Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA “ ” USIA


DI DUSUN BANGAH, DESA PANJI,
KABUPATEN BULELENG

Laporan Kasus Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Praktik Kebidanan Komunitas I

DISUSUN OLEH :

IDA AYU MADE BINTANG


NIM. 2106091030

PRODI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA “ ”


DI DUSUN BANGAH, DESA PANJI,
KABUPATEN BULELENG

Laporan Kasus Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Praktik Kebidanan Komunitas I

DISUSUN OLEH :

IDA AYU MADE BINTANG


NIM. 2106091030

PRODI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA
PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA”..”
DI DUSUN BANGAH, DESA PANJI

Disusun Oleh :

Ida Ayu Made Bintang


NIM. 2106091030

Mengetahui :
Pembimbing Praktik

Luh Eka Sriadnyani


NIP. 19780423002122009

Telah Disetujui oleh :


Pembimbing Institusi

Nis’atul Khoiroh, S.Keb.,Bd.,M.Keb


NIP. 199412272022032012
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA

Tim Penguji
No Nama Penguji NIP Tanda
Tangan
1 Luh Eka Sriadnyani 19880526 201704 2002

2 Nis’atul Khoiroh S.Keb.,Bd.,M.Keb 199412272022032012

Singaraja,
Ketua Program Studi D3 Kebidanan

Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini,S.ST.M.Keb


NIP. 19861227 201903 2 006

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahas Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Balita Sehat “ ”
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Praktik
Kebidanan Komunitas I. Dalam menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan baik berupa moral maupun material dari berbagai
pihak. untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. I Wayan Lasmawan,M.Pd selaku Rektor Universitas
PendidikanGanesha Singaraja.
2. Prof. Dr. M.Ahmad Djojosugito, dr., SpOT(K), MHA, MBA. selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Ganesha.
3. Jro Mangku Made Ariawan.S.ST.Par.,MBA selaku Kepala Desa di Desa
Panji, Kabupaten Buleleng
4. Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini, S.ST., M.Keb selaku Koordinator Program
Studi Kebidanan Universitas Pendidikan Ganesha.
5. Nis’atul Khoiroh, S.Keb.,Bd.,M.Kebselaku Dosen Pembimbingdalam
menyelesaikan laporan ini
6. Luh Eka Sriadnyani,A.Md.Keb selaku pembimbing Klinik dalam
melaksanakan praktek kebidanan komunitas I.
7. Para Ibu Kader di Desa Panji, Kabupaten Buleleng karena sudah
membimbing dalam penyusunan laporan kasus ini.
8. Keluarga Ibu yang telah bersedia menjadi keluarga binaan selama
menyelesaikan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini masih ada banyak
kekurangan yang perlu disempurnakan, oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan masukan demi penyempurnaan laporan.

iii
Singaraja, 4 September 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan generasi penerus bangsa, yang sangat penting dalam suatu
perkembangan negara. Sehingga pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak
diperlukan pemantauan dan stimulasi pada anak agar tidak terjadi keterlambatan
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat berpengaruh terhadap
masa depan anak. Diharapkan kepada orang tua dan keluarga untuk lebih
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak karena di masa ini
pertumbuhan dan perkembangan sangat menentukan masa depan pada anak.
Pertumbuhan mengacu pada pertambahan ukuran dan jumlah sel serta tubuh
bertambah, sehingga dapat diukur dalam satuan panjang dan berat seperti berat
badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lain sebagainya. Perkembangan adalah
peningkatan struktur dan fungsi tubuh yang lebih rumit dalam hal gerakan kasar,
gerakan halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian Pertumbuhan
dan perkembangan terjadi pada waktu yang bersamaan. Sedangkan perkembangan
merupakan hasil pematangan system saraf pasat dan interaksi organ yang
dipengaruhinya, seperti perkembangan neuromuskuler, bicara, emosi, dan
sosialisasi. Semua fungsi tersebut memainkan peran penting dalam seluruh
kehidupan manusia (Kemenkes Kesehatan RI, 2020).
Keterampilan motorik halus merupakan koordinasi halus pada otototot kecil
yang memainkan suatu peran utama (Soetjiningsih, 2017) Menurut World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa 5-25% anak anak prasekolah di dunia
menderita disfungsi otak minor, termasuk ganguan perkembangan motorik halus
(Muhammad R dkk, 2016). Depkes RI melaporkan bahwa 0,4 juta (16%) balita
Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus
dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara
(Muhammad R dkk, 2016).
Deteksi dini tumbuh kembang anak merupakan langkah awal untuk mendeteksi
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang yang terjadi pada anak balita
dan anak prasekolah. Dengan di temukan secara dini penyimpangan/

1
masalah tumbuh kembang, maka intervensi akan mudah dilakukan, bila terlambat
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dah hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. (Kemenkes RI, 2017).
Mencegah keterlambatan pada anak dilakukan skrining awal untuk mengamati
pertumbuhan dan perkembangan anak baik untuk motorik kasar, motorik halus,
bahasa maupun perilaku sosial yang diterapkan anak didalam lingkungan.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Balita Sehat “”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan meningkatkan pengetahuan dalam
melakukan Asuhan Kebidanan Kebidanan Pada Balita Sehat “ ” Tujuan
Khusus

1) Mampu melakukan pengumpulan data Subyektif pada Asuhan Kebidanan


Pada Balita Sehat “ ”.
2) Mampu melakukan pengumpulan data Obyektif pada Asuhan Kebidanan
Kebidanan Pada Balita Sehat “ ”
3) Mampu merumuskan analisa data pada Asuhan Kebidanan Kebidanan Pada
Balita Sehat “ ”

4) Mampu melakukan penatalaksanaan pada Asuhan Kebidanan Kebidanan


Pada Balita Sehat “ ”

2
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang didapat selama mengikuti
perkuliahan dalam tatanan nyata sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya.
1.4.2 Tempat/ ruangan
Dengan adanya kasus ini diharapkan dapat menjadi evaluasi terhadap hasil
pembelajaran yang didapatkan selama melaksanakan praktek di lapangan,
sehingga dapat diketahui kekurangan dan kesalahan dari mahasiswa, dengan
demikian dapat diberikan bimbingan yang tepat sasaran.
1.4.3 Institusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk menambah sumber
kepustakaan serta hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi suatu
informasi bagi pendidikan dalam hal pemberian asuhan kebidanan padabalita.

3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori Klinis


2.1.1 Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, kg), ukuran Panjang(cm), umur tulang, dan
keseimbangan metabolis (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Sulistyawati, 2014).
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan ukuran besarnya sel diseluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Pertumbuhan mempunyai ciri-
ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan proposi, hilangnya ciri-ciri lama,
serta munculnya ciri-ciri baru (Marmi dan Kukuh Raharjo, 2015).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Adanya proses diferensiensi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2017).

2.1.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak
1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak
(1). Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirakan dari bangsa/ras Amerika, ia tidak memiliki
faktor herditer ras/bangsa Indonesia begitupun sebaliknya.
(2). Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
(3). Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun

4
pertama kehidupan, dan masa remaja.
(4). Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat dari
pada anak laki laki. Akan tetapi, setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki laki akan lebih cepat.
(5). Genetik
Genetik adalah bawaan anak, yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetic yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak seperti kerdil.
(6). Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertubuhan
seperti pada Sindroma Down's dan Sindroma Tumer's (Adriana, 2017).
2) Faktor luar (eksternal)
(1). Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil, terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
memengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanisme
Posisi partus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital
seperti club foot
c) Toksin/ zat kimia
Beberapa obat obatan seperti Aminopterin dan thaidomid dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatokisis.
d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomnia, kardiomegali,
hyperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar rotgen dapat mengaitbatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali spina bifda, retardasi mental dan defomitas,
anggota gerak, kelaina congenital mata, kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma,

5
rubella, sitomegalo virus, herpes, simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin: katarak, bisu tuli, micros efali, retardasi mental dan kelainan
jantung congenital.
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetal timbul atas dasar antara perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel
daraah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam pendarahan
janin dan akan menyebabkan hiermolisis yang selanjutnya
mengakibtakan hyperbilirubinemia yang menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkana pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu.
Kehamilan yang tidak di inginkan, perlakuan salah/ kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain lain (Depkes, 2016).
(2). Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak, (Kemenkes RI, 2016)
(3). Faktor pasca persalinan
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang krang baik, kurangnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dll) mempunyai
dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

6
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan menghambat
pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, ketertiban
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

2.1.3 Aspek-Aspek Perkembangan yang di Pantau


Menurut Kemenkes RI 2016 aspek perkembangan yang di pantau adalah: (1).
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
(2). Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

7
(3). Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
(4). Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu pengasuh anak bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya.

2.1.4 Stimulasi Tumbuh Kembang Balita


Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutun sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. stimulasi tumbuh kembang anak di lakukan oleh ibu dan ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Kemampuan dasar anak yang di rangsang dengan stimulasi terarah adalah
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa
serta kemampuan sosialisasi kemandirian. Dalam melakukan stimulasi tumbuh
kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu di perhatikan, yaitu sebagai
berikut.
1) Stimulasi di lakukan dengan di landasi rasa cinta dan kasih sayang.
2) Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6) Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar
anak.
7) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberikan hadiah untuk keberhasilannya.

8
Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan
berlangsung secara berurutan. Dengan demikian stimulasi yang di berikan kepada
anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur
stimulasi anak.
Tabel 2.1 Pembagian Kelompok Umur Stimulasi Anak

NO Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi


1 Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa Prenatal
2 Masa bayi 0 - 12 bulan Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan
Umur 6-9 bulan
Umur 9-12 bulan
3 Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12-15 bulan
Umur 15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 36-48 bulan
Umur 48-60 bulan
4 Masa prasekolah Umur 60-72 Bulan
Sumber : Kementrian Kesehatan RI (2016)
Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan garakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, namun memerlukan koordinasi yang
cermat, seperti mengamati sesuatu, menjepit, menulis dan sebagiannya.
Perkembangan motorik merupakan pergerakan kontrol pergerakan badan
melalui koodinasi aktifitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Kontrol pergerakan ini
muncul dari perkembangan reflek-reflek yang dimulai sejak lahir. Kemajuan
perkembangan motorik halus, khususnya ekstermitas atas, dimulai dari bahu
menuju kearah distal sampai jari.
Kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik, dan
koordinasi saraf neuron yang baik. Keterampilan motorik halus merupakan
koordinasi halus pada otot-otot kecil yang memainkan suatu peran utama, salah 18

9
satunya keterampilan menulis “a” merupakan serangkaian beratus-ratus koordinasi
saraf otot. Pergerakan terampil adalah proses yang sangat komplek.
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan anak untuk Mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja. Perkembangan
motorik halus terjadi terutama setelah anak dapat melakukan kontrol kepalanya.
Variasi perkembangan motorik halus mencerminkan kemaunan dan kesempatan
individu untuk belajar anak yang jarang menggunakan krayon, akan mengalami
keterlambatan dalam memegang pensil (Soetjiningsih, 2016).
Tabel 2.2 Tahapan Perkembangan pada Balita Menurut Umur
No. Umur Pencapaian Perkembangan
1 Umur 12-18 bulan 1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
2) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri
kembali
3) Berjalan mundur 5 langkah
4) Memanggil ayah dengan kata “papa” memanggil ibu
dengan kata “mama”
5) Menumpuk 2 kubus
6) Memasukkan kubus dikotak
7) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/
merengek. Anak bisa mengeluarkan suara yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu
8) Memperhatikan rasa cemburu/ bersaing
2 Umur 18-24 bulan 1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung
3) Bertepuk tangan, melambai-lambai
4) Menumpuk 4 buah kubus
5) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari
telunjuk
6) Menggelindingkan bola kearah sasaran
7) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
8) Membantu/ menirukan pekerjaan rumah tangga
9) Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum

10
Sendiri
3 Umur 24-36 bulan 1) Jalan naik tangga
2) Dapat bermain dan menendang bola kecil
3) Mencoret-coret pada kertas
4) Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata
5) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta
6) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar
nama 2 benda atau lebih
7) Membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika dminta
8) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
9) Melepas pakainnya sendiri
4 Umur 36-40 bulan 1) Berdiri 1 kaki 2 detik
2) Melompat kedua kaki diangkat
3) Mengayuh sepeda roda 3
4) Menggambar garis lurus
5) Menumpuk 8 kubus
6) Mengenal 2-4 warna
7) Menyebut nama, umur, tempat
8) Mengerti arti kata diatas, dibawah, di depan
9) Mendengarkan cerita
10) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
11) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
12) Mengenakan sepatu sendiri
13) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
5 Umur 48-60 bulan 1) Berdiri 1 kaki 6 detik
2) Melompat-lompat 1kaki
3) Menari
4) Menggambar lingkaran
5) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
6) Mengancing baju atau pakaian boneka

11
7) Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
8) Senang menyebut kata-kata baru
9) Senang bertanya sesuatu
10) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata baru
11) Senang bertanya tentang sesuatu
12) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
13) Bicaranya mudah dimengerti
14) Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu
ukuran dan bentuknya
15) Menyebut nama-nama hari
16) Berpakaian sendiri tanpa dibantu
17) Beraksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu
Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2016)

2.1.5 Stimulasi Tumbuh Kembang Balita Usia 42-48 bulan


Stimulasi dan tahapan perkembangan umur 42-48 bulan, yaitu :
1)Tahapan perkembangan :
(1). Menggambar lingkaran atau garis lurus
(2). Menumpuk atau menyusun 8 buah kubus
2) Stimulasi
(1). Menggambar atau menulis
Beri anak selembar kertas dan pensil. Ajari anak menggambar garis
lurus, bulatan, segi empat serta menulis huruf dan angka. Kemudian
buat pagar, rumah, matahari, bulan, huruf, angka dan sebagainya.
Juga ajari anaknya menulis namanya.
(2). Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Bermain puzzle yang lebih sulit, menyusun kubus, menggambar
gambar yang lebih sulit, bermain mencocokkan gambar dengan
benda yang sesungguhnya dan mengelompokkan benda menurut
jenisnya.
(3). Memotong
Beri anak gunting, tunjukkan cara menggunting. Beri gambar besar

12
untuk latihan menggunting.
(4). Membuat buku cerita tempel
Ajak anak membuat buku cerita tempel. Gunting gambar dari
majalah tua atau brosur, tunjukkan pada anak cara menyusun
guntingan gambar tersebut sehingga menjadi suatu cerita menarik.
Minta anak menempel guntingan gambar tersebut pada kertas dan
dibawah gambar tersebut tulis ceritanya
(5). Menempel gambar
Bantu anak menemukan gambar foto menarik dari majalah,
potongan kertas dan sebagainya. Minta anak menempel gambar
tersebut pada karton atau kertas tebal. Gantung gambar tersebut
dikamar anak.
(6). Menjahit
Gunting sebuah gambar dari majalah, tempel pada selembar karton.
Buat lubang-lubang di sekeliling gambar tersebut. Ambil tali rafia
dan simpulkan salah satu ujungnya. Kemudian, ajari anak-anakcara
menjahit sekeliling gambar, tali rafia dimasukkan ke lubang- lubang
tersebut satu persatu.
(7). Menghitung
Letakkan sejumlah kacang di mangkok atau kaleng. Ajari anak
menghitung kacang dan letakkan kacang tersebut di tempat lainnya.
Mula-mula anak belum bisa menghitung lebih dari dua atau tiga.
Bantu anak menghitung jika mengalami kesulitan.
(8). Menggambar dengan jari
Ajak anak menggambar dengan cat memakai jari-jarinya di selebar
kertas besar. Buat agar ia mau memakai kedua tangannya dan
membuat bulatan besar atau bentuk-bentuk lainnya.
(9). Cat air
Beri anak cat air, kuas, dan selembar kertas. Ceritakan bagaimana
warna-warna bercampur ketika anak mulai menggunakan cat air itu.
(10). Mencampur warna
Campur air ke warna merah, biru dan kuning dari cat air. Beri anak

13
potongan sedotan, ajari anak untuk meneteskan warna-warna itu
pada selembar kertas. Ceritakan bagaimana warna-warna bercampur
membentuk warna lain
(11). Membuat gambar tempel
Gunting kertas warna menjadi segitiga, segi empat, lingkaran.
Jelaskan mengenai perbedaan bentuk-bentuk tersebut. Minta anak
membuat gambar dengan cara menempelkan potongan-potongan
berbagai bentuk di selembar kertas.

2.2 Kajian Teori Asuhan Kebidanan Pada Balita di Komunitas


2.2.1 Pengertian Balita
Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang
usia dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan
bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan
lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak
akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
2.2.2 Pengertian pelayanan pada Balita
Pelayanan pada balita adalah pelayanan yang diberikan pada balita sehat dan
sakit yang sesuai diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar.
2.2.3 Jadwal kunjungan pada balita
1) Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan
2) pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan
3) Pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak berumur 24 bulan
4) Pemeriksaan dilakukan satu kali dalam satu tahun

14
2.2.4 Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita
1) Pemeriksaan fisik anak dilakukan termasuk penimbangan berat badan
2) Penyuluhan atau nasihat pada ibu tentang pemeliharaan kesehatan anak dan
perbaikan gizi serta hubungan psikososial antar anak, ibu, dan keluarga. Ibu
diminta memperhatikan tumbuh kembang anak, pola makan, dan tidur serta
perkembangan perilaku sosial anak
3) Penjelasan tentang keluarga berencana untuk mengatur jarak kehamilan.
2.2.5 Jenis-jenis pelayanan pada Balita
1) Buku KIA/KMS
Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali KMS (kartu
menuju sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan, termasuk bidan dan dokter. Manfaat KMS adalah :
(1). Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan
balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan,
pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan makanan
pendamping ASI.
(2). Sebagai media edukasi bagi orang tua belita tentang kesehatan anak
(3). Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas
untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan
dan gizi.
2) Vitamin A 2 Kali Setahun
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat
dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan
oleh departemen kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan februaridan agustus,
anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target

15
pemberian 80% dari seluruh balita. Kapsul vitamin A biru (100.000 IU)
diberikan pada bayi berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun. Kapsul
vitamin A merah (200.000) diberikan kepada balita kekurangan vitamin A
disebut juga dengan xeroftalmia (mata kering). Hal ini dapat terjadi karena
sarapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi
kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening (kornea
mata). Balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita
dari keluarga menengah bawah.
3) SDIDTK
(1). Pengertian
SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) adalah
pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam
bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat dengan tenaga professional
(kesehatan, pendidikan dan sosial).
Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak
secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama
kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang
tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh
masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga
professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita
dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah
tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga
kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan atau
intervensi yang tepat, terutama ketika harus

16
melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh
kembang anak. Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan
tertentu pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena
tidak sesuai dengan umurnya. Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada
salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak.
(2). Sasaran
a) Langsung
Semua anak umur 0 sampai 6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas
b) Tidak Langsung
(a) Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan perawat, ahli
gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan sebagainya).
(b) Tenaga pendidik, petugas lapangan KB, petugas sosial yang terkait dengan
pembinaan tumbuh kembang anak.
(c) Petugas sektor swasta dan profesi lainnya.
(3). Tujuan
a) Tujuan Umum
Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya
sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global
melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini.
b) Tujuan Khusus
(a) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita
dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
(b) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
pada semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
(c) Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak pra sekolah
dengan penyimpangan tumbuh kembang.
(d) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa ditangani
di Puskesmas.

17
(4). Jenis Skrining
1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
(a) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB). Tujuan
pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus,
kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran
(b) BB/TB disesuaikan dengan jadwal DDTK. Pengukuran dan penilaian BB/TB
dilakukan oleh tenaga kesehatan, terlatih, yaitu tenaga kesehatan yang telah
mengikuti pelatihan SDIDTK.
(c) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA). Tujuan pengukuran LKA adalah
untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas
normal Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat
pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan dapat dilihat pada
tabel 2.3.
2.3 Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini
Penyimpangan Pertumbuhan

Tingkat Pelayanan Pelaksanaan Alat Yang digunakan


Keluarga 1. Orang tua KMS
masyarakat 2. Kader kesehatan Timbangan
3. Petugas PAUD, BKB,
TPA dan Guru TK
Puskesmas Dokter Table BB/TB
Bidan Grafik LK
Ahli gizi Timbangan
Petugas lain Alat ukur tinggi Badan
Pita pengukur lingkar
kepala

Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK (2014)

2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan


Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Pelaksana dan alat yang
digunakan dapat dilihat pada tabel 2.4

18
Tabel 2.4 Pelaksanaan dan Alat yang digunakan untuk Deteksi Dini
Penyimpangan Perkembangan Anak

Tingkat Pelayanan Pelaksanaan Alat Yang digunakan

Keluarga dan Orang tua KIA


masyarakat Kader kesehatan, KPSP
BKB, TPA TDL
Petugas pusat TDD
terlatih
Guru TK terlatih
Puskesmas Dokter KPSP
Bidan TDL
Perawat TDD

Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK (2014)


Keterangan :
Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia DiniTK
: Taman Kanak-kanak
1. Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) Tujuan pemeriksaan perkembangan
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal
atau ada penyimpangan.
2. Tes Daya Dengar (TDD) tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan
gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
3. Tes Daya Lihat (TDL) tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini

19
kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga
kesempatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.

3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpanganmental emosional terlambat
diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
1. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah. Bertujuan
untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mental
emosional pada anak pra sekolah
2. Deteksi dini autis pada anak pra sekolah. Bertujuan untuk mendeteksi
secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.

4. Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan umur dan


jenis skrining
Jenis Skrining / Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang

Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini


Umur Anak Penyimpangan Penyimpangan Penyimpangan Mental
Pertumbuhan Perkembangan Emosional

BB/TB LK KPSP TDL TDD KMNE CHAT GPPH


0 Bulan √ √
3 Bulan √ √ √ √
6 Bulan √ √ √ √
9 Bulan √ √ √ √
12 Bulan √ √ √ √
15 Bulan √ √
18 Bulan √ √ √ √ √
21 Bulan √ √ √
24 Bulan √ √ √ √ √

20
30 Bulan √ √ √ √
36 Bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 Bulan √ √ √ √ √ √
48 Bulan √ √ √ √ √ √ √
54 Bulan √ √ √ √ √ √
60 Bulan √ √ √ √ √ √ √
66 Bulan √ √ √ √ √ √
72 Bulan √ √ √ √ √ √ √

2.3 Pendokumenasian Metode SOAP


Langkah-langkah pendokumentasian dengan metode SOAP , yaitu:
1. Subjektif
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney dalam langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah
sudut pandang pasien. Data subjektif ini dapat digunakan untuk menguatkan
diagnosis yang disusun.
2. Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh
melalui observasi dari pemeriksaan antropometri, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Data ini akan diberikan bukti gejala klinis pasien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3. Analisa
Analisa merupakan pendokumentasian hasil Analisa dan intervensi
(kesimpulan) dari data subjektif dan data objektif. Analisa yang tepat danakurat
mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya
perubahan pada pasien, dpaat terus diikuti dan diambil keputusan atau tindakan
yang tepat. Analisa merupakan pendokumentasian manajemen menurut Helen
Varney langkah kedua, ketiga, dan keempat sehingga mencakup berbagai hal
seperti diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta perlunya
mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera untuk antisipasidiagnosis atau
masalah potensial.

21
4. Penatalaksanaan
Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai
kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara
lain dokter. Penatalaksanaan dalam dokumentasi SOAP merupakan langkah
kelima, keenam, dan ketujuh manajemen kebidanan menurut Helen Varney.
Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Dalampenatalaksanaan
juga harus mencantumkan evaluasi yaitu tafsiran dan efek tindakan yang telah
diberikan untuk menilai keefektifan asuhan atau hasilpenatalaksanaan tindakan.
Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan faktor ketetapan
nilai tindakan atau asuhan. Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini,
diperlukan catatan perkembangan dengan tetap mengacu pada metode SOAP

22
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2017. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada anak. Jakarta
Selatan : Salemba Medika
Darmawan Chrisanti Anggia, 2019. Pedoman Praktis Tumbuh Kembang AnakUsia
0 - 72 bulan. Jl. Taman Kencana No.3, Bogor 16128.
Farida, dkk. 2020. Pengaruh Pemberian Stimulus Seni Melukis Dengan Tehnik
Pointilis Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah.
Kediri : Jurnal Mahasiswa Kesehatan Vol 1 No.2.
Handayani, S., Rini dan S. Mulyati. 2017. Bahan Ajar Dokumentasi Kebidanan.
Pusat Pendidikan sumber daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber daya Manusia Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jl.
HangJebat III Blok F3, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Kementrian Kesehatan RI.2016. Simulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Prahastiwi, H. M. 2019. Pertumbuhan dan perkembangan Anak Usia 3 – 6 Tahun.
Lampung : Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.

23

Anda mungkin juga menyukai