PENYAKIT
MENULAR
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
UNIVERSITAS RESPATI
INDONESIA
PENGERTIAN LEPTOSPIROSIS
Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang
disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk
spiral dari genus Leptospira yang pathogen,
yang ditularkan secara langsung dan tidak
langsung dari hewan ke manusia.
EPIDEMIOLOGI LEPTOSPIROSIS
Bakteri ini berbentuk spiral dengan pilinan yang rapat dan ujung – ujungnya berbentuk
seperti kait sehingga bakteri sangat aktif baik Gerakan berputar sepanjang sumbunya,
maju – undur, maupun melengkung, ukuran bakteri ini 0,1 µm x 0,6 µm sampai 0,1 µm
x 20 µm
ETIOLOGI
Genus Leptospira terbagi dalam dua serovarian yaitu L.interrogate yang bersifat
pathogen (memiliki potensi untuk menyebabkan penyekit pada hewan dan manusia)
dan serovarian L.Biflexa yang bersifat non pathogen/ saprophytic (hidup bebas dan
umumnya tidak menyebabkan penyakit).
Leptospira peka terhadap asam dan dapat hidup di air tawar selama kurang lebih satu
bulan tetapi di air laut, air selokan dan air kemih yang tidak dilencerkan akan cepat
mati.
HOST/ PEJAMU
Penyakit Leptospira memiliki dua pejamu, yaitu binatang/ mamalia dan manusia.
Mamalia yang menjadi pejamu ini dikenal dengan sebutan reservoir, berupa binatang buas dan juga ternak
termasuk tikus.
Beberapa spesies tikus yang menjadi reservoir leptospirosis di Indonesia di antaranya adalah Rattus
Faktor ketiga adalah lingkungan yaitu lingkungan fisik (selokan tidak terawat, banyak genangan air); lingkungan
bilogik (banyaknya populasi tikus di dalam atau sekitar rumah, hewan piaraan sebagai hospes perantara); lingkungan
sosial ekonomi (jumlah pendapatan) ; lingkungan budaya.
Pada kejadian leptospirosis ini rata-rata pengaruh terbesar dari faktor lingkungan .
PENULARAN
Secara alamiah leptospirosis terjadi karena adanya interaksi yang sangat kompleks dan
beragam antara agent (pembawa penyakit), host (tuan rumah/pejamu) dan environment
(lingkungan).
Manusia dan binatang dapat terinfeksi oleh bakteri ini melalui kontak antara kulit atau
mukosa dengan air maupun tanah yang mengandung urin binatang yang terinfeksi oleh
bakteri ini.
Infeksi juga dapat terjadi jika manusia mengkonsumsi air ataupun makanan yang
sampai dengan berat, tergantung jenis serovar yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Gejala klinis leptospirosis setelah masa inkubasi berupa demam, menggigil, sakit kepala, nyeri
otot, batuk, rasa tidak nyaman di badan, muntah, nyeri pada perut, diare, sufusi konjungtiva,
jaundice, urin berwarna seperti teh, oliguria, anuria, batuk berdarah, perdarahan pada kulit,
pusing dan lesu.
Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan beberapa organ berupa kegagalan hati akut,
kegagalan ginjal akut, perdarahan pada paru-paru, miokarditis dan meningoencephalitis yang
berakhir pada kematian
GEJALA/ MANIFESTASI KLINIS
dilakukan pada ginjal dan limpa, sedangkan pada manusia diagnosis dilakukan pada serum, plasma
darah, urin dan cairan serebrospinal.
Untuk mendukung diagnostik dapat pula diambil sampel lingkungan yaitu air dan tanah/lumpur.
Diagnosis kasus leptospirosis pada manusia dapat dilakukan pada saat masa akut, transisi dari masa
akut ke masa imun dan fase imun. Pada masa akut diagnosis dilakukan dengan mengkultur bakteri
Leptospira dari darah, urin dan cairan serebrospinal; selain itu diagnosis dilakukan melalui PCR. Saat
masa transisi dari fase akut ke fase imun diagnosis dilakukan melalui uji ELISA IgM dan dipstik.
Pada saat fase imun diagnosis dilakukan melalui uji MAT yang merupakan standar emas penegakan
ringan pengobatannya berupa tablet doksisiklin dengan dosis 100 mg diminum dua kali sehari
selama tujuhhari. Bagi penderita leptospirosis sedang dan/atau berat pengobatannya berupa
penicilin G intravena dengan dosis 1,5 MU setiap enam jam selama tujuh hari.
Jika terjadi gagal ginjal perlu dilakukan hemodialisa dan perlu dilakukan ventilasi pernafasan
mekanis jika terjadi perdarahan pada paru-paru. Bagi orang yang memiliki risiko tinggi
terkena leptospirosis, maka perlu diberikan doksisiklin oral sebagai profilaksis sebesar 200
mg per minggu selama terpapar risiko
KOMPLIKASI PADA PENDERITA LEPTOSPIROSIS
1. Pada ginjal : terjadi Acute Renal Failure, melalui mekanisme invasi leptospira menyebabkan kerusakan tubulus dan
glomerulus. Kemudian terjadi reaksi immunology yang sangat cepat yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya reaksi
non spesifik terhadap infeksi (iskemia ginjal).
2. Pada mata : terjadi infeksi konjungtiva.
3. Pada hati : terjadi jaundice(Kekuningan) setelah hari keempat dan keenam dengan adanya pembesaran hati
(Hepatomegali) dan konsistensinya lunak.
4. Pada Jantung : terjadi aritmia, dilatasi jantung dan gagal jantung.
5. Pada Paru : terjadi haemorhagic pneumonitis dengan batuk darah, nyeri dada dan cyanosis, ARDS (Acute Respiratory
Distress Syndrome)
6. Perdarahan (Hematesis, Melena)
7. Infeksi pada kehamilan : terjadi abortus dan kematian fetus (still birth)
8. Komplikasi lain, meliputi kejadian cerebrovaskuler, rhabdomyolisis, purpura trombotik trombositopenia, cholecystitis
calculus acute, erythemanodosum, stenosis aorta syndroma Kawasaki, arthritis reactive, epididimitis, kelumpuhan syaraf,
hypogonadisme pria dan Guillain – Barre Syndrome.
PENCEGAHAN
Berdasarkan saran WHO, upaya pencegahan leptospirosis dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu pada
Pada jalur penularan, pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan memutus jalur penularan. Jalur
penularan adalah lingkungan yang bisa menjadi tempat berkembang biak dan hidup bakteri Leptospira
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah leptospirosis adalah dengan menjaga kebersihan
lingkungan sekitar tempat tinggal, supaya tidak menjadi sarang tikus, termasuk tempat penyimpanan
air, penanganan sampah yang benar sehingga tidak menjadi sarang tikus
PENCEGAHAN PENULARAN LEPTOSPIROSIS
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menutup luka dengan pembalut luka kedap air
Jika bekerja di lingkungan becek dan kotor sebaiknya memakai alas kaki tertutup/ sepatu boot dan sarung tangan
Cuci tangan dan kaki menggunakan sabun
Hindari mandi/ berenang di air kotor
Segera periksa ke dokter/ puskesmas apabila mengalami gejala – gejala leptospirosis
Minumlah obat sampai tuntas menghindari penyakit kambuh
2. Pengendalian Tikus
Potong dahan pohon yang menempel ke atap/ rumah
Tutup lubang dan celah rumah yang dapat menjadi jalan tikus
Tutup tempat penyimpanan makanan
Tutup rapat tempat sampah
Hindari kran bocor yang dapat mengakibatkan air menggenang
Pasang perangkap tikus untuk mengendalikan tikus didalam rumah
3. Pemberian desinfektan pada TPA (Bak Mandi, ember, tong dan badan air)
Pemberian desinfektan di penampungan, genangan air/ kolam. Badan air. Dosis 1 sendok makan larutan Sodium Hipoklorit 1% untuk 20 liter air
Penyemprotan desinfektan (kaporit) pada kubangan air dosis 1 sendok makan untuk 20 liter air.
PENGENDALIAN LEPTOSPIROSIS
Dalam kegiatan upaya penanggulangan Leptospirosis dilakukan beberapa kegiatan pokok pengendalian sebagai
berikut :
1. Advokasi dan sosialisasi.
7. Promosi kesehatan/KIE.
8. Bimbingan teknis/supervisi.
Dalam surveilans Leptospirosis, surveilans berarti suatu proses kegiatan sistematis untuk menyajikan informasi
dasar bagi strategi intervensi dalam kesehatan masyarakat yang meliputi manusia dan faktor risikonya sehingga
perlu dijelaskan mengenai kegiatan surveilans pada manusia dan pada faktor risiko.
Tujuan surveilans Leptospirosis pada manusia yaitu :
Memantau kecenderungan Leptospirosis menurut waktu, tempat dan orang