Pengertian
Hemofilia adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius,
berhubungan dengan defisiensi faktor VII, IX atau XI. Biasanya hanya terdapat pada
pada anak laki-laki, terpaut kromosom X dan bersifat resesif.(Perkapita Selekta Jilid
2)
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah congenital karena anak kekurangan factor
pembekuan VIII (hemofilia A) atau factor IX (Hemofilia B atau penyakit chritmas).
(Cacily L. Betz & Linda A. Sowden)
Klasifikasi
• Hemofilia A
• Hemofilia B
Terjadi karena defisiensi factor IX. Faktor IX diproduksi hati dan merupakan salah
satu factor pembekuan dependen vitamin K.
Etiologi
Patofisiologi
Keadaan ini adalah penyakit congenital yang diturunka oleh gen resesif X-linked dari
pihak ibu. Factor VIII dan factor IX adalah protein plasma yang merupakan
komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah. Fakto-faktor tersebut diperlukan
untuk pembentukan untuk pembekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemofilia
berat terjadi bila konsentrasi factor VIII dan IX plasma antara 1% dan 5% dan
hemofilia ringan terjadi bila konsentrasi plasma antara 5% dan 25% dari kadar
normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada umur anak dan hebatnya defisiensi
factor VIII dan IX. Hemofilia berat ditandai perdarahan kambuhan, timbul spontan
atau setelah trauma yang relatif ringan. Tempat perdarahan paling umum adalah di
dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu dan pangkal paha. Otot yang
paling sering terkena adalah heksor lengan bawah, gastroknemius dan iliopsoas.
• Perdarahan terjadi pada periode neonatal (karena factor VIII tidak melewati
plasenta)
• Kelainan diketahui setelah tindakan sirkumsisi atau suntikan.
• Pada usia anak-anak sering terjadi memar atau hematom.
• Laserasi kecil (luka di lidah atau bibir)
• Gejala khasnya : hematrosis (perdarahan sendi) yang nyeri dan menimbulkan
keterbatasan gerak.
• Persendian yang bengkak, nyeri atau pembengkakan pada tungkai atau lengan
(terutama lutut atau siku) bila perdarahan terjadi.
• Perdarahan hebat karena luka potong yang kecil.
• Darah dalam urin (kadang-kadang).
Komplikasi
Penatalaksanaan
• Pada hemofilia A
Penatalaksanaan secara umumperlu dihindari trauma, pada masa bayi lapisi tempat
tidur dan bermain dengan busa. Awasi anak dengan ketat saat belajar berjalan. Saat
anak semakin besar perkenalkan denga aktivitas fisik yang tidak beresiko trauma.
Hindari obat yang mempengaruhi fungsi platelet dan dapat mencetuskan perdarahan
(seperti : aspirin). Therapy pengganti dilakukan dengan memberikan kriopresipitat
atau konsentrat factor VIII melalui infus.
• Pada hemofili B
Bila ada perdarahan dalam sendi harus istirahat di tempat tidur dan dikompres dengan
es. Untuk menghilangkan rasa sakit diberi aspirin (biasanya 3-5 hari perdarahan dapat
dihentikan) lalu diadakan latihan gerakan sendi bila otot sendi sudah kuat dilatih
berjalan.
c. Uji fungsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati
penyakit hati. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), Serum Glutamic
Oxaloacetic Tansaminase (SGOT), Fosfatase alkali, bilirubin.
Pengkajian
a. TTV
• Nadi
• Pernafasan
b. Tampilan Umum
c. Kulit
d. Abdomen
• Pembesaran hati
• Pembesaran limpa
e. Kaji anak terhadap perilaku verbal dan non verbal yang mengindikasikan nyeri.
f. Kaji tempat tempat terkait untuk menilai luasnya perdarahan dan luasnya kerusakan
sensori, saraf dan motoris.
g. Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri (missal : menyikat
gigi).
Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan. 1
Intervensi :
Diagnosa keperawatan. 2.
Tujuan :
Kulit dan jaringan pasien tetap utuh dan tidak menunjukan memar dan bengkak.
Intervensi :
• Inspeksi kulit pasien sedikitnya 4 jam, waspadai memar, area tertekan dan bengkak.
• Berikan es atau tekanan di atas sisis perdarahan intradermal untuk meningkatkan
vasokontriksi.
• Tangani pasien dengan perlahan untuk meminimlkan resiko trauma jaringan.
• Bantu pasien untuk melekukan latihan rentang gerak setiap hari untuk meningkatkan
mobilitas sendi dan perfusi ke jaringan.
• Bantu pasien ambulasi jika ditoleransi untuk meningkatkan sirkulasi ke jaringan.
Diagnosa Keperawatan. 3
Tujuan :
Intervensi :
Diagnosa keperawatan. 4
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan factor : perdarahan faktor kontrol
sekunder terhadap hemofilia.
Tujuan :
Mobilitas sendi normal, tidak ada memar, tidak ada defisit neurologis permanen.
Intervensi :
• Pantau status neurologis terdeteksi, misalnya : sakit kepala, mual, muntah, ketidaktepatan
afek, kerusakan memori, perubahan tingkat kesadaran.
• Beri factor pembekuan yang ditentukan dan elevasi keefektifannya.
• Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler atau fowler.
2. Untuk hemartrosis :
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada pasien hemofilia dengan melihat tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditentukan sebelumnya.
Daftar Pustaka