TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang berukuran sekitar 42 nm.
Virus ini mempunyai lapisan luar (selaput) yang berfungsi sebagai antigen HBsAg.
Virus mempunyai bagian inti dengan partikel inti HBcAg dan HBeAg. Masa inkubasi
berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Perubahan dalam tubuh
penderita akibaat infeksi virus Hepatitis B terus berkembang. Dari infeksi akut
berubah menjadi kronis, sesuai dengan umur penderita. Makin tua umur, makin besar
yang disebut dengan sirosis. Bila umur masih berlanjut keadaan itu akan berubah
2.2 Epidemiologi
Thailand dan Sri Lanka selama musim hujan. Wabah besar Leptospirosis di
(2005) dan Sri Lanka (2008). Wabah musiman di laporkan terjadi di wilayah
Thailand bagian Utara dan Gujarat (India) setelah hujan deras dan banjir.3
dan 10-100 per 100.000 pertahun di daerah tropik lembab. Insiden penyakit ini
dapat mencapai lebih dari 100 per 100.000 per tahun pada keadaan wabah dan
11, 2%). Kasus tersebut ditemukan di delapan (8) provinsi : DKI Jakarta,
meningkat. Tahun 2011 merupakan kasus paling banyak dengan 857 kasus
222 kasus dan 28 kematian akan tetapi angka kematian meningkat CFR 12, 6%
di karenakan meningkatnya kasus kematian di kota Semarang. Tahun 2013 di
laporkan terjadi sebanyak 640 kasus dengan kematian 60 kasus (CFR 9,37%)
Madura. Sedangkan tahun 2014 hingga bulan Oktober dilaporkan sebanyak 411
angka kematian karena terjadi KLB di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa
Etiologi
Bakteri ini berbentuk spiral dengan pilinan yang rapat dan ujung-ujungnya
berbentuk seperti kait sehingga bakteri sangat aktif baik gerakan berputar
ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop medan gelap. Bakteri ini bersifat
aerob obligat dengan pertumbuhan optimal pada suhu 280C-300C dan pH 7,2
– 8,0. Dapat tumbuh pada media yang sederhana yang kaya vitamin (Vit B2
dan B12), asam lemak rantai panjang dan garam ammonium. Asam lemak
hidup di air tawar selama kurang lebih satu bulan tetapi di air laut, air selokan
dan air kemih yang tidak dilencerkan akan cepat mati.
hewan dan manusia) dan serovarian L. Biflexa yang bersifat non pathogen/
berbagai jenis lingkungan basah atau lembab mulai dari permukaan air dan
Unit Sistematis dasar dari kedua species tersebut adalah serovar, yang
mengindetifikasi jenis yang sama atau berbeda dari bakteri). Saat ini
berasal dari perbedaan gen yang terlibat dalam biosintesis LPS tampaknya
menjadi dasar untuk menetukan variasi antigenik diamati antara serovarian.
Sejauh ini, ada lebih 250 serovarian pathogen. Serovarian memiliki kesamaan
antigenik yang dibentuk menjadi serogrup, dan semua serovarian telah dibagi
Penularan
pekerjaan utama yang berisiko yaitu petani atau pekerja perkebunan, petugas
hewan, pengolah daging, dan militer. Kelompok lain yang memiliki risiko
1. Penularan Langsung :
a. Melalui darah, Urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman
pada orang yang merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan
misalnya pekerja potong hewan, atau seseorang yang tertular dari hewan
peliharaanya
Terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan
2.4 Patogenesis
tersering adalah melalui kontak dengan air atau tanah yang tercemar bakteri
leptospira. Bakteri masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang lecet atau luka
dan mukosa, bahkan dalam literatur disebutkan bahwa penularan penyakit ini
dapat melalui kontak dengan kulit sehat (intak) terutama bila kontak lama dengan
air.6 Selain melalui kulit atau mukosa, infeksi leptospira bisa juga masuk melalui
menimbulkan lesi pada tempat masuk bakteri. Hialuronidase dan atau gerak yang
menggangsir (burrowing motility) telah diajukan sebagai mekanisme masuknya
serta merusak organ. Vaskulitis yang timbul dapat disertai dengan kebocoran dan
ekstravasasi sel.10
negatif, dan aktivitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel
fosfolipid.8
Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan hati. Di dalam
tubulus renal. Sementara perubahan yang terjadi pada hati bisa tidak tampak
Gambaran klinik pada leptospirosis berkaitan dengan penyakit febril umum dan
tidak cukup khas untuk menegakkan diagnosis.9 Secara khas penyakit ini bersifat
Masa inkubasi dari leptospira virulen adalah 7-12 hari, rata-rata 10 hari.
Untuk beberapa kasus, dapat menjadi lebih singkat yaitu 2 hari atau bahkan
bisa memanjang sampai 30 hari.10 Fase ini ditandai adanya demam yang
timbul dengan onset tiba-tiba, menggigil, sakit kepala, mialgia, ruam kulit,
biasanya timbul pada hari ke-3 atau ke-4 sakit.20 Selama fase ini, leptospira
dapat dikultur dari darah atau cairan serebrospinal penderita. Tes serologi
gejala. Pada fase ini mungkin dijumpai adanya hepatomegali, akan tetapi
2. Fase imun
timbulnya antibodi IgM dalam serum penderita.20 Pada kasus yang ringan
(mild case) fase kedua ini berhubungan dengan tanda dan gejala yang
dengan sakit kepala, fotofobia, dan kaku kuduk. Keterlibatan sistem saraf
Pada fase ini dapat terjadi berbagai komplikasi, antara lain neuritis optikus,
Pada kasus yang berat, perubahan fase pertama ke fase kedua mungkin tidak
terlihat, akan tetapi timbul demam tinggi segera disertai jaundice dan
perdarahan pada kulit, membrana mukosa, bahkan paru. Selain itu ini sering
oliguria, syok, dan miokarditis juga bisa terjadi dan berhubungan dengan
mortalitas penderita.10
berat.
viral- like illness, yaitu demam, nyeri kepala, dan mialgia. Nyeri kepala
bisa berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue, disertai nyeri retro
orbital dan fotofobia. Nyeri otot diduga terjadi karena adanya kerusakan
virus.9
karena keluhan bisa sangat ringan.21 Pada sebagian pasien, penyakit ini
kliniknya mirip dengan penyakit demam akut yang lain, maka pada
setiap kasus dengan keluhan demam akut, leptospirosis anikterik harus
Leptospirosis ikterik disebut juga dengan nama Sindrom Weil. Tanda khas
dari sindrom Weil yaitu jaundice atau ikterik, azotemia, gagal ginjal, serta
perdarahan yang timbul dalam waktu 4-6 hari setelah onset gejala dan dapat
demam dapat persisten sehingga fase imun menjadi tidak jelas atau nampak
aseptik
Leptospirosis ikterik
manifestasi perdarahan, ke 2)
pneumonitis hemorrargik,
leukositosis
hati yang tersisa. Kematian pada sindrom Weil jarang disebabkan oleh gagal
hati.9
pekerjaan apakah termasuk dalam kelompok risiko tinggi, gambaran klinis dan
adalah demam (100%), mual dengan atau tanpa muntah (95,6%), nyeri otot
hematuria, leukosituria, dan sediment granular atau hialin. Gangguan fungís ginjal
yang berat berupa uremia, oliguria, atau anuria dapat terjadi. Pada pemeriksaan
ditemukannya leptospira pada darah, urin atau cairan serebrospinal baik melalui
test (MAT) dan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Standar titer yang
dipakai Balitvet untuk menentukan suatu serum positif leptospira adalah 100,
2.7 Tatalaksana
Terapi suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan
dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada leptospirosis.
berat diperbaiki dengan transfusi darah. Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan
spontan akan membaik dengan membaiknya kondisi pasien. Namun pada beberapa
pemantauan tekanan darah, suhu, denyut nadi, dan respirasi secara berkala tiap jam
atau 4 jam serta pemantauan jumlah urin. Pemberian antibiotik harus dimulai
secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4 hari setelah onset cukup efektif.
Berbagai jenis antibiotik pilihan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.1
ampicillin atau eritromisin dapat diberikan. Sedangkan untuk kasus- kasus ringan
leptosipra masih terdapat dalam darah (fase leptospiremia). Sebagai terapi alternatif
Tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan penyakit dan komplikasi yang
timbul. Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diatur sebagaimana pada
penanggulangan gagal ginjal secara umum. Bila terjadi uremia berat sebaiknya
atau hipertensi ensefalopati dan karena uremia, hal terpenting adalah mengatasi
penyebab dasar serta diberikan obat anti konvulsi. Perdarahan dapat timbul karena
trombopati.3
2.8 Komplikasi
akut (95% dari kasus), gagal hepar akut (72% dari kasus), gangguan respirasi akut
(38% dari kasus), gangguan kardiovaskuler akut (33% dari kasus), dan
Gagal ginjal akut yang ditandai dengan oliguria atau poliuria dapat timbul 4-
10 hari setelah gejala leptospirosis terlihat.2 Terjadinya gagal ginjal akut pada
tubulus, dan lumen tubulus. Kerusakan jaringan tidak jelas apakah hanya
b. Reaksi imunologi
beberapa hal, antara lain karena kerusakan sel hati, gangguan fungsi ginjal
yang akan menurunkan ekskresi bilirubin sehingga meningkatkan kadar
kongesti pada septum paru, oedem dan perdarahan alveoli multifokal, esudat
leptospirosis.2
4. Gangguan kardiovaskuler
keluhan sampai bentuk yang berat berupa gagal jantung kongestif yang fatal.
pasien leptospirosis berat. Pankreatitis terjadi karena adanya nekrosis dari sel-
karena komplikasi dari gagalnya organ-organ tubuh yang lain (multiple organ
2.9 Pencegahan
terdiri dari pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah
bagaimana agar orang sehat sebagai sasaran bisa terhindar dari leptospirosis,
yang sudah sakit leptospirosis, dicegah agar orang tersebut terhindar dari
Prinsip kerja dari pencegahan primer adalah mengendalikan agar tidak terjadi
- Pencegahan hubungan dengan air atau tanah yang terkontaminasi Para pekerja
yang dapat melindungi kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi
Dalam hal ini dilakukan pengelolaan air minum yang baik, dilakukan filtrasi
- Pemberian vaksin
memberikan manfaat cukup poten dan aman sebagai pencegahan bagi pekerja
risiko tinggi. Pencegahan dengan serum imun spesifik telah terbukti melindungi
mencegah leptospirosis.
Roden yang diduga paling poten sebagai karier leptospira adalah tikus. Untuk itu
dimana antara daerah satu dengan daerah yang lain mempunyai serovar dan
faktor risiko terjadinya leptospirosis, antara lain usia, jenis kelamin, higiene
perorangan seperti kebiasaan mandi, riwayat ada luka, keadaan lingkungan yang
tidak bersih, disamping pekerjaan, sosial ekonomi, populasi tikus, dan lain-lain.
Perlu diperhatikan bahwa leptospirosis lebih sering terjadi pada laki-laki dewasa,
pengobatan ini ialah pengobatan kausal tidak tergantung pada subgrup maupun
case) dapat menggunakan Doxycycline (kapsul) 100 mg 2x/ hari selama 7 hari;
atau Amoxicillin atau Ampicillin (kapsul) 2 gr/ hari selama 7 hari. Sedangkan untuk
Penicillin G 2 juta unit IV / 6 jam selama 7 hari; Injeksi Ceftrioxine 1 gr IV/ hari
selama 7 hari.3
akut yang lain. Rasa sakit diobati dengan analgetika, gelisah, dan cemas
2.10 Prognosis
yang berat berkisar antara 15-40% dan prognosis bergantung dari keganasan
kuman, daya tahan dan keadaan umum penderita, usia, gagal multiorgan serta
produksi urin <600 mL/hari, kadar kreatinin > 10 mg/Dl, kadar ureum > 200
mg/dL, albumin <3 g/dL, kadar bilirubin > 25 mg/dL, trombositopenia <
EKG serta adanya infiltrat alveolar pada pencitraan paru.3,11 Mortalitas penderita
pada penelitian yang dilakukan di Jakarta sebanyak 3%, meninggal karena syok
1. Widarso HS, M.H. Gasem, Wilfried Purba, Tato Suharto dan Siti Ganefa.
Departemen Kesehatan RI
RSCM,
2003
2010, Yogyakarta
Public
13. RSPI DR Sulianti Saroso, Ditjen PP dan PL, Depkes RI, Pedoman