Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 3, No.

2, September 2017
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG


LEPTOSPIROSIS DI LINGKUNGAN II KELURAHAN
PEKAN LABUHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN
Paskah Rina Situmorang
Prodi D-III Keperawatan, STIKes Imelda, Jalan Bilal Nomor 52 Medan
E-mail: paskahsitumorang85@gmail.com

ABSTRAK
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama leptospira. Umumnya bakteri
ini terdapat pada kotoran dan kencing hewan, salah satunya adalah tikus. Jadi sangat memungkinkan
sekali ketika terjadi banjir, kencing tikus yang terjangkit bakteri leptospirapun juga ikut tersebar, dan
masyarakat akan beresiko terkena penyakit tersebut. Kurangnnya Pengetahuan Masyarakat Tentang
Leptospirosis, serta rendahnya kondisi lingkungan , dan kurangnya kebersihan lingkungan. Sehingga
penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai Pengetahuan Masyrakakat Tentang Leptospirosis di
Lingkungan IV Kelurahan PekanLabuhanKecamatan Medan Labuhan, populasi adalah Keseluruhan
sumber penelitian yang diteliti. Dengan jumlah sampel sebanyak 82 responden. Penelitian ini dilakukan
pada priode Maret-Mei 2016 yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui Gambaran
Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengetahuan Leptospirosis di Lingkungan IV Kelurahan
PekanLabuhanKecamatan Medan Labuhan. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa mayoritas
berpengetahuan cukup sebanyak 29 responden (30,4), berpengetahuan kurang sebanyak 28 responden
(35,6%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 25 responden (34%). Berdasarkan umur
mayoritas berumur 40-44 tahun sebanyak 20 responden (24,4%) dan minoritas berumur 20-24 tahun
sebanyak 15 responden (18,3%). Berdasarkan pendidikan mayoritas SMP sebanyak 23 responden (28%),
dan minoritas S1 sebanyak 18 responden (22%). Berdasarkan pekerjaan mayoritas bekerja sebagai
wiraswasta sebanyak 24 responden (29,3%), dan minoritas bekerja sebagai petani sebanyak 17
responden (20,7%). Berdasarkan sumber informasi mayoritas tenaga kesehatan sebanyak 26 responden
(30,5%), dan minoritas media cetak sebanyak 16 responden (19,5%). Berdasarkan hasil penelitian maka
perlu disarankan untuk lebih banyak memberikan informasi Tentang Leptospirosis kepada Masyarakat.

Kata kunci: Pengetahuan, Masyarakat, Leptospirosis.

PENDAHULUAN 1915 Inada menemukan penyebab


Leptospirosis adalah penyakit yang leptospirosis adalah Spirochaeta
disebabkan oleh bakteri yang bernama icterohemorrhagiae. (Widoyono, 2008).
leptospira. Umumnya bakteri ini terdapat Bakteri leptospira yang bisa
pada kotoran dan kencing hewan, salah menyebabkan penyakit leptospirosis ini dapat
satunya adalah tikus. Jadi sangat masuk ke tubuh manusia melalui luka yang
memungkinkan sekali ketika terjadi banjir, terbuka dan juga makanan yang terkena
kencing tikus yang terjangkit bakteri bakteri tersebut. Berhati-hatilah apabila
leptospirapun juga ikut tersebar, dan mempunyai luka disekitar kaki yang mudah
masyarakat akan beresiko terkena penyakit terkena air banjir, karena ada kemungkinan
tersebut. (Rusmini, 2011). air banjir tersebut sudah tercampur kotoran
Leptospirosis adalah infeksi akut yang tikus yang bercampur leptospira. Bahaya dari
disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit bakteri leptospira jangan dianggap remeh,
ini disebut juga Weil disease, Canicola fever, karena jika bakteri tersebut sampai
Hemorrhagicjaundice, Mud fever atau menginfeksi otak manusia, leptospirosis bisa
Swineherd disease. Pada tahun 1886 Adolf menyebabkan kematian. (Sylvia, 2008).
Weil pertama kali melaporkan penelitian Kasus leptospirosis pertama pada
tentang penyakit ini. Ia menemukan bahwa manusia digambarkan pada tahun 1889
penyakit ini menyerang manusia dengan sebagai penyakit berat yang disertai ikterus,
gejala demam, ikterus, pembesaran hati dan dan disebut sebagai penyakit Weil. Akan
limfa, serta kerusakan ginjal. Pada tahun tetapi, sebagian besar kasus leptospirosis

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 145
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 3, No. 2, September 2017
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
pada manusia bersifat non-ikterik dan tidak pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat
mengancam nyawa. Organisme penyebabnya mendasar yang tidak secara rutin melaporkan
pertama kali dilihat oleh Stimson pada tahun banyak menyebab kematian. Perubahan
1907, pada sediaan potongan jaringan ginjal iklim, termasuk peningkatan kejadian banjir
dari penderita yang meninggal pada wabah diseluruh dunia, membuat kemungkinan
yellow fever, dan berhasil diabaikan pada kejadian leptospirosis global akan meningkat.
tahun 1915 oleh inada. (Sylvia, 2008). WHO percaya angka kematian leptospirosis
Leptospirosis merupakan zoonosis yang mungkin antara 5% sampai 25% dari pasien
paling banyak tersebar diseluruh dunia, yang terinfeksi. Ini tidak berarti bahwa orang
kecuali daerah kutub. Sejumlah 300.000 yang terinfeksi dengan akses pelayanan
sampai 500.000 kasus leptospirosis berat kesehatan yang dapat memiliki resiko yang
terjadi setiap tahun. Di Amerika Serikat sama (Rusmini, 2011).
ditemukan sebanyak 50 sampai 150 kasus WHO memberi perhatian khusus
leptospirosis setiap tahun, khususnya di terhadap leptospirosis oleh karena saat ini
Hawaii prevalensi leptospirosis sangat tinggi prevalensinya yang masih tinggi diberbagai
karena lingkungan (sungai dan tanah) sering daerah dan dapat menyebabkan kematian
terkontaminasi dengan urin tikus. Angka secara mendadak (penyakit akut). Penularan
insidensi leptospirosis di New Zaeland antara leptospirosis yang terjadi dibeberapa Wilayah
tahun 1990 hingga 1998 sebesar 44 per merupakan simbul buruknya sanitasi, sumber
100.000 penduduk. Angka insidensi tertinggi air yang tercemar, perilaku hidup sehat yang
terjadi pada pekerja yang berhubungan rendah, kondisi perumahan yang dibawah
dengan daging, sebesar 163,5 per 100.000 standar dan persistennya rodent penyebar
penduduk, peternak sebesar 91,7 per 100.000 leptospira. (Rusmini, 2011).
penduduk, dan pekerja yang berhubungan Di Indonesia, leptospirosis merupakan
dengan hutan sebesar 24,1 per 100.000 NIDs yang prevalensinya tinggi, namun
penduduk (Rusmini, 2011). penanggulangan dan pencegahannya masih
Leptospirosis umumnya terjadi pada terbatas pada pengobatan penderita dan
petani dan peternak serta para pekerja yang penyuluhan, sedangkan pemberantasan
berhubungan dengan hutan dan air, namun reservoir belum dilaksanakan secara terpadu.
dengan meningkatnya populasi global, Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
frekuensi perjalanan dan mudahnya diantaranya ketidaktahuan masyarakat
transportasi domestik maupun manca negara, mengenai leptospirosis, kurangnnya dana,
perubahan teknologi kesehatan dan produksi kurangnya kebijakan pemerintah mengenai
makanan, perubahan pola hidup dan tingkah pemberantasan ditingkat lokal. Oleh karena
laku manusia, pengembangan daerah baru populasi miskin yang terinfeksi leptospira
sebagai hunian manusia, maka pola adalah populasi yang dipandang “kurang
penyebaran leptospirosis dapat lebih luas. penting” (Rusmini, 2011).
Menurut badan kesehatan dunia (Wold Menurut DepKes RI, alasan utama
Heald Organizatipon) 2003, leptospirosis sulitnya diagnosis klinis leptospirosis
menjadi masalah didunia karena angka disebabkan oleh gejala leptospirosis yang
kejadian yang dilaporkan yang rendah bervariasi dan mudah dibingungkan dengan
disebagian besar negara, oleh karena banyak penyanyit lain yang mewabah pada
kesulitan dalam diagnosis klinis dan tidak area dan kondisi yang sama, sehingga sering
tersedianya alat diagnosis, sehingga kejadian terjadi misdiagnosis. Di Indonesia kasus berat
pasti tidak dapat diketahui, walaupun leptospirosis belum dilaporkan secara benar
demikian didaerah tropik yang basah dari laporan rumah sakit, sedangkan kasus
diperkirakan terdapat kasus leptospirosis ringan sering terlewatkan diagnosisnya.
sebesar 10-30 per 100.000 penduduk per Insidensi leptospirosis di negara
tahun. (Rusmini, 2011). beriklim tropis lebih banyak 1000 kali
Tingkat kematian penyakit ini sulit dibandingkan kejadian leptospirosis dinegara
dihitung, karena leptospirosis cenderung subtropis dengan resiko penyakit yang lebih
terjadi dibeberapa bagian dunia dengan berat. Di negara tripis dengan suhu udara

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 146
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 3, No. 2, September 2017
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
harian rata-rata < 22°C, kelembaban tinggi. leptospirosis, sembilan orang diantaranya
60%, curah hujan yang tinggi, serta pH meninggal dunia.
alkalis (>7) merupakan iklim yang cocok Hasil spot survey kejadian leptospirosis
untuk perkembangan bakteri leptospira, Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah
sehingga banyak ditemukan kasus (2005), menunjukkan bahwa trop success
leptospirosis, dengan insiden berkisar antara (keberhasilan penangkapan) di Kabupaten
10-100 tiap 100.000 penduduk per tahun. Demak 93,85% di kota Semarang 74,62%
Sedangkan dinegara subtropis infeksi dan Kabupaten Klaten 58,33%. Umumnya
leptospira jarang ditemukan, dengan insiden trap succes di habitat rumah sebesar 7% dan
berkisar antara 0,1-1,0 tiap 100.000 kebun 2% angka trap success di daerah
penduduk per tahun. endemik leptpospirosis di Jawa Tengah
Menurut Internasional Leptospirosis mengindikasikan kepadatan relatif tikus di
Society (ILS) saat ini Indonesia merupakan daerah tersebut tinggi (Rusmini, 2011).
salah satu negara tropis dengan kasus Penyakit leptospirosis pada dasarnya
kematian leptospirosis relatif tinggi,yaitu merupakan infeksi pada hewan. Infeksi yang
berkisar antara 2,5%-16,45% atau rata-rata terjadi pada manusia terjadi secara kebetulan,
7,1% dan termasuk peringkat tiga dunia setelah kontak dengan air atau bahan lain
untuk mortalitas. Case fatality Rate (Angka yang tercemar kotoran hewan hospes. Tikus,
kematian) ini dapat lebih tinggi hingga mencit, rodensia liar, anjing, babi, dan ternak
mencapai 56% apabila penderita leptospirosis sapi merupakan sumber utama infeksi pada
telah berusia lebih dari 50 tahun serta manusia. Hewan ini mengeluarkan bakteri
terlambat mendapatkan pengobatan. leptospira didalam urin atau feses, selama
Menurut Departemen Kesehatan penyakitnya aktif maupun pada fase
Republik Indonesia, pasca banjir di Jakarta pembawa (carrier) yang asimtomatik.
pada bulan februari tahun 2007, ditemukan Bakteri leptospira tetap hidup pada air
sebanyak 103 pasien di diagnosa menderita tergenang selama beberapa minggu. Ketika
leptospirosis dan 21 kasus diantaranya telah orang meminum air tersebut, berenang atau
meninggal dunia, dengan CFR (care fatality mandi didalamnya, atau mengonsumsi
rate) sebesar 20%. Sedangkan pasca banjir makanan yang tercemar, maka dapat timbul
pada bulan februari 2009 di Jakarta, infeksi pada orang tersebut. Orang yang
dilaporkan ada dua penderita yang meninggal sering kontak dengan air yang tercemar oleh
dunia akibat terinfeksi bakteri leptospira, tikus (misalnya pekerja tambang, pekerja
dengan CFR sebesar 11,11%. saluran pembuangan limbah rumah tangga,
Pada tahun 2005 di provinsi Jawa petani, nelayan) mempunyai resiko terbesar
Tengah telah terjadi Kejadian Luar Biasa untuk terinfeksi. Anak-anak lebih sering
(KLB) leptospirosis di kota Semarang, mendapatkan infeksi melalui anjing, bila
Kabupaten Demak dan Purworejo serta dibandingkan dengan orang dewasa.
Klaten. Di Kota Semarang pada tahun 2002 Seseorang yang dicurigai leptospirosis
dilaporkan tiga kasus dengan satu orang maka pemeriksaan laboratorium urin dan
diantaranya meninggal dunia, dengan CFR darahnya menunjukkan hasil abnormal.
=33,33%. Selanjutnya pada tahun 2003 Fungsi hati dan ginjal terganggu, selain dari
dilaporkan terdapat 12 kasus leptospirosis sel darah putih menurun. Memang bisa juga
dengan dua orang meninggal dunia dilakukan pembiakan kuman dari urin, darah,
(CFR=16,6%, sedangkan pada tahun 2004 atau cairan otak. Gejala leptospirosis menjadi
meninggal ditemukan sebanyak 37 penderita lebih berat jika tidak diobati atau obatnya
diantaranya meninggal dunia (CFR=35,14%). salah alamat. Selain komplikasi ke hati
Pada tahun 2007 di Jawa Tengah menimbulkan gejala penyakit kuning,
terdapat 66 orang didiagnosa menderita komplikasi ke selaput otak menimbulkan
leptospirosis, enam orang diantaranya gejala nyeri kepala, kejang-kejang dan
meninggal dunia (CFR=9,09%). Tahun 2009 penurunan kesadaran. Komlikasi ke ginjal
di Jawa Tengah dilaporkan 219 kasus umumnya bersifat fatal. Angka kematian
kepatalan penyakit leptospirosis mencapai

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 147
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 3, No. 2, September 2017
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
50% artinya 5 dari setiap 100 kasus bisa melengkapi referensi di perpustakaan D-
tewas. (Rusmini, 2011). III Keperawatan Imelda Medan Tentang
Kebersihan perorangan menentukan Leptospirosis.
terjangkit tidaknya seseorang ditengah 2. Masyarakat
ancaman lingkungan rumah sehabis banjir. Sebagai sumber informasibagi
Jika tangan tidak dibasuh sebelum memegang masyarakat mengenai leptospirosis
makanan, kuman dalam kencing tikus yang sehingga dapat diatasi.
membawa air banjir memasuki rumah bisa 3. Peneliti selanjutnya
mencemari jemari tangan. Dengan cara Sebagai bahan masukan dan sumber
begitu kuman leptospira memasuki tubuh informasi bagi peneliti selanjutnya yang
manusia. Maka dari itu, cuci tangan sebelum akan meneliti tentang leptospirosis.
dan sesudah melakukan kegiatan. (Rusmini,
2011). METODE
Hasil survey awal yang dilakukan Jenis Penelitian
peneliti di Lingkungan IV Kelurahan Penelitian dalam studi ini menggunakan
PekanLabuhanKecamatan Medan Labuhan, metode penelitian deskriptif yang bertujuan
bahwa banyak masyarakat yang kurang untuk membuat gambaran tentang suatu
mengetahui tentang penyakit leptospirosis, keadaan secara objektif. Dengan rancangan
berdasarkan latar belakang diatas penulis penelitian survey yaitu suatu cara penelitian
merasa tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
tentang Gambaran Pengetahuan Masyarakat sekumpulan obyek yang biasanya cukup
Tentang Leptospirosis. banyak dalam jangka waktu tertentu.
Informasi yang disediakan biasanya
Identifikasi Masalah berhubungan dengan prevalensi, distribusi
1. Bagaimana Pengetahuan Masyarakat dan hubungan antara variable dalam suatu
Terhadap Leptospirosis? populasi. Pada survey tidak ada intervensi
2. Bagaimana dampak terjadinya (Setiadi, 2007).
Leptospirosis?
3. Apa Saja Faktor Yang Dapat Waktu Penelitian
Mempengaruhi Leptospirosis? Penelitian ini mulai dilaksanakan dari
pada bulan Maret - Mei 2016.
Pembatasan Masalah
Bagaimana Gambaran Pengetahuan TempatPenelitian
Masyarakat Tentang Leptospirosis? Penelitian ini dilakukan di Lingkungan
IV Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan
Rumusan Masalah Medan Labuhan karena jarak antara tempat
Bagaimana Pengetahuan Masyarakat penelitian yang dapat dijangkau oleh peneliti
Tentang Leptospirosis di Lingkungan IV dan daerah tersebut memiliki masyarakat
Kelurahan PekanLabuhanKecamatan Medan yang cukup buat saya jadikan sampel.
Labuhan?
Populasi
Tujuan Penelitian Populasi adalah keseluruhan objek yang
Untuk mengetahui Gambaran akan diteliti. Populasi juga dapat berupa
Pengetahuan Masyarakat tentang orang, benda, gejala atau wilayah yang ingin
Leptospirosis. diketahui oleh peneliti (Setiadi, 2007).
Populasi dalam penelitian ini adalah
Manfaat Penelitian masyarakat di Lingkungan IV Kelurahan
Manfaat dari penelitian ini adalah: Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan
1. Bagi Institusi berjumlah 600 KK.
Sebagai bahan masukan dari sumber
bacaan bagi institusi Prodi D-III
Keperawatan Imelda Medan dan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 148
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 3, No. 2, September 2017
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
Sampling responden yang ingin diteliti terlebih dahulu
Sampel adalah suatu proses dalam memberi penjelasan kepada responden
menyeleksi dari populasi untuk dapat tentang tujuan penelitian.
mewakili populasi. Metode sampling yang
digunakan pada penelitian ini adalah Data Primer
accidental sampling yaitu keluarga yang Data yang diperoleh sendiri oleh peneliti
kenbetulan ada pada saat penelitian dan di dengan melakukan wawancara terhadap
jadikan sampel. responden dengan menggunakan kuesioner
yang disusun berdasarkan konsep tertulis.
Sampel
Sampel adalah suatu proses dalam Data Sekunder
menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat Data yang diperoleh dari pihak institusi
mewakili populasi, teknik sampling adalah yang secara rutin mengumpulkan data,
teknik yang dipergunakan untuk mengambil data ini didapat dari Kepling di Lingkungan
sampel dari populasi (Setiadi, 2007). Dari IV Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan
hasil survey pada saat praktek belajar Medan Labuhan
lapangan tanggal 11 Maret-24 Maret 2016 di
Lingkungan II Dengan jumlah penduduk Data Tersier
sebanyak 600 KK maka peneliti Data yang diperoleh dari hasil penelitian
menggunakan rumus penelitian deskriptif dan jurnal yang telah dipublikasikan.
untuk menentukan sampel yaitu:
𝑁 Variabel Penelitian
n=
1 + 𝑁(𝑑)2 Variabel adalah karakteristik yang
Keterangan: diamati dan mempunyai variasi nilai dan
N= Besar Populasi merupakan operasionalisasi dari suatu konsep
n= Besar Sampel agar dapat diteliti secara empiris atau
d= Tingkat Kepercayaan yang diinginkan ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2007).
Variabel dalam penelitian ini adalah
600 𝐾𝐾 pengetahuan yang diukur melalui indikator
n= yaitu: pengetahuan tentang sakit dan
1 + 600(0,01)
600 𝐾𝐾 penyakit, pengetahuan tentang cara
= pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
7
= 82 pengetahuan tentang pentingnya kesehatan
Jadi sampel yang didapatkan adalah lingkungan.
sebanyak 82 sampel.
Defenisi Operasional
Tehnik Pengumpulan Data Seluruh pengetahuan masyarakat tentang
Sebelum proses pengumpulan data Leptospirosis
dilakukan, tahap awal dalam proses ini adalah 1. Pengetahuan Tentang Sakit dan Penyakit
melakukan persiapan untuk kelancaran Seluruh pengetahuan masyarakat tentang
pelaksanaan berupa surat ijin penelitian dan sakit dan penyakit yang meliputi
surat balasan dari tempat penelitian penyebab leptospirosis, tanda dan gejala
dilaksanakan. Sebelum meminta kesediaan leptospirosis, cara pengobatan dan
responden, peneliti terlebih dahulu pencegahan terjadinya penyakit
menjelaskan bahwa penelitian yang leptospirosis.
dilakukan tidak akan berdampak negatif 2. Cara Pemeliharaan Kesehatan dan Cara
kepada fisik maupun mental dan kerahasiaan Hidup Sehat.
responden sangat dijaga. Instrumen yang Pengetahuan keluarga tentang cara
digunakan dalam penelitian ini dengan memelihara kesehatan dan cara hidup
menggunakan angket atau kuesioner dan sehat meliputi pengawasan penggunaan
peneliti membaginya langsung kepada obat, melibatkan klien dalam berbagai
kegiatan bersama anggota keluarga,

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 149
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 3, No. 2, September 2017
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
tidak membiarkan klien sering Teknik Analisa Data
menyendiri, membantu klien melakukan Rancangan analisa data hasil penelitian
kegiatan seperti biasanya, menghindari diformulasikan dengan menempuh langkah-
perdebatan, berikan pujian jika langkah yang dimulai dari:
berperilaku baik merupakan cara hidup a. Editing
yang sehat bagi Kesehatan Lingkungan. Hasil wawancara, angket, atau
Pengetahuan masyarakat tentang pengamatan dari lapangan harus
pentingnya kesehatan lingkungan dilakukan penyuntingan (editing) terebih
meliputi akibat yang timbul bila terdapat dahulu. Secara umum editing adalah
anggota keluarga. merupakan kegiatan untuk pengecekan
dan perbaikan isian formulir atau
Teknik Pengukuran kuesioner tersebut. Kalau ternyata masih
Tekhnik pengukuran pada setiap ada data atau informasi yang tidak
variabel adalah dengan mengajukan 20 lengkap, dan tidak mungkin dilakukan
pertanyaan yaitu 8 untuk pengetahuan, 6 wawancara ulang, maka kuesioner
untuk Dampak dan 6 untuk tindakan dalam tersebut dikeluarkan.
bentuk kuesioner kepada responden dengan b. Coding
menggunakan skala gultman yaitu apabila Instrumen berupa kolom-kolom untuk
jawaban responden bernilai benar berikan 1 merekam data secara manual. Lembaran
sedangkan jawaban yang salah diberi nilai 0 atau kartu kode bersisi nomor
dengan menggunakan rumus formula range: responden, dan nomor-nomor
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑆𝑘𝑜𝑟𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 pertanyaan.
𝐼= 𝐾 = 3
20−0 c. Entery
= 3 =7 Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-
Keterangan: kotak lembar kode atau kartu kode
I : Interval sesuai dengan jawaban masing-masing
Range : Skor maksimal – Skor minimal pertanyaan.
K : Jumlah Kelas d. Tabulating
Sedangkan untuk mengetahui persentase Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai
jawaban responden melalui kriteria dengan tujuan penelitian atau yang
responden dengan menggunakan rumus diinginkan oleh peneliti
Determinan oleh setiadi (2007), yaitu: e. Cleaning
𝐹 Yaitu membersihkan atau kegiatan yang
𝑃 = 𝑋 100%
𝑁 dilakukan untuk pengecekan kembali
Keterangan: data data yang sudah di entery apakah
P : Persentase ada kesalahan atau tidak (Setiadi, 2007).
F : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah soal HASIL
Sehingga kriteria jawaban responden Setelah dilakukan penelitian terhadap 82
dapat disimpulkan melalui skor dan responden dengan judul “Gambaran
persentasi jawaban sebagai berikut. Pengetahuan Masyarakat Tentang
Tabel 1. Interval Jawaban Kategori Leptospirosis di Lingkungan IV Kelurahan
Pengetahuan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan”.
Kategori Skor Persentase Kemudian hasilnya disajikan dalam tabel
No
Pengetahuan Jawaban (%) berikut:
1 Baik 14-20 67-100%
2 Cukup 7-13 34-66% Data Umum
3 Kurang 0-6 0-33% Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur tentang Leptospirosis di
Lingkungan IV Kelurahan Pekan Labuhan
Kecamatan Medan Labuhan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 150
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 3, No. 2, September 2017
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

No
Umur
Frekuensi (F)
Persentase Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden
(Tahun) (%) Berdasarkan Pekerjaan tentang Leptospirosis
1 20-24 11 13,4 di Lingkungan IV Kelurahan Pekan Labuhan
2 25-29 15 18,3 Kecamatan Medan Labuhan
3 30-34 17 20,7 Frekuensi Persentase
4 35-39 19 23,2 No Pekerjaan
(F) (%)
5 40-44 20 24,4 1 Petani 17 20,7
Total 82 100 2 PNS 19 23,2
Dari tabel di atas dapat dilihat 3 Pedagang 22 26,8
bahwadari82 responden mayoritas berumur 4 Wiraswasta 24 29,3
40-44 tahun sebanyak 20 responden (24,4%), Total 82 100
responden minoritas berumur 20-24 tahun Dari tabel di atas dapat dilihat
sebanyak 11 responden (13,4). dari82responden mayoritasbekerja sebagai
wiraswasta sebanyak 24 responden (29,3%),
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden minoritasbekerjasebagaipetanisebanyak17
Berdasarkan Pendidikan tentang responden (20,7%).
Leptospirosis di Lingkungan IV Kelurahan
Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Data Khusus
Tingkat Frekuensi Persentase Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden
No
Pendidikan (F) (%) Berdasarkan Pengetahuan tentang
1 SD 19 23,1 Leptospirosis di Lingkungan IV Kelurahan
2 SMP 23 28 Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan
3 SMA 22 26.9
Frekuensi Persentase
4 S1 18 22 No Pengetahuan
(F) (%)
Total 82 100
1 Baik 25 30,4
Dari tabel di atas dapatdilihat 2 Cukup 29 35,6
dari82responden yang berpendidikan 3 Kurang 28 34
mayoritas SMP sebanyak 23 responden Total 82 100
(28%) dan minoritas pendidikan S1 18 Dari tabel di atas dapat dilihat tingkat
responden (22%). pengetahuan responden mayoritas
berpengetahuan Cukup berjumlah 29
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden responden (35,6%), minoritas
Berdasarkan Sumber Informasi tentang berpengetahuan Baik berjumlah 25
Leptospirosis di Lingkungan IV Kelurahan responden (30,4%).
Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan
Sumber Persentase PEMBAHASAN
No Frekuensi (F)
Informasi (%) Setelah penulis melakukan penelitian
Media dengan mengumpulkan data melalui uji test
1 16 19,5
Cetak
dan melakukan tehnik analisa data yang
Tenaga
2 26 30,5 dilakukan kepada responden tentang
Kesehatan
Media Leptospirosis di Lingkungan IV Kelurahan
3 22 26,8 Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan,
Elektronik
Keluarga maka penulis akan melakukan pembahasan
4 dan 19 23,2 hasil penelitian yang ditemukan sebagai
Teman berikut:
Total 82 100
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 82 Pengetahuan Masyarakat tentang
responden mayoritas yang memperoleh Leptospirosis di Lingkungan IV
informasi tentang leptospirosis dari tenaga Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan
kesehatan sebanyak 26 responden (30,5%), Medan Labuhan
minoritas yang memperoleh informasi dari Berdasarkan data dari 82 responden
media cetak sebanyak responden (19,5%). yang diteliti menunjukkan bahwa

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 151
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 3, No. 2, September 2017
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
Pengetahuan Masyarakat Tentang piker sehingga pengetahuan yang diperoleh
Leptospirosis di Lingkungan IV Kelurahan semakin membaik sedangkan dari tingkat
Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. pendidikan mayoritas responden
Mayoritas dengan kategori cukup sebanyak berpendidikan SMP sebanyak 23 responden
29 responden (35,6%), dengan kategori (28%), jadi semakin tinggi pendidikan
kurang sebanyak 28 responden (34%) dan seseorang maka semakin luas pula
minoritas pengetahuan dengan kategori baik pengetahuannya. Namun dalam penelitian ini
sebanyak 25 responden (30,4%). sesuai dengan teori, baik teori Notoatmodjo
Menurut asumsi peneliti, tentang (2007), teori Maulana (2009) dan teori
Leptospirosis di Lingkungan IV Kelurahan Notoatmodjo (2010) karena dalam penelitian
Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan ini, peneliti memperoleh hasil bahwa
karena masyarakat masih kurang berusaha Pengetahuan Masyarakat tentang
mencari berbagai sumber informasi tentang Leptospirosis di Lingkungan IV Kelurahan
leptospirosis, dimana dalam penelitian ini Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.
minoritas masyarakat mendapatkan informasi
dari media cetak dan juga masih kurangnya KESIMPULAN
pengetahuan masyarakat karena Berdasarkan hasil penelitian yang telah
berpendidikan SD, sehingga masyarakat dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 di
masih kurang mengetahui tentang Lingkungan IV Kelurahan Pekan Labuhan
leptospirosis. Sesuai dengan teori Kecamatan Medan Labuhan, maka diperoleh
Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa kesimpulan sebagai berikut:
pengetahuan itu merupakan hasil dari tahu Responden di Kelurahan Terjun
seseorang setelah melakukan penginderaan tergolong berpengetahuan cukup tentang
terhadap objek tertentu. Sedangkan menurut leptospirosis. Hal ini dipengaruhi oleh
teori Maulana (2009), mengatakan bahwa pendidikan masyarakat yang mayoritas
Pengetahuan merupakan pedoman dalam berpendidikan SMP sebanyak 23 responden
membentuk tindakan seseorang (overt (28%), dan berpengetahuan SMA sebanyak
behavior). 22 responden (26,9%) dan juga motivasi
Adapun faktor-faktor yang masyarakat untuk mencari berbagai sumber
mempengaruhi pengetahuan berdasarkan informasi tentang leptospirosis yang
teori Notoatmodjo (2007) adalah faktor usia, mayoritas dari Tenaga kesehatan berjumlah
faktor sosial budaya dan ekonomi, faktor 26 responden (30,5%). Hal ini sesuai dengan
media, faktor pendidikan, faktor pengalaman teori Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa
dan faktor lingkungan. Pengetahuan pendidikan mempengaruhi pengetahuan,
dipengaruhi oleh pendidikan formal. makin tinggi pendidikan seseorang semakin
Pengetahuan sangat berat hubungannya mudah orang tersebut menerima informasi
dengan pendidikan, dimana diharapkan sehingga semakin banyak atau luas
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka pengetahuan tentang sesuatu objek.
seseorang akan semakin luas pula
pengetahuannya. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh peneliti, sumber informasi yang dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 maka
didapat masyarakat mayoritas diperoleh dari diberikan saran kepada:
Tenaga kesehatan berjumlah 26 responden 1. Institusi Pendidikan Keperawatan
(30,5%), jadi semakin banyak sumber Hendakny aintitusi pendidikan
informasi yang diperoleh semakin banyak keperawatan secara terus menerus
pula pengetahuan yang didapat tentang memberikan pengajaran kepada
kesehatan, berdasarkan umur mayoritas mahasiswa/i khususnya tentang
responden berumur 40-44 sebanyak 20 Leptospirosis sehingga mahasiswa/i
responden (24,4%), jadi semakin dapat mengaplikasikan di dalam
bertambahnya usia akan semakin masyarakat.
berkembang pula daya tanggap dan pola

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 152
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 3, No. 2, September 2017
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
2. Pelayanan Kesehatan Manusia, Cetakan II. Yogyakarta: Nusa
Pelayanan kesehatan diharapkan dapat Medika.
memberikan informasi kepada Effendi Nasrul. (2012). Keperawatan
masyarakat tentang leptospirosis Kesehatan Masyarakat, Edisi II. Jakarta:
sehingga keluarga juga ikut berperan EGC.
dalam penyembuhan klien khususnya Kunoli J. Firdaus. (2012). Penyakit Tropis.
pengobatan dan perawatan di rumah. Jakarta: Trans Info Media.
3. Bagi masyarakat Kusumawati. (2011). Buku Ajar
Diharapkan kepada Masyarakat agar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
dapat menambah pengetahuannya Medika.
tentang leptospirosis. Sehingga Mubarak. (2011). Pengetahuan Masyarakat,
perkembangan kesehatan dapat Cetakan I. Yogyakarta: Nusa Medika.
meningkat dan dapat mengurangi resiko Muliawan Y. Sylvia. (2008). Bakteri Spiral
angka kematian. Patogen. Jakarta: Erlangga.
4. Peneliti selanjutnya Notoatmodjo Soekidjo. (2007). Kesehatan
Penelitian ini sebagai penelitian dasar Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
dan peneliti selanjutnya diharapkan Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian
untuk melakukan penelitian lebih Kesehatan, Edisi Pertama. Yogyakarta:
mendalam/spesifik lagi tentang Graha Ilmu.
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Rusmini. (2011). Bahaya Leptospirosis,
Tentang Leptospirosis di Lingkungan IV Cetakan Pertama. Jakarta: Trans Info
Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Media.
Medan Labuhan. Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset
Keperawatan, Edisi Pertama.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Graha Ilmu.
Aries. (2010). Manajemen Berbasis Sylvia. (2008). Leptospirosis, Cetakan
Lingkungan. Jakarta: Elex Media Pertama. Jakarta: Trans Info Media.
Komputindo. Widoyono. (2008). Penyakit Tropis. Jakarta:
Dewi. (2010). Teori & Pengukuran Erlangga.
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 153

Anda mungkin juga menyukai