaan – pertanyaan
tersebut di jawab oleh responden berupa tulisan. Indikator pengetahuan
kesehatan adalah tinggi nya pengetahuan responden tentang kesehatan atau
besarnya presentase kelompok responden atau masyarkat tentang variabel-
variabel atau komponen - komponen kesehatan. Misalnya, berapa %
(persen) responden atau masyarakat yang tahu tentang cara-cara mencegah
penyakit tidak menular, penyakit menular , penyakit deman berdarah, atau
berapa % (persen) responden atau masyarakat yang mempunyai
pengetahuan yang tinggi tentang ASI eksklusif, dan sebagainya.
Mengukur pengetahuan dapat dilakuan dengan menggunakan skala
Guttman. Jenis skala Guttman adalah dimana jawaban dari skala ini berupa
pernyataan tegas. Pernyataan tegas yang dimaksud itu seperti “benar-salah”,
“iya-tidak”, dan lainnya. maka skala Guttman termasuk dalam skala
pengukuran yang digunakan ketika peneliti ingin mengetahui jawaban tegas
responden mengenai suatu topik permasalahan. Bentuknya dapat berupa
pertanyaan pilihan ganda maupun checklist. Untuk pemberian nilainya,
jawaban positif bisa diberikan skor 1, sementara jawaban negatif diberikan
skor 0. Sugiyono (2010) dalam (Sari, 2020) tentang Dasar-Dasar
Komunikasi Kesehatan, hal 59.

2.8 Sikap

Sikap merupakan suatu respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang melibatkan faktor pendapat serta emosi yang bersangkutan (senang-
tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap terdiri dari 3
komponen, yaitu kepercayaan atau keyakinan, kehidupan emosional atau evaluasi, dan
kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut bersama-sama mampu
untuk membentuk sikap. Sikap terhadap kesehatan merupakan suatu penilaian atau
pendapat orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan,
misalnya sikap terhadap penyakit, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait atau
mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan serta sikap
untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu
lintas, dan tempat-tempat umum. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu. (Notoatmodjo, 2018). Sikap
merupakan pernyataan atau pertimbangan evaluatif yang misalnya menguntungkan
atau tidak menguntungkan mngenai objek, orang serta pristiwa tertentu. Sikap juga
mencerminkan bagaimana seseorang dapat merasakana mengenai sesuatu. Di dalam
perilaku organisasi, pemahaman atas sikap sangat penting, karena sikap sangat
mempengaruhi perilaku kerja. Komponen sikap terdiri dari kognitif, segmen pendapat
atau keyakinan dari suatu sikap afektif. (Simarmata, 2021).
Menurut Allport (1954) dalam (Notoatmodjo, 2018) sikap itu terdiri dari 3
komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya yaitu sikap
merupakan bagaimana keyakinan dn pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya yaitu sikap
merupakan bagimana penilaian yang terkandung di dalamnya faktor emosi orang
tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) artinya yaitu sikap adalah
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap juga dapat
dikatakan sebagai ancang – ancang seseorang untuk bertindak atau berperilaku
terbuka.

2.8.1 Sumber atau Sebab Orang bersikap


Menurut Zuchdi (1995) dalam (Marzuki. dkk, 2021) Sumber atau sebab orang
untuk bersikap terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen
afektif, dan komponen konatif.
1) Komponen kognitif,
Komponen kognitif yaitu seperti kepercayaan, ide, dan konsep terhadap
suatu objek.
2) Komponen afektif
Komponen afektif yaitu seperti perasaan yang menyangkut aspek emosional
terhadap suatu objek.
3) Komponen konatif
Komponen konatif yaitu suatu aspek yang memiliki kecenderungan untuk
bertindak sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang.

2.8.2 Cara Pengukuran Sikap


Pengukuran sikap dapat dilakukan baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Misalnya,
bagaimana pendapat responden tentang imunisasi pada anak balita, bagaimana
pendapat responden tentang keluarga berencana, dan sebagainya. Pertanyaan secara
langsung dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan
menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan
terhadap objek tertentu, dengan menggunakan skala Lickert.
Misalnya: beri pendapat Anda tentang pertanyaan – pertanyaan dibawah ini
dengan memberikan penilaian sebagai berikut:
5 : bila sangat setuju
4 : bila setuju
3 : bila biasa saja
2 : bila tidak setuju
1 : bila sangat tidak setuju
(Notoatmodjo, 2018) .

2.9 Praktik
Praktik atau tindakan adalah suatu perbuatan atau perilaku yang dilakukan
oleh seseorang guna mencapai tujuan tertentu. Untuk terwujudnya tindakan atau
praktik perlu adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik kesehatan atau
tindakan untuk hidup sehat merupakan suatu aktivitas atau kegiatan seseorang
dalam rangka memelihara kesehatan, misalnya praktik atau tindakan sehubungan
dengan pencegahan penyakit, praktik atau tindakan sehubungan dengan gizi
makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran
manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat polusi udara, dan sebagainya,
praktik atau tindakan yang sehubungan dengan penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan praktik atau tindakan untuk menghindari kecelakaan baik
kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan tempat-tempat
umum.
Praktik atau tindakan dibedakan menjndi 3 tingkatan, yaitu :
(Notoatmodjo, 2018)
a. Praktik Terpimpin (Guided Response)
Praktik terpimpin merupakan suatu kondisi ketika subjek atau seseorang
telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau mengguna
panduan.
b. Praktik Secara Mekanisme (Mechanism)
Praktik secara mekanisme yaitu apabila subjek atau seseorang sudah
melakukan atau mempraktikkan hal dengan cara otomatis, sehingga dapat
disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang ibu selalu membawa
anaknya ke Posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu perintah dari
kader atau petugas kesehatan. hal tersebut masıh disebut praktik atau tindakan
terpimpin.
c. Adopsi (Adoption)
Adopsi merupakan praktik atau tindakan yang sudah berkembang. Artinya,
apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya
seorang ibu memasak memilih bahan masakan bergizi tinggi meskipun bahan
makanan tersebut murah harganya..

2.9.1 Cara Mengembangkan Praktik atau Ketermapilan Seseorang


Promosi kesehatan dalam meningkatkan kemampuan atau
keterampilan masyarakat dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan seperti
pendidikan praktis, latihan kepemimpinan, serta akses ke sumber daya.
Sedangkan memberdayakan kemampuan atau keteampilan perorangan
dilakukan dengan memberikan keterampilan dan peningkatan pengetahuan
serta pemberian akses yang lebih konsisten dan terpercaya dalam proses
pengambilan keputusan yang sangat diperlukan untuk membuat dampak
perubahan. (Abdussamad, 2021).

2.9.2 Cara Mengukur Praktik


Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui
dua cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran
perilaku yang paling baik yaitu pengukuran secara langsung yaitu dengan
cara pengamatan atau disebut sebagai observasi yaitu dengan mengamati
tindakan atau perilaku subjek atau responden dalam rangka memelihara
kesehatan, misalnya dimana responden memebuang air besar, makanan
yang telah disajikan oleh ibu dalam kelurga dengan tujuan agar dapat
mengamati praktik gizi, dan sebagainya. Sedangkan pengukuran secara
tidak langsung yaitu pengukuran dengan cara menggunakan metode
mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-
pertanyaan terhadap responden atau subjek tentang apa yang telah
dilakukan oleh responden atau subjek yang berhubungan dengan kesehatan.
(Notoatmodjo, 2014). Contoh dalam pengukuran dengan menggunakan
metode (recall) yaitu misalnya untuk mengetahui perilaku gizi ibu terhadap
anak balitanya, yaitu dengan cara menaynyakan pertanyaan – pertanyaan
tentang pola makan, seperti menanyankan makanan apa saja yang diberikan
oleh ibu tersebut kepada anaknya selama 24 jam terakhir dan untuk
mengetahui perilaku misalnya seperti ante natal care, yaitu dapat dilakukan
dengan cara menanyakan kepada responden atau subjek tentang apakah
pada kehamilan terakhir melakukan periksa kehamilan berapa kali, dimana,
kapan, dan sebagainya.

2. 10 Kuesioner
Kuesioner adalah kumpulan pertanyaan yang telah disusun, bertujuan agar
dapat memperoleh data sesuai dengan apa yang peneliti inginkan. Proses
pengumpulan data dengan kuesioner terdiri dari dua macam, yaitu kuesioner
terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka merupakan cara bebas responden
untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti dengan ungkapan
yang sesuai menurut responden. Sedangkan kuesioner tertutup merupakan
pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden
hanya memilih sesuai dengan pendapatnya. Skala Likert merupakan kuesioner
dalam bentuk tertutup. Sebuah item positif dalam skala likert memiliki skor untuk
setiap pilihan (Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Netral 3, Tidak Setuju = 2, dan Sangat
Tidak Setuju = 7). Sedangkan item negatif juga memiliki skor untuk setiap pilihan
(Sangat Setujuu 1, Setuju = 2, Netral - 3, Tidak Setuju = 4, dan Sangat Tidak Setuju
= 5). (Wasis, 2008).
Kuesioner merupakan salah satu metode survei dalam melakukan penelitian
yang dipakai dalam proses untuk mengumpulkan data dari responden penelitian. Isi
dari kuesioner yaitu pertanyaan-pertanyaan yang telah di buat oleh peneliti untuk
dijawab oleh seluruh responden yang ikut serta dalam penelitian. Jawaban dari
responden tersebut kemudian dikumpulkan, dan diolah serta dijadikan sebuah teori
atau kesimpulan. Tujuan kuosioner yaitu untuk memperoleh suatu informasi yang
relevan dengan tujuan penelitian serta memperoleh informasi tersebut secara
bersama-sama. Penggunaan metode kuesioner biasanya digunakan untuk penelitian
kuantitatif yang umumnya untuk menyatakan hubungan pengaruh antara variabel.
(P. Wijaya, 2017).
Kuesioner atau angket merupakan suatu metode pengumpulan data,
bertujuan agar dapat memahami individu. Isi dalam kuesioner yaitu daftar
pertanyaan tentang berbagai aspek. Peneliti akan mendapatkan berbagai macam
data atau informasi dari responden sesuai pertanyaan. Kuesioner merupakan suatu
metode untuk pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan
ini diisi oleh responden atau subjek.. Kuesioner sangat berperan penting dalam
proses mendapatkan informasi dari responden dan memudahkan peneliti. (Fajri,
2022).

2.10.1 Pre test


Pre test bentuk pertanyaan yang diberikan sebelum materi
disampaikan, yang bertujuan untuk mengetahui apakah diantara responden
ada yang sudah mengetahui mengenai materi yang akan disampaikan. Pre
test artikan sebagai kegiatan dalan menguji tingkatan pengetahuan
responden terhadap materi yang akan disampaikan, manfaat dari pree test
yaitu untuk mengetahui kemampuan awal responden mengenai materi yang
disampaikan. (Almarosy, 2018). Pre tes dilakukan sebelum edukator
memulai suatu edukasi. Tujaun dari pre test yaitu ketika edukator ingin
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang
akan diberi edukasi, maka edukator bisa dengan mudah memilih topik mana
yang harus dijelaskan lebih mendalam, pre test dapat memberikan gambaran
kepada edukator seberapa besar orang tersebut mengetahui materi yang
akan dibahas dan mana yang belum paham. (Boston, 2022).

2.10.2 Post test


Post test adalah bentuk pertanyaan yang diberikan setelah materi
telah disampaikan. post test merupakan evalausi akhir saat materi yang di
sampaikan telah diberikan. post test bertujuan untuk mengetahui apakah
para responden sudah mengerti dan memahami mengenai materi yang yang
telah diberikan atau disampaikan pada hari itu. Manfaat post test yaitu
untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai setelah
diberikan materi. Hasil post test dapat dibandingkan dengan hasil pre test ,
sehingga akan diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari materi atau
informasi yang telah disampaikan serta dapat diketahui bagian bagian mana
dari bahan pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar
responden. (Almarosy, 2018). Post test adalah rangkaian akhir dari edukasi
yang telah dilakukan. Karena berada di akhir, biasanya post test dilakukan
sebagai penutup suatu materi yang yang telah disampaikan kepada
seseorang yang menerima edukasi. Tujuan post test yaitu sebagai bentuk
dari evaluasi pembelajaran dan untuk mengetahui apakah edukator berhasil
dalam menyampaikan materi edukasi serta mengukur pemahaman
seseorang yang telah diberikan edukasi. (Boston, 2022).

2.10.3 Skala Guttman


Instrument dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrument
dan diolah menjadi suatu data, maka ada berbagai bentuk skala yang dapat
digunakan dalam pengukuran penelitian, salah satunya yaitu skala Guttman,
Menurut (Hayati, 2022) skala Guttman merupakan suatu bentuk skala
data yang kerpakali dipergunakan dalam penelitian  ilmiah, khususnya pada
penelitian yang menggunakan  metode penelitian kuantitatif. Seperti halnya
dengan skripsi, tesis, desertasi, dan lainnya. Dalam penggunaan skala
guttman untuk jumlah katagori setiap pengukuran tidak mengikat sehingga
dapat dibuat 5, 7 atau bahkan 3 kategori. Skala Guttman dapat dibuat dalam
bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist. Untuk jawaban positif seperti
benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk
jawaban negative seperti salah, tidak, rendah, buruk, dan semacamnya
diberi skor 0. Skala guttman merupakan metode analisis data yang bertujuan
agar mendapatkan tipe jawaban benar-benar tegas. Seperti halnya dengan
jawaban benar atau salah, ya atau tidak, pernah atu tidak pernah, positif atau
negatif, tinggi atau rendah, baik atau buruk, dan seterusnya. Sehingga pada
proses pengukuran untuk skala guttman yaitu hanya ada dua data interval,
sepeti setuju dan tidak setuju. Sehingga dalam hal ini skala guttman dibuat
guna memepermudah pengumpulan data dari data kualitatif yang cenderung
sulit untuk diurutkan diubah menjadi bentuk data kuantitatif yang dapat
dengan mudah diurutkan secara matematis. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mebuat atau menyusun skala, anatara lain:

1. Dalam membuat skala, peneliti perlu mengasumsikan terdapatnya suatu


kontinum yang nyata dari sifat-sifat tertentu
2. Dalam membuat skala, item yang diukur biasanya berasal dari sampel

3. Skala harus mempunya validitas

4. Skala harus mempunyai reliabilitas.

2.11 Usia
Usia atau umur merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makhluk, baik yang hidup maupun mati. Usia atau umur adalah rentang
waktu yang di ukur dengan tahun. Usia atau umur dihitung sejak dia lahir hingga
masa kini, semisal usia atau umur manusia dikatakan 5 tahun maka diukur sejak dia
lahir hingga waktu usia atau umur itu di hitung. (Putra, 2019)

2.12 Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa indoeneisa pendidikan berasal dari kata “didik” atau
“mendidik” yange memiliki arti yaitu memelihara serta memberi latihan atau ajaran
pimpinann mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan merupakan suatu
usaha sadar atau terencana untuk dapat memberikan bimbingan atas pertolongan
dalam mengembangkan potensi jasmani serta rohani yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaan dan mencapai tujuan agar anak
dapat mencapai potensi sehingga anak mampu melaksanakan tugas hidupnya dengan
mandiri. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan anak dan remaja yang
diserahkan kepadanya agar dapat memiliki kemampuan sempurna serta kesadaran
penuh atas hubungan – hubungan serta sosial mereka. Pendididkan merupakan
pengalaman belajar yang berlangsung di dalam lingkungan dan sepanjang hidup (long
life education).(Sylvia, 2021)

2.13 Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang utama dilakukan oleh manusia.
Pekerjaan yang dilakukan oleh manusia memiliki tujuan tertentu dan dilakukan
dengan cara yang baik serta benar. Manusia sangat perlu bekerja atau sangat
membutuhkan pekerjaaan untuk  mempertahankan hidupnya. Dengan melakukan
kegiatan atau pekerjaan seseorang akan mendapatkan sesuatu atas hasil kerja yaitu
salah satu nya berupa uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut sehingga
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, uang yang di
dapatkan harus berasal dari hasil kerja yang halal. Bekerja yang halal merupakan
bekerja dengan cara-cara yang baik dan benar. Jenis pekerjaan terdapat beberapa
macam yaitu ada pekerjaan yang menghasilkan barang dan ada pula pekerjaan yang
menyediakan jasa. Pekerjaan menghasilkan barang dapat dilihat hasilnya. Adapun
pekerjaan yang memberikan jasa hanya dapat dirasakan manfaat dari layanannya saja.
(Setiawan, 2022).

2.14. Teori Skinner (1938)


Teori skiner menjelaskan adanya dua jenis respon, yaitu:
a. Respondent respons atau refleksi, adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan
– rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena
menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat
menimbulkan reaksi mata tertentu.
b. Operant respons atau instrumental respons, adalah respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang
yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk
memperkuat respons. Misalnya, apabila seseorang petugas kesehatan melakukan
tugasnya dengan baik adalah sebagai respons terhadap gaji yang cukup.
(Notoatmodjo, 2018).

2.15 Teori Lawrence Green (1980)


Perilaku ditentukan oleh 3 faktor, yaitu
a. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor – faktor yang dapat mempermudah dan memprediposisi terjadinya suatu
perilaku pada diri seseorang atau masyarakatyaitu pengetahuan, sikap seseorang
atau masyarakat terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya, perilaku ibu untuk
memeriksa kehamilannya akan dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat
periksa kehamilan, tahu siapa dan dimana periksa hamil tersebut dilakukan.
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor – faktor yang medukung perilaku yaitu seperti fasilitas, sarana, atau
prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Misalnya, untuk terjadinya perilaku ibu periksa hami,
maka diperlukan bidan atau dokter, fasilitas periksa hamil seperti Puskemas,
Rumah Sakit, Klinik, Posyandu, dan sebagainya.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor – faktor penguat yaitu seperti tokoh masyarakat, peraturan, undang –
undang, surat – surat keputusan dari para pejabat pemerintah pusat atau daerah.
Misalnya ketentuan untuk ber KB . (Notoatmodjo, 2018).

2. 16 Penelitian Sebelumnya
Berikut beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh media video terhadap
pengetahuan, sikap, dan praktik pemberian ASI Eksklusif.

Tabel 2. 1 Daftar Penelitian Sebelumnya

No Peneliti / Judul Tujuan Metode Hasil


Tahun
1. Nispi Pengaruh Tujuan Jenis penelitian Ada beda
Yulyana. Video Asi penelitian untuk menggunakan pengetahuan
(2017). Eksklusif mengetahui metode Quasi sebelum dan
Terhadap pengaruh video Ekperimen sesudah
Jurnal Pengetahuan ASI eksklusif dengan intervensi antara
Kebidanan Dan Sikap Ibu terhadap rancangan “Two kelompok
Besurek, 2( Dalam pengetahuan dan Gruop Pretest- intervensi
1), 13-25. Memberikan sikap ibu dalam Postest”. Sampe dengan
Asi Eksklusif memberikan ASI l penelitian kelompok
eksklusif di dalam penelitian pembanding (p-
Wilayah Kerja ini adalah ibu value=0.000).
Puskesmas hamil trimester Ada beda sikap
Penago II III diambil sebelum dan
Kabupaten dengan sesudah
Seluma tahun tekhnik purposiv intervensi antara
2017 e sampling. kelompok
Sampel intervensi
berjumlah 26 dengan
orang. kelompok
pembanding
(p- value=0.000
).
2. Hidayat, Pengaruh Penelitian ini Metode Ada pengaruh
dkk Media bertujuan untuk penelitian ini yang signifikan
(2020) Informasi mengidentifikasi adalah Media Informasi
Tentang pengaruh media penelitian one Tentang
UPT Manajamen informasi group pretest Manajamen ASI
Perpustaka Asi Pada Ibu tentang posttest design. Terhadap
an UNW 3 Bekerja manajamen asi Sampel Pengetahuan,
Terhadap pada ibu bekerja sebanyak 20 Sikap, Dan
Pengetahuan, terhadap responden. Praktik Pada Ibu
Sikap Dan pengetahuan, Pengambilan Bekerja Di Desa
Praktik Dalam sikap dan praktik sampel Campurjo
Memberikan dalam menggunakan Kecamatan Boja
Asi Di memberikan asi totak sampling Kabupaten
Kelurahan di Kelurahan dengan Kendal dengan
Campurjo Campurjo responden ibu nilai p 0,000 <
Kecamatan Kecamatan Boja. bekerja yang a=0,005. 
Boja Diharapkan menyusui 0-6
untuk penelitian bulan. Teknik
selanjutnya dapat pengumpulan
memeberikan data
inovasi baru menggunakan
melalui media kuesioner.
aplikasi dengan Analisis data
nambahkan menggunakan
video pada setiap analisis
materinya agar univariat dan
interaktif dan analisis bivariate
mudah dipahami dengam
oleh ibu menggunakan
menyusui. hasil uji paired t
test.
3.  Herlinadiy Perbedaan Tujuan dari Penelitian ini Tidak ada
aningsih Media Leaflet penelitian ini termasuk pengaruh yang
(2021) Dan Video adalah untuk penelitian quasi signifikan antara
Terhadap mengetahui eksperiment. pengetahuan ibu
Jurnal Pengetahuan perbedaan media Rancangan dengan media
Kebidanan Ibu Menyusui leaflet dan video dalam penelitian leatlet dengan
Indonesia terhadap ini adalah desain nilai p-value =
Vol 12, No Pengetahuan ibu penelitiannya 0,731, dan ada
2  meyusui di non equivalent pengaruh yang
Puskesmas control group signifikan antara
Datah Kotou design. pengetahuan ibu
Kabupaten Populasi dalam dengan media
Murung Raya. penelitian ini video dengan
adalah 125 ibu nilai p-value =
menyusui yang 0,008
berkunjung di
wilayah
Puskesmas
Datah Kotou
4. Irodatul Penggunaan Penelitian ini Penelitian ini Rata-rata
Aqlul Video Sebagai bertujuan untuk adalah pre- pengetahuan
Hana, dkk ( Media menganalisis experiment deng antara sebelum
2021 ) Penyuluhan pengaruh an dan setelah
Terhadap pemberian media rancangan prete diberikan
Pontianak Pengetahuan video terhadap st-posttest one edukasi terjadi
Nutrition Gizi Pada Ibu peningkatan group peningkatan
Jurnal Menyusui pengetahuan gizi design subjek dengan p-value
Vol 4, No ibu menyusui. penelitian <
2 adalah ibu 0,01. Kesimpula
menyusui di n penelitian :
Desa Seponti Ada pengaruh
Jaya. Sebanyak edukasi gizi
25 Sample melalui Media
dipilih dengan Video sebelum
menggunakan dan sesudah
metode diberikan
purposive intervensi
sampling. terhadap
pengetahuan
gizi ibu
menyusui

5. Siti Media Video Tujuan Jenis Hasil penelitian


Hadijah Tentang penelitian ini penelitian pre menunjukkan
Batjo, dkk Teknik untuk eksperimen deng pengetahuan ibu
(2021) Menyusui mengetahui an hamil sebelum
Berpengaruh pengaruh rancangan one diberikan
Media Terhadap promosi group pretest promosi
Kesehatan Pengetahuan kesehatan and posttest kesehatan
Politeknik Ibu Hamil dengan media design dengan dengan kategori
Kesehatan video tentang populasi seluruh baik yaitu 40%
Makasar teknik menyusui ibu hamil dan setelah
terhadap primigravida di diberikan
pengetahuan ibu Praktik Mandiri promosi
hamil di Praktik Bidan Amanah. kesehatan yaitu
Mandiri Bidan Sampel adalah 86,7%. Hasil
Amanah. ibu hamil analisis bivariat
primigravida diperoleh p-
trimester III value 0,001
berjumlah 15 (p<0,05).
responden, Kesimpulan
diambil dengan penelitian ini
teknik consecuti ada pengaruh
ve sampling. promosi
Analisis data kesehatan
menggunakan dengan media
uji Wilcoxon. video terhadap
pengetahuan ibu
hamil tentang
teknik menyusui
di Praktik
Mandiri Bidan
Amanah. Bidan
kiranya
memberi
promosi
menggunakan
media video
agar ibu
termotivasi
untuk menyusui
bayinya secara
eksklusif.

6. Nurleli. Hubungan Tujuan Jenis Hasil penelitian


Dkk (2018) Pengetahuan penelitian adalah penelitianini memperlihatkan
Dan Sikap Ibu untuk adalah analitik bahwa
Jurnal Dengan mengetahui observasional pengetahuan ibu
Riset Hesti Tindakan hubungan dengan tentang ASI
Medan Pemberian pengetahuan dan pendekatan eksklusif
ASI Eksklusif sikap ibu dengan cross sectional. memiliki
Vol. 3, No. Di Puskesmas tindakan Populasi dalam hubungan
1 Januari – Rambung pemberian ASI penelitian ini signifikan
Juni 2018 Kecamatan eksklusif. adalah seluruh dengan tindakan
Binjai Selatan ibu yang pemberian ASI
Kota Binjai memiliki anak eksklusif
Tahun 2017 usia 6 bulan (p<0,05), sikap
sampai dengan juga memiliki
12 bulan di hubungan
Puskesmas signifikan
Rambung yakni dengan tindakan
687 orang, pemberian ASI
dengan teknik eksklusif
pengambilan (p<0,05),
sampel
consecutive
sampling dan
penentuan
sampel
dilakukan
dengan
menggunakan
rumus
Lameshow
sehingga ada 90
sampel
penelitian yang
terdiri dari ibu
menyusui.
Analisis data
dilakukan
dengan uji chi-
square pada
tingkat
kepercayaan
95% (0.05).

2.15 Kerangka Teori


Dalam penelitian ini digunakan pendekatan teori S – O - R. dalam
(Notoatmodjo, 2018) Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi, hal 44, yaitu perilaku
manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perilaku tertutup dan perilaku
terbuka

ORGANISME RESPON TERTUTUP

Perhatian Pengetauan Pemberian ASI Eksklusif


STIMULUS
Pengertian Sikap Pemberian ASI Eksklusif
Media Video
Penerimaan
RESPON TERBUKA

Praktik Pemberian ASI Eksklusif

Gambar 2. 1 Kerangka Teori (Skiner)

Dalam penelitian ini digunakan juga pendekatan teori L. Green (1980)


dalam (Notoatmodjo, 2018) Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi, hal 27, yaitu
perilaku kesehatan ditentukan oleh tiga faktor yakni faktor pemudah,pemungkin,
dan penguat.

Pengetahuan

Pemudah Sikap Perilaku Tentang


Asi Eksklusif
Praktik

Materi Pemberian
Fasilitas Sarana dan
Asi Eksklusif
Pemungkin Pelayana Prasarana
Kesehatan penyuluah

( Puskesmas )
Media Video

Petugas
Promosi kesehatan
Penguat Kesehatan

Gambar 2. 2 Kerangka Teori (L. Green)

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Praktik

Pesan Melalaui Pemberian ASI Eksklusif


Media Video Sikap

Pengetahuan

Faktor Sosial Demografi

Usia Bayi

Usia Ibu

Pendidikan Ibu

Pekerjaan Ibu
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional


Tabel 3. 1 Definisi Operasional

N Definisi
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala
o Operasional
Variabel Dependent

1. Pengetahuan Jawaban Kuesioner Merekam Baik = Kategorik


tentang responden (15 dan 60 -100 % Baik =1
pemberian terhadap pertanyaan) memeriksa Tidak Baik = 0
ASI sejumlah menggunaka atau Kurang
Eksklusif pernyataan n Skala mengolah = < 60 %
melalui Guttman data dari
kuesioner yang terdiri kuesioner Bloom’s Cut off
tentang dari 2 pilihan yang telah Point dalam
pengetahuan untuk diisi oleh (Swarjana,
yang menjawab responden 2022) halaman
dimililiki yaitu Benar serta 6.
oleh ibu bayi atau Salah. mengelomp
usia 0-5 Jika jawaban okan
bulan di yang di pilih menurut
wilayah kerja tepat maka di jawaban
puskesmas beri skor “ bear dan
Bantar 1”, dan jika salah.
Gebang jawaban yang
mengenai di pilih tidak
pemberian tepat maka
ASI diberi skor
Eksklusif. “0”. Hasil
ukur dari
pengetahuan
di
kelompokan
menjadi 2
yaitu Baik
dan Kurang.
Oleh karena
ASI eksklusif
dianggap sdh
dikenal
masyarakat,
maka cut-off
point
ditetapkan
60%.
2. Sikap tentang Pilihan Kuesioner Merekam Dengan Kategorik
pemberian jawaban (18 dan mengantisipasi Setuju =1
ASI responden pertanyaan) memeriksa kemungkinan T.setuju =0
Eksklusif melalui menggunaka atau diperolehnya
kuesioner n Skala mengolah data yang tidak
tentang Likert yang data dari berdistribusi
kesetujuan/ke dimodifikasi kuesioner normal, Maka
tidaksetujuan yaitu pilhan yang telah penentuan
ibu bayi usia untuk diisi oleh kategori pada
0-5 bulan di menjawab responden variabel sikap
wilayah kerja pertanyaan serta digunakan nilai
puskesmas terdiri dari 4 mengelomp median sebagai
Bantar pilihan okkan ke cut-off point.
Gebang (Sangat kelompok (Rachmani,
terhadap setuju, setuju dan 2020)
pemberian Setuju, Tidak tidak
ASI setuju, setuju.. Jika jawaban
Eksklusif, Sangat tidak setuju sama atau
dan memiliki setuju ). Dari lebih besar dari
pendapat 4 pilihan 50%, maka
setuju atau tersebut dikategorikan
tidak setuju kemudian di sebagai setuju
terhadap ASI jadikan 2 Lebih rendah
Eksklusif. kelompok dikategorikan
ketika akan sebagai tidak
diolah yaitu setuju..
setuju dan
tidak setuju.
Jika jawaban
yang di pilih
tepat maka di
beri skor “
1”, dan jika
jawaban yang
di pilih tidak
tepat maka
diberi skor
“0”. Hasil
ukur dari
sikap di
kelompokan
menjadi 2
yaitu Baik
dan Kurang.
3. Praktik Pernyataan Kuesioner Merekam Dengan Kategorik
tentang atau jawaban (11 dan mengantisipasi Kategorik
pemberian responden pertanyaan) memeriksa kemungkinan Ya =1
ASI melalui menggunaka atau diperolehnya Tidak =0
Eksklusif kuesioner n Skala mengolah data yang tidak
tentang Guttman data dari berdistribusi
Prilaku yang terdiri kuesioner normal, Maka
pemberian dari 2 pilihan yang telah penentuan
ASI untuk diisi oleh kategori pada
Eksklusif menjawab responden. variabel praktik
yang terdiri yaitu Ya atau Jawaban Ya digunakan nilai
dari ya / Tidak. Jika atau tidak median sebagai
tidak, jawaban yang diverifikasi cut-off point.
frekuensi di pilih tepat dengan (Rachmani,
dan durasi maka di beri peertanyaan 2020)
pemberian skor “ 1”, dan berikutnya
ASI oleh ibu jika jawaban yaitu durasi, Jika jawaban
bayi usia 0-5 yang di pilih frekuensi, setuju sama atau
bulan dengan tidak tepat praktik lebih besar dari
praktik maka diberi yang benar 50%, maka
menyusui skor “0”. dan praktik dikategorikan
yang benar, Hasil ukur menyimpan sebagai Ya
praktik dari Praktik dan praktik Lebih rendah
menyimpan di konsumsi dikategorikan
ASI Perah, kelompokan gizi sebagai Tidak
serta praktik menjadi 2 seimbang.
konsumsi yaitu Baik Jika
gizi dan Kurang. jawaban
seimbang Tidak baik dari
untuk ibu pertanyaan
menyusui. verifikasi
ini lebih
dari 2 yang
benar maka
dianggap
praktiknya
sudah
benar.
Variabel Independent
1. Media Video Video
merupakan
Media
elektronik
yang di
gunakan
untuk
memyampaik
an pesan atau
informasi
dalam
kegiatan
promosi
kesehatan.
Pesan yang
disampaikan
dalam video
pada
penelitian ini
yaitu
Pengertian
ASI, manfaat
ASI untuk
ibu dan bayi,
gizi seimbang
pada ibu
menyusui,
cara
menyimpan
ASI perah
serta cara
menyusui
yang tepat.
Penetapan
pesan
dilakukan
oleh peneliti
dengan cara
melakukan
asesmen
kepada ibu
bayi 0-5
bulan.
Kemudian
dikembangka
n menjadi
video. Video
tersebut
diharapkan
dapat
meningkatka
n
pengetahuan,
sika, dan
praktik
pemberian
ASI
Eksklusif
pada ibu bayi

2. Usia Bayi Pernyataan Kuesioner Mengisi 1. 0-1 bulan Kategorik


atau jawaban pertanyaan 2. 1,5-5 bulan
responden pada data - Neonatal = 1
melalui karakteristik 0-1 bln (28 hari - Postneonatal
kuesioner adalah bayi =0
tentang usia neonatal (risiko
bayi tinggi)

1 – 5 bulan
adalan bayi post
neonatal
3. Usia Ibu Pernyataan Kuesioner Mengisi Dibuat cut off Kategorik
atau yang pertanyaan point usia 35 Usia berisiko
jawaban pada data tahun (batas usia diatas 35 thn =
responden karakteristik reproduksi 1
melalui Dibuat cut off sehat).
kuesioner point Yaitu: Usia tdk
tentang usia berisiko
ibu. Saat 1). diatas Dibawah 35
diwawancarai 35tahun tahun = 0

2). dibawah
35tahun
4. Pendidikan Pernyataan Kuesioner Mengisi Kategorik
Ibu atau jawaban pertanyaan 1. Tinngi menjadi :
responden pada data ( > SMA)
melalui karakteristik - Tinggi =
kuesioner 2. Rendah 1
tentang Dibagi (< SMA) - Rendah = 0
pendidikan menjadi Tinggi
formal yang dan Tidak
telah tinggi dengan
diselesaikann cut off point
ya saat di tamat SMA
wawancarai.
5. Pekerjaan Ibu Pernyataan Kuesioner Mengisi 1.Tidak Kerja Kategorik
yang dijawab pertanyaan 2. Kerja
oleh pada data - Kerja =
responden karakteristik 1
melalui - Tdk kerja = 0
kuesioner Cut off point
tentang ditetapkan
pekerjaan kerja dan
yang gtuidak. Tidak
dimilikinya jika hanya ibu
rumah tangga
saja.

3.3. Hipotesis
1. Ada pengaruh pesan melalui media video terhadap pengetahuan pemberian ASI
ekslkusif pada ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang
2022.
2. Ada pengaruh pesan melalui media video terhadap sikap pemberian ASI ekslkusif
pada ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang 2022.
3. Ada pengaruh pesan melalui media video terhadap praktik pemberian ASI
ekslkusif pada ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang
2022.
4. Ada hubungan antara variabel-variabel tertentu terhadap praktik pemberian ASI
ekslkusif pada ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang
2022.
5. Ada variabel yang dominan berhubungan terhadap praktik pemberian ASI
ekslkusif pada ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang
2022.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)
dengan rancangan pretest-posttest design. Kelompok yang diteliti pada design ini
diambil secara nonrandom oleh peneliti sebagai kelompok yang akan diberikan
perlakuan dalam penelitian ini. (Saryono, 2013). Penelitian ini menggunakan
perlakuan media video. Rancangan penelitian sebelum dan sesudah intervensi dengan
menggunakan kelompok kontrol disajikan secara skematik. Pre test dilakukan sebelum
intervensi. Post test dilakukan 14 hari setelah intervensi. Menurut (Puspikawati &
Megatsari, 2018) Selang waktu yang ideal untuk melaksanakan pretest dan posttest
adalah 2-4 minggu. Tujuannya adalah menghindarkan subjek yang masih
mengingat/pernah melakukan hal yang sama pada saat pretest. Penelitian ini terdiri
dari 2 kelompok masyarakat, dimana kelompok satu adalah ibu yang mendapat
intervensi dengan media video, dan kelompok kedua adalah ibu yang tidak
mendapatkan intervensi. Adapun rancangan penelitian ini dapat digambarkan dengan
skema sebagai berikut :

KP1 01 (X1) 02
KP2 01’ (-) 02’

Keterangan
KP1 = Kelompok eksperimen
KP2 = Kelompok kontrol
01 = Pre test kelompok 1
02 = Post test kelompok 1
01’ = Pre test kelompok 2
02’ = Post test kelompok 2
(X1) = Intervensi video
( - ) = Tidak ada intervensi

4.2 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

4.2.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan April sampai dengan Juli 2022
yang dimulai dari pengumpulan data sekunder, identifikasi masalah, penelusuran
kepustakaan, penentuan judul, dan penyusunan proposal.

4.2.2. Tempat Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang
Bekasi. Alasan pemilihan lokasi antara lain karena masih rendahnya cakupan
pemberian asi eksklusif yaitu hanya 2,71 % pada tahun 2021.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi
Populasi yang ingin di ambil dalam penelitian ini adalah Ibu yang memiliki
bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang Bekasi tahun 2022.

4.3.2 Sample
Jumlah sampel minimal dalam penelitian eksperimen yaitu minimum 15
dari masing-masing kelompok. (Taufik, 2020). Pembagian sampel dalam penelitian
ini terdiri atas 2 kelompok yaitu :

1. Kelompok 1, diberikan perlakuan dengan media video sebanyak 20 orang ibu


2. Kelompok 2, tidak diberikan perlakuan sebanyak 20 orang ibu
Jadi, besarnya sampel atau responden penelitian ini adalah 40 orang ibu yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Kriteria Inklusi
a. Ibu yang memiliki bayi usia 0 – 5 bulan.
b. Hadir pada saat proses pengisian kuesioner.
c. Menyususi atau memberikan ASI.
d. Berdomisili di Wilayah Bantargebang, Bekasi.
Kriteria Ekslusi
a. Ibu yang tidak datang pada saat proses perlakuan.
b. Ibu yang tidak memiliki bayi usia 0 – 5 bulan.
c. Tidak menyusui atau tidak memberikan ASI.
d. Tidak berdomisili di Wilayah Bantargebang, Bekasi.

4.4 Uji Validitas Dan Reliabilitas

4.4.1 Uji Validitas


Uji validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam
mengukur data. Uji ini bertujuan untuk menguji pada tiap item atau butir
pernyataan yang benar-benar mampu mengungkapkan faktor yang akan diukur atau
konsistensi internal tiap item alat ukur dalam mengungkapkan faktor yang akan
diukur. Validitas masing-masing butir pernyataan dapat dilihat pada nilai corrected
item total correlation masing-masing butir pernyataan dengan ketentuan jika nilai r
hitung > r tabel maka dinyatakan valid atau sebaliknya dalam penelitian ini untuk
sampel pengujian 30 orang adalah 0,361 pada df = 28 dan α = 5%. Nilai r dapat
dihitung menggunakan rumus r hitung. (Riduwan, 2013).

4.4.2 Uji Validitas Kusioner


Dari hasil indentifikasi pengetahuan, sikap, dan praktik tentang ASI
Eksklusif yang dilakukan dengan cara assesmen atau wawancara kepada ibu bayi
usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang, sehingga dapat
dikembangkan pesan – pesan yang akan menjadi pertanyaan di kuesioner serta akan
dijadikan pesan dalam media video. Pesan-pesan tersebut yaitu mengenai
Pengertian Asi Eksklusif, Frekuensi dan Durasi Pemberian ASI Eksklusif , Manfaat
pemberian ASI Eksklusif , Menyusui dengan benar, Posisi Menyusui yang tepat,
Tips agar ibu yang bekerja tetap bisa memberikan ASI Eksklusif, Dukungan
pemberian ASI Eksklusif, Gizi Seimbang untuk ibu menyusui, Peran ASI yang
begitu penting didukung pula oleh pemerintah dengan, diundangkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Setelah pesan-pesan tersebut dikembangkan menjadi kuesioner kemudian disebar
kepada 10 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-5 bulan (yang bukan responden
pada saat penelitian) lalu kuesioner tersebut di uji validitas dan reliabilitas. Karena
responden 10 dan α = 5%. maka r tabelnya yaitu 0,632. Sehingga jika r hitung lebih
kecil dari 0,632. Maka butir pertanyaaan dinyatakan tidak valid, dan sebaliknya jika
r hitung lebih besar dari r tabel 0,632 maka dinayatakan valid.

1. Kuesioner Pengetahuan
Materi – materi tentang pemberian ASI eksklusif yang telah dikembangkan
menjadi pertanyaan, terdapat 24 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan
responden tentang pemberian ASI eksklusif, kemudian 24 pertanyaan tersebut
di uji validitas nya dengan menggunakan bantuan perangkat lunak statistik.
Berikut hasil uji validitas kuesioner variabel pengetahuan dapat dilihat pada
tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Uji Validitas Kuesioner Pengtahuan

Pertanyaan r hitung r tabel Pertanyaa r hitung r tabel


n
P1 0,632 P13 0,789 0,632
0,117
P2 0,632 P14 0,759 0,632
0,644
P3 0,632 P15 -0,077 0,632
0,644
P4 0,632 P16 0,520 0,632
0,827
P5 0,632 P17 0,879 0,632
0,732
P6 0,632 P18 0,789 0,632
0,732
P7 0,632 P19 0,161 0,632
0,673
P8 0,632 P20 0,251 0,632
0,322
P9 0,632 P21 0,600 0,632
0,419
P10 0,632 P22 0,439 0,632
0,673
P11 0,632 P23 0,819 0,632
0,879
P12 0,632 P24 0,732 0,632
0,789

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa hasil uji validitas kuesioner variabel


pengetahuan yaitu dari 24 pertanyaan terdapat 9 pertanyaan yang tidak valid,
artinya 9 pertanyaan yang tidak valid tersebut memiliki t hitung lebuh kecil dari
r tabel (0,632). Pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomer 1, 8, 9, 15,
16, 19, 20, 21, 22 . Pertanyaan – pertanyaan yang tidak valid tersebut kemudian
tidak diikut sertakan lagi untuk mengukur pengetahuan responden dalam
penelitian.

2. Kuesioner Sikap
Materi – materi tentang pemberian ASI eksklusif yang telah dikembangkan
menjadi pertanyaan, terdapat 18 pertanyaan untuk mengukur sikap responden
tentang pemberian ASI eksklusif, kemudian 18 pertanyaan tersebut di uji
validitas nya dengan menggunakan bantuan perangkat lunak statistik. Berikut
hasil uji validitas kuesioner variabel sikap dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Uji Validitas Kuesioner Sikap

Pertanyaan r hitung r tabel Pertanyaa r hitung r tabel


n
P1 0,632 P10 0,798 0,632
0,753
P2 0,632 P11 0,638 0,632
0,731
P3 0,632 P12 0,753 0,632
0,753
P4 0,632 P13 0,773 0,632
0,764
P5 0,632 P14 0,719 0,632
0,731
P6 0,632 P15 0,787 0,632
0,690
P7 0,632 P16 0,690 0,632
0,704
P8 0,632 P17 0,731 0,632
0,667
P9 0,632 P18 0,704 0,632
0,773

Berdasarkan tabel 4.2 bahwa hasil uji validitas kuesioner variabel sikap
yaitu dari 18 pertanyaan dinyatakan valid semua, artinya r hitung dari 18
pertanyaan tersebut semua nya lebih besar dari r tabel (0,632). Jadi semua
pertanyaaan - pertanyaan tersebut semuanya diikut sertakan semua untuk
mengukur sikap responden dalam penelitian.

3. Kuesioner Praktik
Materi – materi tentang pemberian ASI eksklusif yang telah dikembangkan
menjadi pertanyaan, terdapat 14 pertanyaan untuk mengukur parktik atau
tindakan responden tentang pemberian ASI eksklusif, kemudian 14 pertanyaan
tersebut di uji validitas nya dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
statistik. Berikut hasil uji validitas kuesioner variabel pengetahuan dapat dilihat
pada tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Uji Validitas Kuesioner Praktik

Pertanyaan r hitung r tabel Pertanyaa r hitung r tabel


n
P1 0,632 P8 0,710 0,632
0,818
P2 0,632 P9 0,399 0,632
0,660
P3 0,632 P10 0,71573 0,632
0,760
P4 0,632 P11 0,114 0,632
0,760
P5 0,632 P12 0,762 0,632
0,855
P6 0,632 P13 0,660 0,632
0,611
P7 0,710 0,632 P14 0,680 0,632

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa hasil uji validitas kuesioner variabel praktik
atau tindakan yaitu dari 14 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid,
artinya 3 pertanyaan yang tidak valid tersebut memiliki r hitung lebih kecil dari
r tabel (0,632). Pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomer 6, 9, dan
11. Pertanyaan – pertanyaan yang tidak valid tersebut kemudian tidak diikut
sertakan lagi untuk mengukur praktik atau tindakan responden dalam penelitian.

4.4.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup
dapat dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan
sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali diambil tetap akan sama. (Riwidikdo,
2009). Untuk mengetahui reliabilitas dengan cara menggunakan metode
Cronbach’s Alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran. Jika nilai Cronbach’s Alpha menunjukkan lebih besar dari 0,60 maka
dapat dikatakan bahwa alat ukur dalam hal ini kuesioner dinyatakan reliabel, dan
jika nilai uji Cronbach Alpha yang diperoleh < r tabel (0,60) maka dinyatakan tidak
reliabel. (Hastono, 2007). Sebelum penelitian dilakukan, Kuesioner diuji terlebih
dahulu reliabilitasnya.

1. Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan


Dari 15 pertanyaan variabel pengetahuan yang sudah valid, kemudian
dilakukan uji reliabilitas menggunakan perangkat lunak statistik. Didapatkan
hasil bahwa dari uji reliabilitas variabel pengetahuan yaitu Cronbach’s Alpha =
0,949. Dapat disimpulkan bahwa kuesioner variable pengetahuan reliabel
(Cronbach’s Alpha > 0,60).
2. Uji Reliabilitas Kuesioner Sikap
Dari 18 pertanyaan variabel sikap yang valid, kemudian dilakukan uji
reliabilitas menggunakan perangkat lunak statistik. Didapatkah hasil bahwa dari
uji reliabilitas variabel sikap yaitu Cronbach’s Alpha = 0,947. Dapat
disimpulkan bahwa kuesioner variable sikap reliabel (Cronbach’s Alpha >
0,60).
3. Uji Reliabilitas Kuesioner Praktik
Dari 11 pertanyaan variabel praktik atau tindakan yang sudah valid,
kemudian dilakukan uji reliabilitas menggunakan perangkat lunak statistik.
Didaptkan hasil bahwa dari uji reliabilitas variabel praktik atau tindakan yaitu
Cronbach’s Alpha = 0,915. Dapat disimpulkan bahwa kuesioner variabel
praktik atau tindakan reliabel (Cronbach’s Alpha > 0,60).

4.5 Teknik Pengambilan Data Dan Analisis Data

4.5.1 Teknik Pengambilan Data


Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap Persiapan
Mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan mendukung
penelitian seperti izin penelitian, koordinasi dengan kepala Dinas
Kesehatan Kota Bekasi.
Sarana yang dibutuhkan :
a. Kuesioner
b. Pulpen
c. Laptop
d. Video
Prasarana yang dibutuhkan :
a. Ruangan untuk melakukan penyuluhan atau pemutaran video

2. Tahap Pelaksanaan Peneliti


Gambar 4. 1 Tahap Pelaksanaan Penelitian

1. Studi Pendahuluan 2. Melakukan penelitian

Pengambilan data
untuk mengetahui
gambaran responden
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Posyandu Sari Ayu 9 Posyandu Sari Ayu 12

Membuat media video

Pretest dan pemberian Pretest, 14 hari


intervensi dengan media kemudian postest ( tidak
Membuat kuesioner video, 14 hari kemudian diberiksn intervensi )
postestt

Uji efektivitas video Uji validitas dan reliabilitasbs


kuesioner

Video yang sudah diuji efektivitasnya dan


kuesioner yang sudah valid & reliabel
kemudianInstrumen
dilakukanPenelitian
penelitian
a. Kuesioner
1. Kuesioner karakteristik digunakan untuk mengisi pertanyaan mengenai
karakteristik responden
2. Kuesioner variabel pengetahuan, sikap, dan praktik untuk mengetahui
tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik tentang pemberian ASI Eksklusif.
Berikut pertanyaan dari masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel
4.4

Tabel 4. 4 Instrumen Kuesioner Penlitian

Kuesioner Kuesioner Sikap Keusioner Praktik


Pengetahuan

15 Pertanyaan 18 Pertanyaan 11 Pertanyaan

Jumlah nilai maksimal Jumlah nilai maksimal Jumlah nilai maksimal


15 18 11

Pertanyaan positif Pertanyaan positif Pertanyaan positif


11 14 10

Pertanyaan negatif Pertanyaan negatif Pertanyaan negatif


4 4 4

Pertanyaan - pertanyaan kuesioner dikembangkan atas assesmen


kurangnya pengetahuan, sikap, dan praktik ibu bayi berusia 0-5 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang. Sebelum dilakukan penelitian,
kuesioner di uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu dengan jumlah 10
responden (bukan termasuk responden pada saat penelitian) yaitu ibu yang
memiliki bayi usia 0-5 bulan, pertanyaan yang tidak valid dan reliabilitas
kemudian tidak diikut sertakan lagi menjadi pertanyaan pada saat penelitian.
Instrumen penelitian selain kuesioner yaitu ada media video. Berikut
langkah- langkah pembuatan video yaitu :

Pembuatan Media Video

1. Video Tentang Pemberian ASI Eksklusif sebelum Peer Review


Link : Pemberian ASI Eksklusif - Google Drive

2. Proses Peer Review


Tujuan:
Tujuan dari peer review video tentang Pemberian ASI Eksklusif adalah agar video
yang telah dibuat oleh peniliti mendapatkan kritik dan saran dari tenaga yang
berpengalaman dalam menangani kesehatan ibu dan anak, termasuk ASI Eksklusif.
Sehingga video dapat menjadi jauh lebih dan dapat digunakan sebagai media dalam
peneltian ini.

Konten
a. Pengertian ASI Eksklusif
b. Frekuensi dan Durasi Pemberian ASI Eksklusif
c. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
d. Posisi Menyusui yang Benar
e. Tips Pemberian ASI Eksklusif Untuk Ibu yang Bekerja
f. Kebutuhan Gizi Untuk Ibu Menyusui
g. Undang – Undang Tentang Pemberian ASI Eksklusif

Peserta Review
1. Nova Arsezi ( Nutritionist, Puskesmas Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta )
2. Yela Ruci ( Bidan Pelaksana, Klinik Bersalin Hj Ida, Bogor )
3. Novilisna ( Penanggung jawab ruang bersalin, Klinik Setia, Subang )
4. Endang Sundari ( Genaral manager, Unit Pelaksana Bidan Delima Pusat,
Jakarta )
5. Siti Rizco ( Bidan pelaksana, BPM Bd. Nina Marlina, Bogor )
6. Pansilia ( Bidan pelaksana, Klinik Praktik Mandiri Bidan Siti, Bekasi )

Proses Review
Review Video dilakukan melalu daring (aplikasi zoom), dengan dihadirkannya
peneliti, dosen pembimbing, serta tenaga kesehatan ibu dan anak (reviewer), proses
review diarahkan oleh dosen pembimbing dan dibuka oleh peneliti, setelah
pembukaan kemudian peneliti menayangkan video yang akan di review. Setelah
video selesai ditayangkan, para reviewer memberikan kritik dan saran satu persatu,
lalu kritik dan saran tersebut dicatata oleh peneliti untuk dijadikan sebagai masukan
perbaikan video. Setelah itu proses review selesai dan ditutup dengan mengucapkan
terimakasih kepada reviewer yang telah bersedia memberikan kritik dan saran.

Kritik dan Saran Reviewer


a. Video yang dibuat oleh peneliti durasinya terlalu panjang
b. Materi yang ada dalam video harus di persingkat
c. Ada beberapa durasi yang harus dipangkas atau dipotong
d. Durasi video maksimal 5 menit
e. Video harus singkat dan mewakili promosi kesehatan

Catatan Perubahan
1. Pada menit 1: 24 sd 2. 20 sebaik nya di kemas lebih ringkas dan di satukan di
menit kandungan asi tidak perlu di jelas kan secara detail sehingga bisa
menghemat waktu system kerja hormone prolactin tidak perlu di jelaskan
karena terlalu ilmiah b. Menit 3.21 sd 3.27 . sebaik nya tidak perlu di jelaskan
secara detail , bisa di pangkas saja.
2. Menit 3. 46 : kata kata cholesterol sebaik nya di ganri lemak saja ( lemak jenuh/
tak jenuh.
3. Menit 4.20 pada point sebagai alat KB alami tambahkan sampai usia bayi 6
bulan atau selama belum mendapat haid.
4. Pada menit 10.32 sebaik nya cukup mengurang stress saja tidak perlu di
jelaskan secara detail.
5. Menit 4.37 tidak perlu menjelaskan cara kerja hormone . bisa di katakan
mengurangi perdarahan karena saat bayi menyusu rahim kan ber kontraksi,
sehingga mengcegah perdarahan.
6. Menit 6. 24 tambakan gambar saja jauh lehih baik , tdk perlu tulisan ( gambar
ibu menyusui dengan benar ).
7. Spoint 6.47 sebaik nya langsung saja cara menyimpan asi dengan singkat.
8. Menit 7.13 dukungan secara singkat saja jgn terlalu lama durasi nya.
9. Menit 7.58 sd menit 8.02 itu saja yang di pakai untk ibu menyusui harus:……
10. Menit 8:10 sd menit 8,36 di pangkas.
11. 8.52 di pangkas saja yang terkait kebutuhan gizi ibu hamil . di perisngkat
dengan bahasa sehari hari.
12. Menit 9.36 boleh di masukan.
13. Poit menit 10 .02 sd 10 . 33 tidak perlu di tayangkan cukup sampai menit
ke .9.57.
14. Pemangkasan bisa dilakukan, durasi video sebaik nya pasling lama 5 menit .
sudah mewakili dari propmosi Kesehatan.

Kesimpulan
Video sebelum peer review durasinya sekitar 10 menit, kemudian setelah dilakukan
review dipersingkat menjadi 5 menit. Karena jika durasi terlalu lama dikhawatirkan
responden menjadi jenuh sehingga tidak dapat menerima materi dengan baik dan
maksimal.
3. Video Tentang Pemberian ASI Eksklusif sebelum Peer Review
Link : ASI Eksklusif - Google Drive

4. Dokumentasi Peer Review ( Rabu, 8 Juni 2022. Pukul 19.00 WIB )

b. Media Video
Video yang di tayangkan kepada responden merupakan video yang
telah dibuat oleh peneliti. Prosess pembuatan Video dimulai dari
mengembangkan pesan pesan yang akan ditanyangkan dalam video.
Pesan – pesan tersebut di dapatkan dari hasil assesmen atau wawancara
kepada ibu yang memiliki bayi usia 0-5 bulan. Setalah itu dilakukan
pembuatan dan editing video dengan menggunakan bantuan suatu
aplikasi. Kemudian video yang telah dibuat, lalu dilakukan peer review
oleh tenaga ahli dalam bidang Pemberian ASI Eksklusif lalu di uji
kepada 10 ibu yang memilikibayi usia 0-5 bulan. Bertujuan untuk
mengetahui apakah video tersebut dapat meningkatkan pengetahuan,
sebelum digunakan untuk penelitian.

Setelah video di uji kepada 10 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-5
bulan. Kemudian dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal, jika data berdistribusi normal maka untuk
mengatahuai perbedaan rata – rata 2 sampel yang berpasangan
menggunaka uji paired sample t test. Jika data tidak berdistribu si
normal maka alternatifnya menggunakan uji wilcoxon.
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dengan shapiro wilk yaitu p-value pre
tes 0,002 dan p-value post test 0,015. Maka dapat di simpulkan
bahwa data tidak berdistribusi normal Karena nilai Sig untuk dua
kelompok tersebut > 0,05. pre test (p-value < 0,05), post test (p-
value < 0,05). Karena data tidak berdistribusi normal, maka
alternatif untuk mengatahuai perbedaan rata – rata 2 sampel yang
berpasangan menggunakan uji wilcoxon.
2. Uji Wilcoxon
Hasil uji wilcoxon yaitu terdapat p-value 0,007. Dapat
disimpulkan adanya pengaruh media video terhadap peningkatan
pengetahuan (p-value< 0,05). Maka media video yang telah dibuat
oleh peneliti efektif untuk digunakan sebagai media penelitian.

4.5.2 Analisis Data


Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran
variabel independen (pengetahuan, sikap, dan praktik pemberian asi eksklusif) dan
variabel dependen (media video). Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada
tidaknya hubungan pengaruh media video dalam pengetahuan, sikap, dan praktik
pemberian asi eksklusif pada ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas bantargebang
bekasi. Kemudian dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi
normal atau tidak, Jika data berdistribusi normal maka untuk mengetahui perbedaan
rata – rata 2 sampel yang berpasangan menggunakan uji paired sample t test dan
jika tidak berdistribusi normal maka alternatif untuk mengetahui perbedaan rata –
rata 2 sampel yang berpasangan menggunakan uji wilcoxon. Selain itu dilakukan
uji homogenitas untuk mengtahui data bervarians sama atau tidak sama, dan
terakhir dilakukan uji independent sample t test untuk mengetahui perbedaan rata –
rata 2 sampel yang tidak berpasangan jika data berdistribusi normal, jika data tidak
berdistribusi normal maka alternatif untuk mengetahui perbedaan rata – rata 2
sampel yang tidak berpasangan yaitu menggunakan uji mann whitney. Untuk
mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI eksklusif
dilakukan uji chi square dan dilanjutkan uji regresi logistik untuk mengetahui
fakror yang paling dominan. Beberapa uji tersebut dilakukan dengan menngunakan
bantuan perangkat lunak statistik.

BAB V
HASIL

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian


Puskesmas Bantargebang terletak di Jalan Naronggong Raya Km 10 No. 75
Kelurahan Bantargebang Batas-batas wilayah Puskemas Bantargebang adalah:
a. Sebelah Utara : Kelurahan Padurenan Kecamatan Bantargebang
b. Sebelah Timur : Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi
c. Sebelah Selatan: Kecamatan Cilengsi Kabupaten Bekasi
d. Sebelah Barat : Desa Mustikasari dan Kelurahan Bojong Menteng
Luas wilayah kerja Puskesmas Bantargebang adalah 18,54 km 2 . Puskesmas
Bantargebang mempunyai wilayah kerja 4 kelurahan, yaitu:
a. Kelurahan Bantargebang
b. Kelurahan Cikiwul
c. Kelurahan Ciketing Udik
d. Kelurahan Sumur Batu

5.2 Karakteristik Responden

5.2.1 Karakteristik Responden Kelompok 1 (Kelompok Eksperimen)


Responden Kelompok 1 (Kelompok Eksperimen) terdiri dari 20 orang ibu
yang mempunyai bayi usia 0 – 5 bulan.

A. Usia Bayi
Gambar 5. 1 Usia Bayi Kelompok Eksperimen

Usia Bayi Kelompok 1 ( Kelompok Eksperimen ) yaitu 0 – 5 Bulan,


diantaranya, usia 0,5 bulan 15% ( 3 orang ), usia 1 bulan 20% ( 4 orang ), usia 1,5
bulan 10% ( 2 orang ), usia 2 bulan 15% ( 3 orang ), usia 2,5 bulan 5% ( 1 orang ),
usia 3 bulan 10% ( 2 orang ), usia 3,5 bulan 5% ( 1 orang ), usia 4 bulan 10% ( 2
orang ), usia 4,5 bulan 5% ( 1 orang ), dan usia 5 bulan 5% ( 1 orang ).

B. Usia Ibu

Gambar 5. 2 Usia Ibu Kelompok Eksperimen

Usia Responden Kelompok 1 ( Kelompok Eksperimen ) yaitu 20 -35 Tahun,


usia 20 – 25 tahun sebanyak 40% ( 8 orang ), usia 26 – 30 tahun sebanyak 35% ( 7
orang ), dan usia 31 – 35 tahun sebanyak 25% ( 5 orang ).

C. Pendidikan Ibu
Gambar 5. 3 Pendidikan Ibu Kelompok Eksperimen

Pendidikan Responden Kelompok 1 ( Kelompok Eksperimen ) terdiri dari


SMP/SLTP, SMA/SLTA, SMK, S1, diantaranya yaitu SMP/SLTP 35% ( 7 orang ),
SMA 25% ( 5 orang ), SMK 30% ( 6 orang ), dan S1 10% ( 2 orang ).

D. Pekerjaan Ibu

Gambar 5. 4 Pekeraan Ibu Kelompo Eksperimen

Dari 20 Responden Kelompok 1 ( Kelompok Eksperimen ) , diantanya 15%


( 3 orang ) bekerja sebagai karyawan swasta dan 85% ( 17 orang ) sebagai IRT (Ibu
Rumah Tangga).

5.2.2 Kararkteristik Responden Kelompok 2 (Kelompok Kontrol)


Responden Kelompok 2 (Kelompok Kontrol) terdiri dari 20 orang ibu yang
mempunyai bayi usia 0 – 5 bulan.

A. Usia Bayi
Gambar 5. 5 Usia Bayi Kelompok Kontrol

Usia Bayi Kelompok 2 ( Kelompok Kontrol ) yaitu 0 – 5 Bulan,


diantaranya, usia 1 bulan ( 1 orang ), usia 1,5 bulan 20% ( 4 orang ), usia 2 bulan
5% ( 1 orang ), usia 2,5 bulan 5% ( 1 orang ), usia 3 bulan 25% ( 5 orang ), usia
3,5 bulan 5% ( 1 orang ), usia 4 bulan 10% ( 2 orang ), usia 4,5 bulan, dan usia 5
bulan 25% ( 5 orang ).

B. Usia Ibu

Gambar 5. 6 Usia Ibu Kelompok Kontrol

Usia Responden Kelompok 2 ( Kelompok Kontrol ) yaitu 21 - 40 Tahun,


usia 21 – 25 tahun sebanyak 30% ( 6 orang ), usia 26 – 30 tahun sebanyak 20% ( 4
orang ), usia 31 – 35 tahun sebanyak 25% ( 5 orang ), dan usia 36 – 40 tahun
sebanyak 25% ( 5 orang ).

C. Pendidikan Ibu
Gambar 5. 7 Pendidikan Ibu Kelompok Kontrol

Pendidikan Responden Kelompok 2 ( Kelompok Kontrol ) terdiri dari


SMP/SLTP, SMA/SLTA, SMK, S1, diantaranya yaitu SMP/SLTP 15% ( 3
orang ), SMA 35% ( 7 orang ), SMK 40% ( 8 orang ), D3 5% ( 1 orang ), dan S1
5% ( 1 orang ).

D. Pekerjaan Ibu

Gambar 5. 8 Pekerjaan Ibu Kelompok Kontrol

Dari 20 Responden Kelompok 2 ( Kelompok Kontrol ), diantanya 20% ( 4


orang ) bekerja sebagai karyawan swasta dan 80% ( 16 orang ) sebagai IRT (Ibu
Rumah Tangga).

5.2 Hasil Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik

5.2.1 Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan


A. Analisis Deskriptif
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Pretest Eksperimen 20Kelompok
1 13 6.75 3.892
Kolmogrov-
Posttest Eksperimen 20 6 15 11.05 Smirnov
2.373
Pengetahuan
Pretest Kontrol Responden
20 1Eksperimen
14 Pre-test
7.05 0,109
3.980
Pengetahuan
Posttest Kontrol Responden
20 1Eksperimen
14 Post-test
7.20 0,619
3.982
Pengetahuan
Valid N (listwise)
Responden
20
Kontrol Pre-test 0,170
Tabel 5. 1 Pengetahuan Responden Kontrol Post-test 0,109 Analisis
Deskriptif Pengtahuan

Berdasarkan gambar diatas terdapat hasil bahwa dari analisis deskriptif


variabel pengetahuan yaitu terdapat perubahan pada kelas eksperimen baik nilai
minimun, maximum, dan mean setelah diberikan intervensi, sedangakan pada
kelas kontrol tidak terdapat perubahan.

B. Uji Normalitas

Perbedaan rata – rata Mean Sig. (2-tailed)


2 sampel berpasangan
Pretest Eksperimen – Posttest Ekskperimen -4.300 0,000
Pretest Kontrol – Posttest Kontrol -150 0,083
Tabel 5. 2 Uji Normalitas Pengetahuan

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bahwa hasil uji normalitas dengan


Kolmogorov-Smirnov untuk nilai pretest pada kelompok eksperimen 0,109, nilai
posttest pada kelompok eksperimen 0,619, nilai pretest pada kelompok kontrol
0,170, dan nilai posttest pada kelompok kontrol 0,109. Hal ini menunjukkan bahwa
data tingkat pengetahaun responden berdistribusi normal ( p-value > α = 0,05 ).

C. Uji Paired Sample T Test

Tabel 5. 3 Uji Paired Sample T Test Pengetahuan


Berdasarkan gambar diatas bahwa hasil uji paired sample t test pada
variabel pengetahauan terdapat nilai sig (2-tailed) 0,000 pada pretest eksperimen –
posttest eksperimen dan terdapat nilai sig (2-tailed) 0,083 pada pretest kontrol –
posttest kontrol Uji paired sample t test dapat dikatakan signifikan jika nilai sig (2-
tailed) lebih kecil dari 0,05. Maka dari itu pretest eksperimen – posttest
eksperimen dapat dikatan signifikan ( 0,000 < 0,05) dan pretest kontrol – posttest
kontrol dapat dikatakan tidak signifikan ( 0,083 > 0,05). Artinya ada perubahan
antara pretest dan posttest pada kelas eksperimen, dan tidak ada perubahan antara
pretest dan posttest pada kelas kontrol.

D. Homogenitas

Uji Homogenitas Pengetahuan

Perbedaan rata – rata Sig. (2-tailed)


2 sampel tidak berpasangan
Pretest Eksperimen – Pretest Kontrol 0,811
Tabel 5. 4 Posttest Eksperimen – Posttest Kontrol 0,001 Uji
Homogenitas Pengetahuan

Berdasarkan gambar diatas bahwa hasil dari uji homogenistas pada variabel
pengetahuan terdapat nilai signifikansi (sig) based on mean 0,01. Jika nilai
signifikan (sig) based on mean lebih besar dari 0,05 maka varians data adalah
homogen. Artinya data pada variabel pengetahuan tidak homogen karena 0,001 <
0,05. Sehingga dapat dikatakan sampel memiliki variansi yang tidak sama. Dengan
demikian tahap selanjut yaitu untuk mengetahui perbedaan rata – rata dua sampel
tidak berpasagan tetap menggunakan uji independen sample t test karena data
homogen bukan syarat mutlak untuk melakukan uji independen sampel t test.

E. Uji Independent Sample T Test


Tabel 5. 5 Uji Independent Sample T Test Pengetahuan

Berdasarkan gambar diatas bahwa hasil dari uji independent sample t test,
pretest kelas eksperimen dan pretest kelas kontrol variabel pengetahuan terdapat
nilai sig (2-tailed) yaitu 0,811. Uji independent sample t test dapat dikatakan
signifikan jika nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05. Maka dari itu pretest
eksperimen dan pretest kontrol tidak signifikan karena 0,811 > 0,05 atinya tidak
ada perbedaan antara pretest kelas eksperimen dan pretest kelas kontrol.
Sedangkan hasil dari uji independent sample t test, posttest kelas eksperimen dan
posttest kelas kontrol variabel pengetahuan terdapat nilai sig (2-tailed) yaitu 0,001.
Uji independent sample t test dapat dikatakan signifikan jika nilai sig (2-tailed)
lebih kecil dari 0,05. Maka dari itu posttest eksperimen dan prosttest kontrol
signifikan karena 0,001 < 0,05 artinya ada perbedaan antara posttest kelas
eksperimen dan posttest kelas kontrol.

5.2.2 Pengaruh Media Video Terhadap Sikap


A. Analisis Deskriptif

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Pretest Eksperimen 20 2 17 8.20 4.862

Posttest Eksperimen 20 6 17 12.35 3.313

Pretest Kontrol 20 3 16 8.45 5.104

Posttest Kontrol 20 3 16 8.55 5.052

Valid N (listwise) 20
Tabel 5. 6 Analisis Deskriptif Sikap

Berdasarkan gambar diatas bahwa hasil dari analisis deskriptif variabel


siakp yaitu terdapat perubahan pada kelas eksperimen nilai minimum, dan mean
setelah diberikan intervensi, sedangakan pada kelas kontrol tidak terdapat
perubahan.

B. Uji Normalitas
Perbedaan rata – rata Sig. (2-tailed)
2 sampel berpasangan
Pretest Eksperimen – Posttest Eksperimen 0,001
pretest Kontrol – Posttest Kontrol 0,317

Tabel 5. 7 Uji Normalitas Sikap

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bahwa hasil uji normalitas dengan


Kolmogorov-Smirnov untuk nilai pretest pada kelompok eksperimen 0,031, nilai
posttest pada kelompok eksperimen 0,413, nilai pretest pada kelompok kontrol
0,001, dan nilai posttest pada kelompok kontrol 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa
data sikap responden tidak berdistribusi normal, karena hanya ada satu nilai saja
yang signifikan, nilai yang lain tidak signifikan. ( p-value < α = 0,05 ).
Sehinggatahap selanjutnya yaitu untuk mengetahui perbedaan rata – rata 2 sampel
yang berpasangan tidak dapat menggunakan uji paired sample t test. Makadari itu
sebagai uji alternatifnya menggunakan uji wilcoxon.

C. Uji Wilcoxon

Kelompok Kolmogrov-
Smirnov
Sikap Responden Eksperimen Pre-test 0,031
Sikap Responden Eksperimen Post-test 0,413
Sikap Responden Kontrol Pre-test 0,001
Tabel 5. 8 Sikap Responden Kontrol Post-test 0,001 Uji Wilcoxon
Sikap

Berdasarkan gambar diatas bahwa hasil uji wilcoxon terdapat nilai sig (2-
tailed) 0,001 pada pretest eksperimen – posttest eksperimen dan terdapat nilai sig
(2-tailed) 0,317 pada pretest kontrol – posttest kontrol. Uji wilcoxon dapat
dikatakan signifikan jika nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05. Maka dari itu
pretest eksperimen – posttest eksperimen dapat dikatan signifikan ( 0,001 < 0,05)
dan pretest kontrol – posttest kontrol dapat dikatakan tidak signifikan ( 0,317 >
0,05). Artinya ada perubahan antara pretest dan posttest pada kelas eksperimen, dan
tidak ada perubahan antara pretest dan posttest pada kelas kontrol.

D. Homogenitas

Ga
Uji Homogenitas Sikap

Perbedaan rata – rata Sig. (2-tailed)


2 sampel tidak berpasangan
Pretest Eksperimen – Pretest Kontrol 0,795
Posttest Eksperimen – Posttest Kontrol 0,013

Tabel 5. 9 Uji Homogenitas Sikap

Berdasarkan gambar diatas bahwa hasil dari uji homogenistas pada variabel
sikap terdapat nilai signifikansi (sig) based on mean 0,005. Jika nilai signifikan
(sig) based on mean lebih besar dari 0,05 maka varians data adalah homogen.
Artinya data pada variabel sikap data tidak homogen karena 0,005 < 0,05.
Sehingga dapat dikatakan sampel memiliki variansi yang tidak sama. Dengan
demikian tahap selanjut yaitu untuk mengetahui perbedaan rata – rata dua sampel
tidak berpasagan menggunakan uji mann whitney, karena data pada sikap tidak
berdistribusi normal dan tidak homogen.

E. Uji Mann Whitney


Sig
Based on mean 0,005

Tabel 5. 10 Uji Mann Whitney Sikap

Berdasarkan gambar diatas bahwa hasil pretest kelas eksperimen dan


pretest kelas kontrol variabel sikap terdapat nilai sig (2-tailed) yaitu 0,795. Uji
mann whitney dapat dikatakan signifikan jika nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari
0,05. Maka dari itu pretest kelas eksperimen dan pretest kelas kontrol tidak
signifikan karena 0,795 > 0,05 atinya tidak ada perbedaan antara pretest kelas
eksperimen dan pretest kelas kontrol sedangkan .hasil posttest kelas eksperimen
dan posttest kelas kontrol variabel sikap terdapat nilai sig (2-tailed) yaitu 0,013. Uji
mann whitney dapat dikatakan signifikan jika nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari
0,05. Maka dari itu posttest kelas eksperimen dan posttest kelas kontrol signifikan
karena 0,013 < 0,05 atinya ada perbedaan antara posttest kelas eksperimen dan
posttest kelas kontrol.
Kelompok Kolmogrov-
5.2.3 Smirnov Pengaruh
Media Praktik Responden Eksperimen Pre-test 0,003 Video
Praktik Responden Eksperimen Post-test 0,004
Terhdap Praktik Responden Kontrol Pre-test 0,002 Praktik
A. Praktik Responden Kontrol Post-test 0,002 Analisis
Deskriptif

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Pretest Eksperimen 20 2 10 5.25 2.845
Posttest Eksprimen 20 4 11 7.90 2.532
Pretest Kontrol 20 2 10 5.45 3.052
Posttest Kontrol 20 2 11 5.55 3.203
Valid N (listwise) 20

Tabel 5. 11 Analisis Deskriptif Praktik

Berdasarkan gambar diatas bahwa hasil dari analisis deskriptif variabel


praktik yaitu terdapat perubahan pada kelas eksperimen nilai minimum, maximum,
dan mean setelah diberikan intervensi, sedangakan pada kelas kontrol hanya
terdapat perubahan nilai maximum.

B. Uji Normalitas

Tabel 5. 12 Uji Normalitas Praktik

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bahwa hasil uji normalitas dengan


Kolmogorov-Smirnov untuk nilai pretest pada kelompok eksperimen 0,003, nilai
posttest pada kelompok eksperimen 0,004, nilai pretest pada kelompok kontrol
0,002, dan nilai posttest pada kelompok kontrol 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa
data praktik responden tidak berdistribusi normal, karena semua nilai p-value < α =
0,05. Sehingga tahap selanjutnya yaitu untuk mengetahui perbedaan rata – rata 2
sampel yang berpasangan tidak dapat menggunakan uji paired sample t test.
Makadari itu sebagai uji alternatifnya menggunakan uji wilcoxon.

Sig
C. Based on mean 0,124 Uji
Wilcoxon

Tabel 5. 13 Uji Wilcoxon Praktik

Berdasarkan gambar diatas hasil Uji Wilcoxon Variabel Praktik, bahwa


hasil uji wilcoxon terdapat nilai sig (2-tailed) 0,00 pada pretest eksperimen –
posttest eksperimen dan terdapat nilai sig (2-tailed) 0,157 pada pretest kontrol –
posttest kontrol. Uji wilcoxon dapat dikatakan signifikan jika nilai sig (2-tailed)
lebih kecil dari 0,05. Maka dari itu pretest eksperimen – posttest eksperimen dapat
dikatan signifikan ( 0,000 < 0,05) dan pretest kontrol – posttest kontrol dapat
Perbedaan rata – rata Sig. (2-tailed) dikatakan
2 sampel berpasangan tidak
Pretest Eksperimen – Posttest Eksperimen 0,00
pretest Kontrol – Posttest Kontrol 0,157 signifikan
( 0,157 > 0,05). Artinya ada perubahan antara pretest dan posttest pada kelas
eksperimen, dan tidak ada perubahan antara pretest dan posttest pada kelas kontrol.

D. Homogenitas

Uji Homogenitas Praktik

Tabel 5. 14 Uji Homogenitas Praktik


Berdasarkan gambar diatas bahwa Uji Homogenitas Variabel Praktik,
bahwa hasil dari uji homogenistas pada variabel praktik terdapat nilai signifikansi
(sig) based on mean 0,124. Jika nilai signifikan (sig) based on mean lebih besar dari
0,05 maka varians data adalah homogen. Artinya data pada variabel praktik data
homogen karena 0,124 > 0,05. Sehingga dapat dikatakan sampel memiliki variansi
yang sama. Dengan demikian tahap selanjut yaitu untuk mengetahui perbedaan rata
– rata dua sampel tidak berpasagan menggunakan uji mann whitney, karena data
pada praktik walaupun homogen tetapi tidak berdistribusi normal.

E. Uji Mann Whitney

Tabel 5. 15 Uji Mann Whitney Praktik

Berdasarkan gambar diatas bahwa hasil dari pretest kelas eksperimen dan
pretest kelas kontrol variabel praktik terdapat nilai sig (2-tailed) yaitu 0,934. Uji
mann whitney dapat dikatakan signifikan jika nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari
0,05. Maka dari itu pretest kelas eksperimen dan pretest kelas kontrol tidak
Perbedaan rata – rata Sig. (2-tailed) signifikan
2 sampel tidak berpasangan karena
Pretest Eksperimen – Pretest Kontrol 0,934
Posttest Eksperimen – Posttest Kontrol 0,009 0,934 >
0,05 atinya tidak ada perbedaan antara pretest kelas eksperimen dan pretest kelas
kontrol. Sedangkan hasil dari posttest kelas eksperimen dan posttest kelas kontrol
variabel praktik terdapat nilai sig (2-tailed) yaitu 0,009. Uji mann whitney dapat
dikatakan signifikan jika nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05. Maka dari itu
posttest kelas eksperimen dan posttest kelas kontrol signifikan karena 0,009 <
0,05 atinya ada perbedaan antara posttest kelas eksperimen dan posttest kelas
kontrol.

5.2.4 Hubungan Praktik Dengan Faktor - faktor


a. Hubungan Praktik Dengan Pengetahuan

Praktik pemberian ASI Eksklusif


Total
Pengetahuan Kurang Baik Baik P
F % F % F %
Rendah 14 77,7 4 22,2 18 100
Tinggi 5 22,7 17 77,2 22 100 0,001
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
Tabel 5. 16 Hubungan Praktik dengan Pengetahuan

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bahwa ibu yang memiliki


pengetahuan rendah yang menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI
eksklusif sebanyak 77,7%, sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan tinggi yang
menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 22,7%.
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,001< 0,05. Hal ini berarti ada
hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2022.

b. Hubungan Praktik Dengan Sikap

Praktik pemberian ASI Eksklusif


Total
Sikap Kurang Baik P
F % F % F %
Kurang 15 83,3 3 16,6 18 100
Baik 4 18,18 18 81,81 22 100 0,000
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
Tabel 5. 17 Hubungan Praktik dengan Sikap

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bahwa ibu yang memiliki sikap


kurang yang menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif
sebanyak 83,3%, sedangkan ibu yang memiliki sikap baik yang menyatakan kurang
baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 18,18%. Hasil uji statistik
chi-square diperoleh nilai p 0,000< 0,05. Hal ini berarti ada hubungan antara sikap
dengan praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2022.

c. Hubungan Praktik Dengan Usia Bayi

Praktik pemberian ASI Eksklusif


Total
Usia Bayi Kurang Baik P
F % F % F %
Diatas 1 Bulan 17 53,1 15 46,9 32 100 0,154
Dibawah 1 Bulan 2 25 6 75 8 100
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
Tabel 5. 18 Hubungan Praktik dengan Usia Bayi

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bahwa ibu yang memiliki bayi


diatas 1 bulan menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif
sebanyak 53,1%, sedangkan ibu yang memiliki bayi dibawah 1 bulan menyatakan
kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 25%. Hasil uji
statistik chi-square diperoleh nilai p 0,154>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan
antara usia bayi dengan praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2022.

d. Hubungan Praktik Dengan Usia Ibu

Praktik pemberian ASI Eksklusif


Total
Usia Ibu Kurang Baik P
F % F % F %
Kurang dari 35 Tahun 17 48,6 18 51,4 35 100
Lebih dari 35 tahun 2 40 3 60 5 100 0,720
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
Tabel 5. 19 Hubungan Praktik dengan Usia Ibu

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bahwa ibu yang berusia kurang dari
35 tahun menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak
48,6%, sedangkan ibu yang berusia lebih dari 35 tahun menyatakan kurang baik
dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 40%. Hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p 0,720>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara usia ibu
dengan praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2022.

e. Hubungan Praktik Dengan Pendidikan Ibu

Praktik pemberian ASI Eksklusif


Total
Pendidikan Ibu Kurang Baik P
F % F % F %
Rendah 6 60 4 40 10 100
Tinggi 13 43,3 17 56,7 30 100 0,165
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
Tabel 5. 20 Hubungan Praktik dengan Pendidikan Ibu

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bahwa ibu yang berpendidikan


rendah menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak
60%, sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi menyatakan kurang baik dalam
praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 43,3%. Hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p 0,165>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara pendidikan
ibu dengan praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2022.

f. Hubungan Praktik Dengan Pekerjaan Ibu

Praktik pemberian ASI Eksklusif


Total
Pekrjaan Ibu Kurang Baik P
F % F % F %
Tidak Kerja 18 54,5 15 45,5 33 100
Kerja 1 14,3 6 85,7 7 100 0,053
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
Tabel 5. 21 Hubungan Praktik dengan Pekerjaan Ibu

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bahwa ibu yang tidak bekerja


menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 54,5%,
sedangkan ibu yang kerja menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI
eksklusif sebanyak 14,3%. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p
0,053>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan praktik
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang Kota Bekasi
Tahun 2022.

5.2.5. Faktor yang dominan terhadap praktik pemberian ASI eksklusif


Uji Regresi Logistik

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Pengetahuan 1,075 .995 1.167 1 .280 2.929
Sikap 2,463 .996 6.111 1 .013 11.736
Constant -1.843 .696 7.011 1 .008 .158
Tabel 5. 22 Faktor Dominan Terhadap Praktik

Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui faktor yang mempengaruhi praktik
pemberian ASI eksklusif adalah :
1. Variabel pengetahuan memiliki nilai signifikan sebesar 0,001 < 0,05, sehingga
ada pengaruh pengetahuan terhadap praktik pemberian ASI eksklusif. Variabel
pengetahuan memiliki nilai EXP (B) sebesar 2,929, maka responden yang
memiliki pengetahuan baik memiliki kecenderungan melakukan praktik
pemberian ASI eksklusif sebesar 2,929.
2. Variabel sikap memiliki nilai signifikan sebesar 0,009 < 0,05, sehingga ada
pengaruh sikap terhadap praktik pemberian ASI eksklusif. Variabel sikap
memiliki nilai EXP (B) sebesar11,736, maka responden yang memiliki sikap
baik memiliki kecenderungan melakukan praktik pemberian ASI eksklusif
sebesar 11,73.

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan


Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan pada kelompok eksperimen
sebelum di berikan intervensi yaitu terdapat 25% ( 5 orang ) yang pengetahuannya
sudah baik, sedangkan 75% ( 15 orang ) masih memiliki pengetahuan yang kurang.
Setelah diberikan intervensi pada kelompok eksperimen, responden yang memiliki
pengetahuan baik meningkat yaitu menjadi 75% ( 15 orang ), dan yang memiliki
pengetahuan kurang hanya 25% ( 5 orang ), dengan demikian ada nya peningkatan
responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 50%, sehingga responden yang
memeiliki pengetahuan baik yaitu dari 25 % ( 5 orang ) menjadi 75% ( 15 orang ). Lain
hal nya dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi yaitu responden yang
memeiliki pengetahuan baik hanya meningkat 10% yaitu dari 30% ( 6 orang ) hanya
mejadi 40 % ( 8 orang ), dan 60% ( 12 orang ) lainnya masih memiliki pengetahuan
yang kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media video tentang pemberian
ASI Eksklusif memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan responden
kelompok eksperimen, terlihat ada perbedaan sebelum dan setelah diberikan intervensi
yaitu pada uji paired simple t test didapatkah hasil p-value = 0,00 (p-value < 0,05).
Dalam penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya mengenai pengaruh media video terhadap pengetahuan, diantaranya
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Batjo, 2021) tentang “ Media Video
Tentang Teknik Menyusui Berpengaruh Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil ” yang
menyatakan bahwa penelitian menunjukkan pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan
promosi kesehatan yaitu 40% dan setelah diberikan promosi kesehatan yaitu 86,7%.
Hasil analisis bivariat di peroleh p-value 0,001 (p < 0,05). Sehingga ada pengaruh
promosi kesehatan dengan media video terhadap pengetahuan ibu hamil tentang teknik
menyusui. Sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh (Suryani dan Nadia,
2022) tentang “ Peran Media Video Animasi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Gizi
Ibu Hamil “ yang menyatakan bahwa ada pengatuh media video animasi gizi ibu hamil
terhadap pengetahuan gizi ibu selama hamil, menggunakan uji wilcoxon dengan p-
value 0,05.

Keefektivan media video sebagai media penyuluhan kesehatan dapat diterima


dengan baik oleh para responden, karena dalam media video terdapat beberapa hal
yang menarik yaitu media video dapat menggambarkan objek yang bergerak bersama –
sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Media video juga dikenal sebagai
media yang negandalkan indera pendegran dan indera penglihatan. Kelebihan video
yaitu video dapat menyajikan suatu informasi, memaparkan proses, menjelaskan
konsep–konsep yang rumit atau sulit untuk dipahami. Media Video juga dapat
menampilkan meteri yang akan disampaikan kepada responden dengan lebih ringkas,
jelas, dan mudah dipahami. Sehingga dapat memperkuat ingatan dan pemahaman
responden terkait materi atau informasi yang sudah didapatkannya. Dengan
pengetahuan atau pemahaman yang diterima oleh responden secara ingatan yang kuat,
diharapakn dapat mempengaruhi juga sikap nya menjadi lebih baik atau meningkat.
(Nurak, 2021). Pengetahuan yang kurang tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI
Eksklusif bisa menjadi suatu penyebab kegagalan dalam pemberian ASI Ekskluif pada
bayi. (Idawati. dkk, 2021). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). (Notoatmodjo, 2018).
meningkatan pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan cara memberikan suatu
informasi. Dalam penelitian ini terdapat hasil bahwa media video merupakan suatu
media yang efektif dalam proses edukasi atau proses penyampaian informasi kepada
audiens. Sehingga audien yang diberikan informasi atau edukasi melalui media video
pengetahuan nya dapat meningkat secara efektif dari sebelumnya. Pengetahuan yang
meningkat akan memberikan dampak terhadap sikap dan perilaku atau praktik. Jadi
sebelum meningkatkan sikap dan praktik yang baik, diharapkan dapat meningkatkan
pengetahaun yang baik terlebih dahulu.

6.2 Pengaruh Media Video Terhadap Sikap


Berdasarkan hasil penelitian bahwa sikap pada kelompok eksperimen sebelum di
berikan intervensi yaitu terdapat 40% ( 8 orang ) yang memiliki sikap baik, sedangkan
60% (12 orang) masih memiliki sikap yang kurang. Artinya sebelum diberikan
intervensi pada kelompok eksperimen masih banyak responden yang memiliki sikap
tentang ASI Eksklusif yang masih kurang. Setelah diberikan intervensi pada kelompok
eksperimen, responden yang memiliki sikap baik meningkat yaitu menjadi 75% ( 15
orang ), dan yang memiliki sikap kurang hanya 25% ( 5 orang ), dengan demikian ada
nya peningkatan responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 35%, sehingga
responden yang memeiliki pengetahuan baik yaitu dari 40 % ( 8 orang ) menjadi 75%
(15 orang). Lain hal nya dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi
yaitu tidak ada perbedaan antara pretest dan posstest., sehingga jumlah responden yang
memiliki sikap baik tetap 35% (7 orang), dan yang memiliki sikap masih kurang pun
tetap 65% (13 orang ).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media video tentang pemberian ASI
Eksklusif memiliki pengaruh selain terhadap peningkatan pengetahuan, berpengaruh
terhadap peningkatan sikap responden juga, terlihat ada perbedaan pada kelompok
eksperimen sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan dilakukan uji wilcoxon
mendapat hasil p-value = 0,001 (p-value < 0,05). pengetahuan yang baik akan
membentuk sikap yang baik, karena pengetahuan memegang peranan penting terhadap
penentuan sikap. Sehingga dalam penelitian ini pengetahuan dan sikap responden
tentang ASI Eksklusif meningkat menjadi lebih baik.
Penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
mengenai pengaruh media video terhadap pengetahuan dan sikap, diantaranya yaitu
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Febrianta, 2019) tentang “Pengaruh
Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Anemia Di
Wilayah Keraja Puskesmas Nanggulan Kabupaten Kulon Progo” yang mendapatkan
hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil secara signifikan
setelah diberikan intervensi dengan media video tentang masalah anemia. Dari hasil
uji independent sample t test di dapatkan pengetahuan memiliki p = 0,001, dan sikap
memiliki p = 0,006. Sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yulyana,
2017) tentang “Pengaruh video ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Dalam Memberikan ASI Eksklusif” bahwa ada beda pengetahuan dan sikap sebelum
dan sesudah intervensi antara kelompok intervensi dengan kelompok pembanding.
Dilakukan uji independent sample t test didapatkan variabel pengetahuan (p-value=
0,000)” dan pada variabel sikap (p-value= 0,000).
Peningkatan sikap yang terjadi pada responden penelitian ini disebabkan oleh
karena adanya pengetahuan yang telah diterima atau diperolehnya, sehingga dapat
memunculkan pemahan serta keyakinan orang yang memperoleh penegtahuan.
Tinggkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap
suatu objek tertentu. Seseorang yang memiliki pengetahuan cukup baik terhadap suatu
objek akan memberikan respon yang lebih rasional dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan atau kerugian yang mungkin akan merekan peroleh dari objek tersebut.
(Pratiwi, 2016). Jadi pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang baik, dalam
penelitian ini media video efekttif untuk peningkatan pengetahuan serta peningkatan
sikap. Menurut allport (1945) dalam (Notoatmodjo, 2018) salah satu komponen pokok
sikap yaitu kencenderungan untuk bertindak, yang artinya sikap merupakan suatu
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Dalam menentukan sikap
yang untuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi sangat memegang
pernanan penting. Pada uraian diatas sudah dijelaskan bahwa media video berpengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap. Sehingga media video selain efektif
meningkatkan pengetahuan audiens, media video juga sangat efektif dalam
meningkatkan sikap yang baik. Dari pengetahuan yang baik sehingga dapat terbentuk
pula sikap yang baik. Maka sikap dan pengetahuan sangat erat kaitannya.

6.3 Pengaruh Media Video Terhadap Praktik


Berdasarkan hasil penelitian bahwa praktik pada kelompok eksperimen sebelum di
berikan intervensi yaitu terdapat 40% (8 orang) yang memiliki parktik baik, sedangkan
60% (12 orang) masih memiliki praktik kurang. Setelah diberikan intervensi pada
kelompok eksperimen, responden yang memiliki praktik baik meningkat yaitu menjadi
65% (13 orang), dan yang memiliki sikap kurang hanya 35% (7 orang), dengan
demikian ada nya peningkatan responden yang memiliki praktik baik sebesar 25%,
sehingga responden yang memeiliki pengetahuan baik yaitu dari 40 % (8 orang)
menjadi 65% ( 3 orang). Lain hal nya dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan
intervensi yaitu tidak ada perbedaan antara pretest dan posstest., sehingga jumlah
responden yang memiliki praktik baik tetap 40 % ( orang), dan yang memiliki praktik
masih kurang pun tetap 60% (12 orang).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media video tentang pemberian ASI
Eksklusif memiliki pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik, terlihat ada
perbedaan praktik pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan
intervensi dengan uji wilcoxon hasil nya yaitu p-value = 0,000 ( p-value < 0,05 ) hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wati, 2017) tentang “Pengaruh
Intervensi Penayangan Video Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Tentang
Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SDN 10 Kabawo Tahun 2016” bahwa hasil
penelitan tersebut yaitu terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang
cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah intervensi penayangan video pada siswa
SDN 10 Kabawo. Penelitian tersebut menggunakan uji McNemar dengan nilai p =
0,002 untuk pengtahuan, p = 0,001 untuk sikap, dan p = 0,000 untuk tindak.
Sama hal nya juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Afifa, 2019) tentang
“Pengaruh Paparan Media Video Gangguan Akibat Kekurangan IODIUM (GAKI)
Terhadap Kompetisi Gizi Siswa SD Di Wilayah Replete Gaki” hasil penelitian tersebut
menyatakn bahwa kompetisi terdiri dari 3 aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan atau praktik.uji yang digunakan yaitu uji paired sample t test yang
menyatakan bahwa ada perbedaab antara pengetahuan, sikap, dan prakti sebelum dan
sesudah diberikan intervensi (p < 0,05). Dari uraian tersebut bahwa pengetahuan yang
meningkat dapat berpengaruh terhadap sikap dan praktik. Sehingga sikap dan praktik
pun meningkat.
Perubahan tindakan atau praktik terhadap responden merupakan hasil yang
diperoleh dari pemberian intervensi kepada responden dengan mengguanakn media
video tentang ASI Eksklusif . Menurut Green & Kreutter (200) dalam (Ernawati. dkk,
2016). Perubahan perilaku yang terjadi tidak secara instan namun dilakukan mulai
dengan tahapan kognitif, kemudian dilanjutkan dengan perubahan sikap, maka
timbullah perubahan tindakan. Perubahan tindakan merupakan suatu hasi nyata
keseluruhan dari aspek pengetahuan dan sikap yang didapat melalui program edukasi
atau pemberian informasi melalui bantuan media. Keseluruhan aspek pengetahuan,
sikap, dan tindakan, akan membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan yang meningkat
akan memperoleh kesadaran diri yang selanjutnya akan menimbulkan sikap yang
positif, dan seterusnya diikuti dengan komitmen untuk berubah, dengan adanya
dukungan yang berkelanjutan atau sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat
mengadopsi tindakan menjadi suatu perilaku yang baru.
Pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice) merupakan
suatu tahapan perubahan perilaku atau pembentukan perilaku . sebelum seseorang
mengadopsi perilaku maka harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku
tersebut bagainya. Untuk terciptanya suatu pengetahauan maka individu distimulus
dengan diberikan edukasi kesehatan menggunakan media. Setelah seseorang
mengetahui stimulus atau obyek, proses selanjutnya yaitu seseorang tersebut akan
menilai atau bersikap terhadap stimulus atau obyek kesehatan tersebut. Kemudian
menimbulkan sikap yang positif seterusnya dikuti dengan komitmen untuk berubah.
Oleh sebab itu, indikator praktik atau tindakan kesehatan dan sikap kesehatan sejalan
dengan pengetahuan kesehatan. (Pratiwi, 2016). Sama hal nya dengan penelitian ini
yaitu pengetahuan responden meningkat setelah diberikan intervesi melalui media
video tentang pemberian ASI Eksklusif kemudian sikap tentang pemberian ASI
Eksklusif pun sejalan meningkat. Dengan meningkatnya pengetahuan dan sikap,
sehingga meningkatnya juga praktik tentang ASI Eksklusif. Makadari itu pengetahuan
sangat mempengaruhi sikap dan praktik. Perilaku yang sehat dapat terwujud jika
pengetahuan dan sikap yang sehat sudah dimiliki. Sehingga sangat diharapkan ketika
akan membentuk perilaku atau praktik yang baik, sebaiknya terlebih dahulu harus
memperhatikan agar pengetahuan nya baik, karena pengetahuan yang baik akan
membentuk sikap yang baik, dan sikap yang baik memiliki kemungkinan besar untuk
seseorang melakukan praktik atau tindakan dengan baik pula.

6.4 Faktor yang berhubungan dengan praktik

a. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu yang memiliki pengetahuan rendah
yang menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak
77,7%, sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan tinggi yang menyatakan kurang
baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 22,7%. Hasil uji statistik chi-
square diperoleh nilai p 0,001< 0,05. Hal ini berarti ada hubungan antara
pengetahuan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2022. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Nurleli. dkk, 2018) bahwa pengetahuan dan sikap memiliki
hubungan yang signifikan dengan praktik pemberian ASI eksklusif (p < 0,05).
Pengetahuan tentang ASI eksklusif yang baik akan membentuk sikap tentang ASI
eksklusif yang baik pula. Kemudia sikap akan mempengaruhi seorang ibu dalam
melakukan praktik pemberian ASI eksklusif .

b. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu yang memiliki sikap kurang yang
menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 83,3%,
sedangkan ibu yang memiliki sikap baik yang menyatakan kurang baik dalam
praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 18,18%. Hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p 0,000< 0,05. Hal ini berarti ada hubungan antara sikap dengan
praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang Kota
Bekasi Tahun 2022. Pada variabel sikap sama halnya dengan variabel pengethauan
yaitu sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurleli. dkk, 2018) bahwa
pengetahuan dan sikap memiliki hubungan yang signifikan dengan praktik
pemberian ASI eksklusif (p < 0,05). Sehingga pengetahuan dan sikap seseorang
yang baik tentang ASI eksklusif akan mendorong seseorang untuk melakukan
praktik atau tindakan dalam pemberian ASI eksklusif

c. Usia Bayi
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu yang memiliki bayi diatas 1 bulan
menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 53,1%,
sedangkan ibu yang memiliki bayi dibawah 1 bulan menyatakan kurang baik dalam
praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 25%. Hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p 0,154>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara usia bayi
dengan praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bantar
Gebang Kota Bekasi Tahun 2022. Pada variabel ini peneliti tidak menemukan
penelitian terdahulu tentang hubungan usia bayi dengan praktik pemberian ASI
eksklusif, sehingga dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk memasukan variabel
usia bayi, agar dapat mengetahui apakah usia bayi dapat mempengaruhi praktik
pemberian ASI eksklusif. Pada hasil penelitian ini usia bayi tidak berhubungan
signifikan dengan praktik pemberian ASI eksklusif.

d. Usia Ibu
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu yang berusia kurang dari 35 tahun
menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 48,6%,
sedangkan ibu yang berusia lebih dari 35 tahun menyatakan kurang baik dalam
praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 40%. Hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p 0,720>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara usia ibu
dengan praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2022. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Felix, 2013) tentang “Hubungan Antar Karakteristik Ibu Dan
Pemberian ASI eksklusif” bahwa terdapat hasil usia ibu tidak berhubungan dengan
pemberian ASI Eksklusif yaitu dengan p-value = 0,200. Sehingga ibu yang berusia
dibawah 35 tahun atau dalam masa usia resproduksi belum tentu juga untuk
melakukan praktik pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.

e. Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu yang berpendidikan rendah
menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 60%,
sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi menyatakan kurang baik dalam praktik
pemberian ASI eksklusif sebanyak 43,3%. Hasil uji statistik chi-square diperoleh
nilai p 0,165>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan
praktik pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang Kota
Bekasi Tahun 2022. Dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Felix, 2013) tentang “Hubungan Antar Karakteristik Ibu Dan Pemberian ASI
eksklusif” bahwa terdapat hasil pendidikan ibu tidak berhubungan dengan
pemberian ASI Eksklusif yaitu dengan p-value =0,5058. Sehingga ibu pendidikan
yang tinggi atau memiliki pengetahaun yang luas belum tentu juga untuk
melakukan praktik pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. Kemungkinan ibu
yang berpendidikan tinggi pun belum tentun memiliki pengetahuan yang baik
tentang ASI eksklusif.

f. Pekerjaan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu yang tidak bekerja menyatakan kurang
baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak 54,5%, sedangkan ibu yang
kerja menyatakan kurang baik dalam praktik pemberian ASI eksklusif sebanyak
14,3%. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,053>0,05. Hal ini berarti
tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan praktik pemberian ASI eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2022. Penelitian
sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh (Farida. dkk, 2022) bahwa
tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif yaitu
dengan p value = 0,241. Tingkat pendidikan, pekerjaan dan usia tidak menjamin
keberhasilan seorang ibu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Tetapi dengan
pengetahuan dan sikap yang baik akan berpengaruh terhadap praktik pemberian
ASI eksklusif. Menurut (Notoatmodjo, 2018) sikap adalah kecenderungan
seseorang untuk bertindak atau praktik. Sikap dibentuk dari pengetahuan yang
dimiliki. Sehingga pengetahuan, sikap, dan praktik sangat erat kaitannya. Jadi
faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif adalah
pengetahuan dan sikap.

6.5 Faktor dominan terhadap praktik


Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui faktor dominan yang
mempengaruhi praktik pemberian ASI eksklusif adalah faktor sikap, faktor sikap
memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,005. Sehingga ada pengaruh sikap
terhadap pemberian ASI eksklusif. Variabel sikap memiliki nilai Exp (B) sebesar
11,736, maka responden yang memiliki sikap baik akan cenderung melakukan
praktik pemberian ASI eksklusif dengan baik sebesar 11,736 kali lipat. Sedangkan
faktor pengetahuan nilai Exp (B) hanya sebesar 2,929. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap, kedua nya sama-sama memiliki
hubungan yang signifikan dengan praktik pemberian ASI eksklusif. Tetapi nilai
Exp (B) sikap lebih besar dari nilai Exp (B) pengetahuan, maka dari itu faktor yang
paling dominan terhadap praktik pemberian ASI eksklusi yaitu faktor sikap.
Memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif belum tentu memiliki sikap
yang baik juga tentang ASI eksklusif. Sehingga pengetahuan yang baik tentang ASI
eksklusif tidak bisa secara langsung mempengaruhi praktik pemberian ASI
eksklusif karena harus ada sikap yang di perbaiki terlebih dahulu, tetapi jikap sikap
tentang ASI eksklusif sudah cukup baik kemungkinan besar seorang ibu akan
melakukan praktik pemberian ASI eksklusif.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7. 1 Kesimpulan
1. Pesan melalui media video tentang pemberian ASI Eksklusif berpengaruh signifikan
terhadap pengetahuan ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantargebang.
2. Pesan melalui media video tentang pemberian ASI Eksklusif berpengaruh signifikan
terhadap sikap ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang.
3. Pesan melalui media video tentang pemberian ASI Eksklusif berpengaruh signifikan
terhadap praktik ibu bayi usia 0-5 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang.
4. Faktor pengetahuan dan sikap berhubungan signifikan dengan praktik pemberian ASI
eksklusif . Sedangkan faktor usia bayi, usia ibu, pendidikan ibu , dan pekerjaan ibu
tidak berhubungan signifikan dengan praktik pemberian ASI eksklusif
5. Faktor yang dominan berhubngan dengan praktik pemberian ASI eksklusif adalah
sikap setelah dikontrol oleh pengetahuan.

7. 2 Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan padaa saat meberikan intervensi dengan media
video selalu memastikan apakah responden menyimak tayangan dengan baik,
misalnya perhatiannya sedang tidak terbagi dengan hal lain, hanya fokus menimak
tayangan video.
2. Bagi Institusi diharapkan dapat memberikan edukasi dengan media video agar
proses edukasi lebih efektif. Mengingat masih banyaknya ibu bayi yang masih
memiliki pengetahuan rendah tentang pemberian ASI Eksklusif.
3. Bagi responden penelitian diharapkan dapat menerepakan pengetahuan yang sudah
dimiliki , sehingga dapat terwujudnya prilaku yang sehat.

7.3 Keterbatasan Penelitian


1. Keterbatasan desain penelitian
2. Keterbatasan jumlah responden
3. Keterbatasan variabel penelitian
4. Keterbatasan sarana dan prasaran yang tersedia
5. Keterbatasan pelaksanaan penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, Z. dkk. (2021). Promosi Kesehatan: Program Inovasi Dan Penerapan. CV


Media Sains Indonesia.
Afifa, F. (2019). Pengaruh Paparan Media Video Gangguan Akibat Kekurangan IODIUM
(GAKI) Terhadap Kompetisi Gizi Siswa SD Di Wilayah Replete Gaki. Diponegoro
University.
Agho, K. E. dkk. (2011). Determinants of exclusive breastfeeding in Nigeria. Nature
Portfolio, number: 2. https://link.springer.com
Almarosy, S. (2018). Membuat Pre-test dan Post-test pada Pelatihan secara online
melalui google form. Www.Sukrialmarosy.Com.
Astutik, R. Y. (2020). Menyusui Pada Masa Pandemi Covid - 19. uwais inspirasi
Indonesia.
Aziza, C. (2019). Rahasia Sukses Menyusui Panduan Memberi ASI Ekslusif. Nue
Mediatama.
Badan Pusat Statistik. (2019). Persentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang
Mendapatkan Asi Eksklusif Menurut Provinsi.
Badan Pusat Statistik. (2021). Presentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang
Mendapatkan ASI Eksklusif. https://www.bps.go.id
Batjo, S. H. dkk. (2021). Media Video Tentang Teknik Menyusui Berpengaruh Terhadap
Pengetahuan Ibu Hamil. Media Kesehatan Politeknik Kesehtan Makassar, 16 (1), 10.
Boston, A. (2022). Pengertian Pre Test dan Post Test. https://www.mesbostonhotel.com/
Departemen Kesehatan RI. (2009). Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS).
https://www.kajianpustaka.com
Departemen Kesehatan RI. (2011). Pengertian Puskesmas. https://ruangpengetahuan.co.id
Dinas Kesehatan Kota Bekasi. (2021). Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Kota Bekasi
Tahun 2021.
Emilia, O. dkk. (2018). Promosi Keshetan Dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi. Gadjah
Mada University Press.
Ernawati. dkk. (2016). Peningkatan Pengetahua, Sikap, Dan Tindakan Ibu Dalam
Memberikan ASI Eksklusif Melalui Edukasi Kelompok. Jurnal Ilmia Keperawatan .
Fajri, D. L. (2022). Kuesioner Adalah Metode Pengumpulan Data, Berikut Jenis dan
Contohnya. https://katadata.co.id
Farida. dkk. (2022). Hubungan Antara Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian
ASI Eksklusif Di Desa Palem, Kecamatan Purwosari, Kabupaten, Bojonegoro. Media
Gizi Kesmas, Vol. 11, N.
Febrianta, R. dkk. (2019). Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Hamil Tentang Anemia Di Wilayah Keraja Puskesmas Nanggulan Kabupaten Kulon
Progo. Jurnal Teknologi Kesehatan. (Journal of Health Technology), 15 (2), 81.
Felix, I. G. P. (2013). Hubungan Antara Karakteristik Ibu Dan Pemberian ASI Eksklusif.
Universitas Tanjungpura.
Finaka, A. W. dan A. D. A. (2018). ASI Eksklusif Cegah Stunting. Indonesiabaik.Id.
https://indonesiabaik
Hartiningtiyaswati, S. (2019). Konsep Dasar Menyusui. https://stikessurabaya.ac.id
Hartono, B. (2010). Promosi kesehatan di puskesmas dan rumah sakit. PT. Rineka Cipta.
Hastono, S. P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Hayati, R. (2022). Contoh Skala Guttman dalam Penelitian. https://penelitianilmiah.com
Idawati. dkk. (2021). Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif. Penerbit Lakeisha.
Jalal, N. B. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Air Susu Ibu (Asi)
Eksklusif Untuk Perkembangan Bayi. Makasar: Universitas Hasanudin.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Banyak Sekali Manfaat ASI Bagi Bayi dan Ibu.
https://www.kemkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Penuhi Kebutuhan Gizi Pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan. https://www.kemkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Menyusui Dapat Menurunkan Angka Kematian Bayi.
kemkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. (2018a). Infodatin Menyusui Sebagai Dasar Kehidupan.
https://www.kemkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. (2018b). Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu dan Bayi.
https://promkes.kemkes.go.id/
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Berikan Asi Untuk Tumbuh Kembang Optimal.
kemkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. (2021). Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di 20 Provinsi
Masih di Bawah Nasional. https://databoks.katadata.co.id
Laporan Tahunan Puskesmas Bantargebang. (2020). Laporan Tahunan Puskesmas
Bantargebang Tahun 2020.
Marzuki. dkk. (2021). Analisis Kepatuhan Penggunaan Masker Dalam Pencegahan Covid-
19 Pada Pedagang Pasar Tradisional Di Provinsi Sulawesi Selatan. Uwais Inspirasi
Indonesia.
Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. EGC.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. PT Rineka Cipta.
Nurak, C. E. dkk. (2021). Efektitivitas Media Video Terhadapat Tingkat Pengetahuan
Pemakaian Masker Kain Dalam Pencegahan Covid-19 Pada Mahasiswa Baru.
Universitas Nusa Cendana. Cendana Medical Journal, Edisi 21,.
Nurleli. dkk. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Tindakan Pemberian
ASI Eksklusif Di Puskesmas Rambung Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai Tahun
2017. Jurnal Riset Hesti Medan, Vol.3, No.
Pan, X. dkk. (2006). Service utilization in community health centers in China: a
comparison analysis with local hospitals. BMC Health Services Research, 93 (2006).
https://bmchealthservres.biomedcentral.com
Permenkes No 43. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2019 Tentang Puskesmas.
Pramana, C. dkk. (2021). Manajemen Laktasi Berbasis Evidence Based Terkini. Sebatik.
Pratiwi, H. dkk. (2016). Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Ibu Dalam
Upaya Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita Melalui Metode Konseling Gizi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Wua – Wua Kota Kendari Tahun 2016.
Profil Kesehatan Indonesia. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
https://pusdatin.kemkes.go.id
Profil Kesehatan Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020.
https://pusdatin.kemkes.go.id
Profil Kesehatan Kota Bekasi. (2019). Profil Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2019.
https://diskes.jabarprov.go.id
Puspikawati, S. I. dan, & Megatsari, H. (2018). Pengaruh Pendidikan Sebaya Terhadap
Pengetahuan Kesehatan Repoduksi Remaja Di Karang Taruna Tamansari, Kecamatan
Licin. JPH RECODE, VOL. 1 NO.
Putra, I. I. (2019). Pengertian Umur Dan Kategori. https://idoc.pub/documents
Rachmani, A. S. dkk. (2020). Pengetahuan, Sikap, dan, Praktik Pencegahan COVID-19
pada Masyarakat Kota Depok. Jawa Barat. Universitas Diponegoro. MPPKI (Januari,
2020), Vol. 4, No.
Ramie, A. (2022). Mekanisme Koping, Pengetahuan Dan Kecemasan Ibu Hamil Pada
Masa Pandemi Covid-19. Deepublish.
Riduwan, A. dan. (2013). Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Alfabeta.
Riwidikdo. (2009). Statistik Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan
SPSS. Pustaka Rihama.
Rollins, N. C. dkk. (2016). Why invest, and what it will take to improve breastfeeding
practices? THE LANCET, Volume 387. https://www.sciencedirect.com
Safitri. dkk. (2021). Pengaruh Video Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam
Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bulu Lor 2021. Semarang Universitas
Diponegoro,. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia.
Sari, M. H. N. dkk. (2020). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.
Saryono, M. A. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam bidang
Kesehatan. Nuha Medika.
Setiawan, S. (2022). Pekerjaan – Pengertian, Jenis, Tujuan, Kebutuhan, Kamampuan,
Contoh, Kebebasan. https://www.gurupendidikan.co.id
Simamora, R. H. (2009). Pendidikan Dalam Keperawatan. EGC.
Simarmata, H. M. P. dkk. (2021). Organisasi: Manajemen dan Kepemimpinan. Yayasan
Kita Menulis.
Sinaga, H. T. dan M. S. (2020). Literatur Review: Faktor Penyebab Rendahnya Cakupan
Inisiasi Menyusu Dini Dan Pemberian Asi Eksklusif. Aceh Nutrition Journal,
November 2.
Siregar, P. A. dkk. (2020). Promosi Kesehatan Lanjutan Dalam Teori Dan Aplikasi.
Kencana.
Suhertusi, B. dkk. (2014). Pengaruh Media Promosi Kesehatan Tentang ASI Ekslusif
Terhadap Pengetahuan Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Begalung Padang
Tahun 2014. Jural Kesehatan Andalas, 2015; 4 (1.
Suryani dan Nadia. (2022). Peran Media Video Animasi Dalam Meningkatkan
Pengetahuan Gizi Ibu Hamil. Nursing Care and Health Technology Journal
(NCHAT), 2 (1), 37-.
Swarjana, I. K. (2022). Konsep Pengetahuan, Sikap, Prakti, Persepsi, Stres, Kecemasan,
Nyei, Dukungan Sosial, Kepatuhan, Motivasi, Kepuasan, Pandemi Covid 19, Akses
Layanan Kesehatan Lengkap Dengan Teori – Teori Cara Mencegah Variabel, Dan
Contoh Kuesioner. Penerbit andi.
Sylvia, I. L. A. dkk. (2021). Guru Hebat Di Era Milenial. Penerbit Adab.
Taufik, C. (2020). Sample Penelitian : Penentuan Jumlah, Teknik dan Penjelasan.
https://ctaufik.web.id
Triwibowo, C. dan P. M. E. (2015). Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Nuha Medika. Nuha Medika.
Triwiyanto, T. (2014). Pengantar Pendidikan. PT Bumi Askara.
Wagiran. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan. CV Budi Utama.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. EGC.
Wati, N. dkk. (2017). Pengaruh Intervensi Penayangan Video Terhadap Pengetahuan,
Sikap, Dan Tindakan Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SDN 10 Kabawo
Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 2 (5), 186.
Wijaya, F. A. (2019). ASI Eksklusif : Nutrisi Ideal untuk Bayi 0-6 Bulan. Cermin Dunia
Kedokteran, Vol 46, No.
Wijaya, P. (2017). Pengertian, Jenis, Cara Membuat, dan 4 Contoh Kuesioner.
https://www.ukulele.co.nz/
Wilsa, A. W. (2021). Pendekatan Ilmiah dalam Penelitian. https://www.asrizal.my.id
Yulyana, N. (2017). Pengaruh video ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Dalam Memberikan ASI Eksklusif. Jurnal Kebidanan Besurek, Vol. 2 No.
LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

No. Responden :
KUESIONER
“Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Pemberian Asi
Ekslusif Pada Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang Tahun 2022”

Identitas Responden
Nama :
Nomor Hp :
Alamat :
Usia Ibu :
Usia bayi :
Pendiddikan :
Pekerjaan :
A. Pengetahuan
Beri tanda (√ ) untuk jawaban yang Anda pilih.
No. Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1 ASI Eksklusif adalah pemberian asi kepada bayi
sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa memberikan
makanan dan minuman tambahan kecuali vitamin
dan obat
2 Manfaat ASI untuk Ibu salah satunya adalah
mencegah kanker payudara
3 Pemberian ASI dapat menyebabkan bayi mudah
terkena penyakit
4 Kandungan gizi yang ada pada susu formula lebih
sempurna dari ASI
5 Manfaat pemberian ASI dapat meningkatan
ikatanantara ibu dan anak
6 Konsumsi makanan yang bergizi adalah cara untuk
memperbanyak ASI
7 Makanan pendamping ASI dapat diberikan setelah
usia bayi 6 bulan
8 Hormon proklatin adalah hormon penting yang
dibutuhkan dalam produksi ASI
9 Kolestrol banyak di temukan pada ASI
10 meyusui dapat meningkatkan berat badan ibu
11 Salah satu manfaat menyusi adalah tulang bayi
menjadi lebih kuat

12 Menyimpan ASI perah yang salah akan menurunkan


kualitas ASI perah
13 ASI perah tidak boleh dipanaskan dengan microwave
14 Ibu menyusui tidak membutuhkan tambahan protein

15 Program ASI Eksklusif tidak bisa dijalankan oleh


wanita yang sedang Kemoterapi Menderita TBC,
Mengkonsumsi obat obat tertentu, Pengguna
narkoba Penderita HIV

B. Sikap
Beri tanda (√ ) untuk jawaban yang Anda pilih.
Catatan
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pertanyaan Jawaban


SS S TS STS
1. Apakah anda setuju bahwa susu formula sudah
cukup baik untuk menggantikan ASI
2. Apakah anda setuju dengan anjuran pemerintah
untuk meyusui bayi sampai usia 6 bulan
3. Sebelum menyusui sebaiknya ibu harus mecuci
tangan terlebih dahulu
4. Sebaiknya bayi diberikan ASI 20 menit dalam
satu payudara
5. Ibu yang bekerjapun harus tetap memberikan ASI
untuk bayinya
6. Sebelum menyusui ibu tidak perlu membersihkan
payudaranya dengan air matang
7. Selama usia bayi 0 – 6 hanya diberikan ASI saja
8. Saya merasa bangga saat bisa menyusui bayi saya
secara eksklusif
9. Pemberian ASI Eksklusif memiliki banyak
manfaat baik untuk ibu maupun untuk bayi
10. Memerlukan banyak biaya untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi
11. Apakah Anda setuju bahwa hormon proklatin
dapat memperlancar produksi ASI

12. Apakah Anda setuju bahwa menyusui dapat


mengurahi stress

13. Apakah Anda setuju bahwa menyusi merupakan


KB alami

14. Apakah Anda setuju jika bayi yang di berikan ASI


Eksklusf tidak mengalami kelebihan berat badan
saat tumbuh besar

15. Apakah Anda setuju jika Suara bayi terdengar


keras maka posisi menyusui belum benar

16. Apakah Anda setuju jika Menyimpan ASI perah


yang salah akan menurunkan kualitas ASI perah
17. Apakah Anda setuju bahwa Keluarga harus
menciptakan suasana rumah yang tenang dan
damai, agar ibu yang menyusui tidak stress, yang
dapat mengganggu produksi ASI nya
18. Buah-buahan dan sayur-sayuran tidak penting
untuk dikonsusmi pada masa meyusui

C. Praktik / Tindakan

Beri tanda (√ ) untuk jawaban yang Anda pilih.


No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah anda memberikan ASI setiap hari kepada
bayi anda
2 Apakah anda memberikan makanan pendamping ASI
3 Apakah Anda memberikan pisang kepada bayi Anda
4 Apakah anda selama menyusui melalukakn pola
makan dengan gizi seimbang agar ASI nya lancar
5 Apakah anda sebelum menyusui mencuci tangan
terlebih dahulu
6 Apakah anda sebelum menyusui membersikan
payudara terlebih dahulu
7 Apakah lebih memilih untuk tidur saja daripada
memberikan ASI ketika malam hari pada saat bayi
anda terlihat lapar/ haus
8 Apakah anda selama memberikan ASI di selingi
dengan susu formula juga
9 Apakah Anda minum air putih 2-3 liter air per
hari atau lebih dari 8 gelas air sehari (12-13 gelas
sehari). 

10 Apakah Anda selama menyusi meningkatkan asupan


makan.

11 Apakah Anda ketika menyusui dengan posisi


nyaman.

PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

Judul Penelitian: PENGARUH MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP,


DAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BANTARGEBANG TAHUN 2022

Assalamualaikum Wr.Wb Saya yang bernama Sherly Ayu Tionika, mahasiswa S2


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Pascasarjana Universitas Respati Indonesia
Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian “Pengaruh Pesan Melalui Media Video
Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bantargebang Tahun 2022” penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir
dalam penyelesaian studi di Kesehatan Masyarakat Fakultas Pascasarjana Universitas
Respati Indonesia Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2022. Responden
dalam penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai bayi usia 0-5 bulan.
Penelitian ini bertujuan ingin melihat apakah ada pengaruh pemutaran media video
tentang ASI Eksklusif terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik. Manfaatnya adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik tentang ASI Eksklusif. Saya berharap ibu
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dimana akan dilakukan pengisian
kuesioner. Identitas dan jawaban responden akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan
dipergunakan untuk hal-hal yang merugikan responden dan hanya akan digunakan dalam
penelitian tanpa disebar untuk tujuan lain. . Sebagai tanda terima kasih, saya menberikan
berupa souvenir.
Sebelum melakukan penelitian ini, ibu akan diberikan lembar persetujuan oleh
peneliti untuk meminta persetujuan menjadi responden. Apabila ibu menyetujui menjadi
responden, dimohon menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan oleh
peneliti. Pada lembar persetujuan tersebut, juga tercantum bahwa data yang diperoleh
hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu. Apabila ibu memerlukan penjelasan
lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian ini, dapat menghubungi: Sherly Ayu Tionika
(08974191389). Melalui penjelasan ini peneliti berharap adanya kesediaan untuk ikut serta
menjadi responden dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan partisipasinya, peneliti
ucapkan terima kasih. Bekasi, 2022
Peneliti
(Sherly Ayu Tionika)
Lampiran 2. Penjelasan Sebelum Persetujuan

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA SEBAGAI RESPONDEN

Sesudah mendengar pengarahan dan memahami manfaat, yang bertandatangan dan


menyatakan secara sukarela mau ikut jadi responden penelitian dengan judul penelitian
“Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Pemberian ASI
Ekslusif Pada Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantargebang Tahun 2022”. Saya
memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi
peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik tentang ASI Eksklusif. Saya memahami
bahwa pemberian ASI Eksklusif sangat penting dan saya berhak untuk keikutsertaan saya
dalam penelitian ini tanpa mengurangi hak-hak saya sebagai responden pada penelitian ini.
Semua pertanyaan yang diajukan akan saya jawab dengan sebenar-benarnya tanpa ada
paksaan dari siapapun, saya menyadari bahwa saya dapat keluar dari penelitian ini kapan
saja tanpa ada pengaruh pada diri saya dan saya percaya jawaban yang saya berikan akan
dijamin kerahasiaannya. Demikianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dapat
dipergunakan seperlunya.

Bekasi, 2022

Peneliti Responden

(Sherly Ayu Tionika) ( )

Lampiran 3. Surat Pernyataan Bersedia Sebagai Responden

CURICULLUM VITAE PENELITI

A. Identitas Diri Peneliti


1 Nama Lengkap : Sherly Ayu Tionika
2 Jenis Kelamin : Perempuan
3 NPM : 206070011
4 Tempat dan Tanggal Lahir : Karawang, 02 Januari 1997
5 Agama : Islam
6 E-mail : serlyayutionika@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP : 08974191389
8 Alamat Rumah : Jl. Banteng, rt 02, rw 012, No. 65, Kranji, Bekasi
9 Pendidikan Terakhi r : S1 Gizi

Lampiran 4. Curicullum Vitae Peneliti


Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 7. Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 8. Surat Etik Penelitian
Dokumentasi Studi Pendahuluan
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi Pre test Kelompok 1

Dokumentasi Pre test Kelompok 2


Dokumentasi Post test Kelompok 1

Dokumentasi Post test Kelompok 2


Dokumentasi Interevensi Kelompok 1 (Kelompok eksperimen)

Anda mungkin juga menyukai