Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK 1 PADA An.A

DENGAN GANGGUAN ISPA

RSU ASSALAM GEMOLONG

DISUSUN OLEH:

1. BELLA RAHMAWATI (17.O.P.127)

2. DIAN MEILAWATI (17.O.P.133)

3. ENI MARSITI (17.O.P.139)

4. RAMADHANI NURHAYATI (17.O.P.160)

5. SRI OKTAVIANI (17.O.P.165)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA HUSADA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

KARANGANYAR

2019
A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. DEFINISI

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi
dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga
unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah,
2010)

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ
mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan
(respiratory tract)

Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ISPA memiliki arti sebagai
berikut :

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung
selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek
biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah
Pneumonia (WHO). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan
jarang memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke
struktur lainya karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran.
Akibatnya,infeksi saluran pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu
struktur, meskipun efek pada satu individu dapat mendominasi penyakit lain.

2. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan DEPKES (2009) juga menemukan bahwa 20-30% kematian disebabkan


oleh ISPA. Faktor penting yang mempengaruhi ISPA adalah pencemaran udara. Adanya
pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran
udara menyebabkan ISPA memiliki angka yang paling banyak diderita oleh masyarakat
dibandingkan penyakit lainnya. Selain faktor tersebut, peningkatan penyebaran penyakit
ISPA juga dikarenakan oleh perubahan iklim serta rendahnya kesadaran perilaku hidup
bersih dan sehat dalam masyarakat. maka di dalam makalah ini akan dijabarkan secara
lengkap semua hal yang berkaitan dengan ISPA.

3.ETIOLOGI

1) Virus Utama :

ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus

ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus

2) Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza, Staphylococcus aureus

3) Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah :
Mycoplasma pneumonia.

Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah sebagai
berikut:

1. Faktor host (diri)

a. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak
pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Koch et al,
2003).

b. Jenis kelamin

Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia


masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan adanya
perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu. Angka kesakitan ISPA
sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan
lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Koch et al, 2003)

c. Status gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal,
kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang
lainnya (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih
kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi,
sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut
adalah status gizi anak.

d. Status imunisasi

Tupasi (1985) mendapatkan bahwa ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan


peningkatan penderita ISPA walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain
yang mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup
berarti dalam mencegah kejadian ISPA (Koch et al, 2011).

e. Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya,


daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan
untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.

f. Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai
sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja
secara sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui
penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas
(William and Phelan, 2009).

2. Faktor lingkungan

a. Rumah

Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat


berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan
yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk
keluarga dan individu (WHO, 1989). Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor
resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di
Denmark (Koch et al, 2011).

b. Kepadatan hunian (crowded)

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2011)
membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat.
c. Status sosioekonomi

Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah
mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan
tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan
korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status sosioekonomi
(Darmawan, 2010)

d. Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan


terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain
itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua
merokok (Koch et al, 2011)

e. Polusi udara

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain
adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis,
fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian
kesehatan Universitas Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap
gangguan saluran pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan antara
mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di
wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya
perbedaan kejadian baru atau insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada
siswa SD di kedua wilayah pencemaran udara. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi
sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua orang untuk tidak menderita
gangguan saluran pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap
tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah
terjadinya ISPA anak (Mishra, 2010).

4. FAKTOR PREDISPOSISI

a. Faktor resiko yang meningkatkan insiden pnesimonia.

1. Umur <2 bulan


2. Laki-laki
3. Gizi kurang
4. Berat badan lahir rendah
5. Tidak mendapatkan ASI memadai
6. Polusi udara
7. Imunisasi yang tidak memadai
8. Membedong anak (menyelimuti berlebihan)
9. Defisiensi vitamin A

b. Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia

1. Umur <2 bulan


2. Tingkat social ekonomi rendah
3. Gizi kurang
4. Berat badan lahir rendah
5. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
6. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
7. Kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai
9. Menderita penyakit kronis

5. PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat
pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983)

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap
awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.


Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan
sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul
sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian
menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat
menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang
lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke
saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang
saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam
saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru
sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek


imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang
sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada
umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang
tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA
memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.
Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan
integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,
yaitu:

1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan


reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah
rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala
demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia.

6. KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi anatomis ISPA dibagi menjadi 2 yaitu:

 Infeksi saluran pernafasan akut / ISPA bagian atas merupakan infeksi akut yang
menyerang hidung hingga faring.
 Infeksi saluran pernafasan atas / ISPA bagian bawah merupakan infeksi akut yang
menyerang daerah di bawah faring sampai dengan alveolus paru-paru.
Menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia.

Sedangkan menrut suyudi 2002 ISPA dibedakan menjadi 3 klasifikasi yaitu :

1. ISPA Ringan
2. ISPA Sedang
3. ISPA Berat

7. TANDA DAN GEJALA

Penyakit ini biasanya ditandai adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan
sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan
susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul
sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,


biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku
dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum. Vomiting, biasanya muncul dalam periode
sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. Diare (mild transient diare),
seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. Abdominal pain,
nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.
Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya
infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi
saluran pernafasan. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

Menurut (Suyudi, 2002), Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat
dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
1. ISPA Ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai
berikut:

 Batuk.
 Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu
berbicara atau menangis).
 Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
 Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan
punggung tangan terasa panas.

2. Gejala ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan
dengan disertai gejala sebagai berikut :

1. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau
lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
2. Suhu lebih dari 390C.
3. Tenggorokan berwarna merah
4. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
7. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.

3. Gejala ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang
disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:

1. Bibir atau kulit membiru


2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
3. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
4. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
5. Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
6. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
7. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
8. Tenggorokan berwarna merah

Sedangkan Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun tanda dan gejalanya
berdasarkan klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per
menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).

8. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala
Bentuk simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidakkotor tidak adanya
nyeritekan
2. Mata
Bentuk mata simetris, konjugtiva non anemis, seklera putih, pupil mengecil ketika
terkena rangsang cahaya
3. Hidung
Bentuk simetris, dapat mencium bau minyak kayu putih
4. Mulut
Bibir kering tidak ada stomatitis
5. Telingga
Tidak ada kotoran, tidak ada nyeri tekan, dapat mendengar suara detak jam
6. Leher
Tidakada nyeri tekan dan tidak ada kelenjar tyroid
7. Dada
Palpasi : vokalfremitus kurang bergetar
Perkusi : suara paru pekak
Auskultasi : terdapat adanya suara tambahan
8. Abdomen
Palpasi : tidak ada pembekakan limfe, tidah ada nyeri tekan
Auskultasi : terdapat bising usus
9. Ekstremitas
Atas : terpasang infus RL 10 tpm di bagian tangan seblah kanan
Bawah : simetris, jari lengkap tidak ada kelainan

9. TERAPI

1. Suportif : meningkatkan daya than tubuh berupa nutrisi yang adekuat , pemberian
multivitamin dll.
2. Antibiotik :
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
 Utama ditunjukkan pada S.Pneumonia, H.Influensa d S.Aureus
 Menurut WHO

3. Pneumonia rawat jalan yaitu kotmoksasol, Amoksilin,Ampisillin,Penisillin prokain

Pneumonia berat : benzil penicillin, Klorampenikol, Kloksasillin,genta misin

4. Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolone dll

B. ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA ANAK

1. Pengkajian

1. Identitas Pasien : Meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Tanggal
masuk RS, Tanggal pengkajian, No RM, Diagnosa Medis, Nama orang tua, Pekerjaan,
Agama, dll
2. Riwayat Kesehatan : Riwayat penyakit sekarang biasanya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3. Riwayat penyakit dahulu biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit ini
4. Riwayat penyakit keluarga. Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
5. Riwayat social. Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu
dan padat penduduknya

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum. Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
3. Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
4. Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
5. Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
6. Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
7. Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/
tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
8. Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi
vena jugularis
9. Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.

Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan

1. Inspeksi

 Membran mukosa- faring tamppak kemerahan


 Tonsil tampak kemerahan dan edema
 Tampak batuk tidak produktif
 Tidak ada jaringan parut dan leher
 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan

2. Palpasi

 Adanya demam
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3. Perkusi : Suara paru normal (resonance)

4.Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

 Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan
bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
 Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita
lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
 Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas
 Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sputum dalam jumlah
yang berlebihan
2. Hipertermi berhubungan dengan suhu lingkungan tinggi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
3. Intervensi

1. ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sputum dengan


jumlah yang berlebihan

Tujuan : polanafas kembali efektif

Intervensi

 Obsevasi tanda tanda vita


 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Berikan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
 Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun

2. hipertermi berhubungan dengan suhu lingkungan

Tujuan : tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Intervensi

 Monitor suhu tubuh


 Jauhkan pasien dari sumber panas , pindahkan ke lingkungan yang lebih dinggin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Hentikan aktivitas fisik

3. gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk

Tujuan : pola tidur kembali optimal

Intervensi

 Manajemen lingkungan
 Pemberian obat
 Penganturan posisi
 Terapi relaksasi

4. Implementasi

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan seputum dengan


jumlan berleihan

Implementasi

 Mengobservasi tanda tanda vital


 Mempisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Memberikan fisioterapi dada
 Mengauskultasi suara nafas , catat area yang ventilasinya maenurun

2. hipertermi berhubungan dengan suhu lingkungan

Implementasi

 Memonitor suhu tubuh


 Menjauhkan pasien dari sumber panas , pindahkan kelingkungan yang dingin
 Melonggarkan atau malepaskan pakaian
 Menghentikan aktivitas fisik

3. gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk

Implementasi

 Memanajemen lingkungan
 Memberikan obat
 Mengatur posisi
 Memberikan relaksasi

5. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu alat untuk mengukur suatu perlakuan untuk tindakan
keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif atau evaluasi
proses yang dilihat darisetiap selesai melakukan tindakan implementasi yang dibuat setiap
hari sedangkan evaluasi somatif dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada
kriteria hasil yang diharapka.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK 1


PADA AN. A DENGAN GANGGUAN ISPA DI BANGSAL AN-NUR

RSU ASSALAM GEMOLONG

A. Pengkajian

Hari / tanggal masuk : Rabu, 10 Juli 2019 Jam : 09.30 WIB

Hari / tanggal pengkajian : Kamis, 11 Juli 2019 Jam : 15.25 WIB

Ruang : AN-NUR 4

1. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : An. A

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Umur : 1 tahun 3 bulan

d. Agama : Islam

e. Alamat : Sumengko 10 Kacangan SBL, Sumberlawang, Sragen

f. No. RM : 136XXX

g. Diagnose Medis : ISPA

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

a. Nama : Tn. R

b. Jenis Kelamin : Laki - laki

c. Umur : 32 tahun

d. Agama : Islam

e. Alamat : Sumengko 10 Kacangan SBL, Sumberlawang, Sragen

f. Hubungan dengan pasien : Ayah kandung

3. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1) Keluhan Utama
Panas 2 hari
2) Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu pasien mengatakan anaknya panas selama 2hari tak kunjung sembuh dan
disertai dengan batuk pilek. Kemudian dibawa ke igd pada tanggal 10 juli 2019 dan
diarankan oleh dokter untuk opname di rs untuk pemeriksaaan lebih lanjut.

b. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

a) Penyakit waktu kecil

Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit pada waktu kecil

b) Pernah dirawat di RS

Ibu pasien mengatakan belum pernah dirawat di RS sebelumnya

c) Obat-obatan yang digunakan

Ibu pasien mengatakan jika anaknya sakit hanya dibelikan obat di apotik dan jika
parah baru dibawa ke RS

d) Tindakan (operasi)

Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah operasi

e) Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan anaknya sudah di Imunisasi Hepatitis B, Polio BCG, Polio pada
bulan 2 dan 4, BCG pada usia 3 bulan dan (DPT-HB-HIB) pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan

f) Alergi

Ibu pasien mengatan tidak ada riwayat alergi makanan ataupun obat-obatan

g) Kecelakaan

Ibu pasien mengatakan anaknya pernah jatuh saat berlatih berjalan dan bermain

c. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN (lampiran lembar DDST)

a) Kemandirian dan bergaul

Pasien dalam bergaul : Pasien sangat senang ketika ada teman bermain di rumahnya
Pasien dalam kemandirian : Pasien belum bisa kemandirian karena pasien masih
berumur 1 tahun 3 bulan, kemandirian pasien adalah minum susu didot dan dipegang
sendiri

b) Motorik halus

ibu pasien mengatakan anaknya mampu berinteraksi dengan baik disekelilignya

c) Kognitif kasar

ibu pasien mengatakan ankanya sudah mampu berjalan secara mandiri tanpa
bantuan dari orang lain

Kesimpulan perkembangan anak : Anak sudah mulai belajar berjalan dan ketika si
anak tersebut dipanggil namanya anak tersebut langsung menghampirinya

d. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM)

Orang tua klien mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak
ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal,
hepatitis, hipertensi, DM, dan penyakit menular seperti TBC dan pneumonia.

e. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

1) Persepsi terhadap kesehatan dan menejemen kesehatan

Menurut keluarga pasien keshatan sangat penting karena sehat adalah anugrah dari
Tuhan yang perlu dijaga dan disyukuri. Ibu pasien mengatakan jika anaknya sakit langsung
memeriksakannya ke dokter

2) Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit

Kepampuan 0 1 2 3 4
perawatan
diri
Makan atau 
minum
Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilasi 
ditempat
tidur
Berpindah 

Ambulasi / 
ROM
Selama Sakit

Kepampuan 0 1 2 3 4
perawatan
diri
Makan atau 
minum
Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilasi 
ditempat
tidur
Berpindah 

Ambulasi / 
ROM

3) Pola istirahat dan tidur

Sebelum Sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya ketika malam tidur jam 7 dan
bangun jam 6 pagi, dan tidur siang selama 2 -3 jam

Selama Sakit : Ibu pasien mengatakan ketika sakit anaknya tidur mulai jam 9 malam
dan pada tengah malam kadang terbangun 1 -2 jam. Pasien terus dapat tidur lagi 2 -3 jam
sampai jam 6 pagi, siang tidur hanya 1jam

4) Pola nutrisi metabolic

Sebelum Sakit : Ibu pasien mengatakan sbelum sakit pola makan teratur 3 – 4 kali
sehari dengan menu bubur dan sayur.

Selama sakit : ibu pasien mengatakansat makan dan minum langsung muntah selama
dirumah sakit,makan bubur nasi hanya habis 3-4 sendok saja dan minum 50 cc 3 x sehari

Hemoglobin : 8,1

Clini cal :

 pasien tampak lemas


 Mukosa bibir kering
 Mata cekung

Diit : sebelum masuk RS tidak diterapkan program diit dan setelah sakit masuk RS makan
dengan diit bubur nasi

5) Pola Eliminasi

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anaknya BAB 2 x sehari saat pagi hari setelah
bangun tidur dan disoredemam konsistensinya padat serta bau yang khas berarna kuning
pekat.BAK lancar 3 – 4 kali sehari

Selama sakit : ibu pasien mengatakan anaknya terakhir BAB satu hari yang lalu
dengan konsistensi sedikit encer dan bau yang khas berawna kuning pekat.BAK hanya 2-3 x
sehari

6) Pola kognitif dan perceptual

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan keluarganya selalu merawat anggota


keluarga yang sakit

Selama sakit : ibu pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit anaknya dan
keluarganya mampu merawatnya sesuia apa yang dianjurkan dokter

7) Kemampuan konsep diri

Sebelum sakit:

 Citra diri : ibu pasien mengatakan optimis dengan anaknya sendiri


 Identitas diri : ibu pasien mengatakan ketika anaknya dipanggil namanya ia berjalan
kea rah sumber suara
 Peran diri : ibu pasien mengatakan peran pasien sebagai anak
 Ideal diri : ibu pasien mengatakn anaknya aktif dalam bergerak
 Harga diri : ibu pasien mengatakan hubungan anak dengan orang lin seperti temanya
sendiri yang tidak ada masalah apapun

Selama sakit:

 Citra diri : ibu pasien mengtakan optimis dengan kondisi anaknya sekarang
 Identitas diri : ibu pasien mengatakan ktika di panggil namanya pasien hanya diam
tanpa merespon
 Peran diri : ibu pasien mengatakan peran anaknya sebagai anak
 Ideal diri : ibu pasien mengatakan anaknya hanya diam dan menangis .dan ibu pasien
berusah untuk prcaya diri akan kesembuhan akan anaknya
 Harga diri : ibu pasien mengatakan hubungan anak dengan orng sekitar baik
8) Pola koping

Sebelum sakit :ibu pasien mengatakn dengan anggota keluarganya ketia ada masalah
akan selalu diselesaikan bersama

Selama sakit:ibu pasien mengatakan anaknya saat ini membutuhkan keluarganya

9) Pola seksual-reproduksi

10) Pola peran hubungan

Sebelum sakir : ibu pasien mengatakan peran pasien sebagai anak dan berhubungan
baik dengan teman-temanya

Selama sakit:ibu pasien mengatakan anaknya ketika dirumah sakit hanya ditemani
ibu dan bapaknya saja

11) Pola nilai dan kepercayaan

Sebelum sakit:ibu pasien mengatakan anaknya sebelum sakitmau mendengarkan


erkataan orang tuanya

Selama sakit :ibu pasien mengatakan anakna tidak mau mender perkataan orang
tuanya dan dia menangis

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : composmentis
2)TTV :
RR : 38 x/menit N : 106 /menit
S : 38,3 C BB : 24 kg
3) Mukosa bibir kering

b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal


1) Kepala : bentuk simetris, rambut berwarna hitam dan tidak rontok dan tidak
ada lesi pada kulit kepala.
a. Rambut : bersih, rambut tumbuh hitam, tidak ada kutu
b. Mata : kanan kiri simetris, conjungtiva ananemis, sklera anikterik dan pupil
isokor.
c. Telinga : kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada serumen.
d.Hidung : bentuk simetris, terdapat cairan / lendir berwarna jernih, hidung
bagian luar tampak kemerahan.
e. Mulut : mulut bersih, tidak bau, tidak ada sekret

2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroyd, tidak ada peningkatan vena
jugularis, dan tidak ada pembengkakan pada leher.
3) Dada :
-jantung : Inspeksi : gerakan dada simetris
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi :pekak
Auskultasi : bunyi s1 dan s2 lup-dup
-paru-paru: inspeksi :bentuk dada simetris
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Auskultasi : terdengar bunyi ronchi
4) Abdomen: inspeksi : perut datar, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi
Auskultasi : peristaltic usus 15x/menit
Perkusi : thypani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5) Genetalia, Anus dan rectum : Genetalian tidak menunjukkan kelainan, anus
dan rectum tidak ada tanda kelainan
6) Ekstermitas
Atas Bawah
Kekuatan Otot Terpasang infus RL 10tpm Nilai kekuatan otot 4
tangan sebelah kiri
Rentang Gerak Gerak terbatas pada tangan Gerak bebas atau
kiri yang terpasang infus dapat bergerak
dengan bebas
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keterangan
13 juli 2019 Leukosit 7,6 103/mn2 3,5-10.0 Normal
pukul
Eritrosit 4,99 106/mm3 3,80-5,80 Normal
Hemoglobin 12,5 Gr/dl 11.0-16,5 Rendah
Hematocrit 40,4 103/mn2 150 – 390 Rendah
Trombosit 152 % 100 – 390 Normal
MCU (volume 73 Nm 3 80 – 97
eritrosit rata-
rata)

MCH 22,1 L pg 26,5 – 33,5 Rendah


(hemoglobin
eritrosit rata-
rata)
MCHO 30,2 L g/dL 31,5 – 35,0 Rendah

RDW 14,9 % 10,0 – 15,0 Normal

MPV 7,3 Nm3

PDW 17,2 %

6. TERAPI YANG DIBERIKAN


No Hari/Tgl Nama Obat Dosis Cara Manfaat
Pemberian
1 Sabtu, 13 Infus RL 500cc (10 Melalui 1.Meningkatkan
Juli 2019 tpm) selang infus sistem imun
10 tpm 2.Bekerja untuk
mikro konduksi saraf,
otot fungsi
ginjal dan
jantung
berdetak
Injeksi 3x80 mg Injeksi via 3.Untuk
paracetamol selang infus meredakan
nyeri dan
menurunkan
panas
2. Minggu,14 Infus RL 500cc (10 Melalui 1.Meningkatkan
Juli 2019 tpm) selang infus sistem imun
10 tpm
mikro
Injeksi 3x275 Injeksi via 2. Menurunkan
panas
Cefotaxime mg selang infus
3x80 mg Injeksi via 3.Untuk
Injeksi selang infus menurunkan
nyeri
Paracetamol
Salbutamol 3x2 mg Dengan 4.Meringankan
nebulizer gejala asma

Ondansenroh 2x0,8 mg Injeksi via 5.Untuk


selang infus Mengurangi
muntal muntah

3. Senin, 15 Infus RL 500cc (10 Melalui 1.Meningkatkan


Juli 2019 tpm) selang infus sistem imun
10 tpm
mikro
Injeksi 3x80 mg Injeksi via 2.Untuk
Paracetamol selang infus Menurunkan
panas
Obat Oral 2x1 Melalui Oral
sehari
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Ibu mengatakan anak Mukus berlebihan Ketidakefektifan
batuk dan pilek bersihan jalan nafas
DO:
 Terdapat cairan
berlebih di hidung
 RR 38/menit
 Pernafasan terdengar
mengorok
2. DS: Ibu mengatakan Peningkatan laju Hipertermia
anaknya panas metabolisme
DO: Suhu 38,3C
: Akral teraba hangat
3. DS: Orang tua klien Kurang asupan Ketidakseimbangan
mengatakan anaknya makanan nutrisi kurang dari
malas makan selama sakit kebutuhan tubuh
dan porsi makan tidak
dihabiskan.
DO:
 A: BB 24kg
 B: -
 C: Mukosa bibir kering
 D: Makan 3sehari
habis setengah porsi,
nafsu makan menurun

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
4. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Observasi tanda 1. untuk mengetahui
bersihan jalan nafas tindakan vital, serta tanda vital
berhubungan dengan keperawatan pola,kedalaman
mukus berlebihan selama 324jam dalam 2. untuk mengetahui
maka pernafasan adanya suara
diharapakan, 2. Auskultasi suara tambahan
bersihan jalan nafas 3. untuk mencegah
nafas efektif 3. Lakukan bilirubin
dengan kriteria fisioterapi dada 4.untuk
hasil: 4. Kolaborasi mengencerkan
1. Irama nafas dengan dokter sekret
teratur pemberian terapi
2. RR dalam batas nebulizer
normal (20-
30/menit)
Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1.untuk mengetahui
berhubungan dengan tindakan selama sesering suhu tubuh
peningkatan laju 324jam mungkin 2. mengetahui TTV
metabolisme diharapkan suhu 2. Observasi TTV 3. untuk meredakan
tubuh dalam 3. Lakukan demam
rentang normal, kompres hangat, 4. untuk memenuhi
dengan kriteria dan anjurkan cairan tubuh
hasil: untuk memakai
1. Suhu tubuh pakaian tipis
normal (36- 4. Laksanakan
37C) advise dokter
2. Akral teraba pemberian
dingin terapi intravena
RL 10tpm
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Untuk mengetahui
nutrisi kurang dari tindakan selama alergi makan. adanya riwayat
kebutuhan tubuh 324jam, 2. Anjurkan orang alergi makanan
berhubungan dengan diharapkan: tua klien untuk 2. Untuk memenuhi
kurang asupan 1. Adanya memberikan kebutuhan nutrisi
makanan peningkatan porsi makan klien
nafsu makan kecil tapi sering. 3. Untuk mencegah
3. Yakinkan diet konstipasi pada
yang dimakan anak
mengandung 4. Untuk
tinggi serat meningkatkan
untuk mencegah jumlah kalori dan
konstipasi. nutrisi yang
4. Kolaborasi dibutuhkan oleh
dengan ahli gizi pasien
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan
klien

IMPLEMENTASI
TANGGAL JAM NO DX IMPLEMENTASI RESPON
15 Juli 2018 08.00 1 Mengauskultasi suara S: ibu mengatakan anak
nafas batuk
O: pernafasan
terdengar mengorok

08.15 3 Mengkaji adanya alergi S: ibu mengatakan anak


makanan alergi dengan es
O: anak batuk

09.15 1 Melaksanakan advise S: ibu mengatakan


dokter pemberian terapi dahak tidak keluar
nebulizer O: anak menangis,
dahak tidak keluar

09.40 1 Melakukan fisioterapi S: -


dada O: pernafasan
terdengar mengorok

12.15 2 Melakukan kompres S: ibu mengatakan anak


hangat panas
O: suhu 38,3C

12.40 3 Menganjurkan makan S: ibu mengatakan ‘ya’


sedikit tapi sering O: mukosa bibir kering
16 Juli 2018 07.30 1,2 Mengobservasi tanda – S: ibu mengatakan
tanda vital panas sudah turun
O: nadi 106/menit,
suhu 37,8C, RR
36/menit

08.00 1 Melaksanakan advise S: ibu mengatakan anak


dokter pemberian terapi masih batuk
nebulizer O: RR 36/menit

08.20 1 Melakukan fisioterapi S: ibu mengatakan anak


dada batuk, dahak belum
bisa keluar
O: anak tidak bisa
mengeluarkan
dahaknya
08.50 2,3
Menganjurkan minum S:
banyak O: pasien tampak
minum sedikit tetapi
sering

09.00 3 Memberikan nutrisi tinggi S: anak mengatakan


kalori tinggi protein ingin makan
O: anak makan sendiri,
habis ¼ porsi, mukosa
bibir lembab

12.00 2 Mengobservasi suhu S: ibu mengatakan


panas sudah turun
O: suhu 37,2C, akral
teraba hangat
17 Juli 2018 07.30 1,2 Mengobservasi tanda – S: ibu mengatakan
tanda vital batuk sudah berkurang,
panas sudah turun
O: nadi 106/menit, RR
32/menit, suhu 36.8C

08.15 1 Melakukan advise dokter S: ibu mengatakan


pemberian terapi dahak sudah bisa
nebulizer keluar
O: anak menangis

08.45 1 Melakukan fisioterapi S: ibu mengatakan anak


dada masih batuk
O: anak menangis dan
masih batuk

08.55 1 Mengauskultasi suara S: -


paru O: sekret berkurang,
pernafasan terdengar
mengorok

09.45 2 Menganjurkan untuk S: -


memakai baju tipis O: suhu 36.5C

11.45 3 Memberikan nutrisi tinggi S: ibu mengatakan anak


kalori dan tinggi protein sudah mau makan
O: makan habis 1 porsi,
mukosa bibir lembab

12.30 2 Mengobservasi suhu S: ibu mengatakan anak


sudah tidak panas
O: suhu 36.5C

EVALUASI
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI
15 Juli 2018 Ketidakefektifan bersihan S: ibu mengatakan anaknya batuk dan
jalan nafas berhubungan pilek
dengan mukus berlebihan O: pernafasan terdengar mengorok,
dahak tidak bisa keluar, RR
38/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
o Auskultasi suara nafas
o Laksanakan advise dokter
pemberian terapi nebulizer
o Lakukan fisioterapi dada

Hipertermia berhubungan S: ibu mengatakan anaknya panas


dengan peningkatan laju O: suhu 38.3C, akral teraba hangat
metabolisme A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
o Observasi suhu
o Lakukan kompres
o Anjurkan banyak minum
o Anjurkan memakai pakaian tipis

Ketidakseimbangan nutrisi S: ibu mengatakan nafsu makan


kurang dari kebutuhan tubuh anaknya menurun dan alergi
berhubungan dengan kurang terhadap es
asupan makanan O: mukosa bibir kering, BB 24kg
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
o Anjurkan makan sedikit tapi
sering
16 Juli 2018 Ketidakefektifan bersihan S: ibu mengatakan anak masih batuk
jalan nafas berhubungan dan dahak belum bisa keluar
dengan mukus berlebihan O: pernafasan terdengar mengorok, RR
36/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
o Auskultasi suara nafas
o Laksanakan advise dokter
pemberian terapi nebulizer

Hipertermia berhubungan S: ibu mengatakan panas anak sudah


dengan peningkatan laju turun
metabolisme O: akral teraba hangat, suhu 37,8C,
minum habis ½ gelas susu
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
o Observasi TTV
o Anjurkan banyak minum
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh S: anak mengatakan ingin makan dan
berhubungan dengan kurang minum susu
asupan makanan O: anak makan sendiri, habis ¼ porsi,
mukosa bibir lembab
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
o Anjurkan makan sedikit tapi
sering
17 Juli 2018 Ketidakefektifan bersihan S: ibu mengatakan batuk anak sudah
jalan nafas berhubungan berkurang
dengan mukus berlebihan O: sekret berkurang, RR 32/menit,
pernafasan terdengar mengorok
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
o Monitor RR
o Auskultasi suara nafas
o Lakukan fisioterapi dada
o Lakukan advise dokter pemberian
terapi nebulizer

Hipertermia berhubungan S: ibu mengatakan panas anak sudah


dengan peningkatan laju turun
metabolisme O: akral teraba hangat, suhu 36.5C
A: masalah teratasi
P: intervensi dipertahankan
o Observasi TTV
o Anjurkan banyak minum
o Anjurkan pakai baju tipis

Ketidakseimbangan nutrisi S: ibu mengatakan anak sudah mau


kurang dari kebutuhan tubuh makan
berhubungan dengan kurang O: makan habis 1 porsi, mukosa bibir
asupan nutrisi lembab
A: masalah teratasi
P: intervensi dipertahankan

Anda mungkin juga menyukai