Anda di halaman 1dari 19

ETNOBOTANI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT

ETNIS DAYAK MERATUS LOKSADO KALIMANTAN SELATAN


DAN UPAYA KONSERVASI DI KHDTK SAMBOJA
Oleh :
Noorcahyati dan Zainal Arifin
ABSTRAK
Etnis Dayak Meratus Desa Haratai di Kalimantan Selatan memiliki
pengetahuan pengobatan tradisional dengan menggunakan berbagai jenis tumbuhan
berkhasiat obat yang berada disekitar mereka mulai dari hutan, kebun karet tua, ladang,
hingga pekarangan. Pengetahuan tersebut, umumnya dikuasai kaum tua dengan
menggunakan proses transfer pengetahuan secara lisan dari generasi ke generasi tanpa
ada pendokumentasian secara tertulis. Jika tidak dilakukan pendokumentasian,
dikhawatirkan pengetahuan pengobatan tradisional akan hilang, bahkan lebih cepat
dibandingkan dengan hilangnya jenis tumbuhan berkhasiat obat. Untuk itulah peran ilmu
etnobotani membantu dalam mendokumentasikan pengetahuan pengobatan tradisional
tentang jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat, cara meramu, bagian tumbuhan yang
digunakan, serta habitat atau pun tempat dimana tumbuhan berkhasiat obat diambil.
Makalah ini memberikan gambaran mengenai jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat, cara
meramu, dan bagian tumbuhan yang digunakan serta pemanfaatannya untuk mengobati
penyakit yang digunakan oleh etnis dayak meratus di lokasi penelitian. Tercatat 110 jenis
tumbuhan dan lebih dari 57 famili yang dimanfaatkan untuk bahan pengobatan. Informasi
tersebutberguna untuk keperluan pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat
itu sendiri. Sebagai bentuk upaya konservasi, beberapa jenis tumbuhan berkhasiat obat
yang diperoleh dari lokasi penelitian juga dibuat koleksi hidup pada Plot Tumbuhan
Berkhasiat Obat di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.
Kata kunci : Etnobotani, dayak meratus, konservasi

PENDAHULUAN
Keanekaragaman hayati merupakan aset bangsa yang sangat penting untuk dijaga
kelestarian dan pemanfaatannya. Kalimantan dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya
juga didukung oleh potensi pengetahuan tradisional yang dimiliki berbagai etnis asli di
Kalimantan. Kekayaan keanekaragaman hayati ini memiliki keterikatan dengan budaya
masyarakat setempat. Salah satunya melalui pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan
berkhasiat obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional etnis lokal, terutama yang
berada disekitar kawasan hutan. Pengetahuan pengobatan tradisional ini telah teruji
secara empiris dari generasi ke generasi. Salah satu etnis di Kalimantan yang masih

memanfaatkan pengetahuan lokal dalam pengobatan melalui berbagai jenis tumbuhan


adalah etnis Dayak Meratus (Dayak Bukit) di Desa Haratai Kecamatan Loksado, Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Umumnya pengetahuan pengobatan tradisional hanya dikuasai oleh kaum tua.
Generasi muda saat ini kurang termotivasi untuk menggali pengetahuan dari kaum tua, dan
lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab. Kondisi seperti ini,
menjadikan warisan tradisional lambat laun akan mengalami kepunahan di tempat aslinya
(Noocahyati, 2012).Karena itu, perlu ada upaya untuk mendokumentasikan pengetahuan
pengobatan tradisional yang seiring dengan upaya pelestarian tumbuhan berkhasiat obat
untuk pengetahuan, konservasi dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara
pendokumentasian tersebut adalah melalui kajian etnobotani tumbuhan berkhasiat obat.
Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani
(tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi,
dan masyarakat umumnya. Studi etnobotani bermanfaat ganda, karena selain bermanfaat
bagi manusia dan lingkungan, dan perlindungan pengetahuan tersebut, melalui
perlindungan jenis jenis tumbuhan yang digunakan (Suryadarma 2008).Menurut
Munawaroh dan Purwanto (2000) Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik secara menyeluruhantara masyarakat lokal dengan alam
lingkungannya yang meliputi pengetahuan tentangsumberdaya alam tumbuhan. Karena itu,
etnobotani berpotensi mengungkapkan sistempengetahuan tradisional dari suatu
kelompok

masyarakat

atau

etnik

mengenai

keanekaragamansumberdaya

hayati,

konservasi dan budaya.


Makalah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Balai Penelitian Teknologi
Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja untuk mengungkap pengetahuan
etnis Dayak Meratus di Desa Haratai dalam memanfaatkan sumber daya alam tumbuhan di
sekitarnya, khususnya tumbuhan berkhasiat obat. Selain itu, juga tersedianya data
keanekaragaman jenis tumbuhan obat dan konsep pengobatan masyarakat lokal serta
berguna untuk keperluan konservasi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

METODOLOGI
Penelitian merupakan survey eksploratif dengan teknik pengambilan data melalui
observasi dan wawancara langsung kepada tokoh kunci, serta pengguna tumbuhan
berkhasiat obat yang ada di lokasi penelitian. Tokoh kunci adalah orang yang dianggap
memahami tentang pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan. Biasanya mereka adalah kaum tua
dan memiliki warisan pengetahuan dari generasi sebelumnya yang diturunkan secara lisan.
Untuk mengetahui jenis tumbuhan berkhasiat obat dilakukan survey langsung ke
habitatnya untuk pengambilan spesimen guna keperluan identifikasi dan pengujian lebih
lanjut. Identifikasi dilakukan di Herbarium Wanariset Balitek KSDA Samboja. Selain
keperluan identifikasi, spesimen herbarium yang diperoleh juga sebagai bahan koleksi
kering serta bukti otentik keberadaan tumbuhan berkhasiat obat di lokasi penelitian.
Pengambilan data primerdilakukan di Desa Haratai yang berada di kawasan
Pegunungan Meratus.Secara geografis kawasan Pegunungan Meratus terletak di antara
1153800" hingga 1155200" Bujur Timur dan 22800" hingga 205400" Lintang Selatan.
Pegunungan ini menjadi bagian dari 8 kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu:
Hulu Sungai Tengah (HST), Balangan, Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong, Kotabaru,
Tanah Laut, Banjar dan Tapin. Pegunungan Meratus merupakan kawasan berhutan yang
bisa dikelompokkan sebagai hutan pegunungan rendah.
Desa Haratai secara administratif berada di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu
Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan. Jarak tempuh dari Desa Haratai ke ibukota
Propinsi (kota Banjarmasin) sekitar 185 km dengan waktu sekitar 5 jam perjalanan. Desa
yang menjadi lokasi penelitian ini cukup terkenal di Kab. HSS dikarenakan terdapat objek
wisata air terjun Harataiyang menjadi salah satu tujuan wisata terkenal di Kalimantan
Selatan.
Desa Haratai terdiri dari 3 anak desa (dusun) yakni Haratai 1, Haratai 2 dan Haratai
3. Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Haratai 1 yang menjadi induk dari dua dusun
lainnya. Lokasi Desa Haratai berada di kaki pegunungan Meratus.Pegunungan Meratus
merupakan kawasan pegunungan yang membelah Propinsi Kalimantan Selatan menjadi
dua, membentang sepanjang 600 km2 dari arah tenggara dan membelok kearah utara
hingga perbatasan Kalimantan Timur. Disepanjang pegunungan ini terdapat banyak
perkebunan karet, begitu juga dengan kondisi Desa Haratai. Selain terdapat perkebunan

karet tua dan muda, di Haratai juga terdapat hamparan perkebunan kayu manis. Peta
lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Lokasi penelitian di Kecamatan Loksado, Kab. HSS, Kalsel

HASIL DAN PEMBAHASAN


Persepsi Terhadap Penyakit
Penduduk di Desa Haratai I adalah etnis Dayak Meratus. Desa ini berada dalam
bagian Hutan Lindung Haratai yang dikelola oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan. Sebagian besar etnis Dayak
Meratus masih tergantung pada tumbuhan yang ada di sekitarnya dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Begitu pula dengan pengobatan tradisional melalui
pemanfaatan

berbagai

jenis

tumbuhan

berkhasiat

obat.

Menurut

Setyowati

(2010)pengobatan tradisional merupakan upayapenyembuhanterhadap penyakit yang


dilakukanberdasarkan kepercayaan turun-temurun, baikdengan menggunakan bahan
alami yang tersediadan diyakinimempunyai khasiat dapatmenyembuhkan maupun melalui
perantaraseseorang (dukun) yang diakui mempunyaikekuatan tertentu di dalam dirinya
untukmenghilangkan penyakit.

Rahayu, et.al (2006) menyebutkan Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan
kaitannya dengan pemanfaatan tumbuhan obat secara tradisional terbentuk melalui
sosialisasi yang secara turun temurun dipercaya dan diyakini kebenarannya. Persepsi etnis
Dayak Meratus di Desa Haratai terhadap penyakit dibedakan menjadi dua bagian besar,
yakni : penyakit yang disebabkan oleh makanan dan penyakit yang disebabkan oleh
perbuatan. Atas dasar ini cara pengobatan yang dilakukan pun akan berbeda. Pengobatan
dilakukan melalui ramuan obat tradisional yang terdiri dari tumbuhan, mineral dan hewan.
Ada pula pengobatan yang diakukan melalui pembacaan doa dan mantra yang diikuti ritual
dalam adat dayak meratus yang dikenal dengan Batandik.

Pengobatan

dengan

berbagai jenis tumbuhan ada yang berupa ramuan yakni terdiri dari campuran berbagai
jenis bagian tumbuhan, bagian hewan dan atau mineral. Selain itu, ada pula bagian
tumbuhan yang digunakan sebagai obat secara tunggal atau terdiri dari satu jenis
tumbuhan.
Keragaman Tumbuhan Berkhasiat Obat
Sebagian besar etnis Dayak Meratus (Bukit) di Desa Haratai, Loksado masih tetap
mempertahankan tradisi pengobatan tradisional yang sudah dipraktekkan nenek moyang
mereka secara turun temurun. Sehingga secara empiris, pemanfaatan tumbuhan berkhasiat
obat sudah teruji sejak lama. Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat tersebut selain untuk
pengobatan penyakit juga untuk perawatan kesehatan. Jauhnya akses masyarakat dengan
pelayanan kesehatan menjadikan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan
berkhasiat obat yang ada di sekitar mereka masih mendapat tempat pada etnis ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh kunci dan penduduk setempat tercatat
jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit dan
kosmetika (tabel lampiran). Tumbuhan tersebut terdiri dari berbagai famili yang disajikan
pada tabel 1.
Tabel 1. Famili tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan
No.

Famili

1
2
3
4
5

Acanthaceae
Ancistrocladaceae
Annonaceae
Apocinaceae
Araliaceae

Spesies
Nomaphila stricta
Ancistrocladus tectorius
Annona muricata, Artabotryssuaveolens sp.
Alstonia scholaris
Schefflera sp.

Jumlah Spesies
1
1
2
1
1

Araceae

Arecaceae

8
9
10

Asteraceae
Bombacaceae
Compositae

11

Connaraceae

12
13
14
15
16

Convolvulaceae
Cyatheaceae
Cyperaceae
Dilleniaceae
Euphorbiaceae

17
18
19
20
21
22
23
24

Fabaceae
Flacourtiaceae
Gesneriaceae
Gleicheniaceae
Graminae
Labiatae
Lamiaceae
Lauraceae

25
26

Leaceae
Leguminosae

27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

Liliaceae
Loganiaceae
Loranthaceae
Malvaceae
Marantaceae
Menispermaceae
Melastomataceae
Meliaceae
Moraceae
Myrtaceae
Myristicaceae
Oleaceae
Ophioglossaceae

Alocasia scabriuscula, Amyrum sp.,


Homalomena sp.
Areca catechu, Arenga pinnata, Metroxylon
sagu
Ageratum conyzoides
Durio zibethinus
Eupathorium inulaefolium, Wedelia biflora,
Micania scandens, Blumea balsamifera,
Blumea sp.
Connarus sp., Cnestis platantha, Rourea
mimosoides
Meremmia peltata
Cyathea recommutata
Scleria laevis Willd.
Tetracera sp.
Baccaurea lanceolata, Acalypa caturus,
Macaranga bancana, Macaranga sp1,
Macaranga sp2., Cratoxylum tignum
Bauhinia sp., Archidendron jiringa
Flacourtia rukam
Cyrtandra sp.
Dicranopteris curranii
Saccharum spontaneum, Bambusa vulgaris
Hyptis capitata
Ocimum sp.
Eusideroxylon zwageri, Luvunga sp.,
Cinnamomum burmanii, Litsea elliptica
Leea indica
Mucuna sp., Senna alata, Spatholobus
sangueneus, Dalbergia discolor, Parkia
roxburghii, Cajamus cajan, Entanda
borneensis,
Cordiline petiolaris
Fagraea racemosa
Helixanthera cylindrical
Sida rhombifolia
Donax caniformis
Fibraurea tinctoria, Pycnarrhena tumefacta
Melastoma malabathricum
Lansium domesticum
Ficus cf. quercifolia
Tristaniopsis sp.
Myristica maxima
Chionanthus sp
Helminthostachys zeylanica

3 (NN=1)
3
1
1
5
3
1
1
1
1
6
2
1
1
1
2
1
1
4
1
7 (NN=1)

1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1 (NN=2)
1
1

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

Palmae
Piperaceae
Poaceae
Rhamnaceae
Rubiaceae
Rutaceae
Sapindaceae
Schizaeaceae
Selaginellaceae
Simaroubaceae
Solanaceae
Sterculiaceae
Taccaceae
Thelypteridaceae
Umbelliferae
Urticaceae

56

Verbenaceae

57

Zingiberaceae

Ceratolobus sp.
Piper aduncum, Piper betle, Piper sp.
Imperata cylindrica
Alphitonia excelsa
Morinda citrifolia, Ixora sp., Oxyceros sp.
Melicope glabra
Lepisanthes amoena
Ligodium circinnatum
Selaginella plana
Eurycoma longifolia, Brucea javanica
Capsicum sp.
Sterculia sp.
Tacca sp.
Pronephrium rubicundum
Hydrocotile sibthorpioides
Leucosike capitallata, polikilospermum sp.,
Dendrocnide sp1.,Dendrocnide sp2.,
Villebrunea sp.
Peronema canescens, Lantara camara,
Clerodendrum sp.
Costus speciosus, Zingiber purpureum

1
3
1
1
3
1
1
1
1
2
1 (NN=1)
1
1 (NN=2)
1
1
5
1
2

Berdasarkan tabel tersebut diketahui terdapat 57 famili tumbuhan yang digunakan


etnis Dayak Meratus dalam pengobatan tradisional yang mereka lakukan. Jenis-jenis yang
digunakan tersebut bervariasi mulai dariherba, rumput, liana, parasit hingga pohon.
Jumlah jenis pada famili leguminosae menempati jumlah terbanyak yakni 8 jenis yang
terdiri dari 7 jenis telah teridentifikasi spesiesnya dan 1 jenis masih belum teridentifikasi.
Tumbuhan berkhasiat obat dikumpulkan dari berbagai habitat terutama kebun
karet tua dan hutan di sekitar desa. Beberapa jenis dapat dijumpai di pekarangan, pinggir
jalan serta kebun dan ladang. Tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan etnis Dayak
Meratus digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dari ringan hingga penyakit berat.
Selain itu terdapat beberapa spesies yang digunakan sebagai afrodisiak, untuk persalinan
dan pasca melahirkan serta kosmetik. Data selengkapnya disajikan pada lampiran.Dari 110
jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional, terdapat beberapa jenis
yang sudah dikategorikan langka/rentan seperti : akar arau/akar kuning (Fibraurea
tinctoria), Pulantan/Pulai (Alstonia scholaris), dan Pasak Bumi (Eurycoma longifolia).
Fibraurea tinctoria termasuk dalam famili Menispermaceae. Tumbuhan yang
merupakan liana ini dikenal sebagai akar arau pada etnis Dayak Meratus di Desa Haratai.

Penamaan lokal dari berbagai daerah antara lain akar kuning, merkunyit, akar koneng,
kukunyit, aka bila. DaerahpersebaranFibraurea tinctoria meliputi Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Halmahera, Filipina, Thailand, Indocina dan Malaya. Termasuk dalam famili
Menispermaceae. Dapat dijumpai ketinggian tempat yang beragam dari dataran rendah
sampai ketinggian 1000 m dpl. Umumnya tumbuh secara liar di hutan sekunder atau
semak belukar. Berdasarkan red list IUCN tumbuhan ini telah dinyatakan langka
(Setyowati, et.al, 2007).Keberadaan Fibraurea tinctoria dan beberapa famili Menisperceae
lainnya yang juga dimanfaatkan sebagai bahan baku obat terus mengalami penurunan di habitat
aslinya.
Fibraurea tinctoria secara empiris tidak hanya digunakan etnis Dayak Meratus, hampir
semua etnis asli di Kalimantan menggunakannya untuk mengobati berbagai penyakit, seperti
sakit kuning, malaria dan hepatitis (Noorcahyati, 2010). Tidak hanya teruji secara empiris,
tumbuhan ini juga telah teruji secara ilmiah melalui beberapa penelitian yang dilakukan. Isolasi
senyawa aktif dengan metode Bioassay Guided Isolationtelah dilaporkan oleh Wahyuono dkk
(2006) bahwa senyawa bioaktifnya mampu menghambat 20%pertumbuhan kanker in vitro.
Alstonia scholaris dikenal etnis Dayak Meratus dengan nama lokal Pulantan / Pulai.
Pohon ini dimanfaatkan sebagai obat bisul dengan menggunakan getah dari batang maupun
daun. Meskipun pada etnis ini penggunaan getah Alstonia scholaris untuk bisul, sebenarnya jenis
ini telah dimanfaatkan oleh berbagai etnis untuk mengobati berbagai penyakit, diantaranya
berpotensi sebagai antidiabetes. Daerah persebaran Alstonia scholarismeliputi Jawa, Sumatera,
Kalimantan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tumbuh liar pada hutan primer,
sekunder dan pinggiran ladang di perkampungan. Dapat dijumpai mulai dari dataran rendah
sampai ketinggian 1000 m dpl. Di Desa Haratai, tumbuhan ini tumbuh di tempat yang lembab
dan banyak mengandung humus, berada di ketinggian sekitar 400 m dpl. Berdasarkan redlist
IUCN saat ini status konservasiAlstonia scholaris tercatatLower Risk/Least Concernberdasarkan
data tahun 1998. Tentu saja saat ini diduga sudah meningkat status kelangkaannya.
Pasak bumi (Eurycoma longifolia) merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang
sudah sangat terkenal di Kalimantan. Penggunaan tumbuhan ini terutama sebagai bahan
untuk afrodisiak. Daerah persebarannya meliputi Sumatera, Kalimantan, Semenanjung
Malaya, Birma, Thailand dan Vietnam. Pasak bumi menyukai tanah agak masam dan
berpasir, pada hutan primer dan sekunder (Setyowati, 2007). Penggunaan Eurycoma

longifolia di Desa Haratai saat ini tidak banyak karena sudah sulit menemukan Eurycoma
longifolia di Desa ini, sehinga masyarakat menggantinya dengan Lepisanthes amoena yang
juga disebut sebagai pasak bumi oleh sebagian masyarakat pada etnis ini.

Status

konservasi Eurycoma longifolia menurut Rifai (1992) berada pada status terkikis.
Selain ketiga jenis tersebut, jenis lainnya juga sudah mulai sulit ditemukan pada
habitatnya seperti kedaung (Parkia roxburghii)danSangga Langit (Helmintostachys
zeylanica). Kedaung adalah satu diantara 30 spesies tumbuhan obat langka di Indonesia
yang populasinya terus menurun, bahkan mulai jarang dijumpai di habitat aslinya (Zuhud,
207).
Pemanfaatan bagian tumbuhan dari Fibraurea tinctoria dan Eurycoma longifolia
adalah bagian batang dan akar, juga beberapa spesies lainnya. Sedangkan pulantan atau
Alstonia scholarisbagian yang dimanfaatkan adalah getah pada batang atau daun.
Penggunaan bagian tumbuhan seperti akar adalah penggunaan yang sangat mengancam
kelestarian tumbuhan tersebut. Karena akar dan batang adalah bagian utama dari
kehidupan tumbuhan. Menurut Norhidayah et al. (2006),pemanenan tumbuhan obat
langsung dari alam apabila dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian dapat
menyebabkan kelangkaan dan akhirnya kepunahan.
Upaya Konservasi Tumbuhan Berkhasiat Obat
Meskipun etnis Dayak Meratus di Desa Haratai masih memanfaatkan berbagai
tumbuhan dalam pengobatan tradisional yang mereka praktekkan sehari-hari, lambat laun
pengetahuan pengobatan tradisional dapat menjadi punah. Hal ini disebabkan beberapa
hal yakni : adanya sistem pewarisan pengetahuan pengobatan yang hanya melalui lisan
tanpa ada catatan tertulis dari generasi ke generasi. Selain itu, generasi muda sedikit demi
sedikit terlihat kecenderungan meninggalkan pengobatan tradisional dan tidak tertarik
untuk mempelajarinya dari kaum tua. Menurut Caniago dan Siebert (1998) hasil survei di
perkampungan Dayak Ransa diKalimantan Barat, penduduk yang berusia lebih dari 25
tahun terutama perempuan berusia tuamempunyai pengetahuan yang lebih banyak
mengenai pemanfaatan tumbuhan obat dibandingkandengan laki-laki dan perempuan yang
lebih muda. Di Desa Haratai, usia penduduk yang menguasai pengobatan tradisional
berkisar 40 tahun ke atas. Bahkan untuk mewariskan pengetahuan pengobatan tradisional
dari seorang pengobat (tabib), umumnya diberikan pada usia 35 tahun ke atas.

Dari sisi habitattumbuhan berkhasiat obat, seiring bertambahnya jumlah penduduk


dan pembukaan lahan akan mempersempit habitat dan berimbas pula terhadap kelestraian
tumbuhan berkhasiat obat tersebut. Penggunaan dan pemanfaatan tumbuhan tanpa ada
upaya budidaya akan menyebabkan terganggunya kelestarian tumbuhan. Selain itu
berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat yang diambil langsung dari alam memiliki
kemampuan regenerasi alami yang sangat rendah. Regenerasi yang berlangsung lambat
hendaknya mendapat campur tangan manusia untuk konservasi dan pengembangannya.
Di Desa Haratai, pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat sebagian besar masih
mengandalkan dari alam, meskipun sudah ada yang mulai menanam di pekarangan. Jika
diperlukan, maka anggota keluarga yang bersangkutan akan mencari langsung dari
habitatnya seperti di hutan sekitar desa, kebun, ladang dan pekarangan. Upaya budidaya
belum dilakukan maksimal. Dalam etnis Dayak Meratus ada anggapan bahwa tumbuhan
berkhasiat obat akan memiliki khasiat yang baik jika tumbuh di habitat alaminya. Karena
itu perlu adanya upaya pelestarian baik terhadap tumbuhan berkhasiat obat maupun
pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan. Menurut
Moeljono (1998), tumbuhan obatmerupakan salah satu hasil hutan yangbermanfaat dari
segi ekologi, sosial budaya,maupun ekonomi yang harus dikelola denganmemperhatikan
kebutuhan generasi masa kini danmasa mendatang.Melihat kondisi di Desa Haratai,
diperlukan adanya transfer pengetahuan budidaya berbagai jenis tumbuhan berkhasiat
obat yang sudah terbukti secara ilmiah dan sesuai dengan kondisi iklim dan habitat
tumbuhnya. Khusus jenis kayu manis (Cinnamomum burmanii) diperlukan transfer
pengetahuan mengenai pengolahan produk simplisia agar masyarakat mendapat nilai
tambah dari perkebunan kayu manis yang telah ada di Desa tersebut. Kayu manis tidak
hanya bermanfaat sebagai bahan rempah penyedap masakan dan minuman saja. Kayu
manis juga berguna untuk pengobatan diantaranya sebagai antimikroba, antidiare, demam
hingga influenza. Secara empiris pun didaerah lainnya digunakan untuk hipertensi, batuk,
sakit kuning, kolesterol dan diabetes.
Pelestarian tumbuhan berkhasiat obat dapat dilakukan baik secara in-situ maupun
eks-situ. Selain perlindungan yang bersifat umum atau menyeluruh, perlindungan yang
bersifat lebih khususterhadap suatu elemen, tempat atau habitat khusus suatu sasaran
konservasi perlu dilakukan. Habitatatau tempat khusus tersebut dapat merupakan tempat

hidup dari suatu jenis tumbuhan tertentu ataudapat juga merupakan tempat hidup atau
tempat beraktivitasnya jenis-jenis binatang, dan lain-lain (Sidiyasa, dkk., 2006).
Dalam rangka tersebut, KDHTK Samboja telah merintis pembangunan Plot
Tumbuhan Berkhasiat Obat seluas 5,6 Ha sebagai upaya konservasi tumbuhan berkhasiat
obat yang ada di Kalimantan termasuk yang berasal dari Desa Haratai, Loksado. Seperti
yangdikemukakan Setyawati (2009) bahwa tujuan upaya pelestarian pohon berkhasiat
obat adalahuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan
sekitar hutan sertamelestarikan ilmu pengetahuan tradisional tentang ramuan obat yang
selama ini sudah diwariskansecara turun temurun dari nenek moyang kita. Hendaknya
konservasi in-situ juga dilakukan di Desa Haratai dengan melibatkan pihak terkait.
PENUTUP
Hasil penelitian di Desa Haratai Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
Kalimantan Selatan memperoleh data keragaman berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat
dan kosmetika sebanyak 110 jenis dari 57 famili. Terdapat 3 jenis diantara tumbuhan yang
dimanfaatkan termasuk kategori langka, sehingga perlu upaya untuk menyelamatkan
keberadaan tumbuhan berkhasiat obat tersebut.
Upaya konservasi tumbuhan berhasiat obat yang dilakukan salah satunya melalui
pembangunan Plot Tumbuhan Berkhasiat Obat di KHDTK Samboja seluas 5,6 Ha. Selain itu,
sangat penting dilakukan budidaya tumbuhan hutan berkhasiatobat yang terancam punah
dan jenis-jenis yang diambil akarnya untuk pengobatan.
Inventarisasi dan pendokumentasian tumbuhan berkhasiat obat serta pengetahuan
tradisionalnya perlu terus dilakukan untuk kepentingan pengetahuan dan konservasi serta
kesejahteraan masyarakat pemilik pengetahuan tersebut. Pembuktian secara ilmiah
berdasarkan bukti empiris yang ada juga sebaiknya terus ditingkatkan.

Daftar Pustaka
Caniago, I. and F.S. Siebert. 1998. Medicinal plant ecology, knowledge and conservation in
Kalimantan, Indonesia. Economic Botany 52(3) : 229-250. The New York Botanical
Garden.USA.
Moeljono, S, 1998, Suatu Telaah tentang PemanfaatanKeanekaragaman Jenis Tumbuhan
olehMasyarakat Suku Menyah Di DaerahPegunungan Arfak Kabupaten

Manokwari,Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III 5-6Mei 1998, LIPI, DenpasarBali


Munawaroh E. dan I.P. Astuti. 2000. Peran etnobotani dalam menunjang konservasi ex-situ
KebunRaya.
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/253
6/2537.pdf.
Noorcahyati. 2010. Kajian Etnobotani Pohon Potensial Berkhasiat Obat Antidiabetes dan
Kolesterol di Kalimantan. (Laporan hasil penelitian). Samboja: Balai Penelitian
TeknologiKonservasi Sumber Daya Alam.(Tidak dipublikasikan).
Noorcahyati. 2012. Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan. Balai Penelitian
Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam. Badan Litbang Kementrian Kehutanan.
Samboja
Noorhidayah, K. Sidiyasa& I. Hajar. 2006. Potensi dan keanekaragaman tumbuhan obat di
hutan Kalimantan dan upaya konservasinya. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 3
(2):95 107. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Purwanto, Y. 2000. Etnobotani dan konservasi plasma nutfah hortikultura : peran sistem
pengetahuan lokal pada pengembangan dan pengelolaannya. Prosiding Seminar
Hari Cintapuspa dan Satwa Nasional. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle
/123456789/52308/Daftar_Pustaka.pdf.
Rahayu, M., Sunarti, S., Sulistiarini, D.,& Prawiroatmodjo, S. (2006). Pemanfaatantumbuhan
obat secaratradisional oleh masyarakat lokal diPulau Wawonii, Sulawesi
Tenggara.Biodiversitas 7(3), 245-250.
IUCN Red List.org. 2014. Diakses 28 November 2014.
Setyawati, T. 2009. Potensi, regenerasi dan pemanfaatan pohon obat di Cagar Alam Besowo
danManggis, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Info Hutan, Vol VI (2): 145157. PusatPenelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Setyowati, F.M. 2010. Etnofarmakolgi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung
Di Kalimantan Timur.
Setyowati, F.M, Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat Talang
Mamak di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Jurnal Biodiversitas
Volume 8 Nomor 3. 228-232.
Sidiyasa, K., Zakaria, Ramses, I. 2006. Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau,
Kalimantan Timur, Potensi dan Identifikasi Langkah-Langkah Perlindungan dalam
Rangka Pengelolaannya Secara Lestari. CIFOR. Bogor.

Suryadarma IGP. 2008. Diktat Kuliah Etnobotani. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi
FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahyuono, S., Setiadi, J., Santosa, Dj.,Wahyuningsih, M. S. H., Soekotjo,Widyastuti, S. M.
2006. PotensiSenyawa Bioaktif dari Akar Kuning(Fibraurea chloroleuca Miers.)
Koleksidari hutan Kalimantan Tengah sebagaiAntikanker. Majalah Obat
Tradisional,vol. 11 (36), April-Juni, 22-8
Zuhud, E.A.M. 2007. Bio-Ekologi Tumbuhan Obat Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) di
Hutan Alam Taman Nasional Meru Betiri. Artikel. Diakses tanggal 25. November 2014.

LAMPIRAN

Tabel 1. Tumbuhan yang dimanfaatkan etnis Dayak Bukit sebagai bahan obat di Desa
Haratai, Loksado
No Nama ilmiah

Nama lokal

Bag yg digunakan KegunaanCara penggunaan

POACEAE
1. Imperata cylindrica

Padang;Halalang

Akar
Rebung/Pucuk

ASTERACEAE
2. Ageratum conyzoides

Rumput Sandawa

Daun

BOMBACACEAE
3. Durio zibethinus

Durian

4. Areca catechu
5.Arenga pinnata
6. Metroxylon sagu

Pinang*
Aren
Rumbia

LAURACEAE
7. Eusideroxylon zwageriUlin*

Sakit pinggang
Direbus, minum
Sakit dada akibat
Ditumbuk,oleskan
angin duduk

Daun

Gatal akibat
ulat bulu kulit
Mecret

Daun

Sakit kepala

Kulit Btg

Sakit sampar
dimandikan
Sakit pinggang
Sakit pinggang
Pasca melahirkan

Akar
Akar
Akar
Akar

Sakit pinggang
Sakit gigi

Akar

Digosokkan ke
Dipanaskan,
tempel ke puser
Dipanaskan, tem
Pel ke dahi
Direbus: diminum,
ARECACEAE
Direndam, minum
Direndam, minum
Direndam, minum

Direndam, minum
Direbus, kumur2

RUTACEAE
8. Luvunga sp.

Seluang Belum*

Akar

Sakit pinggang

Direndam, minum

SIMAROUBACEAE
9. Eurycoma longifolia
10. Brucea javanica

Pasak bumi
RacunAyam

Akar
Daun
Akar

Sakit pinggang
Sakit gigi
Sakit kuning

Direndam, minum
Diperas ke ubun2
Direndam,minum

Buah
ZINGIBERACEAE
11. Costus speciocus
Umbi
jengkol

Sakit kuning
Tetawar

Air batang

Panas/demam

Disadap
diminum

Mencegah jengkolanDirebus dg

URTICACEAE
12. Leucosike capitallata Ky Yayahi
Kulit batang
PIPERACEAE

Dicuci,makan

Air batang Panas


Gigitan ular berbisa

Disadap, minum
Dikupas,dililitkan

diatas luka

13. Piper aduncumBasirih


Daun

Daun

Gatal
Perut kembung

Diremas, oleskan
Diremas, oleskan

Akar

Mencegah jengkolan

Direbus dg
jengkol

Pucuk daun
Pucuk daun

Sakit perut
Pasca melahirkan

Diremas, oleskan
Diremas, oleskan

Wawangun

Pucuk daun

Sakit kepala

Diremas, diikat ke
Kepala

Jelama*

Pucuk daun

Luka

Ditumbuk,
tempelkan

LEGUMINOSAE
18. Mucuna sp.

Akar ulur

Air akar

Luka

19. Senna alata

Gelinggang*

Akar
Daun
Akar
Akar
Biji
Biji
Akar
Pucuk daun

Sakit gigi
Gatal (kulit)
Mencret/sakit perut
Pasca melahirkan/Nifas
Malaria
Kembung
Spilis
Sakit gigi

Akar
Akar batang
Akar batang

Sari rapet
Menghilangkan ketombe
Borok

Akar dipotong,air
Oleskan
Rebus,kumur
Diremas, oleskan
Ditumbuk,minum
Direndam,minum
Dibakar, diminum
Dibakar, minum
Direndam, minum
Dihaluskan,ke lubang
Gigi
Direndam, minum
Ditumbuk, keramas
Membersihkan borok

MELASTOMATACEAE
14. Melastoma malabathricum Uduk-Uduk
URTICACEAE
15. Polikilospermumsp
RUTACEAE
16. Melicope glabra
COMPOSITAE
17. Eupathorium
inulaefolium

Kuku-Kuku

20. Spatholobus sangueneus Carikan Darah


21. Dalbergia discolor
Akar Laka
22. Parkia roxburghii
Kidaung
23. Cajamus cajan

Akar Gudai

24. 25. Entanda borneensis

Tambalikit
Akar Biluru

APOCINACEAE
26.Alstonia scholaris

Pulantan

Getah daun/batang

Bisul

SOLANACEAE
27. Capsicum sp.
28. -

Oleskan sekitar
Bisul

Cabe Rawit
Terong Hintalu

Akar
Akar

Gatal (kulit)
Gatal (kulit)

Diremas, oleskan
Diremas, oleskan

PIPERACEAE
28. Piper sp.

Sirih Cambai

Daun

Sakit perut

OPHIOGLOSSACEAE
29. Helminthostachys
zeylanica

Digosokkan ke
Perut

Sangga Langit

Umbi
Umbi

Kejang
Kaku persendian

Dihaluskan, dioles
Dihaluskan, dioles

UMBELLIFERAE
30. Hydrocotile
sibthorpioides

Jelukap*

Daun

Pra melahirkan

Digosok, oleskan
ke perut

NN
31. -

Birik*

Kulit batang

Pra melahirkan

MARANTACEAE
32. Donax caniformis

Digosok, oleskan
ke perut

Bamban

Air dalam
Pucuk daun

Sakit mata

Diteteskan

ARALIACEAE
33. Schefflera sp.

Talimpuh

Daun

Pasca melahirkan

Akar

Stroke

Dipanaskan,
tempel ke perut
Direndam,minum

Kamburah

Daun muda

Melancarkan ASI

Pilungsur
Sawa

Daun

Perlancarpersalinan Diremas,mandi

NN
34. ?
NN
35. -

Dipanaskan,
tempelkan

CONNARACEAE
36. Connarus sp.

Tampurai Kai

Akar

Pasca melahirkan

CYPERACEAE
37. Scleria laevis Willd.

Hiring

Umbut daun
Umbut daun
Umbut daun

GRAMINAE
38. Saccharum spontaneum

Maag
Dikunyah, telan
Mual
Dikunyah, telan
Sakit gigi Dikunyah, masuk
kan lubang gigi

Perupuk

Umbut daun

digunakan untuk pengobatan

NN
39. -

Singkuungan

Getah

Sakit inrak ????????????

Mingkudu
JarumJarum
Tatamba Marin

Buah
Akar

Stroke
Sakit pinggang

Diperas,minum
Direndam,minum

Akar

Kencing batu

Direndam,minum

Mingkudu
Hutan

Akar
Akar

Stroke
Pasca melahirkan

Direndam,minum
Direndam,minum

DILLENIACEAE
44. Tetracera sp.

Hampalas

Daun

digunakan untuk pengobatan

VERBENACEAE
45. Peronema canescens

Sungkai

Lendir dlm
Kulit batang
Daun

Sakit gigi
Meriang

Lendir dimasuk
kanpd gigi berlubang
Diremas, minum
Direbus,minum
Direbus,mandikan

RUBIACEAE
40. Morinda citrifolia
41. Ixora sp.
42. Oxyceros sp.
LOGANIACEAE
43. Fagraea racemosa

Rendam, endapkn
minum

LAURACEAE
46. Cinnamomum burmanii
47. Litsea elliptica

Kayu Manis
Mirawas*

Kulit batang
Daun

Sakit pinggang
Meriang

STERCULIACEAE
48. Sterculia sp.

Tawia

Daun

digunakan untuk pengobatan

CONVOLVULACEAE
49. Meremmia peltata

Balaran

Getah

Bisul

MORACEAE
50. Ficus cf. quercifolia

Dioleskan sekitar
Mata bisul

Ampunini

Getah
Getah
Getah

Disengat lebah
Digigit nyamuk
Flek pada wajah

Dioleskan
Dioleskan
Digosokkan

Getah
pelepah
Lendir batang

Sengatan lebah

Dioleskan

53. 54. Homalomena sp.

Keladi
Kijang
Akar
Karamalungan
NN 55
Kamuyang Darah

Melancarkan
persalinan
Gatal
Penawar sakit

Dioleskan ke
perut
Diremas, oleskan
Dipercikkan dg air

LEACEAE
55. Leea indica

Pilancau

Daun

TACCACEAE
56.Tacca sp.

Tawar sakit
(kepuhunan)

Digosokkan ke
badan

Tampaisi

NN
57. -

Umbi
Umbi

Batuk
Kebagusan

Dikupas,telan
Diserut,oleskan

Jungkal

Umbi batang

Bisul
Kebagusan

Diserut,oleskan
Panaskan,tempel

Keladi
Bangsul

Umbi

Bisul

Dikerik,oleskan

Daun muda

Demam pd
anak

Diperas di ubun2

ARACEAE
51. Alocasia scabriuscula
52. Amyrum sp.

NN
58. COMPOSITAE
59. Wedelia biflora

Pulut Tai
Babi

Daun
Daun

Daun muda

Sakit kepala

Daun
Daun
Daun
Daun
Daun
Daun
Daun

Kuku rusak
Sakit gigi
Luka
Bengkak
Batuk
Pasca melahirkan
Sakit (kepuhunan)

Dihaluskan,ikat
ke kepala
Digosok,oleskan
Diremas,tempel
Digosok,teteskan
Dipanaskan,tempel
Diperas, minum
Ditempelkan perut
Digosokkan badan

Langsat*

Akar
Akar

Kolesterol
Melangsingkan bdn

Direndam,minum
Direndam,minum

Pilanggang
Bulan
Jaring

Akar

Melancarkan haid

Direndam,minum

Akar

Pasca melahirkan(nifas)

Direndam, minum

Sambung
Sekalat

Daun

Gatal kulit

Diremas,oleskan

Daun

Masuk angina

Diremas, oleskan

Nangka Walanda

Pucuk daun

Sakit perut

68. Artabotryssuaveolens Blume Akar Larak

Air batang

Menambah nafsu makan

OLEACEAE
69. Chionanthus sp.

Dipanaskan,tempel
ke perut
Akar dipotong, airnya
diminum

Taguh Sahari/
Lalapik Adam

Akar

Afrodisiak

Akar Rukam

Akar
Akar

Berak berdarah
Ambeien

Direndam,minum
Direndam,minum

70. Macaranga bancana


71. Macaranga sp 1
72. Macarangasp 2

Limpasu
Tampurai Kai
Manik2 Garintingan
Mahang Kapur*
Mahang Laki
Mahang Bini

Akar
Akar
Daun
Daun
Daun
Daun

Lemah lesu,stamina
Melancarkan persalinan
Penawar sakit
Sakit ganjil (kepuhunan)
Sakit ganjil (kepuhunan)
Sakit ganjil (kepuhunan)

Direndam, minum
Direndam, minum
Dipercikkan dg air
Digosok, oleskan
Digosok, oleskan
Digosok, oleskan

URTICACEAE
73. Dendrocnide sp.1
74. Villebrunea sp.

Jelatang Tulang*
Bagintalan

Akar
Pucuk daun

Batuk
Melancarkan persalinan

Batang
Akar

Bengkak
Batuk

Direndam, minum
Diremas,oleskan ke
Perut
Dikikis, oleskan
Direndam, minum

Akar

Sakit perut

Dipanaskan,tempel

60.Micania scandens
61. Blumea balsamifera

Akar 91
Capa

62. Blumea sp.


MELIACEAE
63. Lansium domesticum
FABACEAE
64. Bauhinia sp.
65. Archidendron jiringa
GESNERIACEAE
66. Cyrtandra sp.
ANNONACEAE
67. Annona muricata

FLACOURTIACEAE
70. Flacourtia rukam
EUPHORBIACEAE
68.Baccaurea lanceolata
69. Acalypa caturus

75. Dendrocnide sp.2


LABIATAE
76. Hyptis capitata

Pupulut Bai*

ACANTHACEAE
77. Nomaphila stricta

NN 40*

Akar

Sakit perut

Dipanaskan,tempel

MALVACEAE
81. Sida rhombifolia

Manggasang Aing

Daun,batang

Rambut rontok

Direbus, keramas

CONNARACEA
82. Cnestis platantha

Akar Sambung Maut

Akar

Direndam, minum

83. Rourea mimosoides

Akar Api-Api*

Daun
Daun

Pasca melahirkan
(Kalalah)
Bengkak
Sakit urat

Umbi

Bengkak

Umbi

Keseleo

Dipanaskan, keprak
Ditempelkan
Dipanaskan, tempel

Akar, batang

Sakit kuning

Direndam, minum

NN
84.MENISPERMACEAE
85. Fibraurea tinctoria

Akar Papaha Hayam

Akar Arau

Ditumbuk, oleskan
Ditumbuk, oleskan

86. Pycnarrhena tumefacta

Sangkuak

Akar, batang
Akar

Malaria
Malaria

Direndam, minum
Direndam, minum

SCHIZAEACEAE
87. Ligodium circinnatum

Litu*

Akar

Melangsingkan badan

Direndam, minum

NN
88. -

Bambu Tantali*

Akar

Melangsingkan badan

Direndam, minum

LORANTHACEAE
89. Helixanthera cylindrical

Kayu Singgah

Daun

KB Alami

Dihaluskan, ditelan

EUPHORBIACEAE
91. Cratoxylum tignum

Kamandrah

Akar

Sakit gigi

LAMIACEAE
92. Ocimum sp.

Dikerik,dimasukkan
Lubang gigi, kumur2

Kambang Ruku

Daun
Daun

Sakit gigi
Kulit gatal

Diremas, tempelkan
Digosokkan ke kulit

THELYPTERIDACEAE
93. Pronephrium rubicundum

Singgagai

SELAGINELLACEAE
94. Selaginella plana

Akar&Daun
Akar&Daun

Sakit perut
Masuk angina

Digosok, oleskan
Digosok, oleskan

Riu-Riu*

Daun

Meriang

Direbus, mandikan

CYATHEACEAE
95. Cyathea recommutata

Paku Habu

Lendir pucuk

Sengatan lebah

Dioleskan

LILIACEAE
96. Cordiline petiolaris

Halinjuang

Pucuk

Masuk angin

Diremas,dibalurkan

GLEICHENIACEEA
97. Dicranopteris curranii

Alang Am

Akar

Panas

Direndam, minum

Gagasang
Minjangan*

Akar

Pasca melahirkan

Direndam, minum

Sahang-Sahang
Mata Pilanduk

Daun
Pucuk daun

Masuk angina
Step/Kejang

Digosok,oleskan
Diremas, peras ke
Bagian ubun-ubun

Kulit batang

Gatal, terkena ulat

Dihaluskan,oleskan

ANCISTROCLADACEAE
98. Ancistrocladus tectorius
VERBENACEAE
99. Lantara camara
100. Clerodendrum sp.

RHAMNACEAE
100. Alphitonia excelsa Kalindayau/Balik
Angin
SAPINDACEAE
101. Lepisanthes amoena

Pasak Bumi

Akar

Afrodisiak

Direndam, minum

PALMAE
102. Ceratolobus sp.

Pikak/Siit

Umbut
Umbut

Pasca melahirkan
Mencret

Direbus, makan
Direbus, makan

GRAMINEAE
104. Bambusa vulgaris

Buluh Kuning*

Akar

Sakit kuning

Direndam, minum

MYRTACEAE
105. Tristaniopsis sp

Palawan

Air batang

Panas

Kulit batang kering

Bekas luka

Batang ditebang,
Minum airnya
Dibakar,haluskan
Oleskan

MYRISTICACEAE
107. Myristica maxima

Badarah Pinang

Kulit batang

Sakit gigi

Direbus,kumur-kumur

NN
108. -

Kayu Tutulak

Batang

Bisul

Dikikis, oleskan

NN
109. -

Pilungsur Sawa

Daun

Melancarkan persalinan

Digosok, oleskan

ZINGIBERACEAE
110. Zingiber purpureum

Banglai

Umbi

Bengkak

Dikerik, ditempelkan

Anda mungkin juga menyukai