1.Pengertian
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau
saluran empedu (duktus koledekus) atau keduanya. (muttaqin, 2011).
Kolelitiasis adalah batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandungan empedu
dari unsur-unsue padat yang membentuk cairan empedu. (suzane c. Smeltzer,
2002).
Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat batu empedu didalam
kandung empedu (visika felea) dan unsur-unsur padat yang membentuk cairan
empedu yang memiliki ukuran bentuk dan komposisi yang bervariasi. (brunner &
suddarth, 2001).
Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Bat
u kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu
material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu. Batu empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung emped
u atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu
disebut kolelitiasis, sedangkan
batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis (Nucleus Precise Newslette
r, edisi 72,
2011).
2. Etiologi
Belum begitu jelas apa sebenarnya yang menjadi penyebab terbentuknya batu
empedu, namun telah diketahui bahwa batu empedu terjadi oleh karena hal-hal sebagai
berikut:
1.Cairan Empedu yang mengandung kolesterol tinggi.
Normalnya, cairan empedu mengandung bahan kimia yang cukup untuk melarutkan
kolesterol yang diekskresikan oleh hati. Tapi jika jumlah kolesterol terlalu banyak daripada
kemampuan empedu untuk melarutkannya, maka kolesterol berlebih dapat membentuk
menjadi kristal dan akhirnya menjadi batu (Batu empedu kolesterol). Ini merupakan jenis
batu empedu terbanyak.
2.Cairan Empedu yang mengandung terlalu banyak bilirubin.
Bilirubin adalah zat kimia yang dihasilkan dari sel darah merah yang rusak. Kondisi
tertentu pada hati ada yang menyebabkan terlalu banyak produksi bilirubin, termasuk
sirosis hati, infeksi saluran empedu dan kelainan darah tertentu. Kelebihan bilirubin
berkontribusi dalam pembentukan batu empedu (Batu empedu pigmen).
Demam tinggi.
Sakit kuning
Diare.
Linglung.
4. Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu
yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkemban
g karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah
yang terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersat
urasi empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosf
olipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara
normal kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu diperta
hankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral
kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin.
Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau te
rjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapa
n kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari l
arutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada ting
kat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang l
epas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengk
ristalan. (Schwartz S 2000).
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bil
irubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi norma
l akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim gl
okuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau
tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan pre
sipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak t
erkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan
terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu emp
edu tapi ini jarang terjadi.
Presipitasi / pengendapan
Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi
5. Penatalaksanaan Diagnostik
Tes laboratorium :
prosedur diagnostik)
6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan
untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui
ductus duodenum.
7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras
sistim billiar.
9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan operatif
1) Kolesistektomi : Bandung empedu dibuka, batu dan cairan empedu
dikeluarkan. Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan
dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah,
cairan serosanguinus dan getah empedu.
2) Koledosistotomi : insisi pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batu
b. Penatalaksanaan instrumentatif
1) ESWL (Extra Corporeal Shock Wave Litotripsi) : memecah batu dengan
gelombang kejut
2) ERCP (Ekstra Corporeal Reseksi Colangio Prosedur) : memotong
serabut mukosa spikter addi sehingga spinkter terbuka.
c. Penatalaksanaan konservatif
1) Dengan pengobatan simtomatik : antibiotic, anti emetic, vit K
2) Diet rendah lemak
3) Pemberian obat Urodoksikolat (pelarut batu )
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Meredakan nyeri
b. Memperbaiki status nutrisi
c. Pengaruran diet TKTP, rendah lemak
d. Support Mental pada pre operasi
KONSEP ASKEP
1.Pengkajian
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan .
Data yang dikumpulkan meliputi :
a.Identitas
Kolelitiasis merupakan batu pada kandung empedu yang banyak terjadi pada
individu yang berusia di atas 40 tahun dan semakin meningkat pada usia 75 tahun.
Dan wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan
dengan pria.
b.Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran
kanan atas, dan mual muntah.
Klien sering mengalami nyeri di ulu hati yang menjalar ke punggung , dan
bertambah berat setelah makan disertai dengan mual dan muntah.
b.Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi.
d.Riwayat psikososial
e.Riwayat lingkungan
2. Pemeriksaan fisik
1.Keadaan Umum
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada penyakit
ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi
pembengkakan pada kandung empedu.
3.Pola aktivitas
1.Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2. Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran
bedrest
3.Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
4. Aspek penunjang
5. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Pasien mengeluh Sumbatan empedu / Nyeri
nyeri di daerah ulu hati koleltiasis
DO : nyeri tekan di
epigastrium
Aliran balik cairan
empedu ke hepar
Nyeri
DS : - Penurunan peristaltik Penurunan volume cairan
DO : pasien lemah, mata karena efek kolelitiasis
cowong, turgor kulit buruk
Makanan tertahan di
dalam lambung
Mual / muntah
Mual / muntah
Arif muttaqin dan kumala sari, 2011 Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah.
Brruner & suddarth, 2001 Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Dongoes. M.E, 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Harisson. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Vol 4. Jakarta : EGC