Anda di halaman 1dari 10

RESUME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Penyakit Berbasis Lingkungan

Disusun oleh:

FRIDA OKTAVIA PASARIBU

PO71331230073

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN 2023/2024
MEKANISME DAN PERANAN LINGKUNGAN

TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT

A. ISPA

Menurut Kementerian Kesehatan RI, ISPA adalah infeksi saluran penyakit


akut dengan gejala demam batuk kurang dari 2 (dua) minggu, pilek atau hidung
tersumbat dan sakit tenggorokan.

Menurut WHO (Word Health Organization), ISPA adalah penyakit menular


dari saluran pernafasan atas atau bawah yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit berkisaran dari inpeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor penjamu dan faktor
lingkungan.

Penyakit ISPA bisa menjangkit siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang
dewasa, terutama mereka dalam kondisi yang kurang fit. Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap faktor resiko penyakit ISPA yaitu faktor lingkungan.
Adapun faktor resiko lingkungan yaitu:

1. Rumah;
Sarana sanitasi rumah juga perlu dilakukan pengawasan untuk
menghindari terjadinya penyakit ISPA. Sarana sanitasi tersebut antara lain
ventilasi, suhu, kelembapan, jenis lantai, penerangan alami, konstruksi
bangunan, sarana pembuangan sampah, septitank, dan penyediaan air
(Jayanti et al., 2018).
2. Rokok;
3. Kepadatan hunian;
4. Polusi udara.

A. TUBERCULOSIS
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis sering menyerang paru-paru tetapi juga menyerang
organ tubuh lainnya.

Faktor Lingkungan:
1. Rumah
a. Pencahayaan
Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab
dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Rumah
yang tidak memiliki pencahayaan yang baik akan meningkatkan risik
terjadinya kejadian tuberkulosis sebanyak 3-7 kali dibandingkan dengan
rumah yang memiliki pencahayaan yang baik.
b. Ventilasi
Menurut penelitian Kurniasari dkk bahwa kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban ruangan. Kelembaban yang tinggi akan menjadi
temoat yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri-bakteri
patogen termasuk kuman tuberkulosis.
c. Riwayat Kontak
Seorang penderita TB rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang yang
berada di dalam rumahnya. Jika semakin banyak penderita TB dalam satu
rumah maka akan meningkatkan frekuensi dan durasi kontak dengan
kuman TB.
2. Ekonomi;
3. Rokok;
4. Kepadatan Hunian, Dll.

B. ABSESTOSIS
Absestosis adalah penyakit paru yang disebabkan oleh peparan debu atau serat
asbes yang mencemari udara dalam jangka waktu lama. Penyakit ini dapat
menyebabkan kematian.

C. DIARE

Diare didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan


frekuensi buang air besar dengan feses yang cair atau encer. Bisa disertai dengan
gejala lain seperti mual, muntah, kram perut bahkan penurunan berat badan.
Adapun jenis-jenis diare yaitu:

1. Diare Akut (kurang lebih dari 2 minggu)


2. Diare Persisten (15-30 hari)
3. Diare Kronik (berlangsung dalam jangka panjang dan berulang-ulang).

Faktor resiko lingkungan penyakit diare:

a. Makanan;
b. Air;
c. Vektor (serangga/lalat);
d. Kecemasan;
e. Pekerjaan;
f. Penularan dari satu orang ke orang lain(kontaminasi silang).

D. MALARIA

Malaria adalah infeksi akibat Plasmodium yang dibawa oleh nyamuk


Anopheles betina. Malaria termasuk penyakit menular yang dapat ditularkan
melalui gigitan nyamuk, tidak dari kontak fisik maupun manusia ke manusia.

Penularan terjadi ketika nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi


Plasmodium menggigit manusia. Plasmodium tersebut akan dilepaskan ke dalam
aliran darah dan menyebabkan parasit berkembang di dalam hati, kemudian
menyerang sel darah merah dan menimbulkan munculnya gejala klinis. Apabila
malaria tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, malaria dapat
menyebaban komplikasi seperti anemia dan hipoglikemia (gula darah rendah).
Pada kondisi lebih serius, malahria dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah otak dan perdarahan di area otak.

Faktor Resiko Lingkungan:

1. Iklim, malaria sangat umum terjadi didaerah yang memiliki iklim tropis,
salah satunya Indonesia.
2. Fasilitas kesehatan, minimnya ketersedian fasilitas kesehatan yang
menghambat pengobatan malaria dapat meningkatkan peluang tertular
malaria.
3. Sanitasi rumah;
4. Penampungan air.

E. FILARIASIS

Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan salah satu jenis penyakit menular
berbahaya dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Meskipun tidak
menyebabkan kematian secara langsung tetapi dapat menimbulkan serangan akut.
Penyebab penyakit filariasis ini adalah cacing gelang (nematode) yaitu
Wuchereria bancrofti, Brugia timori, Brugia malayi di dalam darahnya.
Penyebaran filariasis disebabkan oleh gigitan nyamuk Culex pipiens, Culex
fatigans, Culex quequfasciatus dan beberapa spesies nyamuk Anopheles.

Mekanisme penyebarannya, nyamuk yang menghisap darah orang yang


mengandung microfilaria. Caranya, microfilaria yang terhisap bersama darah
menembus dinding perut nyamuk, tinggal di otot-otot dada. Kemudia berkembang
menjadi larva yang selanjutnya pindah ke proboscis. Pada saat nyamuk menghisap
darah orang, larva ini masuk kedalam darah orang tersebut.

Faktor resiko lingkungan:

1. Air;
2. Rumah;
3. Sanitasi lingkungan yang buruk

F. LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh infeksi bakteri


Leptospira interrogans. Bakteri tersebut dapat menyebar melalui darah atau urine
hewan yang telah terinfeksi.

Mekanisme penularan Leptospirosis

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), penularan


leptospirosis dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

a. Penularan Langsung (Direct Transmission)

Bakteri Leptospira sp masuk ke dalam tubuh manusia melalui membran


mukosa, hidung, kulit yang terluka, mata, atau makanan yang telah terkontaminasi
oleh urin hewan yang terinfeksi.

b. Penularan Tidak Langsung (Indrect Transmission)

Penularan tidak langsung dapat terjadi ketika terjadi kontak dengan air, tanah,
atau tanaman yang telah terkontaminasi oleh hewan yang sudah terinfeksi oleh
bakteri Leptospira sp.

Faktor resiko lingkungan:

Tingginya angka prevalensi leptospirosis dapat diakibatkan karena kondisi


lingkungan yang kurang baik sehingga memungkinkan untuk tempat hidup dan
berkembangbiaknya bakteri Leptospira sp (Rahayu, S. A, & D. S, 2017). Menurut
Sunaryo et al (2008), factor lingkungan merupakan factor pendukung terjadinya
suatu kejadian penyakit. Factor lingkungan dan manusia harus memiliki
keseimbangan agar tidak menimbulkan berbagai macam penyakit. Lingkungan
dapat dikategorikan menjadi lingkungan fisik, kimia, biologi, dan social-budaya
(Sri Rejeki, 2005).
G. DEMAM TYFOID

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh


bakteri Salmonella typhi bakteri ini terdapat pada makanan dan minuman dengan
kebersihan yang buruk dan daerah dengan sanitasi yang kurang baik. Penyakit ini
merupakan salah satu penyabab kematian dibeberapa Negara berkembang seperti
Asia Tenggara termasuk Indonesia. (Sri Darmawati, 2021). Kelompok penyakit
menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang
banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Idrus, 2020).

Penyakit ini menyerang anak-anak maupun orang dewasa melalui makanan,


feses, urin maupun air yang sudah terinfeksi. Bakteri penyebab demam tifoid akan
menempel pada makanan, kemudian apabila termakan saat kekebalan tubuh lemah
maka akan mudah terinfeksi. Jajan sembarangan pada lingkungan yang kurang
terjaga kebersihannya ataupun tidak mencuci tangan sebelum makan
(Nafiah,2018).

Pada penelitian Alladany (2010), factor sanitasi lingkungan dan perilaku


kesehatan yang merupakan factor risiko kejadian demam tifoid, antara lain yaitu
kualitas sumber air bersih, kualitas jamban keluarga, pengelolaan sampah rumah
tangga.

H. KEBISINGAN

Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bising


menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan pendengaran seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, kelelahan dan stres.

Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss/NHL)


merupakan gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh terpajang bising yang
cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Dari hasil penelitian
diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan dapat
merusak reseptor Corti pada telinga dalam adalah 85 desibel (dB) atau lebih.
Gangguan kebisingan industri dapat menyebabkan operator atau karyawan yang
mengoperasikan peralatan pabrik terkena pengaruh seperti masalah pendengaran,
mengganggu fungsi kognitif dan mengurangi kesejahteraan. Selain itu kebisingan
juga dapat menggangu percakapan sehingga akan mempengaruhi komunikasi
yang sedang berlangsung serta mengganggu konsentrasi karyawan dalam bekerja
Frekuensi kebisingan juga penting dalam menentukan perasaan yang subjektif,
namun bahaya di area kebisingan tergantung pada frekuensi bising yang ada
(Ridley, 2003). Menurut Harrianto (2008), tuli dapat disebabkan oleh tempat kerja
yang terlalu bising. Yang dimaksud dengan “tuli akibat kerja” yaitu gangguan
pendengaran parsial atau total pada satu atau kedua telinga yang didapat di tempat
kerja. Termasuk dalam hal ini adalah trauma akustik dan tuli akibat kerja karena
bising. Industri yang menghasilkan pajanan 90 dBA atau lebih ditemukan pada
pabrik tekstil, penggergajian kayu, industri mebel, produk-produk yang
menggunakan bahan baku logam, dan industri otomotif. Gangguan kebisingan
dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan fisiologis, psikologis,
komunikasi, keseimbangan, hingga ketulian baik sementara maupun permanen

I. ASCARIASIS

Askariasis adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Ascaris


lumbricoides, atau cacing gelang. Ascaris lumbricoides merupakan parasit yang
hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi infeksi Askariasis adalah iklim tropis, kesadaran akan kebersihan
yang masih rendah, sanitasi yang buruk, kondisi sosial ekonomi yang rendah,
serta kepadatan penduduk. Infeksi Askariasis biasanya sering menyerang
kelompok yang rentan seperti anak usia Sekolah Dasar (SD). Penyebab nya antara
lain masih kurang nya pengetahuan tentang kebersihan pribadi, sanitasi
lingkungan yang buruk, keadaan sosial ekonomi serta tidak terbiasa berprilaku
hidup bersih dan sehat. Kondisi kelembapan lingkungan yang tinggi juga dapat
mempengaruhi.
J. TRICURIASIS

Trichiasis umumnya disebabkan oleh peradangan pada kelopak mata, baik


karena infeksi maupun kondisi kulit tertentu. Peradangan dapat menyebabkan
terbentuknya jaringan parut yang mengubah struktur kelopak mata sehingga bulu
mata tertekuk dan mengarah ke dalam mata.

Berikut adalah beberapa kondisi peradangan yang dapat menyebabkan


trichiasis:

 Infeksi Chlamydia trachomatis (trakoma), yang dapat menyebabkan


peradangan berat pada bagian dalam kelopak mata
 Penyakit blefaritis, yaitu peradangan kelopak mata yang biasanya terjadi
akibat infeksi
 Infeksi herpes zoster pada mata, yang dapat menyebabkan luka, nyeri, dan
bengkak di kelopak mata dan sekitarnya
 Cedera mata, termasuk luka bakar atau luka akibat paparan zat kimia
 Sindrom Stevens-Johnson, yaitu kondisi peradangan kulit di seluruh tubuh,
termasuk kelopak mata dan bagian dalamnya

Selain itu, trichiasis juga bisa terjadi akibat kelainan pertumbuhan bulu
mata atau bentuk kelopak mata. Contohnya adalah:

 Penyakit distichiasis, yaitu kondisi ketika bulu mata tumbuh di tempat


yang tidak seharusnya (kelopak mata bagian dalam)
 Entropion, yaitu kondisi ketika kelopak mata menekuk ke dalam sehingga
kulit dan bulu mata bergesekan dengan permukaan mata
 Epiblepharon, yaitu kelainan lahir pada tepi kelopak mata yang
menyebabkan bulu mata tumbuh mendekati permukaan bola mata

K. DBD

Menurut Mansjoer, Arif dalam Padila, (2013) DBD adalah penyakit yang
disebabkan oleh Arbovirus (arthro podborn virus) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegeypti).

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti (betina) (Christantie Effendy, dalam Padila, 2013).

Cara Penularan Demam Berdarah Dengue


Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus betina. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu
menggigit/menghisap darah orang yang sakit DBD atau di dalam darahnya
terdapat virus dengue yang terhisap akan berkemban biak dan menyebar keseluruh
tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya. Virus akan dipindahkan bersama air liur
nyamuk. Virus tersebut akan menyerang sel pembeku darah dan merusak dinding
pembuluh darah yang kecil (kapiler), akibatnya terjadi perdarahan dan kekurangan
cairan bahkan bias mengakibatkan rejatan (syok) (Kemenkes RI, 2012).

Faktor resiko lingkungan:

1. Iklim;
2. Ketinggian tempat;
3. Kepadatan rumah;

Pencegahan:

1. Promosi kesehatan;
2. Gotong royong;
3. Pemeriksaan jentik;
4. Abatesasi.

Anda mungkin juga menyukai