Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN BANDA ACEH
Alamat: Jln. Soekarno-Hatta Kampus Terpadu Poltekkes Aceh, Aceh Besar 23352
Phone: 0651-46128 Fax: 0651-46127
Telp/Fax. 0651-46122 E-Mail :Kesling _Aceh@yahoo.com

Nama : JASRAMA NURFITRI


NIM : P07133222095
Mata Kuliah : PKL
DosenPengampu : Kartini, SKM, M.Kes

1. Sebut dan Jelaskan penyakit berbasis lingkungan dan faktor-faktor penyebabnya


Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan
fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia
dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Memang tidak
selalu lingkungan menjadi faktor penyebab, melainkan juga sebagai penunjang, media
transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada. Faktor yang menunjang
munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain :
a. Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman. Indonesia masih saja mengalami
persoalan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses
terhadap air bersih, sebagian besar yang memiliki akses mendapatkan air bersih
dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam. Dari data
Bappenas disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk dengan akses air
minum yang aman adalah 47,63%. Sumber air minum yang disebut layak meliputi
air ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung , mata air
terlindung dan air hujan.
b. Akses sanitasi dasar yang layak. Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat
buang air besar merupakan salah satu isu penting dalam menentukan kualitas
sanitasi. Namun pada kenyataannya dari data Susenas 2009 menunjukkan hampir
49% rakyat Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini berarti ada lebih dari 100
juta rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban yang tak
berkualitas.
c. Penanganan sampah dan limbah. Pengelolaan sampah yang belum tertata akan
menimbulkan banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan
serakan sampah, pencemaran lingkungan udara, tanah dan air, potensi pelepasan
gas metan (CH4) yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan global,
pendangkalan sungai yang berujung pada terjadinya banjir serta gangguan
kesehatan seperti diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan, atau keracunan
akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar zat
beracun dari sampah.
d. Vektor penyakit. Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan
vektor penyakit telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan,
sehingga kemampuan bertahan hidup merekapun semakin tinggi.
e. Perilaku masyarakat. Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan
masyarakat, menurut studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006,
perilaku masyarakat dalam mencuci tangan. adalah (1) setelah buang air besar
12%, (2) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%,
(4) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6 %.

Ada berbagai jenis penyakit brbasis lingkungan, diantaranya:


A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Istilah ISPA diadaptasi dari istilah dalam
bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak
masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan
3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata- ratamendapat serangan
batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur
yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut:
1. Infeksi, adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernapasan, adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus – sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
2. Infeksi akut, adalah infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.
Adapun faktor lingkungan yang mempengaruhi ISPA adalah
a. Rumah, Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di
dalam rumah akan mempermudah terjadinya ISPA anak
b. Kepadatan hunian (crowded), seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.
c. Status sosio-ekonomi, kepadatan penduduk dan tingkat sosio-ekonomi yang
rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi
status keseluruhan tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden
ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA
berat dengan rendahnya status sosio-ekonomi
d. Kebiasaan merokok, pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya
mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak
dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa
episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok.
e. Polusi udara, penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan
lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah
baik secara biologis, fisik maupun kimia.

B. Tuberkulosis, merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis yang telah menginfeksi hampir sepertiga penduduk dunia dan pada
sebagian besar negara di dunia tidak dapat mengendalikan penyakit TBC ini
disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan. Tuberkulosis
Paru dibagi menjadi 2 gejala, yaitu gejala klinik dan gejala umum (Alsagaff &
Mukty, 2002), 1) Batuk 2) Dahak 3) Batuk Darah 4) Nyeri Dada 5) Wheezing 6)
Sesak Nafas. Adapun gejala umum penyakit ini adalah demam, menggigil,
keringat malam, penurunan nafsu makan, dan badan lemah. Faktor-faktor resiko
lingkungan yang mempengaruhi penyakit ini adalah:
a. Kepadatan penghuni rumah, Ukuran luas ruangan suatu rumah erat
kaitannya dengan kejadian tuberkulosis paru. Semakin padat penghuni
rumah akan semakin cepat pula udara di dalam rumah tersebut mengalami
pencemaran. Karena jumlah penghuni yang semakin banyak akan
berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangan tersebut, begitu juga
kadar uap air dan suhu udaranya.
b. Kelembapan rumah, minimal 40% – 70 % dan suhu ruangan yang ideal
antara 180C – 300C. Bila kondisi suhu ruangan tidak optimal, misalnya
terlalu panas akan berdampak pada cepat lelahnya saat bekerja dan tidak
cocoknya untuk istirahat. Sebaliknya, bila kondisinya terlalu dingin akan
tidak menyenangkan dan pada orangorang tertentu dapat menimbulkan
alergi. Hal ini perlu diperhatikan karena kelembaban dalam rumah akan
mempermudah berkembangbiaknya mikroorganisme antara lain bakteri
spiroket, ricketsia dan virus.
c. Ventilasi, Jendela dan lubang ventilasi selain sebagai tempat keluar
masuknya udara juga sebagai lubang pencahayaan dari luar, menjaga
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Tidak adanya ventilasi
yang baik pada suatu ruangan makin membahayakan kesehatan atau
kehidupan, jika dalam ruangan tersebut terjadi pencemaran oleh bakteri
seperti oleh penderita tuberkulosis atau berbagai zat kimia organik atau
anorganik. Ventilasi berfungsi juga untuk membebaskan uadar ruangan
dari bakteribakteri, terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis.
d. Pencahayaan sinar matahari, Cahaya matahari selain berguna untuk
menerangi ruang juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri.
e. Lantai rumah, Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian
Tuberkulosis paru, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah
cenderung menimbulkan kelembaban, pada musim panas lantai menjadi
kering sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi
penghuninya.
f. Dinding, yang paling baik adalah pasangan batu bata atau tembok
(permanen) yang tidak mudah terbakar dan kedap air sehingga mudah
dibersihkan.

C. Diare, Menurut World Health Organization(WHO), penyakit diare adalah suatu


penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan
muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak
balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa
mengalami 1-3 episode diare berat Faktor risiko diare dibagi 3 besar yaitu faktor
karakteristik individu, perilaku pencegahan dan lingkungan. Faktor karakteristik
individu meliputi umur balita < 24 bulan, status gizi balita, umur pengasuh balita,
tingkat pendidikan pengasuh balita. Faktor perilaku pencegahan meliputi perilaku
mencuci tangan sebelum makan, mencuci peralatan makan sebelum digunakan,
mencuci bahan makanan, mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, merebus air
minum dan kebiasaan memberi makan anak diluar rumah. meliputi kepadatan
perumahan, ketesediaan Sarana Air Bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air
bersih. Gejala klinis penderita diare biasanya ditandai dengan suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja
bisa lamakelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare.

Adapun faktor resiko lingkungan untuk penyakit diare adalah:


1. Ketersediaan air bersih, mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat
ditularkan melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis,
penyakit kulit, penyakit mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka
penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan
dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan.
2. Pengelolaan sampah, Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat
berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah, Air limbah baik limbah pabrik atau limbah
rumah tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber
penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi
syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi
menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang
endemis filaria.

D. Demam berdarah dengue, dalam bahasa asing dinamakan Dengue Hemorrhagic


Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (arthro podborn
virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty). Adapun faktor resiko lingkungan yang mempengaruhi penyakit ini
adalah sebagai berikut:
1. Pembawa penyakit (agent), merupakan sesuatu yang datang membawa
penyakit. Agent yang menyebabkan demam berdarah dengue tentunya adalah
nyamuk Aedes aegypti. Hanya nyamuk betina yang dapat menggigit dan
menularkan virus dengue. Nyamuk ini umumnya menggigit di siang hari
(09.00-10.00) dan sore hari (16.00-17.00).
2. Pejamu (host) artinya adalah kelompok yang dapat terserang penyakit ini.
Dalam kasus penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini, tentu ada
beberapa hal yang mempengaruhi pejamu (host) ini mudah terserang penyakit
DBD ini, diantaranya: pengetahuan, sikap dan perilaku, lingkungan,dan iklim,

E. Malaria, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari
genus Plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area
(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam
roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura
dan paludisme. Penyakit ini dapat menular melalui infeksi paparan gigitan
nyamuk, penularan melalui ibu saat melahirkan. Adapun faktor resiko lingkungan
yang menjadi penyebab penyakit ini adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan fisik, seperti suhu, kelembapan, hujan, ketinggian, angin, sinar
matahati, arus air, kawat kasa, keadaan dinding, dan langit-langit rumah yang
dapat mencegah masuknya nyamuk.
2. Lingkungan biologi, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berpengaruh pada
perkembangbiakan nyamuk malaria. Adanya tumbuhan bakau, lumut,
ganggang ditepi rawa yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk
malaria karena menghalangi sinar matahari langsung sehingga tempat
perindukan nyamuk menjadi teduh dan juga melindungi serangan dari mahluk
hidup lainnya
3. Lingkungan sosial budaya, Sosial budaya juga berpengaruh terhadap kejadian
malaria seperti: kebiasaan keluar rumah sampai larut malam, dimana
vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan kontak dengan
nyamuk.
2. Jelaskan penyusunan rencana pencegahan masalah:
a. Penyusunan alternatif pemecahan masalah untuk intervensi kesling
Dalam menghadapi masalah lingkungan, ada dua pola alternatif yang dapat
digunakan, yaitu berorientasi pada masalah lingkungan yang timbul akibat
pembangunan sektoral (problem oriented) yang memiliki ciri:
1) Pengelolaan lingkungan merupakan bagian intergral dari sektor pembangunan
yang ada
2) Menekankan pada pengawasan sumber daya alam yang dianggap kritis dan
analisis dampak lingkungan dari proyek sektoral (AMDAL).
3) Bersifat segmental, temporal, dan parsial (ruag lingkup yang sempit)
4) Relatif murah dan mudah
5) Dan regionalisasi dalam wawasan nusantara akan tergantung pada sekor
pembangunan tertentu dimana integrasi antar wilyaha sering sulit ditemukan.
Selanjutnya menekankan pada pengaturan serta penataan lingkungan hidup secara
menyeluruh (programe oriented). Adapun ciri-ciri dari alternatif ini adalah:
1) Pengelolaan lingkungan memiliki tanggungjawab dan wewenang besar dalam
menentukan pengawasan lingkungan hidup sebagai proses pembangunan yang
dominnan
2) Menekankan pada pengaturan dan penataan lingkungan wilayah negara
menurut konsep kesatuan ekosistem
3) Bersifat menyeluruh, berkesinambungan dan meliputi kesatuan wilayah
ekosistem secara utuh
4) Pada mulanya memerlukan anggaran cukup besar, namun selanjutnya akan
berjalan mantap dengan biaya relatif murah
5) Regionalisasi dalam wawasan nusantara didasarkan pada konsep ekosistem
dimana banyak sektor akan mudah terintegrasi.

b. Penentuan pemecahan masalah untuk intervensi kesling


Adapun penentuan pemecahan masalah dalam dilakukan dengan proses sebagai
berikut:
1) Mendefinisikan masalah secara jelas
- Menentukan sifat, besar, dan faktor-faktor penunjang timbulnya suatu
masalah kesehatan.
- Masalah yang didapat harus riil berdasarkan data primer yang didapatkan
- Prioritas masalah merupakan masalah kesehatan yang dapat diselesaikan
sendiri
- Prinsip utamanya menggunakan sumber daya setempat yang sudah ada
2) Menentukan realistik dari masalah
- Prinsip mengatasi masalah bagian demi bagian
- Caranya dengan mengambil bagian yang kecil dari masalah, bagian yang
realistik dan dapat dikelila
3) Mendefinisikan suatu solusi
- Jenis-jenis solusi: pendidikan, biomedis, psikologis, ekonomi, usaha
mikro, job training, lingkungan
- Membuat pertanyaan dengan relevan, terdefnisi dan dapat dijawab
4) Menyusun Plan of Action.
- POA merupakan perangkat organisasi, langkah-langkah dan alat
komunikasi
- POA dapat menjabarkan rincian dan solusi yang diambil
- POA harus menjabarkan bagaimana anda kan mengevaluasi dampak dari
upaya yang dilakukan.
5) Kesinambungan solusi:
- Melibatkan pihak terkait dari awal masalah ataupu fase persiapan kegiatan
- Apabila berhgasi mengatasi masalah perlu meleglkan pola, model,
pendekatan maupun sistem yang dipakai sebagai kegaiatyn masyarakat
- Penyebarluasan dan penerapan pola, model ke tempat lain dengan masalah
yang sama.

c. Penyusunan Plan Of Action (POA) untuk intervensi kesling


POA merupakan perangkat organisasi. Langkah-langkah dan alat komunikasi,
POA dapat menjabarkan bagaiaman anda akan mengevaluasi dampak dari upaya
anda. Suatu POA harus memiliki 5 komponen utama, yaitu:
1) Mengapa. Jabaran dari alasan mengapa anda memilih masalah yang akan anda
pecahkan.
2) Apa. Jabaran dari masalah yang anda pilih dan ditulis dalam bentuk
pertanyaan yang baik.
3) Bagaimana. Menjabarkan metodologi (siapa, apa kegiatannya, isi,
frekuensi,lama dimana) yang akan digunakan untuk mengatasi masalah.
4) Evaluasi. Bagiamana caranya mengukur atau melakukan evaluasi dampak atau
efektivitas upaya anda, apa yang paling penting untuk dinilai komponen dari
kegiatan adalah: apa yang akan dievaluasi,bagaimana cara melakukan
evaluasi, berapa sering dan berapa lma dan siapa yang akan melakukan
evaluasi. Perlu dibuat rencana anggaran yang diperlyukan (termasuk yang
telah tersedia ataupun yang belum tersedia) dan jadwal kegiatan.
5) Kesinambungan, Bagaimana caranya untuk mencegah agar masalah yang
telah anda atasi tidak timbul kembali.

Contoh penyusunan POA

1. Identifikasi Masalah

Dari hasil kegiatan Program Sanitasi Puskesmas Alasa pada tahun 2023,
didapatkan identifikasi permasalahan sebagai berikut :
NO KEGIATAN TARGET HASIL KESENJANGAN
1 Pengawasan Sarana Air Bersih ( SAB ) 4.533 6.125 +1.592
2 Sarana Air Bersih yg memenuhi syarat kesehatan 4.514 6.184 +1.670
3 Jml Kepala Keluarga (KK) yg memiliki akses terhadap SAB 5.390 7.932 +2.542
4 Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan ( TPM ) 3 3 0
Tempat Pengelolaan Makanan ( TPM ) yg memenuhi syarat
5 3 3 0
kesehatan
6 Pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasar 6.511 7.596 +1.085
7 Jumlah Rumah yang memenuhi syarat kesehatan 6.276 7.596 +1.320
8 Pembinaan sarana Tempat-tempat umum 21 26 +5
9 Tempat Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan 20 22 +2
10 Klinik sanitasi 390 0 -390
11 Jml klien yg sudah mendapat intervensi/tindak lanjut yg diperlukan 390 0 -390
12 Jml Kepala Keluarga (KK) yg memiliki Akses terhadap jamban 6.338 7.369 +1.011
13 Jml Desa/Kelurahan yg sudah ODF (Open Defecation Free) 12 xx 0
14 Jumlah jamban Sehat 3.480 6.987 +3.477
15 Pelaksanaan Kegiatan STBM di Puskesmas 6 10 +4
2. Prioritas Masalah

Total Urutan Prioritas


No. Permasalahan U S G
Skor Masalah
Jml Desa / Kelurahan
1. yg sudah ODF (Open 3 3 2 8 I
Defecation Free)
Tempat Tempat Umum
2. yang memenuhi syarat 4 3 2 9 II
kesehatan

Berdasarkan tabel di atas, maka urutan prioritas masalah adalah sebaga iberikut :

a. Desa yang ODF Masih Kurang : baru 20 % dari target


b. Cakupan terhadap pengawasan Tempat-Tempat Umum masih kurang, masih
banyak TTU yg belum memenuhi sarat

3. IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH

Upaya pencarian akar penyebab masalah dengan mencoba menelusuri


faktor penyebab yang berpengaruh terhadap cakupan Pemberdayaan Masyarakat
baik secara langsung maupun tidak langsung menggunakan alat analisis diagram
tulang ikan ( fish bone analizer ). Beberapa faktor akar penyebab masalah
tersebut dikelompokkan dalam berbagai kelompok faktor internal ( Sumber daya )
maupun fakator eksternal (lingkungan ) yang dapat dilihat sebagai berikut :
c. 1.Desa yang ODF Masih Kurang : baru 20 % dari target

Dana Manusia Lingkungan


PHBS masih belum
Karena kurangnya menjadi Budaya di
kesadaran masyarakat Kurangnya kesadaran Masyarakat
tentang Jamban, maka Masyarakat tentang
mereka tdk manfaat jamban dlm mata-
Kurangnya alokasi dana mengalokasikan dana rantai penularan penyakit
dari pemerintah setempat untuk pembuatan jamban
untuk Penuntasan ODF Masyarakat sudah
Kebiasaan
terbiasa BAB di Kali,
masyarakat yg hidup
Sawah, Hutan dll
seadanya / Kumuh
Desa yang ODF Masih
Kurang ; baru 20 % dari
target
Masyarakat perlu
pemahaman bahwa membuat Melakukan Pemicuan secara
jamban sehat tdk harus terus-menerus Melakukan pendekatan
mahal terhadap Tokoh Masyarakat

Memanfaatkan bahan2 lokal


Berkoordinasi dengan Lintas
dlm membangun Jamban
Sektor

Material Metode
a.
Cakupan terhadap pengawasan Tempat-Tempat Umum masih kurang

Dana Manusia Lingkungan

KurangnyapengetahuanM
Masih kurangnya sistem Petugas merangkap
asyarakat dalam menjaga
pendelegasian tugas program lain
kebersihan lingkungan
terhadap petugas kes \
TTU

Belum terdanainya
program
Rendahnya pengetahuan Komitmenpetugaskurang SANITASI TEMPAT-TEMPAT
masyarakat tentang peran
pengawasan Tempat- UMUM KURANG SEHAT
Lingkungan dlm mata-
Tempat Umum
rantai Penularan Penyakit

Kerjasama dengan lintas


Program maupun lintas
sektor yang masih Kurang Kurangnya sarana dan
Perlu adanya Koordinasi dengan formulir pemeriksaan
lintas program maupun lintas tempat-tempat umum serta
Sektor Terkait dlm memotivasi alat bantu seperti test sisa
Masyarakat
Kurangnya peralatan
penunjang penmeriksaan,
misalnyaalat ukur
kekeruhan
Metode Material
PENYEBAB MASALAH
Dari prioritas masalah yang ada maka ada beberapa penyebab masalah sebagai berikut :
No. PRIORITAS MASALAH PENYEBAB MASALAH
1. Desa yang ODF Masih Kurang : baru 20 1. Kurangnya pemahaman PHBS
% dari target 2. Kurangnya Kesadaran Masyarakat
3. Terbatasnya sarana dan prasarana
4. Kurangnya Dukungan lintor
5. Kurangnya Pendanaan dan perhatian pemerihtah setempat /
Pemerintah Desa
2. Cakupan terhadap pengawasan Tempat- 1. Kurangnya Sistem Pendelegasian Tugas
Tempat Umum masih kurang, masih 2. Rendahnya penetahuan Masyarakat kebersihan Lingkungan
banyak TTU yg belum memenuhi sarat 3. Terbatasnya sarana dan prasarana
4. Kurangnya Koordinasi Lintas sektor
5. Belum tersedia dana yang cukup untuk melaksanakan kegiatan
Pengawasan TTU
III.4. IDENTIFIKASI DAN PENETAPKAN PEMECAHAN MASALAH

Setelah masalah prioritas terpilih,maka tahap selanjutnya perlu dicari alternative pemecahan masalah dengan menggunakan alat analisis
dengan :Metode CARL :
SKOR
Masalah Hasil
Penyebab Masalah AlternatifPemecahanMasalah Ranking
Prioritas C A R L CxAxRxL

Desa yang 1. Kurangnya  Penyuluhan tokoh Masyarakat


ODF Masih pemahaman  Pemicuan 4 4 4 3 192 2
Kurang : PHBs
baru 20 % 2. Kurangnya  Pendekatan thd Natural Leader
dari target Kesadaran 4 3 3 3 108 5
Masyarakat
3. Terbatasnya Mengajukan usulan melalui Rencana
sarana dan Usulan Kegiatan ( RUK )
prasarana
3 3 4 4 144 3
Terbatasnya
sarana dan
prasarana
4. Kurangnya  Koordinasi lintor, 4 4 3 3 144 4
Dukungan
lintor  Penderkatan thd perangkat dan tokoh Desa
5. Kurangnya  Pendekatan thd fihak desa agar
Pendanaan dan mengaggarkan Dana Percepatan ODF lewat
perhatian Dana Desa
pemerihtah 4 4 4 4 256 1
setempat /
Pemerintah
Desa
Cakupan 1. Kurangnya  Koordinasi dan Pendekatan dg Petugas
terhadap Sistem Kesehatan Desa
5 4 4 4 320 1
pengawasan Pendelegasian
Tempat- Tugas
Tempat 2. Rendahnya  Pembinaan / Penyuluhan pada tokoh
Umum pengetahuan Masyarakat / pengurus TTU agar meningkat
masih Masyarakat Pemahamannya
4 3 3 3 108 5
kurang, thd kebersihan
masih Lingkungan
banyak TTU
yg belum 3. Terbatasnya  Mengajukan Usulan Sarana Lewat JKN 4 4 3 4 192 4
memenuhi sarana dan
sarat prasarana
4. Kurangnya  Meningkatkan Koordinasi baik Lintas
Koordinasi Program maupun Lintas Sektor 4 4 3 4 192 3
Lintas sektor
5. Belum tersedia  Mengusulkan lewat RUK
dana yang
cukup untuk
melaksanakan 4 4 4 4 256 2
kegiatan
Pengawasan
TTU

CARA PEMECAHAN MASALAH


No. Prioritas Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah Terpilih
1. Desa yang ODF 1. Kurangnya pemahaman  Penyuluhan tokoh Masyarakat 1. Pemicuan
Masih Kurang : PHBs  Pemicuan 2. Pendekatan thd Natural Leader
baru 20 % dari 3. Pendekatan thd fihak desa agar
target 2. Kurangnya Kesadaran  Pendekatan thd Natural Leader mengaggarkan Dana Percepatan OD
Masyarakat lewat Dana Desa

3. Terbatasnya sarana dan  Mengajukan usulan melalui Rencana


prasarana Terbatasnya Usulan Kegiatan ( RUK )
sarana dan prasarana
4. Kurangnya Dukungan  Koordinasi lintor,
lintor  Penderkatan thd perangkat dan tokoh Desa
5. Kurangnya Pendanaan  Pendekatan thd fihak desa agar
dan perhatian mengaggarkan Dana Percepatan ODF lewat
pemerihtah setempat / Dana Desa
Pemerintah Desa
2. Cakupan terhadap 1. Kurangnya Sistem  Koordinasi dan Pendekatan dg Petugas 1. Koordinasi dan Pendekatan dg Petugas
pengawasan Pendelegasian Tugas Kesehatan Desa Kesehatan Desa
Tempat-Tempat 2. Rendahnya  Pembinaan / Penyuluhan pada tokoh 2. Mengusulkan lewat RUK
Umum masih pengetahuan Masyarakat / pengurus TTU agar
kurang, masih Masyarakat thd meningkat Pemahamannya
banyak TTU yg kebersihan Lingkungan
belum memenuhi
sarat 3. Terbatasnya sarana dan  Mengajukan Usulan Sarana Lewat JKN
prasarana
4. Kurangnya Koordinasi  Meningkatkan Koordinasi baik Lintas
Lintas sektor Program maupun Lintas Sektor
5. Belum tersedia dana  Mengusulkan lewat RUK
yang cukup untuk
melaksanakan kegiatan
Pengawasan TTU

Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Program KesehatanLingkungan / Sanitasi


NO Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Sumber Daya Indikator Sumber
Dana Alat Tenaga Anggara
Kesehatan Keberhasilan
Uraian Jumlah n

1 STBM 1. Pemicuan Untuk Masyarak 8 desa, @ Transport 2 Rp 1.200.000 Poster Petugas Masyarakat
STBM meningkatkan at 3x petugas @ leaflet Kesling mau dan
kesadaran setahun Rp 50.000 dan mampu untuk
BOK
masyarakat agar petugas tidak BAB
tidak BAB desa sembarangan
sembarangan

2 Pembinaan Pembinaan Agar Tempat- Pengelola 27 Transport Rp 1.350.000 Cheklist Petugas 75 % jumlah
TTU TTU tempat Umum TTU Sekolah, petugas @ pembinaan Kesehat TTU
(Tempat- (Sekolah) 1xsetahu Rp 50.000 Kantin an desa memenuhi
BOK
Tempat memenuhi syarat n Sekolah syarat
Umum) kesehatan kesehatan
Sekolah

3 Pembinaan Pembinaan Agar Tempat- Pengelola 2 Pasar x Transport Rp. 100.000,- Cheklist Petugas 75 % jumlah
TTU TTU tempat Umum TTU 1 kg petugas @ pembinaan Kesehat TTU
(Tempat- (Pasar) memenuhi setahun Rp 50.000 Pasar an desa memenuhi
BOK
Tempat syarat kesehatan syarat
Umum) kesehatan
Pasar

Pengadaan adanya media semua 1000 SAB,1x pembu Rp1.000.000 bekerjasama bekerjas Form BOK
form untukpelaksanaan SAB setahun atan denganpihak amaden Inspeksisanitas
inspeksisanita IS form ke 3 ganpiha i SAB
si SAB IS SAB kke 3 terpenuhi
@ Rp
1.000

Pengambilan Mengetahui Masyarak 10 x desa x 2 transp RP. Botol Sampel Petugas SAB bebas colli
Sample Air kondisi at sampel ortpet 1.000.000 Kesling
bakteorologis air di ugasRp Puskes
Masyarakat secara . mas BOK
sampling 50.000
,-

Pengiriman Mengetahui Masyarak 10 Desa x 2 transp Rp. 300.000,- Botol Sampel Petugas SAB bebas colli
sample air kondisi at keg ort kesehat
kelabkesdaBo bakteorologis air di petuga anDesa
jonegoro Masyarakat secara sRp. BOK
sampling 150.00
0 ,-

Anda mungkin juga menyukai