Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM KARDIOVASKULER (HIPERTENSI)

Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik : Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing : Eka Novitayanti, S.Kep., Ns, M.Kep

Disusun oleh:

Oktaviana Putri Utari


(17.0.P.156)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA HUSADA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

KARANGANYAR

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: HIPERTENSI
DI DESA POJOK MOJOGEDANG

Di Susun Oleh :
Oktaviana Putri Utari
(17.0.P.156)

LAPORAN INI TELAH MEMENUHI PERSYARATAN PRAKTIK KLINIK


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA HUSADA
KARANGANYAR

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Eka Novitayanti S.Kep,Ns,M.Kep) ( )


Laporan pendahuluan

A. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri,
2017).
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis
penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya
hipertensi yaitu faktor usiasehingga tidak heran penyakit hipertensi sering
dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014).
hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik suatu
sistem kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh
beberapa faktor/ multi faktorsehingga tidak bisa terdiagnosis dengan
hanyasatu faktor tunggal (Setiati, 2015).

2. Anatomi Fisiologi yang berkaitan


Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah,
dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah
dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh. Arteri membawa darah dari
jantung, Vena membawa darah ke jantung.
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga
terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe
mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya
yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan.
Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis
diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi
penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut
sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung
70 kali per menit.
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri,
arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola,
kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari
pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa
jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi
sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada
tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120
mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit.Pada saat
diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan
80mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh
darah.Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang
dan sangat lambat pada kapiler,dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat
lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung
maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan
yang dihasilkan pernafasandengan naik turunnya diafragma yang bekerja
sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu
diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong
darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang
mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit
arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah
kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer)
yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama,
aliran bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai
suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga
memberikan gambaran aliran yang tidak lancar. Keadaan dapat terjadi pada
darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami
sumbatan atau vasokonstriksi.

3. Etiologi
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (factor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,
konsumsi garam,konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,
penggunaan estrogen. (Sutanto, 2010:13)
Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi :
1. Berdasarkan penyebab (Endang Triyanto, 2014: 9) dibagi menjadi dua :
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita
hipertensi.T erjadi pada usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak
ditemukan penyakit renovaskuler, aldosveronism, gagal ginjal, atau
penyakit lain, genetik dan ras, merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar
1-2%,penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu (misalnya pil KB). Golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensi esensial, pengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita hipertensi esensial.
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), Hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension).
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik,
hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan kardiac output atau
peningkatan tekanan perifer, namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Usia
Insiden hypertensi makin meningkat dengan bertambahnya usia. Ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah didalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
yang berusia 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri coroner
dan kematian premature.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita,
namun pada usia pertengahan dan lebih tua. Insiden pada wanita akan
meningkat sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita
lebih tinggi.
c. Obesitas
Ketidak seimbangan adalahantara konsumsi kalori dengan
kebutuhaan yang disimpan dalam bentuk lemak. Yang menyebabkan
jaringan lemak inaktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Akibat
dari obesitas para penderita cenderung menderita penyakit
kardiofaskuler. Hipertensi dan diabetes melitus.
d. Riwayat keluarga
Yang menunjungan adanya tekanan darah yang meninggi
merupakan faktor resiko yang paling kuat bagi seseorang untuk
mengidap hipertensi dimasa yang akan datang.
e. Merokok
Departemen of health and human services (1989) menyatakan
bahwa setiap batang rokok terdapat : 4.000 unsur kimia, diantaranya:
tar, nikotin Gas Co, N2, ammonoia dan asetal dehida serta unsur-
unsur karsinonger. Nikotin penyebab ketagihan merokok akan
merangsang jantung, saraf otak,dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak
normal. (Oktavianus: h.52-53)

4. Manifestasi Klinis
Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam karena sering
tanpa gejala yang memberi peringatan akan adanya masalah. Kadang-
kadang orang menganggap sakitkepala, pusing, atau hidung berdarah
sebagai gejala peringatan meningkatnya tekanan darah. Padahal hanya
sedikit orang yang mengalami perdarahan di hidung atau pusing jika tekanan
darahnya meningkat.
Pada sebagian besar kasus hipertensi tidak menimbulkan gejala apapun,
dan bisa saja baru muncul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ lian,
seperti ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala seperti sakit kepala, migrain
sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer, walaupun tidak
jarang yang berlangsung tanpa adanya gejala. Pada survei hipertensi di
Indonesia,tercatat berbagai keluhan yang dikaitkan dengan hipertensi, seperti
sakit kepala, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, dan rasa berat di
tengkuk. (Edi Junaedi, H. 8-9)
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual, muntah
f. Epistaksis
g. Kesadaran menurun
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglon melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepinerpin mengakibatkan kontsriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontsriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan diman sistem saraf simpati merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi, Medulla adrenal
mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriksi pembuluh darah. Vaokonstriksi yang mengakibatkan penurun
aliran ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriksi kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal,menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Mekanisme yang mengontrol kontruksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medula di otak, rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatiskegangliasimpatis. Pada saat bersamaan dimana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kalenjar adrenal juga teransang, mengakibatkan tambahan aktifitas
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroit lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. (Oktavianus: h.24)
Jika tekanan darahterus-menerus tinggi maka akan menimbulkan
komplikasi pada organ tubuh lainnya.bagian tubuh yang paling sering menjadi
sasaran kerusakan antara lain (Sutanto,2010: H.6) :
1. Otak : Gangguan pada otak biasanya akibat rusaknya pembuluh darah
sehingga menyebabkan stroke.
2. Mata : Gangguan pada mata biasanya menyebabkan kerusakan sel-
sel retina sehingga jika sangat parah menimbulkan kebutaan.
3. Jantung : Gangguan jantung sebagai organ pemompa darah
menyebabkan penyakit jantung koroner dan gagal jantung.
4. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.

6. Pathway
7. Komplikasi
Beberapa komplikasi hipertensi yang bisa terjadi adalah :
a. Serangan jantung
b. Gagal jantung
c. Stroke
d. Aneurisma
e. Masalah ginjal
f. Masalah mata
g. Sindrom metabolic
h. Kesulitan dalam mengingat dan fokus

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih
darah (kalium, natrium, kreatinin,gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol
HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens
kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan
ekokardiografi. (Sutanto, 2010:27).

9. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)


Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa halyang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral
d. Tidak menimbulakn intoleransi
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat -obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi


seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

10. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral
a. Tujuan : Tidak terjadi kerusakan jaringan
b. Kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol,
- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
c. Intervensi :
- Mempertahankann tirah baring selama fase akut
- Pantau tanda-tanda vital
- Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala,Misal ; kompres dingin pada dahi, beri pijatan di leher atau
punggung
- Ajarkan teknik relaksasi
- Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala Misal ; mengejan saat buang air besar,
batuk panjang, membungkuk
- Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetic
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dengan intake yang tidak adekuat ( Doengoes, 2003 )
- Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi,
peningkatan nafsu makan, mukosa bibir lembab tidak terjadi
penurunan berat badan.
- Kriteria hasil : Nafsu makan dapat meningkat, dapat mengabis kan
diit di rumah, Timbang berat badan setiap hari
- Intervensi :
a. Beri makan dalam porsi sedikit tapi sering
b. Kaji ulang pola makan
c. Motivasi klien untuk makan
d. Awasi pemasukan diit
e. Beri hygiene oral sebelum dan sesudah makan
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan nutrisi bagi
pasien
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
a. Tujuan : Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
b. Kriteria hasil : Hasil aktivitas dapat dilakukan secara optimal,
aktivitas dapat dilakukan sendiri
c. Intervensi :
- Observasi keadaab umum
- Kaji tingkat aktivitas klien
- Bantu klien dalam melakukan aktivitas
- Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan
- Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap
jika dapat ditoleransi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. (Oktavianus.h.59)
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001)
adalah :
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor registrasi, dan diagnosamedis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
pusing, sakit kepaladan penurunan tingkat kesadaran.
c. Penyakit sekarang
Penyakit yang diderita klien saat ini
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,vasodilator, obat-obat
adiktifdan kegemukan. Pengkajian obat-obatan yang sering digunakan
klienseperti pemakaian obat antihipertensi,antilipidemia, penghambat
betadan lainnya.Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan
penggunaan obat kontrasepsi oral.Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
mellitus atau adanyariwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pengkajian psikososial dan spiritual
Pengkajian psikologis klien hipertensimeliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitifdan perilaku klien.Dalam pola tata nilai dan
kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena
tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh.
g. Aktivitas istirahat
Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup (kegiatan,
pola tidur)
h. Sirkulasi
Kenaikan tekanan darah, Nada denyutan jelas dari (karotis, juguralis,
radialis), frekuensi/irama
i. Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi euphoria, marah, faktor
stress, multiple (hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan)
j. Eliminasi
- BAB (Buang Air Besar) Pola dan frekuensi? adakah perubahan?
warna? konsistensi? Gangguan BAB ( konstipasi, diare)?
- BAK (Buang Air Kecil) Frekuensi? Pola? Jumlah? Warna? Keluhan
BAK(disuria, hematuri, retensi urine)?
k. Makanan/cairan
Intake Makanan/cairan : frekuensi, jumlah, komposisi? Selera makan?
Perasaan saat makan? mual muntah? Alergi terhadap makanan?
suplemen?
l. Neurosensori
Keluhan pening/pusing, sakit kepala (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam)
m. Nyeri/ketidaknyamanan
n.
Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), Nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudasi, Nyeri abdomen / massa
o. Pernafasan
Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja, Riwayat merokok,batuk
dengan / tanpa seputum
p. Keamanan
Gangguan koordinasi/ cara berjalan, Hypotensia postural
q. Pembelajaran/penyebab
Penyebab terjadinya hipertensi seperti faktor resiko keluarga : hipertensi,
penyakit jantung, DM

2. Diagnosa Keperawatan (NANDA)


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (nyeri kepala) kode :
00132 hal : 469
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi
kode : 00204 hal : 253
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan (tentang hipertensi ) kode: 00126 hal : 274

3. Perencanaan/Rencana Tindakan (NOC dan NIC)

N hari/tgl/j Dx.Kep Tujuan dan Intervensi Rasional ttd


o am kriteria hasil
1. Senin, 1. Nyeri Setelah - Lakukan -Untuk
18 akut dilakukan pengkajian mengetahui
januari berhub kunjungan nyeri lokasi,karakteristi
2021 ungan selama 3 kali secara k
Jam dengan didapatkan komprehen nyeri,durasi,freku
10.30 agen kriteria hasil : sif ensi, dan kualitas
cidera - Observasi nyeri
- Nyeri
biologis adanya - untuk
kepala
(nyeri petunjuk mengetahui
kepala) dapat non verbal ketidaknyamanan
berkuran mengenai nyeri
g (4) ketidaknya - untuk
- Nyeri manan mengetahui
kepala nyeri informasi tentang
dapat - Berikan nyeri yang
teratasi informasi dirasakan
(4) mengenai - untuk
- Tekanan nyeri, meningkatkan
darah seperti kenyamanan
menurun penyebab pasien
(4) nyeri, - mengajarkan
- Pasien berapa teknik non
dapat lama nyeri farmakologi
rileks (4) dirasakan relaksasi
- Kendalikan massage dan
lingkungan nafas dalam
yang dapat
(Kode : 1605 mempenga
hal : 247) ruhi (jurnal
terhadap keperawatan
ketidaknya Susana Nurtanti,
manan tahun 2018, jurnal
pasien keperawatan
- Ajarkan Kristiana Puji
penggunaa Purwandari,
n teknik tahun 2018)
non
farmakolog
i
(kode : 1400 hal :
198)
2. Selasa, 2. Ketidak Setelah - Monitor -untuk
19 efektifa dilakukan tekanan mengetahui dan
januari n kunjungan darah, mengontrol
2021 perfusi selama 3 kali nadi, suhu, tekanan darah,
Jam jaringan didapatkan pernfasan nadi, suhu dan
10.00 perifer kriteria hasil : dengan pernafasan
berhub tepat pasien
- Tekanan
ungan - Monitor - untuk
darah
dengan tekanan mengetahui
kembali
hiperte darah apakah tekanan
normal
nsi setelah darah turun atau
(4)
pasien tidak
- Pusing
minum - untuk
dapat
obat jika mengetahui
teratasi
memungki penyebab
(4)
nkan perubahan tanda-
- Kesadar
- Identifikasi tanda vital pasien
an baik
kemungkin - untuk memberi
(4)
an tau kapan harus
- Pandan
penyebab mencari bantuan
gan
perubahan medis
kembali
tanda- - untuk
normal
tanda vital mengetahui efek
(4)
- Anjurkan obat yang
pasien dikonsumsi
mengenai terhadap
kapan penurunan
harus tekanan darah
(Kode : 2112
mencari
hal : 137)
bantuan (jurnal
medis keperawatan Nur
- Monitor Isnaini, Inda
pasien Galuh Lestari,
mengenai tahun 2018)
efek
terapeutik
obat
(Kode :6680, hal :
237)
3. Rabu, 3. Defisie Setelah - Bantu - untuk membantu
20 nsi dilakukan individu, inidvidu tentang
januari penget kunjungan dan keyakinan nilai-
2021 ahuan selama 3 kali keluarga nilai kesehatan
Jam berhub didapatkan untuk - untuk
10.00 ungan kriteria hasil : memperjel mengetahui
dengan as tingkat
- Mengeta
kurang keyakinan pengetahuan
hui
sumber dan nilai- pasien
tentang
penget nilai - untuk
penyakit
ahuan kesehatan memudahkan
hiperten
(tentan - Kaji tingkat pasien
si (4)
g pengetahu mengetahui
- Mengeta
hiperte an pasien proses penyakit
hui
nsi ) dan - untuk
factor
keluarga memberikan
resiko
- Gambarka informasi pada
penyakit
n proses pasien
hiperten
penyakit - untuk
si (4)
dengan memudahkan
- Mengeta
cara yang pasien
hui
tepat mengetahui tanda
pengoba
tan yang - Berikan gejala
tepat informasi penyakitnya
untuk secara
hiperten tertulis (jurnal
si (4) - Jelaskan keperawatan
- Mengeta tanda dan Khoirin Khoirin,
hui diit gejala Devi Juliasih,
yang yang tahun 2020, jurnal
dibutuhk muncul keperawatan
an untuk pada Erica Kusuma,
hiperten penyakit Julius Fajar,
si (4) dengan Albertus,
cara yang Stefanus, Natalia,
(kode : 1803 tepat tahun 2017)
hal :424) (kode : 5510 hal :
281)

4. Implementasi

Implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat


yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain
untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan
dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan
mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa kriteria yaitu:
Dependen Interventions: dilaksanakan dengan mengikuti order dari pemberi
perawatan kesehatan lain, Collaborative (interdependen): interpensi yang
dilaksanakan dengan professional kesehatan lainnya, dan Independent
(autonomous) Intervention: intervensi dilakukan dengan melakukan nursing
orders dan sering juga digabungkan dengan order dari medis.

5. Evaluasi
Menurut Dion dan Betan (2018) evaluasi keperawatan adalah tahap
akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan keluarga. Evaluasi bertujuan
untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi
atas dua jenis, yaitu:
a Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencanan keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yakni Subjektif (data berupa keluhan
klien), Objektif (data hasil pemeriksaan), Analisa data (perbandingan
data dengan teori), dan Planning (perencanaan).
b Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan
respon pasien dan keluarga terkait layanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Auryn, virzara. 2009. Mengenal dan Memahami Hipertensi. Jogjakarta : Kata Hati

Widyanto dan Triwibowo. 2013. Trend Disease (trend penyakit saat ini). Jakarta : CV.
Trans Info Media

Batticaca, F. B. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta:


Salemba Medika.

Depkes. 2015. Stroke Pembunuh Nomor Satu di Indonesia. Jakarta: tersedia dalam
www.litbang.depkes.go.id/node/639).

Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F & Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2012. Handbook Health Student.Yogyakarta. Media Action
Publishing.

Nursalam. 2011. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika.Price, S. A., dan Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Widagdo, Wahyu dkk. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Trans Info Media.

World Health Organization. 2015. STEPwise approach to hipertensisurveillance

Anda mungkin juga menyukai