Anda di halaman 1dari 9

Tinjauan Literatur

LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA

Ihda Zuyina Ratna Sari*

Abstrak

Leptospirosis merupakan penyakit zoonotik yang disebabkan oleh bakteri Leptospira patogen. Meskipun
bersifat fluktuatif, kasus leptospirosis di Indonesia cenderung meningkat dan sering menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) di berbagai daerah. Gejala klinis leptospirosis bervariasi dan pada beberapa kasus tidak
menimbulkan gejala klinis spesifik. Diagnosis leptospirosis dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis yang
muncul dan uji serologis laboratorium. Pengobatan leptospirosis dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik.
Faktor risiko infeksi leptospirosis antara lain iklim, lingkungan dan sanitasi yang buruk, keberadaan tikus, jenis
pekerjaan dan aktivitas yang berisiko. Pencegahan dan pengendalian penularan leptospirosis dapat dilakukan
pada 3 aspek yaitu reservoir penyakit, jalur penularan, dan manusia.

Kata kunci: diagnosis, faktor risiko, pencegahan, pengobatan, prevalensi.

LEPTOSPIROSIS IN INDONESIA

Abstract

Leptospirosis is a zoonotic disease caused by pathogenic bacteria Leptospira. Although it is fluctuating,


cases of leptospirosis in Indonesia tend to increase and often cause extraordinary events in various regions.
Clinical symptoms of leptospirosis vary and in some cases do not cause specific clinical symptoms. The
diagnosis of leptospirosis can be done by looking at clinical symptoms that appear and laboratory serological
tests. Leptospirosis treatment can be done with antibiotics. Risk factors for leptospirosis infection including
climate, environment and poor sanitation, the presence of rats or mice, occupational types and activities that are
at risk. Prevention and control of transmission of leptospirosis can be done in 3 aspects, namely the reservoir of
disease, transmission pathways, and humans.

Keywords : diagnosis, prevalence, prevention, risk factor, treatment.

* Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara


E-mail: ihda.zuyina.r@gmail.com
Pendahuluan dengan urin atau jaringan hewan yang
terinfeksi, dan atau tidak langsung melalui
Leptospirosis termasuk penyakit zoonotik kontak dengan lingkungan (air, tanah, dan
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira tumbuhan) yang terkontaminasi bakteri
patogen dan umumnya dari jenis L. interrogans Leptospira.4 Infeksi Leptospira dapat masuk
semua serotipe.1–3 Penyakit zoonotik adalah melalui kulit yang terluka dan atau selaput
penyakit yang secara alami dapat ditularkan mukosa pada kelopak mata, selaput lendir, dan
dari hewan bertulang belakang (vertebrata) ke hidung.4,9 Kemudian bakteri masuk ke ke aliran
manusia dan atau sebaliknya.2 Hewan yang darah menyebabkan septikemia, dan pada
dapat menjadi perantara leptospirosis antara pasien umumnya menunjukkan gejala inflamasi
lain tikus liar (termasuk mencit), bajing, landak, yang parah seperti demam tinggi, mialgia, dan
kucing, musang, tupai, sapi, babi, anjing, superficial lymphadenectasis.3 Leptospirosis
domba, kuda, dan kerbau.1,4 Tikus merupakan kemungkinan juga dapat ditularkan dari
reservoir utama Leptospira dan mempunyai seorang penderita kepada orang lain melalui
peranan penting pada kejadian leptospirosis hubungan seksual pada masa konvalesen dan
pada manusia.4 Leptospira yang berada di dari ibu (penderita leptospirosis) ke janin
dalam tubuh hewan dapat bertahan selama melalui sawar plasenta serta air susu ibu (ASI)
hewan tersebut hidup tanpa menyebabkan meskipun hal tersebut jarang terjadi.9,10 Bakteri
sakit. Leptospira dapat dikeluarkan dari tubuh Leptospira umumnya berkembangbiak di dalam
hewan melalui urin dan kemudian dapat ginjal dan dapat keluar bersama dengan urin
mencemari lingkungan.5,6 Lingkungan yang ter- penderita.1,5 Seseorang yang pernah menderita
cemar oleh urin yang mengandung Leptospira leptospirosis masih mempunyai kemungkinan
merupakan titik sentral epidemiologi lepto- terinfeksi kembali karena banyaknya serovar
spirosis.6 Leptospira mempunyai kemampuan dari bakteri Leptospira.12
hidup di tanah yang sesuai selama 43 hari dan Leptospirosis banyak terjadi di negara
di dalam air sampai berminggu-minggu.1 Suhu yang mempunyai curah hujan tinggi (tropis dan
hangat (25 0C), tanah basah/lembab, dan pH subtropis) serta di daerah dengan kondisi
tanah 6,2-8 merupakan lingkungan yang cocok lingkungan buruk.13,14 Kasus leptospirosis dapat
untuk perkembangan bakteri.1 Menurut World mengalami peningkatan saat curah hujan tinggi
Health Organization (WHO), leptospirosis dan sering menyebabkan wabah pada saat
merupakan salah satu Neglected Tropical banjir sehingga sering disebut sebagai flood
Diaseases (NTDs), namun dapat memberikan fever atau demam banjir.1,5,9 Kejadian
dampak kesehatan cukup signifikan di negara- leptospirosis juga dipengaruhi ketinggian
negara tropis seperti Asia dan Amerika.7 Kasus tempat karena ketinggian tempat akan
leptospirosis pada manusia di dunia setiap mempengaruhi curah hujan suatu wilayah.4
tahunnya diperkirakan mencapai 1 juta kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis di
dengan 60 ribu kematian. 8 Kejadian Indonesia umumnya muncul setelah terjadinya
leptospirosis juga diperkirakan 1.000 kali lebih bencana seperti pasca banjir besar di Jakarta
banyak di negara-negara tropis dibandingkan tahun 2007, pasca letusan Gunung Merapi di
subtropis.1 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2013,
Penularan dari hewan ke manusia dapat dan di Sampang Madura tahun 2013.15
terjadi melalui kontak langsung antara manusia
Sejak tahun 2004 sampai 2013 telah terjadi pengendalian leptospirosis.
kenaikan kasus leptospirosis di Indonesia dan
semakin banyak provinsi yang melaporkan Metode Penelusuran
adanya kejadian leptospirosis. Oleh karena itu,
penyakit tersebut mulai menjadi perhatian Tulisan ini merupakan hasil dari studi
Kementerian Kesehatan RI.15 literatur (kepustakaan) yaitu dengan cara
Gejala leptospirosis bervariasi mulai dari mengumpulkan informasi-informasi dari jurnal
demam, ikterus, dan hemoglobinuria.5 Pada hasil penelitian dan review, skripsi atau tesis,
beberapa kasus, leptospirosis juga dapat serta laporan penelitian lainnya. Studi literatur
menyebabkan gagal ginjal, perdarahan paru dilakukan selama bulan September 2019-Mei
disertai gagal nafas, jaundice, perdarahan, 2020. Pencarian literatur dilakukan dengan
hingga kematian.2,4,16 Tingkat keganasan peramban daring (browser online) seperti
leptospirosis tergantung dari serovar Leptospira Google Scholar, Elsevier, E-journal dan website
yang menginfeksi. 5 Beberapa serovar resmi Kementerian Kesehatan RI. Kriteria
Leptospira diketahui bersifat virulen pada literatur yang digunakan yaitu literatur yang
manusia yaitu L. cynopteri, L. berkaitan dengan leptospirosis khususnya
icterohaemorrhagieae, dan L. javanica.17 mengenai kejadian/prevalensi leptospirosis di
Penderita leptospirosis kronis dapat bertindak Indonesia, gejala klinis, diagnosis, dan
sebagai pembawa penyakit (carrier) karena pengobatan leptospirosis, faktor risiko serta
bakteri dapat bersarang di dalam ginjal dan pencegahan dan pengendalian leptospirosis.
dapat diekskresikan bersama urin mulai minggu
pertama setelah infeksi dan dapat berlangsung Prevalensi Leptospirosis di Indonesia
sampai beberapa bulan.5 Seringkali dilaporkan
kasus leptospirosis tidak menunjukkan adanya Kasus leptospirosis banyak terjadi di
gejala klinis spesifik sehingga sulit dilakukan daerah perkotaan maupun pedesaan negara
diagnosis tanpa pengujian sampel di beriklim tropis dan negara berkembang.4,18
laboratorium.5 Selain itu, penemuan penderita Leptospirosis termasuk penyakit endemis
leptospirosis sering terlambat dan tidak optimal terutama di sebagian besar negara di Asia
yang menyebabkan tata laksana juga Tenggara.10 Besaran masalah leptospirosis di
terlambat.4 Diagnosis yang sering salah juga setiap negara umumnya dipengaruhi beberapa
menyebabkan buruknya prognosis lepto- faktor seperti perilaku, pekerjaan, sosio-kultural,
spirosis.4 dan lingkungan.10 Di Indonesia, kejadian
Leptospirosis kembali menjadi perhatian leptospirosis hampir terjadi di semua provinsi
karena kecenderungan adanya peningkatan terutama sebagian besar provinsi di Pulau Jawa
kasus serta case fatality rate yang cukup tinggi dan Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat,
di Indonesia terutama pada musim penghujan. Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan
Tinjauan literatur ini disusun untuk memberikan Timur, dan Kalimantan Barat.1 Kejadian lepto-
gambaran umum mengenai kejadian lepto- spirosis sangat potensial menjadi KLB terutama
spirosis di Indonesia khususnya mengenai saat terjadi banjir.1 Beberapa kabupaten di
prevalensi leptospirosis di Indonesia, gejala Indonesia dilaporkan pernah mengalami KLB
klinis, diagnosis, dan pengobatan penderita leptospirosis dengan tingkat kematian yang
leptospirosis, faktor risiko penularan lepto- tinggi yaitu di atas 7%.19
spirosis pada manusia, serta pencegahan dan
Menurut International Leptospirosis tahun 2017 mengalami penurunan dengan 640
Society, prevalensi leptospirosis di Indonesia kasus.22 Pada tahun 2018 kembali meningkat
cukup tinggi dengan angka kematian akibat menjadi 895 kasus.22 Kematian akibat
leptospirosis sebesar 16,7% atau urutan ketiga leptospirosis tertinggi terjadi di Jawa Tengah
setelah Uruguay dan India.7 Sumber lain (CFR mencapai 20,84%).22 Selain itu, kasus
menyebutkan angka kematian di Indonesia kematian akibat leptospirosis juga dilaporkan di
akibat leptospirosis berkisar antara 2,5% Maluku yaitu sebanyak 2 dari 5 kasus (CFR
sampai 16,4%.20 Namun, menurut Kementerian 40,00%).22
Kesehatan RI, Case Fatality Rate (CFR) akibat
leptospirosis di Indonesia pada tahun 2007 Gejala Klinis, Diagnosis, dan Pengobatan
sebesar 8,2%, tahun 2008 mengalami Leptospirosis
penurunan menjadi 6,0%.7 Kemudian pada
tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan Leptospirosis mempunyai masa inkubasi
kembali menjadi 6,87% dan 10,51%, berkisar 2 sampai 26 hari atau rata-rata 10
sedangkan pada tahun 2011 turun kembali hari.1 Leptospirosis pada manusia memiliki 2
menjadi 9,57%.7 fase yaitu fase septikemik atau leptospiremik
Kejadian leptospirosis di Indonesia sangat dan fase imun.20 Penderita pada fase
fluktuatif setiap tahunnya.7 Pada tahun 2008, septikemik akan mengalami gejala seperti flu
sebanyak 131 penduduk Semarang positif yaitu demam, nyeri otot betis, paha, dan
leptospirosis.20 Pada tahun 2011, DIY menjadi pinggang terutama jika ditekan, mual, serta
provinsi dengan kasus leptospirosis terbanyak muntah.1,20 Gejala tersebut umumnya terjadi
dan selama tahun 2010-2011 terjadi KLB pada hari ke 4-7.1 Sedangkan fase imun dapat
leptospirosis di Kabupaten Bantul.21 Pada tahun berlangsung selama 4-30 hari ditandai dengan
2012 terjadi 239 kasus leptospirosis di peningkatan titer antibodi, demam hingga 40 0C
Indonesia dengan 29 kasus kematian (CFR disertai menggigil, lemah, nyeri pada leher,
mencapai 12,13%), sedangkan pada tahun perut, dan otot kaki.1 Selain itu, munculnya
2013 terjadi sebanyak 640 kasus.14,20 Pada conjungtival suffusion dan conjungtival injection
tahun 2014 dan 2015, kasus leptospirosis dapat menjadi tanda patognomik leptospirosis.1
terjadi hampir di semua provinsi yang ada di Pada daerah endemis leptospirosis, sebagian
pulau Jawa yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, besar infeksi tidak jelas secara klinis dan sering
DIY, dan Jawa Timur.14 Secara umum terjadi terjadi kesalahan diagnosis sebagai meningitis,
penurunan kasus dari tahun sebelumnya yaitu encephalitis, atau influenza.18
menjadi 545 (tahun 2014) dan 366 (tahun Menurut Kementerian Kesehatan RI
2015).20 Pada tahun 2014, penurunan terjadi terdapat 3 kriteria yang dapat digunakan untuk
secara signifikan di Jawa Timur, sedangkan DKI mendefinisikan kasus leptospirosis yaitu
Jakarta dan Jawa Tengah justru mengalami suspek, probable, dan konfirmasi.10,23 Kasus
peningkatan kasus bahkan merupakan kasus suspek ditandai demam akut dengan atau tanpa
tertinggi selama 5 tahun terakhir.14 Pada tahun sakit kepala, nyeri otot, lemah atau malaise,
yang sama Kabupaten Bantul (DIY) juga conjungtival suffision, dan mempunyai riwayat
melaporkan kejadian leptospirosis sebanyak 23 terpapar atau beraktivitas di lingkungan yang
kasus dengan 1 kasus kematian.21 Pada tahun terkontaminasi bakteri Leptospira dalam
2016 kasus leptospirosis mengalami rentang waktu 2 minggu sebelumnya.10
peningkatan hingga 830 kasus, sedangkan
Kasus probable merupakan kasus suspek jaringan atau cairan tubuh penderita juga dapat
yang memiliki dua gejala klinis (minimal) lainnya dilakukan dengan metode Polymerase Chain
seperti nyeri pada betis, kulit dan sklera mata Reaction (PCR).5 Metode PCR cukup sensitif,
menguning (ikterus atau jaundice), manifestasi spesifik, dan hasil dapat diperoleh dalam waktu
perdarahan, sesak nafas, mengalami oliguria singkat, tetapi hasil identifikasi tidak dapat
atau anuria, aritmia jantung, batuk dengan atau digunakan untuk mengidentifikasi serovar
tanpa hemoptisis, dan ruam kulit.10 Selain itu, bakteri.5,11 Pemeriksaan serologis juga sering
kasus probable juga dapat dinyatakan pada digunakan untuk diagnosis klinik leptospirosis
kasus suspek dengan hasil rapid diagnostic test antara lain Microscopic Agglutination Test
(RDT) untuk deteksi IgM anti-Leptospira positif (MAT) sebagai gold standard, Enzyme-Linked
atau kasus suspek dengan hasil uji laboratorium Immunosorbent Assay (ELISA), dan
menunjukkan adanya gejala trombositopenia Macroscopic Slide Agglutination Test
yang ditandai dengan jumlah trombosit kurang (MSAT).5,11,25 MAT bertujuan untuk meng-
dari 100.000 sel/mm, leukositosis yang ditandai identifikasi serovar Leptospira pada hewan
dengan jumlah neutrofil lebih dari 80%, terjadi maupun manusia.25 ELISA dapat digunakan
kenaikan jumlah bilirubin total (lebih dari 2 gr%) untuk mendeteksi anti-Leptospira IgM satu
atau amilase atau creatin phosphokinase (CPK), minggu setelah infeksi dan antibodi IgG mulai 2
dan hasil pemeriksaan urin menunjukkan minggu setelah infeksi.5 Prinsip uji dan inter-
adanya proteinuria dan/atau hematuria.10 Kasus pretasi hasil MSAT sama dengan MAT namun
konfirmasi merupakan kasus suspek atau kurang spesifik.25 Uji serologi skrining yang
probable yang disertai oleh salah satu hasil dari cepat dan praktis juga sering digunakan di
isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik, Indonesia antara lain Lepto Dipstick Assay,
hasil PCR positif, atau uji MAT berubah dari LeptoTek Dri Dot, dan Leptotek Lateral Flow.25
negatif menjadi positif.10,20 Pengobatan leptospirosis umumnya
Gejala klinis leptospirosis umumnya mirip dilakukan dengan pemberian antibiotik dari
dengan gejala klinis penyakit lain seperti demam golongan penisilin, streptomisin, tetrasiklin, atau
dengue atau demam berdarah dengue, malaria, eritromisin.25 Pemberian penisilin atau tetrasiklin
dan scrub thypus.24 Hal tersebut sering me- dengan dosis tinggi diketahui dapat memberikan
nyebabkan terjadinya kesalahan dalam hasil sangat baik.25 Pengobatan leptospirosis di
diagnosis dan berakibat pada kesalahan pe- Indonesia pada daerah endemis atau terjadi
ngobatan.24 Oleh karena itu, selain melihat KLB dilakukan dengan antibiotik yang sesuai
gejala klinis, diagnosis leptospirosis juga perlu sejak kasus suspek ditegakkan secara klinis,
didukung dengan hasil pemeriksaan labo- sedangkan pada daerah bukan endemis atau
ratorium, rapid diagnostic test (RDT) yang cepat KLB, pengobatan dilakukan ketika kasus
dan tepat, atau metode diagnostik lainya. probable ditegakkan.10 Pada kasus leptospirosis
Keberadaan Leptospira pada beberapa ringan yang ditandai dengan ikterik ringan,
organ seperti saluran genital, ginjal, atau urin pengobatan dilakukan dengan doksisiklin 2x100
penderita dapat digunakan untuk mendiagnosis mg selama 7 hari (kecuali pada anak, ibu hamil,
leptospirosis.5 Bakteri tersebut dapat diisolasi atau ada kontraindikasi doksisiklin) atau
dengan membiakkan bakteri tersebut, namun amoksisilin 3x500 mg/hari pada orang dewasa
hal tersebut sulit dilakukan karena metode yang dan 10-20 mg/kgBB per 8 jam untuk anak
digunakan sangat sensitif dan membutuhkan selama 7 hari, atau menggunakan makrolid jika
waktu yang lama.5 Deteksi Leptospira di ada alergi amoksilin.10
Pada kasus leptospirosis berat (kasus kontak dengan binatang yang terinfeksi
suspek/probable yang disertai ikterus, mani- Leptospira, bersentuhan dengan bangkai dan
festasi perdarahan, anuria/oliguria, sesak nafas, atau cairan infeksius hewan, memegang
atau artimia jantung), pengobatan dapat spesimen hewan atau manusia yang diduga
dilakukan dengan ceftriaxon 1-2 gram IV terinfeksi leptospirosis, melakukan kegiatan
selama 7 hari atau penisilin prokain 1,5 juta unit yang berisiko kontak dengan sumber infeksi,
IM per 6 jam selama 7 hari atau ampisilin 4x1 dan lain-lain.23
gram IV per hari selama 7 hari, selain itu terapi Kejadian leptospirosis juga dapat di-
suportif juga diperlukan jika ada komplikasi pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
seperti gagal ginjal, perdarahan organ, syok, umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat
dan gangguan saraf (neurologi).10 Menurut pendidikan, riwayat luka, dan personal
WHO, penderita leptospirosis akut dapat diobati hygiene.7 Menurut penelitian yang dilakukan
dengan penisilin dosis tinggi, sedangkan oleh Prihantoro pada tahun 2017 di wilayah
penderita leptospirosis tidak akut dapat diobati kerja Puskesmas Pegandan Kota Semarang,
dengan antibiotik oral seperti amoksilin, sebagian besar penderita leptospirosis berjenis
ampisilin, doksisiklin, atau eritromisin.13 kelamin laki-laki (80%), usia >40 tahun (70%),
Antibiotik generasi ketiga dari sepalosporin tingkat pendidikan rendah (60%), memiliki
seperti seftriason, sefotaksim, dan quinolon pekerjaan tidak berisiko (100%), lingkungan
juga diketahui efektif digunakan sebagai obat penderita tidak mengalami banjir ±3 minggu
leptospirosis.13 sebelum sakit (60%), kondisi selokan buruk
(100%), lingkungan sekitar terdapat tikus
Faktor Risiko Penularan Leptospirosis (100%), dan jarak rumah dengan TPS ≤500 m
(90%).14 Menurut penelitian tersebut, jenis
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko kelamin sebenarnya memiliki kerentanan yang
kejadian leprospirosis antara lain kepadatan sama terhadap infeksi leptospirosis akan tetapi
penduduk tinggi, pengelolaan sampah yang laki-laki cenderung kurang peduli apabila terjadi
buruk, kondisi iklim (curah hujan tinggi, suhu luka yang merupakan jalan masuknya bakteri
hangat, tanah yang lembab, daerah dengan pH ke dalam tubuh.14 Hal serupa juga disampaikan
alkalis, dan kawasan banjir), kondisi sanitasi oleh Rampengan (2016), bahwa jumlah pasien
buruk, mempunyai pekerjaan berisiko, serta leptospirosis berjenis kelamin laki-laki lebih
melakukan aktivitas tertentu.20,21 Selain itu, juga tinggi dibandingkan perempuan.1 Selain itu, laki-
dapat disebabkan oleh faktor keberadaan tikus, laki remaja dan setengah baya memiliki pre-
sampah, dan sarana pembuangan air limbah, valensi lebih tinggi dibandingkan anak-anak dan
ketinggian air, ketersediaan air bersih, serta orang lanjut usia.1
status pengungsian.7 Tingkat pendidikan mempengaruhi ke-
Menurut Kementerian Kesehatan RI, mampuan seseorang menerima pengetahuan
beberapa aktivitas yang termasuk faktor risiko dari pendidikan, penyuluhan, maupun sosia-
leptospirosis yaitu melakukan kontak dengan air lisasi pencegahan dan penanggulangan lepto-
atau urin yang terkontaminasi bakteri Lepto- spirosis.2,14 Semakin tinggi tingkat pendidikan
spira, beraktivitas di sungai atau danau yang berdampak cukup signifikan dalam proses
tercemar, bekerja di sawah atau perkebunan pemutusan jalur penularan leptospirosis.14
tanpa menggunakan alas kaki, melakukan
Adanya genangan air akibat banjir menurunkan jumlah sapi seropositif Leptospira.5
maupun tidak serta lingkungan yang kotor dapat Memberantas hewan pengerat terutama tikus
menjadi habitat tikus sebagai vektor dari lingkungan dan memisahkan hewan
leptospirosis dan mendukung kelangsungan peliharaan yang terinfeksi untuk mencegah
hidup serta perkembangbiakan bakteri Lepto- kontaminasi terhadap lingkungan sekitar juga
spira patogen.14,25 Hal serupa didapatkan dari dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
penelitian sebelumnya yang menyebutkan leptospirosis.18
bahwa penduduk yang tidak selalu meng- Pencegahan dan pengendalian lepto-
gunakan Alat Pelindung Diri (APD), mempunyai spirosis pada jalur penularan dapat dilakukan
pendidikan rendah, dan melakukan kontak dengan cara membersihkan tempat yang
dengan daging atau bagian tubuh hewan yang kemungkinan besar menjadi habitat atau sarang
mati secara berurutan akan meningkatkan tikus, menghilangkan akses tikus ke lingkungan
kejadian leptospirosis sebesar 266,3x; 255,2x; manusia, menghindari kontak dengan tikus atau
dan 77,8x.2 urin tikus atau hewan lain yang berisiko me-
Pekerjaan merupakan faktor risiko penting nularkan leptospirosis.5 Pencegahan dan
dalam penularan leptospirosis pada manusia.5 pengendalian leptospirosis pada manusia dapat
Jenis pekerjaan yang berisiko antara lain dilakukan dengan menutup luka dengan balut
petani, pekerja perkebunan tebu, tambang, dan kedap air, mengenakan alat pelindung diri
rumah pemotongan hewan, perawat dan dokter ketika melakukan kontak dengan hewan
hewan, pekerja yang berhubungan dengan terinfeksi dan genangan air terutama akibat
perairan, lumpur, dan hewan peliharaan banjir, membersihkan diri setelah menangani
maupun satwa liar.5 Seseorang yang memiliki hewan yang terinfeksi, tidak makan atau
pekerjaan tidak berisiko masih mempunyai merokok selama menangani hewan terinfeksi,
kemungkinan terinfeksi leptospirosis apabila memberikan imunisasi kepada orang yang yang
mengalami kontak langsung dengan tikus yang memiliki pekerjaan berisiko (Doxycycline
positif Leptospira.14 terbukti efektif mencegah leptospirosis pada
anggota militer), melakukan pengawasan
Pencegahan dan Pengendalian Penularan terhadap penderita leptospirosis, dan me-
Leptospirosis nerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.12,18
Pendekatan kepada masyarakat dan kelompok
Pencegahan dan pengendalian penularan yang mempunyai risiko tinggi terhadap infeksi
leptospirosis dapat dilakukan pada 3 aspek Leptospira juga sangat diperlukan untuk me-
utama yaitu hewan sebagai reservoir penyakit, ningkatkan pemahaman mengenai leptospirosis
rute penularan, dan manusia sebagai incidental sehingga dapat melakukan pencegahan
host.5 Vaksinasi pada hewan terutama ternak penularannya.5
merupakan salah satu cara efektif yang
berguna untuk meningkatkan kekebalan hewan Kesimpulan
terhadap infeksi penyakit.5 Meskipun tidak
dapat digunakan untuk mencegah maupun Kejadian leptospirosis di Indonesia
mengobati infeksi, vaksinasi juga dapat fluktuatif dan cenderung meningkat dari tahun
digunakan untuk mengurangi pengeluaran ke tahun, terutama pada saat terjadi banjir.
Leptospira melalui urin, menurunkan kasus Gejala leptospirosis bervariasi dan sering terjadi
prematur, lahir lemah atau mati, serta kesalahan diagnosis pada beberapa kasus.
Diagnosis dapat dilakukan dengan melihat 8. Zakharova OI, Korennoy FI, Toropova NN,
gejala klinis yang muncul dan uji serologis. Burova OA, Blokhin AA. Environmental Risk
Pengobatan leptospirosis dapat dilakukan of Leptospirosis in Animals: The case of the
dengan pemberian antibiotik golongan penisilin, Republic of Sakha (Yakutia), Russian
streptomisin, tetrasiklin, atau eritromisin. Faktor Federation. Pathogens. 2020; 9(6):1-18.
risiko utama terjadinya leptospirosis yaitu doi:10.3390/pathogens9060504.
daerah dengan kepadatan penduduk dan curah 9. CDC. Leptospirosis - Fact Sheet for
hujan tinggi, sanitasi lingkungan buruk, Clinicians. CDC. 2018. (Online). https://
keberadaan tikus, serta adanya kegiatan yang www.cdc.gov. Accessed 24 September
berisiko kontak dengan sumber infeksi. 2019.
Pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan 10.Kemenkes RI. Petunjuk Teknis
pada 3 aspek utama yaitu terhadap reservoir, Pengendalian Leptospirosis Tahun 2017.
jalur penularan, dan manusia. Sci Journals. 2017; 11:160-162.
11.Muhammad Fadhlullah Mursalim,
Daftar Pustaka Mochammad Hatta. Identifikasi DNA
Leptospira sp Pada Sampel Air dan Tanah
1. Rampengan NH. Leptospirosis. J Biomedik. di Kota Makassar. As-Syifaa. 2017; 10
2016; 8(3):143-150. (01):37-43.
2. Supraptono B, Sumiarto B, Pramono D. 12. NSW Multicultural Health Communication
Interaksi 13 Faktor Risiko Leptospirosis. Ber Service. Leptospirosis. NSW Health
Kedokt Masy. 2011; 27(2):55-65. Indonesian. 2019. (Online). http://
3. Sun AH, Liu XX, Yan J. Leptospirosis is an www.mhcs.health.nsw.gov.au. Accessed
Invasive Infectious and Systemic September 19, 2019.
Inflammatory Disease. Biomed J. 2020; 43 13. World Health Organization. Human
(1):24-31. doi:10.1016/j.bj.2019.12.002 Leptospirosis: Guidance for Diagnosis,
4. Rahim A, Yudhastuti R. Pemetaan dan Surveillance, and Control. WHO. 2003:1-
Analisis Faktor Risiko Lingkungan Kejadian 122.
Leptospiros Berbasis Sistem Informasi 14. Prihantoro T, Siswiendrayanti A.
Geografis (GIS) di Kabupaten Sampang. J Karakteristik dan Kondisi Lingkungan
Kesehat Lingkung. 2015; 8(1):48-56. Rumah Penderita Leptospirosis di Wilayah
5. Kusmiyati, Noor SM, Supar. Leptospirosis Kerja Puskesmas Pegandan. J Heal Educ.
pada Hewan dan Manusia di Indonesia. 2017; 2(2):185-191.
Wartazoa. 2005; 15(4):213-220. 15. Astuti IIP, Maharsi ED, Armelia L, Widiyanti
6. Mulyono A, Ristiyanto, Rahadianingtyas E, D. Upaya Pencegahan Infeksi Leptospirosis
Putro DBW, Joharina AS. Prevalensi dan di Daerah Cempaka Putih Jakarta Pusat.
Identifikasi Leptospira Patogenik pada Tikus Pros Semin Nas Penelit dan PKM Kesehat.
Komensal di Kota Maumere, Flores. 2017: 55-61.
Vektora. 2016; 8(1):31-40. 16.Gasem MH, Wagenaar JFP, Goris MGA, et
7. Erviana A. Studi Epidemiologi Kejadian al. Murine Typhus and Leptospirosis as
Leptospirosis pada Saat Banjir di Causes of Acute Undifferentiated Fever,
Kecamatan Cengkareng Periode Januari- Indonesia. Emerg Infect Dis. 2009; 15
Februari 2014. Skripsi. 2014. doi:10.1017/ (6):975-977. doi:10.3201/eid1506.081405.
CBO9781107415324.004
17. Ramadhani T, Widyastuti D, Priyanto D. 22. Kementerian Kesehatan RI. Profil
Determinasi Serovar Bakteri Leptospira Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:
pada Reservoir di Kabupaten Banyumas. J Kementerian Kesehatan RI; 2019. http://
Ekol Kesehat. 2016; 14(1). doi:10.22435/ www.depkes.go.id/resources/download/
jek.v14i1.4652.8-16. pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-
18.Chin J. Manual Pemberantasan Penyakit dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
Menular. Jakarta: Bakti Husada; 2000. 2018.pdf.
19. Ikawati B, Widiastuti D. Leptospirosis pada 23. Kementerian Kesehatan RI. Leptospirosis:
Manusia di Kabupaten Banyumas, Provinsi Kenali dan Waspada. http://
Jawa Tengah. BALABA. 2013; 9(1):17-20. www.depkes.go.id/. 2008. (Online).
20.Sanyasi RDLR. Laporan Kasus Kejadian Accessed 16 September 2019.
Luar Biasa Leptospirosis di Magetan, Jawa 24. Widjajanti W. Epidemiologi, Diagnosis, dan
Timur. Berk Ilm Kedokt Duta Wacana. 2018; Pencegahan Leptospirosis. J Heal
3(1):1-9. doi:10.21460/bikdw.v3i1.104. Epidemiol Commun Dis. 2020; 5(2):62-68.
21.Rakebsa D, Indriani C, Sri nugroho W. doi:10.22435/jhecds.v5i2.174.
Epidemiologi Leptospirosis di Yogyakarta 25. Rejeki DSS. Faktor Risiko Lingkungan yang
dan Bantul. Ber Kedokt Masy. 2018; 34 B e rpen ga ruh te rha dap K ej adia n
(4):153-158. Leptospirosis Berat (Studi Kasus di Rumas
Sakit Dr. Kariadi Semarang). 2005.

Anda mungkin juga menyukai