DISUSUN OLEH:
KARANGANYAR
2019
A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. DEFINISI
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi
dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga
unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah,
2010)
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ
mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan
(respiratory tract)
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ISPA memiliki arti sebagai
berikut :
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung
selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek
biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah
Pneumonia (WHO). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan
jarang memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke
struktur lainya karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran.
Akibatnya,infeksi saluran pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu
struktur, meskipun efek pada satu individu dapat mendominasi penyakit lain.
2. EPIDEMIOLOGI
3.ETIOLOGI
1) Virus Utama :
3) Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah :
Mycoplasma pneumonia.
Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah sebagai
berikut:
a. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak
pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Koch et al,
2003).
b. Jenis kelamin
c. Status gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal,
kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang
lainnya (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih
kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi,
sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut
adalah status gizi anak.
d. Status imunisasi
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai
sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja
secara sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui
penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas
(William and Phelan, 2009).
2. Faktor lingkungan
a. Rumah
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2011)
membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat.
c. Status sosioekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah
mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan
tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan
korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status sosioekonomi
(Darmawan, 2010)
d. Kebiasaan merokok
e. Polusi udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain
adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis,
fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian
kesehatan Universitas Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap
gangguan saluran pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan antara
mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di
wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya
perbedaan kejadian baru atau insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada
siswa SD di kedua wilayah pencemaran udara. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi
sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua orang untuk tidak menderita
gangguan saluran pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap
tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah
terjadinya ISPA anak (Mishra, 2010).
4. FAKTOR PREDISPOSISI
5. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat
pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983)
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap
awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,
yaitu:
6. KLASIFIKASI
Infeksi saluran pernafasan akut / ISPA bagian atas merupakan infeksi akut yang
menyerang hidung hingga faring.
Infeksi saluran pernafasan atas / ISPA bagian bawah merupakan infeksi akut yang
menyerang daerah di bawah faring sampai dengan alveolus paru-paru.
Menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia.
1. ISPA Ringan
2. ISPA Sedang
3. ISPA Berat
Penyakit ini biasanya ditandai adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan
sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan
susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul
sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum. Vomiting, biasanya muncul dalam periode
sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. Diare (mild transient diare),
seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. Abdominal pain,
nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.
Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya
infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi
saluran pernafasan. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Menurut (Suyudi, 2002), Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat
dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
1. ISPA Ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai
berikut:
Batuk.
Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu
berbicara atau menangis).
Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan
punggung tangan terasa panas.
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan
dengan disertai gejala sebagai berikut :
1. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau
lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
2. Suhu lebih dari 390C.
3. Tenggorokan berwarna merah
4. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
7. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang
disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
Sedangkan Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun tanda dan gejalanya
berdasarkan klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per
menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).
8. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Bentuk simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidakkotor tidak adanya
nyeritekan
2. Mata
Bentuk mata simetris, konjugtiva non anemis, seklera putih, pupil mengecil ketika
terkena rangsang cahaya
3. Hidung
Bentuk simetris, dapat mencium bau minyak kayu putih
4. Mulut
Bibir kering tidak ada stomatitis
5. Telingga
Tidak ada kotoran, tidak ada nyeri tekan, dapat mendengar suara detak jam
6. Leher
Tidakada nyeri tekan dan tidak ada kelenjar tyroid
7. Dada
Palpasi : vokalfremitus kurang bergetar
Perkusi : suara paru pekak
Auskultasi : terdapat adanya suara tambahan
8. Abdomen
Palpasi : tidak ada pembekakan limfe, tidah ada nyeri tekan
Auskultasi : terdapat bising usus
9. Ekstremitas
Atas : terpasang infus RL 10 tpm di bagian tangan seblah kanan
Bawah : simetris, jari lengkap tidak ada kelainan
9. TERAPI
1. Suportif : meningkatkan daya than tubuh berupa nutrisi yang adekuat , pemberian
multivitamin dll.
2. Antibiotik :
Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
Utama ditunjukkan pada S.Pneumonia, H.Influensa d S.Aureus
Menurut WHO
1. Pengkajian
1. Identitas Pasien : Meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Tanggal
masuk RS, Tanggal pengkajian, No RM, Diagnosa Medis, Nama orang tua, Pekerjaan,
Agama, dll
2. Riwayat Kesehatan : Riwayat penyakit sekarang biasanya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3. Riwayat penyakit dahulu biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit ini
4. Riwayat penyakit keluarga. Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
5. Riwayat social. Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu
dan padat penduduknya
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum. Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
3. Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
4. Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
5. Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
6. Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
7. Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/
tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
8. Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi
vena jugularis
9. Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
1. Inspeksi
2. Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
4.Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan
bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita
lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas
Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sputum dalam jumlah
yang berlebihan
2. Hipertermi berhubungan dengan suhu lingkungan tinggi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
3. Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Manajemen lingkungan
Pemberian obat
Penganturan posisi
Terapi relaksasi
4. Implementasi
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Memanajemen lingkungan
Memberikan obat
Mengatur posisi
Memberikan relaksasi
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu alat untuk mengukur suatu perlakuan untuk tindakan
keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif atau evaluasi
proses yang dilihat darisetiap selesai melakukan tindakan implementasi yang dibuat setiap
hari sedangkan evaluasi somatif dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada
kriteria hasil yang diharapka.
A. Pengkajian
Ruang : AN-NUR 4
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. A
d. Agama : Islam
f. No. RM : 136XXX
a. Nama : Tn. R
c. Umur : 32 tahun
d. Agama : Islam
3. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
1) Keluhan Utama
Panas 2 hari
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya panas selama 2hari tak kunjung sembuh dan
disertai dengan batuk pilek. Kemudian dibawa ke igd pada tanggal 10 juli 2019 dan
diarankan oleh dokter untuk opname di rs untuk pemeriksaaan lebih lanjut.
b) Pernah dirawat di RS
Ibu pasien mengatakan jika anaknya sakit hanya dibelikan obat di apotik dan jika
parah baru dibawa ke RS
d) Tindakan (operasi)
e) Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah di Imunisasi Hepatitis B, Polio BCG, Polio pada
bulan 2 dan 4, BCG pada usia 3 bulan dan (DPT-HB-HIB) pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
f) Alergi
Ibu pasien mengatan tidak ada riwayat alergi makanan ataupun obat-obatan
g) Kecelakaan
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah jatuh saat berlatih berjalan dan bermain
Pasien dalam bergaul : Pasien sangat senang ketika ada teman bermain di rumahnya
Pasien dalam kemandirian : Pasien belum bisa kemandirian karena pasien masih
berumur 1 tahun 3 bulan, kemandirian pasien adalah minum susu didot dan dipegang
sendiri
b) Motorik halus
c) Kognitif kasar
ibu pasien mengatakan ankanya sudah mampu berjalan secara mandiri tanpa
bantuan dari orang lain
Kesimpulan perkembangan anak : Anak sudah mulai belajar berjalan dan ketika si
anak tersebut dipanggil namanya anak tersebut langsung menghampirinya
Orang tua klien mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak
ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal,
hepatitis, hipertensi, DM, dan penyakit menular seperti TBC dan pneumonia.
Menurut keluarga pasien keshatan sangat penting karena sehat adalah anugrah dari
Tuhan yang perlu dijaga dan disyukuri. Ibu pasien mengatakan jika anaknya sakit langsung
memeriksakannya ke dokter
Sebelum sakit
Kepampuan 0 1 2 3 4
perawatan
diri
Makan atau
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilasi
ditempat
tidur
Berpindah
Ambulasi /
ROM
Selama Sakit
Kepampuan 0 1 2 3 4
perawatan
diri
Makan atau
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilasi
ditempat
tidur
Berpindah
Ambulasi /
ROM
Sebelum Sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya ketika malam tidur jam 7 dan
bangun jam 6 pagi, dan tidur siang selama 2 -3 jam
Selama Sakit : Ibu pasien mengatakan ketika sakit anaknya tidur mulai jam 9 malam
dan pada tengah malam kadang terbangun 1 -2 jam. Pasien terus dapat tidur lagi 2 -3 jam
sampai jam 6 pagi, siang tidur hanya 1jam
Sebelum Sakit : Ibu pasien mengatakan sbelum sakit pola makan teratur 3 – 4 kali
sehari dengan menu bubur dan sayur.
Selama sakit : ibu pasien mengatakansat makan dan minum langsung muntah selama
dirumah sakit,makan bubur nasi hanya habis 3-4 sendok saja dan minum 50 cc 3 x sehari
Hemoglobin : 8,1
Clini cal :
Diit : sebelum masuk RS tidak diterapkan program diit dan setelah sakit masuk RS makan
dengan diit bubur nasi
5) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anaknya BAB 2 x sehari saat pagi hari setelah
bangun tidur dan disoredemam konsistensinya padat serta bau yang khas berarna kuning
pekat.BAK lancar 3 – 4 kali sehari
Selama sakit : ibu pasien mengatakan anaknya terakhir BAB satu hari yang lalu
dengan konsistensi sedikit encer dan bau yang khas berawna kuning pekat.BAK hanya 2-3 x
sehari
Selama sakit : ibu pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit anaknya dan
keluarganya mampu merawatnya sesuia apa yang dianjurkan dokter
Sebelum sakit:
Selama sakit:
Citra diri : ibu pasien mengtakan optimis dengan kondisi anaknya sekarang
Identitas diri : ibu pasien mengatakan ktika di panggil namanya pasien hanya diam
tanpa merespon
Peran diri : ibu pasien mengatakan peran anaknya sebagai anak
Ideal diri : ibu pasien mengatakan anaknya hanya diam dan menangis .dan ibu pasien
berusah untuk prcaya diri akan kesembuhan akan anaknya
Harga diri : ibu pasien mengatakan hubungan anak dengan orng sekitar baik
8) Pola koping
Sebelum sakit :ibu pasien mengatakn dengan anggota keluarganya ketia ada masalah
akan selalu diselesaikan bersama
9) Pola seksual-reproduksi
Sebelum sakir : ibu pasien mengatakan peran pasien sebagai anak dan berhubungan
baik dengan teman-temanya
Selama sakit:ibu pasien mengatakan anaknya ketika dirumah sakit hanya ditemani
ibu dan bapaknya saja
Selama sakit :ibu pasien mengatakan anakna tidak mau mender perkataan orang
tuanya dan dia menangis
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : composmentis
2)TTV :
RR : 38 x/menit N : 106 /menit
S : 38,3 C BB : 24 kg
3) Mukosa bibir kering
2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroyd, tidak ada peningkatan vena
jugularis, dan tidak ada pembengkakan pada leher.
3) Dada :
-jantung : Inspeksi : gerakan dada simetris
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi :pekak
Auskultasi : bunyi s1 dan s2 lup-dup
-paru-paru: inspeksi :bentuk dada simetris
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Auskultasi : terdengar bunyi ronchi
4) Abdomen: inspeksi : perut datar, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi
Auskultasi : peristaltic usus 15x/menit
Perkusi : thypani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5) Genetalia, Anus dan rectum : Genetalian tidak menunjukkan kelainan, anus
dan rectum tidak ada tanda kelainan
6) Ekstermitas
Atas Bawah
Kekuatan Otot Terpasang infus RL 10tpm Nilai kekuatan otot 4
tangan sebelah kiri
Rentang Gerak Gerak terbatas pada tangan Gerak bebas atau
kiri yang terpasang infus dapat bergerak
dengan bebas
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keterangan
13 juli 2019 Leukosit 7,6 103/mn2 3,5-10.0 Normal
pukul
Eritrosit 4,99 106/mm3 3,80-5,80 Normal
Hemoglobin 12,5 Gr/dl 11.0-16,5 Rendah
Hematocrit 40,4 103/mn2 150 – 390 Rendah
Trombosit 152 % 100 – 390 Normal
MCU (volume 73 Nm 3 80 – 97
eritrosit rata-
rata)
PDW 17,2 %
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
4. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Observasi tanda 1. untuk mengetahui
bersihan jalan nafas tindakan vital, serta tanda vital
berhubungan dengan keperawatan pola,kedalaman
mukus berlebihan selama 324jam dalam 2. untuk mengetahui
maka pernafasan adanya suara
diharapakan, 2. Auskultasi suara tambahan
bersihan jalan nafas 3. untuk mencegah
nafas efektif 3. Lakukan bilirubin
dengan kriteria fisioterapi dada 4.untuk
hasil: 4. Kolaborasi mengencerkan
1. Irama nafas dengan dokter sekret
teratur pemberian terapi
2. RR dalam batas nebulizer
normal (20-
30/menit)
Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1.untuk mengetahui
berhubungan dengan tindakan selama sesering suhu tubuh
peningkatan laju 324jam mungkin 2. mengetahui TTV
metabolisme diharapkan suhu 2. Observasi TTV 3. untuk meredakan
tubuh dalam 3. Lakukan demam
rentang normal, kompres hangat, 4. untuk memenuhi
dengan kriteria dan anjurkan cairan tubuh
hasil: untuk memakai
1. Suhu tubuh pakaian tipis
normal (36- 4. Laksanakan
37C) advise dokter
2. Akral teraba pemberian
dingin terapi intravena
RL 10tpm
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Untuk mengetahui
nutrisi kurang dari tindakan selama alergi makan. adanya riwayat
kebutuhan tubuh 324jam, 2. Anjurkan orang alergi makanan
berhubungan dengan diharapkan: tua klien untuk 2. Untuk memenuhi
kurang asupan 1. Adanya memberikan kebutuhan nutrisi
makanan peningkatan porsi makan klien
nafsu makan kecil tapi sering. 3. Untuk mencegah
3. Yakinkan diet konstipasi pada
yang dimakan anak
mengandung 4. Untuk
tinggi serat meningkatkan
untuk mencegah jumlah kalori dan
konstipasi. nutrisi yang
4. Kolaborasi dibutuhkan oleh
dengan ahli gizi pasien
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan
klien
IMPLEMENTASI
TANGGAL JAM NO DX IMPLEMENTASI RESPON
15 Juli 2018 08.00 1 Mengauskultasi suara S: ibu mengatakan anak
nafas batuk
O: pernafasan
terdengar mengorok
EVALUASI
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI
15 Juli 2018 Ketidakefektifan bersihan S: ibu mengatakan anaknya batuk dan
jalan nafas berhubungan pilek
dengan mukus berlebihan O: pernafasan terdengar mengorok,
dahak tidak bisa keluar, RR
38/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
o Auskultasi suara nafas
o Laksanakan advise dokter
pemberian terapi nebulizer
o Lakukan fisioterapi dada