Anda di halaman 1dari 19

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) DAN GOTONG ROYONG

Pokok Pembahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Sub Pokok Pembahasan : Pembersihan Lingkungan Warga kelurahan Anggut
Dalam Kecamatan Ratu Samban
Tanggal : 13 Mei 2018
Tempat : RT 1-7 kelurahan Anggut Dalam Kecamatan Ratu
Samban
Sasaran : Seluruh Warga kelurahan Anggut Dalam Kecamatan Ratu
Samban
Waktu : 07:30 s/d Selesai

A. Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat (Pusat Promkes Depkes RI, 2011).
Dengan demikian dalam pelaksanaan program PHBS di seluruh kawasan Indonesia juga
menggunakan 10 indikator PHBS yang harus diperaktikkan dirumah tangga karena dianggap
mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat, indikator
PHBS tersebut adalah:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2. Bayi diberi ASI eksklusif.
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan.
4. Menggunakan air bersih.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6. Menggunakan jamban sehat.
7. Memberantas jentik nyamuk.
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
10. Tidak merokok dalam rumah.
B. Tujuan PHBS
1) Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media
massa, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh masyarakat,
tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. Sasaran PHBS dalam tatanan rumah tangga adalah
seluruh anggota keluarga, yaitu : pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui,
anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak (Depkes RI, 2011).

C. Metode
Metode penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekaligus gotong royong
dalam membersihkan saluran sungai yang berada di batas utara desa kebundadap timur di
daerah dusun ares tengah, sebagai bentuk perubahan perilaku dan penanaman kesadaran atas
pentingnya kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan bermasyarakat serta bersama-sama
mewujudkan hidup bersih dan sehat serta sejahtera.

D. Media Dan Alat


Flipchat
Alat-alat kebersihan

E. Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu

Pembukaan - Mengucapkan salam 5 menit

- Penyampaian maksud dan tujuan pertemuan sesuai kontrak waktu

Proses - Melakukan penyuluhan tentang pengertian PHBS 20 menit

- Melakukan penyuluhan tentang manfaat dari PHBS

Kegiatan - Mahasiswa beserta warga mengikuti kegiatan gotong royong


Penutup - Menutup pertemuan dan mengucapkan salam 10 menit

F. Pengorganisasian
1. Pembawa Acara : Bapak Lurah Anggut Dalam
2. Dokumentasi : Mahasiswa D-IV Kebidanan

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Kesepakatan dengan warga desa kebundadap timur
- Kesiapan peralatan kebersihan
2. Evaluasi Proses
- Peserta/bersedia hadir sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan
- Peserta antusias melakukan kegiatan gotong royong
3. Mahasiswa
- Seluruh mahasiwa mengikuti kegiatan gotong royong
- Dapat menjalankan perananya sesuai dengan tugas
4. Evaluasi Hasil
- Kegiatan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
BAB I
KONSEP TEORI

A. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar
bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, Bina Suasana (social support) dan Gerakan
Masyarakat (Empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam
rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2011).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
di masyarakat (Pusat Promkes Depkes RI, 2011).
Dengan demikian dalam pelaksanaan program PHBS di seluruh kawasan
Indonesia juga menggunakan 10 indikator PHBS yang harus diperaktikkan dirumah
tangga karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku hidup
bersih dan sehat, indikator PHBS tersebut adalah:
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
b. Bayi diberi ASI eksklusif.
c. Menimbang bayi dan balita setiap bulan.
d. Menggunakan air bersih.
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
f. Menggunakan jamban sehat.
g. Memberantas jentik nyamuk.
h. Makan buah dan sayur setiap hari.
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
j. Tidak merokok dalam rumah.
B. Pengertian Perilaku
Perilaku menurut Skinner (1938), yang dikutip Notoatmodjo (2003), adalah hasil
hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons).
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Lawrence Green faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ada 3 faktor utama
(Notoatmodjo, 2007), yakni :
1. Faktor predisposisi (predisposing faktor). Faktor-faktor predisposisi adalah faktor-faktor
yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor
ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling faktor). Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada
hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-
faktor ini disebut juga faktor pendukung. Misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit,
tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing faktor). Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang
mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi
faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas
termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik
dari pusat maupun dari pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.

C. Proses Terjadinya Perilaku


Peneliti Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interns, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluating (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus pada dirinya). Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.

D. Tujuan PHBS
1. Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor,
media massa, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh
masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah
tangga.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS dan berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Sasaran PHBS dalam tatanan rumah tangga
adalah seluruh anggota keluarga, yaitu : pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu
menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak (Depkes RI, 2011).

E. Manfaat PHBS
1. Bagi Keluarga
1) Menjadikan anggota keluarga lebih sehat dan tidak mudah sakit.
2) Anggota keluarga lebih giat dalam bekerja.
3) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan, dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
2. Bagi Masyarakat
1) Mampu mengupayakan lingkungan sehat
2) Mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
3) Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4) Mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
seperti posyandu, tabungan ibu bersalin (Tabulin), arisan jamban, dan ambulan
desa.
F. Kriteria Penilaian PHBS
Dalam penilaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) indikator Nasional
ditambah indikator lokal spesifik dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-
masing Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Maka telah dikembangkan menjadi 16
indikator dalam 4 variabel meliputi, variabel KIA dan Gizi, variabel KesLing
(Kesehatan Lingkungan), variabel gaya hidup, dan variabel upaya kesehatan masyarakat
yaitu sebagai berikut :
1.KIA dan Gizi
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2) Memeriksakan kehamilan minimal 4x.
3) Bayi diberi ASI eksklusif.
4) Menimbang bayi dan balita setiap bulan.
5) Gizi.
2. KesLing (Kesehatan Lingkungan)
1) Menggunakan air bersih.
2) Menggunakan jamban Sehat.
3) Membuang sampah pada tempatnya.
4) Menggunakan lantai rumah kedap air.
3. Gaya Hidup
1) Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
2) Tidak merokok dalam rumah.
3) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
4) Kesehatan gigi dan mulut.
5) Tidak Miras dan Narkoba.
4. Upaya Kesehatan Masyarakat
1) Dana Sehat.
2) PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
3) Dari hasil pencapaian indikator tersebut, dapat ditentukan nilai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai berikut :
1. Sehat Pratama : 0-5
2. Sehat Madya : 6-10
3. Sehat Utama : 11-15
4. Sehat Paripurna: 16
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan esensi dan hak azasi
manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terkait hal tersebut,
kualitas manusia secara komprehensif diukur berdasarkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang merupakan indikator gabungan dari segi ekonomi, pendidikan,
dan kesehatan. Indikator derajat kesehatan masyarakat diukur dari Umur Harapan
Hidup (UHH) yang terkait erat dengan angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan
status gizi bayi dan balita (Kemenkes, 2013)

G. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
behavior) (Notoatmodjo, 2007).

H. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu “Tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan
sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami artinya sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu
objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi ataupun kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam sruktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi
yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kreteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kreteria-kreteria yang telah ada
I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Umur
Umur menurut Hurlock E.B yang dikutip Nursalam (2003), adalah usia
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup
usia tingkat kematangan dan kemampuan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja, usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena dengan
bertambahnya usia biasanya lebih dewasa pula intelektualnya.
2. Pendidikan
Sampai saat ini pendidikan memegang peranan penting pada setiap perubahan
perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dengan tingginya pendidikan yang
ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang bertambah, sehingga mudah
dalam menerima atau mengadopsi perilaku baru.
3. Pengalaman
Pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
4. Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan
dengan pengetahuan bertambah seseorang akan merubah perilaku.
5. Media massa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa
yang dapat mempengaruhi masyarakat tentang inovasi baru.
6. Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran, apakah yang
dilakukan baik atau buruk, dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
7. Jenis Kelamin
Jenis kelamin berkaitan dengan perilaku model bahwa individu melakukan model
sesuai dengan jenis kelaminnya.
8. Pekerjaan
Menurut Thomas (1996), yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
kebaikan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya menyita waktu sehingga dapat mempengaruhi hal-hal
lain termasuk juga di dalam mengetahui sesuatu di luar pekerjaannya.

J. Cara Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), cara memperoleh pengetahuan yaitu:
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
b. Cara kekuasaan (Otoritas)
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin atau pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan
berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang di kemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi
penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626),
kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk
melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah
K. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain
saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama
(Kontjaraningrat, 1990).
Menurut Soerdjono Soekanto, (1982). Masyarakat atau komunitas adalah menunjuk
pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatau wilayah (dalam arti geografi)
dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih
besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami teritorial tertentu dan
adanya sifat-sifat yang saling tergantung, adanya pembagian kerja dan kebudayaan
bersama (Iaver, 1957).
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan berpikir tentang dirinya sebagai
satu kesetuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton, 1936).

L. Ciri-ciri Masyarakat
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Interaksi
Di dalam masyarakat terjadi interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial
yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara perseorangan, antara kelompok-
kelompok maupun antara perseorangan dengan kelompok, untuk terjadinya interaksi
sosial harus memiliki dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
2. Wilayah Tertentu
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu
keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik di dalam ruang lingkup
yang kecil seperti RT/RW, desa kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, dan
Negara.
3. Saling Ketergantungan
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling tergantung
satu dengan lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota
masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-
masing. Mereka hidup saling melengkapi, saling memenuhi agar tetap berhasil dalam
kehidupannya.
4. Adat Istiadat dan Kebudayaan
Adat istiadat dan kebudayaan diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan
bermasyarakat, yang mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara
berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, apakah itu dalam
perkawinan, kesenian, mata pencaharian, sistem kekerabatan dan sebagainya.
5. Identitas
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh anggota
masyarakat lainnya, hal ini penting untuk menopang kehidupan dalam bermasyarakat
yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa lambang-lambang bahasa, pakaian,
simbol-simbol tertentu dari perumahan, benda-benda tertentu seperti alat pertanian,
mata uang, senjata tajam, kepercayaan dan sebagainya.
Masyarakat Indonesia dilihat dari struktur sosial dan kebudayaannya dapat dibagi
dalam 3 kategori dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Masyarakat Desa
a. Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.
b. Hubungan didasarkan kepada adat istiadat yang kuat sebagai organisasi sosial.
c. Percaya kepada kekuatan-kekuatan gaib.
d. Tingkat buta huruf relatif tinggi.
e. Berlaku hukum tidak tertulis yang intinya diketahui dan dipahami oleh setiap
orang.
f. Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan keterampilan
diwariskan oleh orang tua langsung kepada keturunannya.
g. Sistem ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dan sebagian kecil dijual di pasaran untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Dan
uang berperan sangat terbatas.
h. Semangat gotong royong dalam bidang sosial dan ekonomi sangat kuat.
2. Masyarakat Madya
a. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan mulai
mengendor.
b. Adat istiadat masih dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh
luar.
c. Timbul rasionalitas pada cara berfikir, sehingga kepercayaan terhadap kekuatan-
kekuatan gaib mulai berkurang dan akan timbul kembali apabila telah kehabisan
akal.
d. Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan dasar
dan menengah.
e. Tingkat buta huruf sudah mulai menurun.
f. Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah pada produksi pasaran, sehingga
menimbulkan deferensiasi dalam struktur masyarakat karenanya uang semakin
meningkat penggunaannya.
h. Gotong royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial dikalangan keluarga
dan tetangga. Dan kegiatan-kegiatan umum lainnya didasarkan upah.
3. Masyarakat Modern
a. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
b. Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling
pengaruh mempengaruhi.
c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang dapat
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga kerampilan dan kejuruan.
e. Tingkat pendidikan formal dan merata.
f. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
g. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan
uang dan alat pembayaran lainnya.

M. Tipe-tipe Masyarakat
Menurut Gilin lembaga masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Perkembangan
a. Cresive Institution
Lembaga masyarakat yang paling primer, merupakan lembaga-lembaga yang
secara tidak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat, misalnya yang
menyangkut hak kepemilikan, perkawinan, agama, dan sebagainya.
b. Enacted Institution
Lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu,
misalnya yang menyangkut lembaga utang piutang, lembaga perdagangan, pertanian,
pendidikan yang kesemuanya berakar kepada kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakat. Pengalaman-pengalaman dalam melaksanakan kebiasaan-kebiasaan
tersebut disistematisasi, yang kemudian dituangkan kedalam lembaga-lembaga yang
disahkan oleh negara.
2. Sistem Nilai yang Diterima Oleh Masyarakat
a. Basic Institution
Lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, diantaranya keluarga, sekolah-
sekolah yang dianggap sebagai institusi dasar yang pokok.
b. Subsidiary Institution
Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang muncul tetapi dianggap kurang
penting, karena untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja. Misalnya
pembentukan panitia rekreasi, pelantikan/wisuda bersama dan sebagainya.
3. Penerimaan Masyarakat
a. Approved atau Social Sanctioned Institution
Lembaga yang diterima oleh masyarakat seperti sekolah, perusahaan, koperasi,
dan sebagainya.
b. Unsanctioned Institution
Lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat, walaupun
kadang-kadang masyarakat tidak dapat memberantasnya. Misalnya kelompok
penjahat, pemeras, pelacur, gelandangan, dan pengemis.
4. Penyebaran
a. General Institution
Lembaga masyarakat didasarkan atas faktor penyebarannya. Missalnya
agama karena dikenal hampir semua masyarakat dunia.
b. Restricted Institution
Lembaga-lembaga agama yang dianut oleh masyarakat tertentu saja. Misalnya
Bhudha banyak dianut oleh muangthai, Vietnam, Kristen katolik banyak dianut
oleh masyarakat Italia, Prancis, Islam oleh masyarakat Arab dan sebagainya.
5. Fungsi
a. Operative Institution
Lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti lembaga
industri.
b. Regulative Institution
Lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang
tidak menjadi bagian mutlak daripada lembaga itu sendiri. Misalnya lembaga
hukum diantaranya kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.

N. PENGERTIAN GOTONG ROYONG


Kata 'gotong royong' berarti bekerja bersama-sama (tolong- menolong, bantu-
membantu) sedang kata 'kerja bakti' artinya kerja tanpa imbalan jasa (kamusbesar.com).
Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan
bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan
ringan.
a. Manfaat Kegotong Royongan
Salah satu sifat bangsa indonesia yang sangat menunjang kehidupan
bermasyarakat adalah kekeluargaan dan gotong royong yang tumbuh bersama karena
banyak mengandung nilai luhur. Oleh karenanya perlu ditumbuh kembangkan sesuai
dengan situasi dan kondisi masing-masing dan yang paling penting dalam gotong
royong adalah tersirat rela berkorban tanpa pamrih, rasa saling membantu,
mengutamakan kepentingan bersama / kepentingan umum dan rasa senasib. Dengan
demikian manfaat gotong royong itu antara lain :
1. Mempererat tali persaudaraan
2. Memperkukuh persatuan dan kesatuan
3. Membantu umat manusia yang membutuhkan bantuan atau pertolongan
4. Mendorong timbulnya semangat kekeluargaan
5. Dapat meringankan pekerjaan yang berat menjadi ringan dan cepat
terselesaikan
6. Dapat memupuk kehidupan bermasyarakat, berbagsa dan bernegara
7. Menumbuhkan solidaritas dan kebersamaan
8. Menghemat waktu dan tenaga produktivitas kerja
9. Meningkatkan produktifitas kerja
b. Nilai-Nilai Dalam Gotong Royong
1. Meringankan beban pekerjaan yang harus ditanggung
Semakin banyak orang yang terlibat dalam usaha membangun atau
membersihkan suatu lingkungan, maka akan semakin ringan pekerjaan dari
masing-masing individu yang terlibat di dalamnya. Selain meringankan pekerjaan
yang harus ditanggung oleh masing-masing individu, gotong royong juga
membuat sebuah pekerjaan menjadi lebih cepat untuk diselesaikan. Artinya,
gotong royong dapat membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Menumbuhkan sikap sukarela, tolong-menolong, kebersamaan, dan kekeluargaan
antar sesama anggota masyarakat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, gotong royong memiliki nilai-
nilai yang menjadikan gotong royong menjadi budaya yang sangat baik untuk
dipelihara. Gotong royong dapat menumbuhkan sikap sukarela, tolong-menolong,
kebersamaan, dan kekeluargaan antar sesama anggota masyarakat. Masyarakat
yang mau melakukan gotong royong akan lebih peduli pada orang-orang yang ada
di sekitarnya. Mereka rela untuk saling berbagi dan tolong menolong. Masyarakat
juga dapat lebih “guyup” karena gotong royong menjaga kebersamaan dan
kekeluargaan antar sesama anggota yang ada di masyarakat.
3. Menjalin dan membina hubungan sosial yang baik dan harmonis antar warga
masyarakat
Lingkungan yang harmonis akan menyehatkan masyarakatnya. Ketika ada
satu anggota masyarakat yang kesulitan, maka anggota masyarakat lain akan sigap
memberikan pertolongan. Hubungan sosial yang baik dan harmonis seperti ini
dapat dibangun jika masyarakat mau malakukan kegiatan gotong royong. Gotong
royong dapat menumbuhkan hubungan sosial yang baik pada masyarakat. Sebagai
akibatnya, hubungan antaranggota masyarakat pun akan semakin harmonis.
4. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional
Dalam skala yang lebih besar, gotong royong dapat meningkatkan rasa persatuan
dan kesatuan nasional. Masyarakat yang sudah solid di tingkat RT atau RW akan
mampu menjalin persatuan yang lebih besar lagi dalam skala nasional. Gotong
royong mampu menyadarkan masyarakat jika kita semua berada di tanah air yang
sama, sehingga sikap persatuan dan kesatuan yang ada juga harus diwujudkan dari
Sabang sampai Merauke, yakni pada seluruh daerah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan (2011). Laporan Akhir Hasil Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2011.
Dinas Kesehatan (2013). Profil Kesehatan Profensi Jawa Timur Tahun 2013.
Dinas Kesehatan (2014). Data Dan Informasi Kesehatan Profensi Jawa Timur tahun 2014.
Effendi Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Erna Irawati, Wahyuni. Gambaran Karakteristik Keluarga Tentang Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga Di Desa Karangasem Wilayah
Kerja Puskesmas Tanon II Sragen. Jurnal,Vol. 8, No. 2 Agustus 2011.
Fitriani Gustia Ningsih dan Jonyanis. Perilaku Hidup Besih Dan Sehat Dalam Rumah
Tangga (PHBS) Pada Masyarakat Desa Gunung Kesiangan, Kecamatan Benai Kabupaten
Kuantan Singingi. Jurnal. Jom FISIP Volume 15, Oktober 2014.
Kamria, Dkk. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan
Jamban Keluarga Di Desa Bontotallasa Dusun Makuring Kabupaten
Maros. Jurnal. Volume 9 Tahun 2013.
Kementrian Kesehatan RI (2013), Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Kesehatan
Tahun 2013.
Kementrian Kesehatan RI (2014). Pusat Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan Tahun
2014.
Kontjaraningrat, 1990. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Notoadmojo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Cetakan kedua. Jakarta: Renika Cipta
Notoadmojo, 2007. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta
Nursalam, 2003. Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Selemba Medika.
Nursalam, 2011. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika

Anda mungkin juga menyukai