Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“JAMBAN SEHAT”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu : Wiwik Widiyati, M.Ph

Kelompok 5 :

NAMA NIM
Intan Dwi Lestari 17613033
Krinadina Bunaina S. 17613103
Magfiroh 17613094
Kartini 17613112
Yunita Dwi Krismuna 17613116
Palupi Enggar A 17613089
Andika Puji Santoso 17613007

D3 KEPERAWATAN/3C
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
Satuan Acara Penyuluhan ( SAP )
Jamban Sehat

Topik : Jamban Sehat


Sasaran : Masyarakat (Khususnya Kepala Rumah Tangga dan Ibu-
ibu Rumah Tangga)
Tempat :-
Hari/Tanggal :-
Pukul : 15:00-15:20 WIB
Lama Waktu : 20 Menit
Penyuluh : Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo

A. Latar Belakang
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan, dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat
(Dinkes Kota Semarang, 2006).

PHBS Tatanan Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota


rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat. Rumah tangga dapat menjadi ancaman penularan penyakit
jika tidak dikelola dengan baik. Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan
kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang
anak usia sekolah (6 – 10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan
PHBS, khususnya berkaitan dengan menggunakan jamban di rumah sebagai salah
satu indikator PHBS di Rumah tangga. berdasarkan Profil Departemen Kesehatan
tahun 2005, 40 – 60 % anak sekolah dasar kedapatan menderita cacingan,
sedangkan Yayasan Kusuma Buana mencatat 23,2% anak SD menderita anemia
pada tahun 2007, begitu juga dengan kasus diare. Hal ini dapat disebabkan karena
perilaku tidak menggunakan jamban dan juga perilaku tidak mencuci tangan pakai
sabun sebelum makan (Depkes RI, 2008).
Data World Health Organization menunjukan setiap tahun 100.000 anak
Indonesia meninggal karena diare, sedangkan data Departemen Kesehatan RI
sendiri menyatakan diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit
penyakit diare sepanjang tahun (Nadesul, H, 2007).

Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2000-2010 terlihat


kecenderungan insiden diare pada anak meningkat. Pada tahun 2000 IR (incidence
rate) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun2003 naik menjadi 374/1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000 penduduk. Pada tahun 2010 dilaporkan terjadi KLB dengan jumlah
kasus 2.580 dengan kematian sebanyak 77 kasus (CFR: 2,98%) (Kemenkes RI,
2013).

Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru


mencapai 67,3%. Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi
syarat bakteriologis. Sedangkan penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC)
hanya 54%. Itulah sebabnya penyakit diare sebagai salahsatu penyakit yang
ditularkan melalui air masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan
angka kesakitan 374 per 1000 penduduk.Penggunaan jamban di berbagai daerah
di Indonesia masih menggunakan pembuangan air yang tidak sehat. Hal tersebut
terlihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan antara lain oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) dimana datayang tercatat pada penduduk yang menggunakan
jamban pada tahun 2002 memperlihatkan rumah tangga (RT) yang memakai
jamban leher angsa didaerah perkotaan sebesar 79,14% dan tinggal di pedesaan
sebesar 42,16%,yang menggunakan jamban plengsengan, di daerah perkotaan
sebesar 11,41%dan di daerah pedesaan sebesar 11,23%. Sedangkan yang
menggunakan jamban cemplung di daerah perkotaan sebesar 1,96% dan di daerah
pedesaan sebesar 10,56%. Bila dilihat secara keseluruhan (perkotaan dan
perdesaan), RT yang memakai jamban leher angsa sebesar 61,64%, jamban
cemplung 21,01%,jamban plengsengan 11,32%, dan yang tidak memakai jamban
6,03% (Kemenkes RI, 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, masyarakat RT 15 Kelurahan
Danau Sipin dapat mengetahui dan memahami tentang Jamban Sehat
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini masyarakat RT 15 Kelurahan
Danau Sipin diharapkan :
a. Peserta dapat memahami apa itu jamban sehat.
b. Peserta dapat memahami syarat dan cirri ciri penggunaan jamban
sehat.
c. Peserta dapat memahami jenis-jenis dari jamban sehat
d. Peserta dapat memahami manfaat jaban sehat serta akibat jamban
tidak sehat
e. Peserta dapat menggunakan jamban sehat dengan bersih.

C. Materi Penyuluhan
( Terlampir )

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi Tanya jawab

E. Media
Vidio

F. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respons Audiens


1. 4 Menit Pembukaan
 Memberi salam Menjawab salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan kotrak: waktu, Mendengar &

topik, tempat serta tujuan Memperhatikan

penyuluhan
2. 12 Pelaksanaan
Menit  Mengkaji pengetahuan klien
tentang jamban sehat
 Menjelaskan pengertian
jamban sehat
 Menjelaskan ciri-ciri/syarat
jamban sehat dan tidak sehat Mendengar &

 Menjelaskan jenis-jenis memperhatikan

jamban sehat
 Menjelaskan manfaat jamban
sehat
 Menjelaskan Akibat jamban
yang tidak sehat
 Menjelaskan cara
memelihara jamban sehat
3. 4 Menit Penutup
 Menyimpulkan materi  Menyimpulkan
penyuluhan bersama dengan materi penyuluhan
klien bersama
 Melakukan evaluasi dengan mahasiswa
memberikan pertanyaan  Menjawab
 Menutup penyuluhan dan pertanyaan
memberikan salam
 Menjawab salam

G. Evaluasi
1. Apa pengertian dari jamban sehat
2. Ciri-ciri jamban sehat & jamban yang tidak sehat
3. Manfaat jamban sehat
4. Akibat jamban yang tidak sehat
5. Cara memelihara jamban sehat.

H. Daftar Pustaka
Kesehatan Masnyarakat Ilmu Dan Seni, Prof, Dr. Soekidjo Notoatmodjo
Sumijatun, et al. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC

Lampiran Materi

JAMBAN SEHAT

A. Pengertian Jamban Sehat


Jamban  adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
tinja manusia. Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya, (Abdullah, 2010).

B. Jenis-jenis Jamban Sehat

1. Jamban cemplung

Jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi


menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

2. Jamban tangki septik/leher angsa

Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa


tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya.

3. Kakus Bor
Jamban yang tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
mempergunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut
boor aunger dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang
itu harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti
pada kakus cemplung atau plengsengan, karena diameter kakus bor ini
jauh lebih kecil. 
Pengeboran pada umumya dilakukan sampai mengenai air tanah.
Perlengkapan lainnya dan cara mempergunakan, dapat pula diatur seperti
pada kakus cemplung dan kakus plengsengan.

C. Ciri-ciri / Syarat Jamban Sehat

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban


sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:

1. Tidak mencemari air


a) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika
keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan
dengan tanah liat atau diplester.
b) Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor
dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
d) Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,
empang, danau, sungai, dan laut
2. Tidak mencemari tanah permukaan
a) Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan,
dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
b) Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras
kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang
galian.
3. Bebas dari serangga
a) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras
setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk
demam berdarah
b) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk.
c) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa
menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
d) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
e) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan
b) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air
c) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi
untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
d) Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodic
5. Aman digunakan oleh pemakainya
a) Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding
lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman
bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya
a) Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran
b) Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran
kotoran karena dapat menyumbat saluran
c) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena
jamban akan cepat penuh
d) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan
pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan
minimal 2:100
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
a) Jamban harus berdinding dan berpintu
b) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

D. Manfaat Jamban Sehat


1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya
4. Kotoran tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang-binatang lainnya
5. Tidak menimbulkan bau
6. Mudah digunakan dan dipelihara
7. Sederhana desainnya
8. Murah
9. Dapat diterima oleh pemakainya

E. Akibat Jamban Tidak Sehat


1. Mengotori lingkungan
2. Mencemari air
3. Menimbulkan bau tak sedap
4. Merusak pemandangan
5. Menimbulkan penyakit

F. Cara Memelihara Jamban Sehat


1. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih
3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
6. Bila ada kerusakan segera diperbaiki
7. Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit
8. Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam
kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif
9. Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat
rusak.
10. Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal :
kertas, kain bekas, dll.

Anda mungkin juga menyukai