DISUSUN OLEH:
RISTI JULIANTI
212133042
Mengetahui,
Mahasiswa
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Setiadi, 2018).
Pada keluarga yang memiliki anak dengan usia sekolah yaitu 6-13 tahun tentu
memiliki tugas yang lebih banyak, salah satunya adalah untuk menjaga anak agar tetap
dapat hidup sehat tanpa adanya masalah kesehatan. Sampai saat ini kasus kesehatan yang
paling banyak ditemukan pada keluarga dengan anak usia sekolah ialah kasus diare,
demam tifoid, dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). (Yulvi,2021).
Tingginya angka kejadian sakit pada anak khususnya diare, demam tifoid dan
ispa pada anak disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko
sakit yaitu : sanitasi yang buruk, fasilitas kebersihan yang kurang, kebersihan pribadi
buruk (tidak mencuci tangan sebelum, sesudah makan, dan setelah buang air). Salah satu
upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada anak usia sekolah untuk meningkatkan
kesehatan anak adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).
Sedangkan indikator PHBS yang dapat dilakukan di sekolah yaitu mencuci
tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat
di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan
terukur, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap bulan, membuang sampah pada tempatnya.
Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan perilaku sehat yang telah terbukti
secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, demam tifoid
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan flu burung, bahkan disarankan untuk
mencegah penularan influenza. Banyak pihak yang telah memperkenalkan perilaku ini
sebagai intervensi kesehatan yang sangat mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh
mayoritas masyarakat Indonesia. Berbagai survei di lapangan menunjukkan menurunnya
angka ketidakhadiran anak karena sakit yang disebabkan oleh penyakit-penyakit di atas,
setelah diintervensi dengan CTPS. (Depkes RI, 2018).
Cuci tangan belum menjadi budaya yang dilakukan masyarakat luas di Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang mencuci tangan hanya dengan air
sebelum makan, cuci tangan dengan sabun justru dilakukan setelah makan. Oleh karena
itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas yang tinggi,
walaupun hal tersebut sering disepelekan. Kebiasaan cuci tangan tidak timbul begitu
saja, tetapi harus dibiasakan sejak kecil. Anak-anak merupakan agen perubahan untuk
memberikan edukasi baik untuk diri sendiri dan lingkungannya sekaligus mengajarkan
pola hidup bersih dan sehat. Anak-anak juga cukup efektif dalam memberikan contoh
terhadap orang yang lebih tua khususnya mencuci tangan yang selama ini sering
dianggap tidak penting. (Yulvi,2021).
Masalah di atas sangat banyak faktor penyebabnya,salah satunya adalah
kurangnya kesadaran individu akan pentingnya berprilaku hidup bersih dan sehat. Faktor
perilaku hidup bersih dan sehat secara teoritis memiliki andil 30-35 % terhadap derajat
kesehatan, sedangkan dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar,
maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi
sehat, salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Maka penting untuk keluarga khususnya orang tua yang memiliki anak dengan
usia sekolah untuk mengetahuii pentingnya pengetahuan dan penerapan tentang PHBS
pada anak, untuk selalu mengingatkan anak mencuci tangan 6 langkah dengan sabun
sebelum dan sesudah makan, memotong kuku ketika sudah terlihat panjang dan kotor,
dan memperhatikan kebersihan jajanan disekolah, maka perlu diberikannya pendidikan
kesehatan kepada orang tua dan anak tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
SATUAN ACARA PENYULUHAN
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan orang tua dan anak dapat
memahami tentang pentingnya kesehatan diri, dan lingkungan dalam bentuk perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Anak mampu menerapkan bagaimana perilaku hidup
bersih dan sehat serta membiasakan mencuci tangan dengan baik dan benar.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan masyarakat mampu:
1. Orang tua dan anak mengetahui apa itu perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Orang tua dan anak dapat menyadari tentang pentingnya menggunakan air bersih.
3. Orang tua dan anak dapat mempraktekkan dan menerapkan tentang pentingnya
mencuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun dengan baik dan benar.
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Pengorganisasian
1. Penyaji : Risti Julianti
Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan mudah dipahami.
F. Metode Penyuluhan
1. Ceramah dan tanya jawab
G. Media
Leaflet
H. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap dan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Waktu
1. Kegiatan awal/ 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan diri salam.
pembuka
3. Kontrak waktu 2. Memperhatikan
(1 menit). 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
5. Apresepsi pengetahuan tentang mendengarkan.
3. Memperhatikan
PHBS
dan
mendengarkan
J. Evaluasi
Orang tua dan anak mampu :
1. Orang tua dan anak dapat menyebutkan/ menjelaskan kembali apa itu perilaku hidup
bersih dan sehat.
2. Orang tua dan anak dapat menyebutkan tentang pentingnya hidup bersih dan sehat.
3. Orang tua dan anak dapat mempraktekkan dan menerapkan tentang pentingnya
mencuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA