DISUSUN OLEH :
PRODI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
LAPORAN KASUS
DISUSUN OLEH :
PRODI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA
PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA”..”
DI DUSUN BANGAH, DESA PANJI
Disusun Oleh :
Mengetahui :
Pembimbing Praktik
Tim Penguji
No Nama Penguji NIP Tanda
Tangan
1 Luh Eka Sriadnyani 19880526 201704 2002
Singaraja,
Ketua Program Studi D3 Kebidanan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahas Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Balita Sehat “ ”
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Praktik
Kebidanan Komunitas I. Dalam menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan baik berupa moral maupun material dari berbagai
pihak. untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. I Wayan Lasmawan,M.Pd selaku Rektor Universitas
PendidikanGanesha Singaraja.
2. Prof. Dr. M.Ahmad Djojosugito, dr., SpOT(K), MHA, MBA. selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Ganesha.
3. Jro Mangku Made Ariawan.S.ST.Par.,MBA selaku Kepala Desa di Desa
Panji, Kabupaten Buleleng
4. Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini, S.ST., M.Keb selaku Koordinator Program
Studi Kebidanan Universitas Pendidikan Ganesha.
5. Nis’atul Khoiroh, S.Keb.,Bd.,M.Kebselaku Dosen Pembimbingdalam
menyelesaikan laporan ini
6. Luh Eka Sriadnyani,A.Md.Keb selaku pembimbing Klinik dalam
melaksanakan praktek kebidanan komunitas I.
7. Para Ibu Kader di Desa Panji, Kabupaten Buleleng karena sudah
membimbing dalam penyusunan laporan kasus ini.
8. Keluarga Ibu yang telah bersedia menjadi keluarga binaan selama
menyelesaikan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini masih ada banyak
kekurangan yang perlu disempurnakan, oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan masukan demi penyempurnaan laporan.
iii
Singaraja, 4 September 2023
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
masalah tumbuh kembang, maka intervensi akan mudah dilakukan, bila terlambat
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dah hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. (Kemenkes RI, 2017).
Mencegah keterlambatan pada anak dilakukan skrining awal untuk mengamati
pertumbuhan dan perkembangan anak baik untuk motorik kasar, motorik halus,
bahasa maupun perilaku sosial yang diterapkan anak didalam lingkungan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan meningkatkan pengetahuan dalam
melakukan Asuhan Kebidanan Kebidanan Pada Balita Sehat “ ” Tujuan
Khusus
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang didapat selama mengikuti
perkuliahan dalam tatanan nyata sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya.
1.4.2 Tempat/ ruangan
Dengan adanya kasus ini diharapkan dapat menjadi evaluasi terhadap hasil
pembelajaran yang didapatkan selama melaksanakan praktek di lapangan,
sehingga dapat diketahui kekurangan dan kesalahan dari mahasiswa, dengan
demikian dapat diberikan bimbingan yang tepat sasaran.
1.4.3 Institusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk menambah sumber
kepustakaan serta hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi suatu
informasi bagi pendidikan dalam hal pemberian asuhan kebidanan padabalita.
3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
4
pertama kehidupan, dan masa remaja.
(4). Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat dari
pada anak laki laki. Akan tetapi, setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki laki akan lebih cepat.
(5). Genetik
Genetik adalah bawaan anak, yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetic yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak seperti kerdil.
(6). Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertubuhan
seperti pada Sindroma Down's dan Sindroma Tumer's (Adriana, 2017).
2) Faktor luar (eksternal)
(1). Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil, terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
memengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanisme
Posisi partus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital
seperti club foot
c) Toksin/ zat kimia
Beberapa obat obatan seperti Aminopterin dan thaidomid dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatokisis.
d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomnia, kardiomegali,
hyperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar rotgen dapat mengaitbatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali spina bifda, retardasi mental dan defomitas,
anggota gerak, kelaina congenital mata, kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma,
5
rubella, sitomegalo virus, herpes, simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin: katarak, bisu tuli, micros efali, retardasi mental dan kelainan
jantung congenital.
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetal timbul atas dasar antara perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel
daraah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam pendarahan
janin dan akan menyebabkan hiermolisis yang selanjutnya
mengakibtakan hyperbilirubinemia yang menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkana pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu.
Kehamilan yang tidak di inginkan, perlakuan salah/ kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain lain (Depkes, 2016).
(2). Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak, (Kemenkes RI, 2016)
(3). Faktor pasca persalinan
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang krang baik, kurangnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dll) mempunyai
dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
6
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan menghambat
pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, ketertiban
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
7
(3). Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
(4). Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu pengasuh anak bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya.
8
Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan
berlangsung secara berurutan. Dengan demikian stimulasi yang di berikan kepada
anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur
stimulasi anak.
Tabel 2.1 Pembagian Kelompok Umur Stimulasi Anak
9
satunya keterampilan menulis “a” merupakan serangkaian beratus-ratus koordinasi
saraf otot. Pergerakan terampil adalah proses yang sangat komplek.
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan anak untuk Mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja. Perkembangan
motorik halus terjadi terutama setelah anak dapat melakukan kontrol kepalanya.
Variasi perkembangan motorik halus mencerminkan kemaunan dan kesempatan
individu untuk belajar anak yang jarang menggunakan krayon, akan mengalami
keterlambatan dalam memegang pensil (Soetjiningsih, 2016).
Tabel 2.2 Tahapan Perkembangan pada Balita Menurut Umur
No. Umur Pencapaian Perkembangan
1 Umur 12-18 bulan 1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
2) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri
kembali
3) Berjalan mundur 5 langkah
4) Memanggil ayah dengan kata “papa” memanggil ibu
dengan kata “mama”
5) Menumpuk 2 kubus
6) Memasukkan kubus dikotak
7) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/
merengek. Anak bisa mengeluarkan suara yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu
8) Memperhatikan rasa cemburu/ bersaing
2 Umur 18-24 bulan 1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung
3) Bertepuk tangan, melambai-lambai
4) Menumpuk 4 buah kubus
5) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari
telunjuk
6) Menggelindingkan bola kearah sasaran
7) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
8) Membantu/ menirukan pekerjaan rumah tangga
9) Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum
10
Sendiri
3 Umur 24-36 bulan 1) Jalan naik tangga
2) Dapat bermain dan menendang bola kecil
3) Mencoret-coret pada kertas
4) Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata
5) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta
6) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar
nama 2 benda atau lebih
7) Membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika dminta
8) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
9) Melepas pakainnya sendiri
4 Umur 36-40 bulan 1) Berdiri 1 kaki 2 detik
2) Melompat kedua kaki diangkat
3) Mengayuh sepeda roda 3
4) Menggambar garis lurus
5) Menumpuk 8 kubus
6) Mengenal 2-4 warna
7) Menyebut nama, umur, tempat
8) Mengerti arti kata diatas, dibawah, di depan
9) Mendengarkan cerita
10) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
11) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
12) Mengenakan sepatu sendiri
13) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
5 Umur 48-60 bulan 1) Berdiri 1 kaki 6 detik
2) Melompat-lompat 1kaki
3) Menari
4) Menggambar lingkaran
5) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
6) Mengancing baju atau pakaian boneka
11
7) Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
8) Senang menyebut kata-kata baru
9) Senang bertanya sesuatu
10) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata baru
11) Senang bertanya tentang sesuatu
12) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
13) Bicaranya mudah dimengerti
14) Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu
ukuran dan bentuknya
15) Menyebut nama-nama hari
16) Berpakaian sendiri tanpa dibantu
17) Beraksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu
Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2016)
12
untuk latihan menggunting.
(4). Membuat buku cerita tempel
Ajak anak membuat buku cerita tempel. Gunting gambar dari
majalah tua atau brosur, tunjukkan pada anak cara menyusun
guntingan gambar tersebut sehingga menjadi suatu cerita menarik.
Minta anak menempel guntingan gambar tersebut pada kertas dan
dibawah gambar tersebut tulis ceritanya
(5). Menempel gambar
Bantu anak menemukan gambar foto menarik dari majalah,
potongan kertas dan sebagainya. Minta anak menempel gambar
tersebut pada karton atau kertas tebal. Gantung gambar tersebut
dikamar anak.
(6). Menjahit
Gunting sebuah gambar dari majalah, tempel pada selembar karton.
Buat lubang-lubang di sekeliling gambar tersebut. Ambil tali rafia
dan simpulkan salah satu ujungnya. Kemudian, ajari anak-anakcara
menjahit sekeliling gambar, tali rafia dimasukkan ke lubang- lubang
tersebut satu persatu.
(7). Menghitung
Letakkan sejumlah kacang di mangkok atau kaleng. Ajari anak
menghitung kacang dan letakkan kacang tersebut di tempat lainnya.
Mula-mula anak belum bisa menghitung lebih dari dua atau tiga.
Bantu anak menghitung jika mengalami kesulitan.
(8). Menggambar dengan jari
Ajak anak menggambar dengan cat memakai jari-jarinya di selebar
kertas besar. Buat agar ia mau memakai kedua tangannya dan
membuat bulatan besar atau bentuk-bentuk lainnya.
(9). Cat air
Beri anak cat air, kuas, dan selembar kertas. Ceritakan bagaimana
warna-warna bercampur ketika anak mulai menggunakan cat air itu.
(10). Mencampur warna
Campur air ke warna merah, biru dan kuning dari cat air. Beri anak
13
potongan sedotan, ajari anak untuk meneteskan warna-warna itu
pada selembar kertas. Ceritakan bagaimana warna-warna bercampur
membentuk warna lain
(11). Membuat gambar tempel
Gunting kertas warna menjadi segitiga, segi empat, lingkaran.
Jelaskan mengenai perbedaan bentuk-bentuk tersebut. Minta anak
membuat gambar dengan cara menempelkan potongan-potongan
berbagai bentuk di selembar kertas.
14
2.2.4 Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita
1) Pemeriksaan fisik anak dilakukan termasuk penimbangan berat badan
2) Penyuluhan atau nasihat pada ibu tentang pemeliharaan kesehatan anak dan
perbaikan gizi serta hubungan psikososial antar anak, ibu, dan keluarga. Ibu
diminta memperhatikan tumbuh kembang anak, pola makan, dan tidur serta
perkembangan perilaku sosial anak
3) Penjelasan tentang keluarga berencana untuk mengatur jarak kehamilan.
2.2.5 Jenis-jenis pelayanan pada Balita
1) Buku KIA/KMS
Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali KMS (kartu
menuju sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan, termasuk bidan dan dokter. Manfaat KMS adalah :
(1). Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan
balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan,
pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan makanan
pendamping ASI.
(2). Sebagai media edukasi bagi orang tua belita tentang kesehatan anak
(3). Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas
untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan
dan gizi.
2) Vitamin A 2 Kali Setahun
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat
dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan
oleh departemen kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan februaridan agustus,
anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target
15
pemberian 80% dari seluruh balita. Kapsul vitamin A biru (100.000 IU)
diberikan pada bayi berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun. Kapsul
vitamin A merah (200.000) diberikan kepada balita kekurangan vitamin A
disebut juga dengan xeroftalmia (mata kering). Hal ini dapat terjadi karena
sarapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi
kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening (kornea
mata). Balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita
dari keluarga menengah bawah.
3) SDIDTK
(1). Pengertian
SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) adalah
pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam
bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat dengan tenaga professional
(kesehatan, pendidikan dan sosial).
Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak
secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama
kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang
tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh
masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga
professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita
dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah
tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga
kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan atau
intervensi yang tepat, terutama ketika harus
16
melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh
kembang anak. Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan
tertentu pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena
tidak sesuai dengan umurnya. Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada
salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak.
(2). Sasaran
a) Langsung
Semua anak umur 0 sampai 6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas
b) Tidak Langsung
(a) Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan perawat, ahli
gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan sebagainya).
(b) Tenaga pendidik, petugas lapangan KB, petugas sosial yang terkait dengan
pembinaan tumbuh kembang anak.
(c) Petugas sektor swasta dan profesi lainnya.
(3). Tujuan
a) Tujuan Umum
Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya
sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global
melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini.
b) Tujuan Khusus
(a) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita
dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
(b) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
pada semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
(c) Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak pra sekolah
dengan penyimpangan tumbuh kembang.
(d) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa ditangani
di Puskesmas.
17
(4). Jenis Skrining
1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
(a) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB). Tujuan
pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus,
kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran
(b) BB/TB disesuaikan dengan jadwal DDTK. Pengukuran dan penilaian BB/TB
dilakukan oleh tenaga kesehatan, terlatih, yaitu tenaga kesehatan yang telah
mengikuti pelatihan SDIDTK.
(c) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA). Tujuan pengukuran LKA adalah
untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas
normal Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat
pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan dapat dilihat pada
tabel 2.3.
2.3 Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini
Penyimpangan Pertumbuhan
18
Tabel 2.4 Pelaksanaan dan Alat yang digunakan untuk Deteksi Dini
Penyimpangan Perkembangan Anak
19
kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga
kesempatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.
20
30 Bulan √ √ √ √
36 Bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 Bulan √ √ √ √ √ √
48 Bulan √ √ √ √ √ √ √
54 Bulan √ √ √ √ √ √
60 Bulan √ √ √ √ √ √ √
66 Bulan √ √ √ √ √ √
72 Bulan √ √ √ √ √ √ √
21
4. Penatalaksanaan
Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai
kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara
lain dokter. Penatalaksanaan dalam dokumentasi SOAP merupakan langkah
kelima, keenam, dan ketujuh manajemen kebidanan menurut Helen Varney.
Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Dalampenatalaksanaan
juga harus mencantumkan evaluasi yaitu tafsiran dan efek tindakan yang telah
diberikan untuk menilai keefektifan asuhan atau hasilpenatalaksanaan tindakan.
Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan faktor ketetapan
nilai tindakan atau asuhan. Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini,
diperlukan catatan perkembangan dengan tetap mengacu pada metode SOAP
22
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2017. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada anak. Jakarta
Selatan : Salemba Medika
Darmawan Chrisanti Anggia, 2019. Pedoman Praktis Tumbuh Kembang AnakUsia
0 - 72 bulan. Jl. Taman Kencana No.3, Bogor 16128.
Farida, dkk. 2020. Pengaruh Pemberian Stimulus Seni Melukis Dengan Tehnik
Pointilis Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah.
Kediri : Jurnal Mahasiswa Kesehatan Vol 1 No.2.
Handayani, S., Rini dan S. Mulyati. 2017. Bahan Ajar Dokumentasi Kebidanan.
Pusat Pendidikan sumber daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber daya Manusia Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jl.
HangJebat III Blok F3, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Kementrian Kesehatan RI.2016. Simulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Prahastiwi, H. M. 2019. Pertumbuhan dan perkembangan Anak Usia 3 – 6 Tahun.
Lampung : Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.
23