TINJAUAN PUSTAKA
A. Leptospirosis
1. Definisi Leptospirosis
sehingga penyakit ini digolongkan dalam zoonosis. Direct zoonosis (host to host
sp hidup pada ginjal penjamu dan dikeluarkan melalui urin (Ramadhani &
Yuninanto, 2011).
2. Penyebab Leptospirosis
µm – 15 µm dan lebar 0,1 µm – 2 µm. Bakteri ini bersifat lentur, fleksibel, tipis,
salah satu ujungnya membengkok membentuk kait dan bergerak sangat aktif
serta bakteri ini merupakan bakteri gram negatif (Rusmini, 2011, h. 13). Bakteri
8
9
3. Gejala Leptospirosis
b. Nyeri perut, mual dan muntah, batuk, nyeri pada dada, ruam makulopapular,
dan hemoptisis.
Pada beberapa pasien penyakit ini dapat berlanjut ke fase kedua dengan
b. Konjungtiva berair,
e. Ruam eritematosa yang tinggi pada daerah pretibia (demam Fort Bragg).
membran mukosa, hidung, kulit yang terluka, mata, atau makanan yang
air, tanah, atau tanaman yang telah terkontaminasi oleh hewan yang sudah
rekreasi (misalnya olahraga air dan out bond) (Mandal et al, 2008, hal 280).
rata 10 hari (Mandal et al, 2008, hal 280). Selang waktu yang berlangsung
patogen untuk berlipat ganda hingga dapat menimbulkan gejala pada inangnya.
B. Epidemiologi Leptospirosis
1. Waktu
pertanian atau industri, namun KLB Leptospirosis sering terjadi setelah banjir
dan angin topan (WHO, 2003 dalam Aulia 2018, h. 18). Penyakit ini sifatnya
musim panas dan musim gugur karena temperatur, sementara pada negara
tropis insidens tertinggi terjadi selama musim hujan (Kemenkes RI, 2011).
11
2. Tempat
iklim tropis dan sub tropis karena bakteri Leptospira sp cocok pada kondisi iklim
yang hangat dan lembab, sehingga kejadian kasus leptospirosis pada wilayah
daerah rawan banjir (Sunaryo, 2009). Hal tersebut terbukti dengan sebaran
3. Orang
rekreasi, hobi, dan bencana alam. Kontak langsung manusia dengan hewan
kontak tidak langsung penting bagi pekerja pembersih selokan, buruh tambang,
pekerja kanal, petani kebun dan pemotongan gula tebu (Kemenkes RI, 2011).
Menurut John Gordon tiga faktor dasar epidemiologi yang disebut triangulasi
tiga faktor tersebut yaitu agent, host, dan environment. Jika ketiga faktor dalam
keadaan tidak seimbang maka akan mengakibatkan naik atau turunnya kejadian
1. Faktor Agent
Leptospira. Genus Leptospira terbagi menjadi dua spesies yaitu patogenik (L.
interrogans) dan hidup bebas (L. biflexa) (Mandal et al, 2008, hal. 280).
Leptospirosa sp peka terhadap asam dan dapat hidup air tawar selama lebih
kurang satu bulan, tetapi akan cepat mati pada air laut, air selokan, dan air
2. Faktor Host
lembu, babi, kuda, binatang pengerat, dan hewan liar. Host terbagi menjadi dua,
yaitu host tetap (maintenance host) dan host insidental. Inang tetap didefinisikan
sebagai spesies pada infeksi yang bersifat endemik dan ditularkan melalui
kontak langsung karena dari hewan yang satu ke hewan yang lain sedangkan
penularan yang terjadi pada manusia terjadi secara tidak lansung (Sunaryo et al,
2012).
3. Faktor Lingkungan
interaksi antara agent dan host. Tingginya angka prevalensi leptospirosis dapat
penyakit pada populasi: proporsi individu yang rentan infeksi (S); proporsi
masyarakat terinfeksi (I); dan mereka yang berpindah dari populasi (R), juga
pulih serta mereka yang imun atau mati. Kerangka model SEIR menggambarkan
fakta jika dinamika penularan penyakit dipengaruhi oleh banyak faktor dari
sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau terpapar dengan komponen
leptospirosis yaitu tikus, tetapi hewan ternak seperti babi, kerbau, dan sapi
dengan tanda – tanda biomarker atau tanda biologi atau dengan mengukur
(Purnomo, 2010).
d. Simpul 4
(Purnomo, 2010).
home range dan migrasi tikus dapat dibedakan menjadi dua model yaitu :
15
a. Cluster (Berkelompok)
dalam satu kawasan dengan jarak rumah penderita pertama antar penderita
lainnya yaitu ≤ 500m. Model penularan cluster biasanya terjadi pada musim
dan bahan makanan yang tidak disimpan dengan baik (Niza, 2019).
b. Separated (Tersebar)
dalam satu kawasan dengan jarak rumah penderita pertama antar penderita
musim kemarau karena daya dukung di wilayah habitat asal tikus tidak
E. Analisis Spasial
topografi, wilayah industri, maupun wilayah pedesaan. Analisis spasial dapat berisi
uraian data penyakit secara geografi dan analisa hubungan antar variabel (Achmadi
U. , 2009).
16
Data spasial merupakan salah satu item dari informasi, di dalamnya terdapat
perairan, kelautan dan bawah atmosfer. Data spasial dan informasi turunannya
elemen yang satu dengan yang lain berada dalam lokasi yang sama atau
berdekatan.
kompleks.
pengambilan data, data tersebut akan dianalisis secara spasial sebagai bagian
dari manajemen penyakit berbasis wilayah yang merupakan suatu analisis dan
a. Citra Satelit
dihasilkan dari citra satelit akan diturunkan menjadi data tematik dan
b. Peta Analog
Data ini merupakan versi awal dari data spasial yang ditampilkan
teknologi saat ini peta analog dapat di scan menjadi format digital yang
c. Foto Udara
langsung disimpan dalam basis data. Untuk data lama atau format foto film
d. Data Tabular
berbetuk tabel yang kemudian akan direlasikan dengan data spasial untuk
menghasilkan tema data tertentu. Salah satu contoh data ini yaitu data
e. Data Survei
2013).
nyata untuk tujuan tertentu. Dinamisasi SIG memungkinkan untuk menerima dan
memproses data dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat. Menurut
Danoedoro (1996), dalam memasukkan data ada tiga cara yaitu pelarikan
menghasilkan informasi baru dalam bentuk peta, tabel, hasil cetak dan data
tabuler, serta dalam bentuk elektronik. Salah satu aplikasi sistem informasi
geografis dalam bidang kesehatan sebagai penyedia data atribut spasial yang
Ada lima cara untuk memperoleh data atau informasi geografi yaitu sebagai
berikut :
a. Survei lapangan
b. Sensus
tanah).
c. Statistik
pengamatan dan analisis data geografi tersebut, misalnya data curah hujan.
d. Pelacakan (Tracking)
obyek, wilayah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dari
sensor pengamat tanpa harus kontak langsung dengan obyek, wilayah atau
a. Klasifikasi
b. Overlay
dengan menumpang susunkan data ketinggian, jenis tanah dan kadar air.
c. Networking
terdiri dari garis – garis dan titik – titik yang saling terhubung. Analisis ini
sering dipakai dalam berbagai bidang misaInya, sistem jaringan telepon kabel
listrik, pipa minyak atau gas, pipa air minum atau saluran pembuangan.
d. Buffering
Eklusif (ZEE) yang dimiliki suatu negara, mengetahui luas daerah yang
e. Tiga Dimensi
Misainya digunakan untuk menganalisis daerah yang akan terkena aliran lava
jika gunung api diprediksi akan meletus (Analisis Spasial Dalam SIG, 2018).
posisi dengan cepat dalam bentuk garis lintang dan garis bujur. Untuk
menghitung posisi (X,Y,Z) dan waktu (T) minimal diperlukan empat satelit.
bujur dan ketinggian dari permukaan laut. Kecepatan proses untuk mendapatkan
L1 dan L2 untuk menentukan posisi berbagai survey dengan hasil akurasi tinggi
(Syahreza, 2013).
21
G. Kerangka Teori
Leptospirosis
Sebaran Data
Leptospirosis
Dinamika
Aplikasi Penentuan Penularan
OruxMaps Titik Penyakit
Donate Koordinat
Indeks
Kasus
Sistem
Informasi Determinan
Geografis Penyakit
Model
Penularan
Sebaran Penyakit
Peta
Kasus
Wilayah
Kerja
Puskesmas Separated Cluster
Buffering