Anda di halaman 1dari 43

Pengkajian Komunitas Tuberculosis

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia. Tuberkulosis hingga saat ini merupakan masalah
kesehatan yang utama di dunia dan belum ada satu negarapun yang bebas
dari tuberculosis. Bahkan di Indonesia TB Paru adalah pembunuh nomor
satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor
tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh
kalangan usia. Tuberkulosis masih menjadi penyebab utama dari morbiditas
dan mortalitas pada semua umur terutama di negara berkembang (Octaria,
2013).
TB Paru di Indonesia merupakan masalah yang harus ditanggulangi
oleh pemerintah. Indonesia berada pada peringkat ke 5 dunia penderita TB
Paru terbanyak setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria. World
Health Organization (WHO) melaporkan adanya 3 juta kematian akibat TB
paru setiap tahun dan diperkirakan 5000 orang setiap harinya. Tiap tahun
ada 9 juta penderita TB paru baru dari 25% kasus kematian dan kesakitan.
Masyarakat yang menderita TB paru adalah orang-orang pada usia produktif
yaitu dari 15 sampai 54 tahun. Prevalensi TB paru 20% lebih tinggi pada
laki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi dipedesaan
dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih tinggi pada pendidikan rendah
dibandingkan pendidikan tinggi (Nugroho, 2011).
Kelurahan Bareng merupakan salah satu kelurahan yang berada di
pusat Kota Malang. Kelurahan Bareng memiliki cukup banyak lingkup RW
dan RT yang menyebabkan wilayah pemukiman begitu sangat padat, salah
satunya adalah RW 08. Cakupan RW 08 memiliki sekitar 15 RT dengan
jumlah penduduk yang cukup banyak. RW 08 memiliki pemukiman yang
sangat padat dan hanya memiliki akses jalan yang sempit. Banyak rumah
yang berukuran kecil dengan ventilasi yang minim serta lingkungan yang
dekat dengan sungai. Sungai di wilayah tersebut digunakan sebagai tempat
pembuangan kotoran manusia serta masih banyak sampah yang
menggenang. Selain itu banyak warga yang masih memiliki perilaku hidup
tidak sehat seperti merokok dalam jumlah yang banyak. Kondisi tersebut
dapat memicu munculnya penyakit TB di masyarakat.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk membuat asuhan keperawatan dasar pada kelompok
masyarakat yang rentan dan berisiko TB di wilayah RW 08 Kelurahan
Bareng Kota Malang.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mendeskripsikan teori konsep TB.
b. Memaparkan hasil pengkajian komunitas TB di wilayah RW 08
Kelurahan Bareng Kota Malang.
c. Menganalisa data terkait masalah TB di wilayah RW 08 Keluarahan
Bareng Kota Malang.
d. Mengidentifikasi masalah keperawatan terkait kasus TB di wilayah
RW 08 Kelurahan Bareng Kota Malang.
e. Mengidentifikasi rencana intervensi keperawatan terkait kasus TB di
wilayah RW 08 Kelurahan Bareng Kota Malang.
f. Menentukan Plan Of Action terkait masalah TB wilayah RW 08
Kelurahan Bareng Kota Malang.

2. Teori Konsep
2.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) (Kemenkes RI, 2013).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus
limfe (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2. Epidemiologi
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun
2013 sekitar 9 juta orang menderita tuberkulosis dan 1,5 juta diantaranya
meninggal dunia. Tahun 2013 diestimasikan 9 juta orang di dunia menderita
tuberkulosis, dan lebih dari 56% tersebar di Asia Tenggara dan Pasifik
Barat. Pada tahun yang sama Indonesia masuk dalam negara dengan
beban tinggi tuberkulosis dengan menduduki peringkat ke-4 sebagai negara
penyumbang penyakit tuberkulosis setelah India, Cina, dan Afrika Selatan
(WHO, 2014).
Prevalensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 272 per
100.000 penduduk dan angka insiden sebesar 153 per 100.000 penduduk
dengan jumlah kematian akibat tuberkulosis sebesar 25 per 100.000
penduduk (WHO, 2014). Jumlah kasus tuberkulosis baru BTA positif pada
tahun 2011–2014 di Provinsi Jawa Timur cenderung mengalami penurunan.
Pada tahun 2014 jumlah kasus tuberkulosis baru BTA positif di Provinsi
Jawa Timur sebanyak 21.036 orang menurun dari jumlah kasus baru BTA
positif tahun 2013. Jumlah kasus tuberkulosis baru BTA positif di Provinsi
Jawa Timur sebagian besar terjadi pada penduduk usia produktif antara usia
15 tahun hingga 65 tahun dan sebagian lagi menyerang anak-anak usia
kurang dari 15 tahun (Dinkes Jawa Timur, 2014).

2.3. Faktor Risiko


a. Faktor Umur
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti
penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa
kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara
bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru
biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75%
penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.
b. Faktor Jenis Kelamin.
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada
tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat
dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada
laki-laki dan 28,9 % pada wanita. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-
laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar
mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB
paru.
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan
pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk
mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat.
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel
debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada
saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernafasan dan umumnya TB Paru.
e. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko
untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner,
bronchitis kronik dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok
meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Prevalensi
merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi
pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%.
Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya
infeksi TB Paru. Merokok meningkatkan risiko infeksi pnemonia, ISPA dan
juga Tb paru.
f. Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini
tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen
juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.
g. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau
kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat
penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah,
misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan
masuk cahaya yang cukup.
h. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah
tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya
oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB.
Umumnya temperatur kamar 22° – 30°C dari kelembaban udara optimum
kurang lebih 60%.
i. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit
TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan
kuman. Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan
penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik
bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis.
j. Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan
dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada
seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan
respon immunologik terhadap penyakit (Bustan, 2002).

2.4. Manifestasi Klinis


Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau
tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam
atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang paling banyak terjadi
yaitu:
a. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-kadang
panas badan mencapai 40-410C. Demam biasanya menyerupai demam
influenza sehingga penderita biasanya tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza.
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya dialami
± 4 minggu dan bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk non
produktif. Keadaan ini biasanya akan berlanjut menjadi batuk darah.
Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi
dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah meliputi bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan berkeringat malam.
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul
secara tidak teratur (Sudoyo dkk, 2009).

2.5. Penatalaksanaan Medis


Pengobatan yang diberikan pada pasien TB paru bertujuan untuk :
a. Menyembuhkan pasien dan juga mengembalikan produktivitas dan
kualitas hidup
b. Mencegah kematian
c. Mencegah kekambuhan
d. Mengurangu terjadinya penularan
e. Mencegah terjadinya resistensi obat
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), pengobatan
TB dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
1) Tahap Awal (Intensif)
Pada tahap awal (intensif) pasien akan mendapat obat setiap hari dan
saat pasien akan mengkonsumsi obat perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif
ini diberikan dengan tepat dan benar, biasanya pasien yang awalnya
dapat menularkan penyakit TB menjadi pasien yang tidak menularkan lagi
di dalam kurun waktu 2 minggu.
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan ini pasien akan menerima obat yang lebih sedikit
dibandingkan pada tahap awal (intensif), tetapi obat dikonsumsi dalam
jangka waktu yang lebih lama. Pada tahap lanjutan ini, merupakan tahap
yang penting untuk membunuh bakteri persisten sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.

2.6. Pencegahan
a. Terapi Pencegahan
b. Terapi pencegahan seperti kemoprofilaksis diberikan kepada pasien
dengan HIV/AIDS. Obat yang digunakan pada kemoprofilaksis adalah
obat jenis Isoniazid (INH) dengan dosis 5mg/kg BB sehari selama jangka
waktu 6 bulan
c. Pemberian Imunisasi BCG
d. Imunisasi BCG ini diberikan pada bayi usia 0-11 bulan. Imunisasi BCG
dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap akteri penyebab
tuberkulosis.
e. Diagnosis dan pengobatan TB paru BTA positif untuk menegah terjadinya
penularan tuberkulosis (Depkes, 2008)

Selain yang diatas, ada juga beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya penularan atau terpapar penyakit TB, yaitu :

a. Bagi pasien TB, sebaikanya meminum obat TB dengan teratur dan benar
hingga sembuh sehingga tidak menularkan kepada orang disekitar.
b. Saat batuk atau bersin sebaiknya menutup mulut, karena percikan dari
dahak atau air liur yang mengandung bakteri TB yang megenai orang
dapat menyebabkan orang tersebut tertular penyakit TB.
c. Membuang dahak di wadah.tempat yang tertutup dan telah diberikan
disinfektan.
d. Membuka jendela setiap hari. Bakteri Tb sangat sensitif terhadapt suhu
yang panas dan cahaya matahari (sinar UV).
e. Makan makanan bergizi, tidak meroko dan tidak meminum alcohol.

3. Pra-Pengkajian
Anggota Tim
Waktu Kegiatan
yang Terlibat
Kamis, 22 Agustus Pembuatan kisi-kisi dan instrumen Semua anggota
2019 pengkajian
Jumat, 23 Agustus Perizinan melakukan pengambilan PJMK
2019 data di puskesmas dan pembagian
tim pengambilan data.
1. Sabtu, 24 Agustus 2019 (RT.
10, RW. 08, Kelurahan Bareng)
a. Samuel Bayu H.S.
b. Shifa Resti Sahara
2. Senin, 26 Agustus 2019
a. Sandra Listanti Dewi (RT.
09, RW. 08, Kelurahan
Bareng)
b. Syarifah Zuliatul A. S. (RT.
13, RW. 08, Kelurahan
Bareng)
3. Selasa, 27 Agustus 2019 (RT.
14, RW. 08, Kelurahan Bareng)
a. Chintya Clara Abidha D.
b. Debby Hamsa Putri
c. Nurva Prastya N.
d. Ratna Dilla F.
4. Rabu, 28 Agustus 2019 (RT.
14, RW. 08, Kelurahan Bareng)
a. Annisa Fatia Putri
5. Kamis, 29 Agustus 2019
(Wawancara petugas
pelayanan kesehatan di
Puskesmas Bareng)
a. Annisa Fatia Putri
b. Nurva Prastya N.

4. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 24-29 Agustus 2019 di RT. 09 – RT. 14, RW.
08, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Kelompok kami
menggunakan metode penelitian wawancara, winshield survey, survey, dan
review literature. Instrumen yang kami gunakan untuk menunjang metode
pengkajian diantaranya: panduan wawancara, panduan winshield survey, angket
survey, dan panduan review literature. Informasi dari hasil pengkajian kami
dapatkan dari beberapa sumber antara lain: warga, tokoh masyarakat, dan
petugas pelayanan kesehatan.

5. Hasil Pengkajian
5.1. Core
5.1.1. Sejarah
a. Riwayat Merokok
Menurut hasil wawancara dengan warga didapatkan hasil bahwa 12
rumah (80%) dari 15 rumah anggota keluarga memiliki riwayat
merokok (Gambar 1.1).
Riwayat Merokok

20%

Merokok

Tidak Merokok

80%

Gambar 1.1 Diagram Riwayat Merokok di Kelurahan Bareng

b. Riwayat Penyakit TB Klien


Menurut hasil wawancara dengan warga didapatkan dari 15 rumah
warga tidak mengalami penyakit TB dan tidak mempunyai riwayat
penyakit TB.
c. Riwayat Penyakit TB Keluarga
Menurut hasil wawancara dengan warga didapatkan hasil dari 15
rumah anggota keluarga tidak ada yang pernah mengalami sakit TB.
d. Riwayat Imunisasi BCG
Menurut hasil wawancara dengan warga didapatkan hasil bahwa
bahwa 12 rumah dari 15 rumah sudah mendapatkan imunisasi
(Gambar 1.2).

Imunisasi BCG

20%

Melakukan imunisasi

Tidak melakukan imunisasi

80%

Gambar 1.2 Diagram Riwayat Imunisasi BCG Masyarakat di Kelurahan Bareng


e. Riwayat Batuk
Menurut hasil wawancara dengan warga didapatkan hasil bahwa
dari 15 rumah. 5 rumah yang tidak memiliki riwayat batuk (33%), 8
rumah yang memiliki riwayat batuk kurang dari 1 minggu (54%), dan
2 rumah yang memiliki riwayat batuk lebih dari 2 minggu (13%)
seperti yang terlihat pada Gambar 1.3.

Riwayat Batuk

13%
0% Lebih dari 2 minggu
33%
7-14 hari

< 7 hari

Tidak memiliki riwayat batuk


54%

Gambar 1.3 Diagram Riwayat Batuk Masyarakat di Kelurahan Bareng


f. Tindakan Keluarga Jika Ada Anggota yang Terkena TB
Menurut hasil wawancara dengan warga didapatkan hasil bahwa
dari 15 rumah jika ada anggota keluarga yang terkena TB anggota
keluarga akan membawa ke tempat pelayanan kesehatan.

5.1.2. Demografi
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan Data penduduk yang diperoleh dari Puskesmas Bareng
jumlah Penduduk di Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota
Malang adalah 13.862 yang terdiri dari 6.791 laki-laki dan 7.071
perempuan.
b. Jumlah Menurut Usia Penderita TB
Berdasarkan data tahun 2019 dari pelayanan kesehatan jumlah
menurut usia penderita TB didapatkan pada usia 22 tahun.
c. Jumlah Menurut Jenis Kelamin Penderita TB
Berdasarkan data tahun 2019 dari RW sebelah, pelayanan
kesehatan jumlah menurut jenis kelamin penderita TB didapatkan
jenis kelamin laki-laki sejumlah 1 orang, sedangkan jenis kelamin
perempuan tidak ada.
d. Suku yang Ada di Kelurahan Bareng
Berdasarkan data dari pak RW suku yang ada dikelurahan bareng
ada Jawa, Madura, dan Sunda.

5.1.3. Suku dan Budaya


a. Gaya Hidup
Menurut hasil wawancara dengan Ketua RW, kebiasaan atau tradisi
warga berjalan sebagaimana biasanya, tidak ada tradisi, kebiasaan
turun temurun, atau aturan tidak tertulis yang khusus untuk
dilakukan.
b. Jenis Perkumpulan
Menurut hasil wawancara dengan ketua RW, untuk perkumpulan
biasa banyak terdapat di wilayah ini, mulai dari perkumpulan
masyarakat untuk membahas keamanan daerah ini ada juga
perkumpulan ibu-ibu PKK. Menurut hasil wawancara dengan
pemberi pelayanan kesehatan di wilayah Bareng, Untuk
perkumpulan atau organisasi khusus TB tidak ditemukan
dikarenakan masih adanya diskriminasi di masyarakat jika ada
warga yang terinfeksi TB, sehingga masyarakat sendiri malu untuk
mengungkapkan bahwa dirinya suspek TB dan sulit untuk
membentuk perkumpulan tersebut.
c. Bahasa
Berdasarkan hasil pengkajian di daerah setempat didapatkan
bahasa yang biasa digunakan oleh warga sekitar yaitu bahasa jawa
dan bahasa indonesia (Dapat dilihat pada Gambar 1.4). Menurut
hasil kuesioner, bahasa yang digunakan di tiap rumah Kelurahan
Bareng 80% (12 responden) menggunakan bahasa campuran, yaitu
bahasa indonesia dan bahasa jawa. Sedangkan 20% (3 responden)
menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Bahasa yang Digunakan Sehari-hari

20% Bahasa Daerah


0% Bahasa Indonesia
Bahasa Asing
80% Campuran

Gambar 1.4 Diagram Bahasa yang Digunakan Masyarakat Sehari-hari di Kelurahan


Bareng

5.1.4. Nilai dan Keyakinan


a. Tempat Ibadah
Menurut hasil wawancara dengan Ketua RW dan Winshield Survey,
terdapat masjid di kelurahan Bareng yang mudah untuk dijangkau.
b. Penilaian Terhadap TB
Menurut hasil kuesioner dan wawancara dengan pemberi pelayanan
kesehatan di kelurahan Bareng, pandangan masyarakat terhadap
TB cukup buruk. Walaupun dari puskesmas dan kader sudah
memberi edukasi mengenai TB, masyarakat masih menganggap TB
mudah menular dengan berinteraksi biasa dan menjauh jika terdapat
warga yang menderita TB. Sehingga masyarakat yang menderita TB
lebih memilih berobat keluar daerah bareng atau diluar Puskesmas
Bareng, untuk menghindari intimidasi dari masyarakat sekitar.
Sebanyak 67% masyarakat memilih untuk menjauhi warga yang
menderita TB dan masyarakat lain memilih untuk tetap bergaul
dengan 20% dengan proteksi dan 13% bergaul tanpa proteksi
(Gambar 1.5).
Pandangan Masyarakat terhadap
Seseorang yang Sakit TB

13%
Menjauh
20% Bergaul dengan Proteksi Diri
67% Bergaul tanpa Proteksi Diri

Gambar 1.5 Diagram Pandangan Masyarakat terhadap Pasien TB di Kelurahan


Bareng

5.2. Sub-Sistem
5.2.1. Lingkungan Fisik
a. Lingkungan Sekitar
Berdasarkan hasil winshield survey di daerah setempat didapatkan
masih ada beberapa warga yang membuang sampah di sungai.
b. Kepadatan
Berdasarkan Data penduduk yang diperoleh dari Puskesmas Bareng
jumlah Penduduk di Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota
Malang adalah 13.862 yang terdiri dari 6.791 laki-laki dan 7.071
perempuan. Selain itu jarak antar rumah juga terlalu berdesakan
sehingga untuk mendapakan sanitasi yang layak masih kurang.
Masih ada rumah dengan luas yang kurang dengan kepadatan
anggota keluarga yang lebih, dengan berdasarkan hasil kuesioner
didapatkan 20% dalam satu rumah memiliki 5-10 anggota keluarga,
dan 80% lainnya memiliki kurang dari 5 anggota keluarga, sehingga
dapat meningkatkan resiko terhadap TB, dapat dilihat pada Gambar
3.5. Menurut hasil kuesioner, didapatkan data luas rumah warga <
200 m2 berjumlah 27%, 100-200 m2 berjumlah 6%, dan luas rumah
warga paling banyak (67%) yaitu < 100 m2 (Gambar 1.6).
Luas Rumah

27%
< 100 m2
100 - 200 m2
6% > 200 m2
67%

Gambar 1.5 Diagram Luas Rumah Masyarakat di Kelurahan Bareng

Jumlah Anggota Keluarga

0%
20%
<5
5 sampai 10
> 10
80%

Gambar 1.6 Diagram Jumlah Anggota Keluarga di Tiap Rumah di Kelurahan


Bareng
c. Kualitas Udara
Menurut hasil wawancara dengan pak RT setempat kualitas udara
lumayan baik dengan tidak banyak polusi namun untuk daerah
sekita sungai tercium bau tidak sedap.
d. Kondisi Air
Menurut hasil wawancara dengan pak RT setempat kondisi air
bersih, dan sebagian besar warga menggunakan air sumur untuk
menunjang kehidupan.
e. Fasilitas Umum
Menurut hasil wawancara dengan pak RT setempat didaerah ini
terdapat tempat ibadah dan fasilitas olah raga seperti lapangan.
f. Kondisi Rumah
Berdasarkan hasil winshield survey di daerah setempat didapatkan
Mayoritas bangunan adalah bangunan permanen terbuat dari
tembok. Bentuk rumah bagus dan layak ditinggali. Beberapa rumah
tidak ada pagar yang dapat membantu balita untuk tidak keluar ke
jalanan. Arsitektur rumah di daerah tersebut hampir sama antara
satu rumah dengan yang lain. Lantai yang terbuat dari keramik, dan
ada yang terbuat dari semen. Untuk rumah yang berada di pinggir
jalan besar, ventilasi dan pencahayaan rumah sudah baik. Namun
untuk beberapa rumah yang masuk ke dalam gang masih kurang
jumlah ventilasi dan pencahayaannya. Presentase rumah dengan
ventilasi cukup 33,3% dan ventilasi kurang 66,7% (Gambar 1.7),
dengan ventilasi yang di buka 46,7% dan ventilasi tidak dibuka
53,3% (Gambar 1.8)

Ventilasi Rumah

33%
Ada ventilasi

Tidak ada ventilasi


67%

Gambar 1.7 Diagram Ventilasi Rumah Masyarakat di Kelurahan Bareng


Ventilasi Selalu Dibuka Setiap Pagi

Dibuka
47%
53% Tidak Dibuka

Gambar 1.8 Diagram Kondisi Ventilasi Rumah Masyarakat Setiap Pagi di


Kelurahan Bareng
5.2.2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan
Menurut hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dan petugas
pelayanan kesehatan serta adanya winshield survey didapatkan
apabila terdapat beberapa fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah
tersebut. Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia diantaranya
adalah Puskesmas Bareng, praktik dokter umum, praktik dokter
spesialis, bidan, dan perawat.
b. Bentuk Pelayanan Kesehatan Terkait TB
Menurut hasil wawancara dengan petugas pelayanan kesehatan
terkait TB di wilayah tersebut dijelaskan bahwa fasilitas pelayanan
kesehatan yang digunakan untuk pasien TB adalah puskesmas,
RSUD, RS swasta, praktik dokter umum, praktik dokter spesialis.
c. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Terkait TB
Pelayanan kesehatan yang diberikan untuk masyarakat terkait TB
menurut petugas pelayanan kesehatan di Puskesmas Bareng
diantaranya adanya pendidikan kesehatan dan screening rutin
setiap tiga bulan sekali. Untuk masyarakat suspect TB diberikan
pelayanan untuk pengecekan dahak. Apabila positif, masyarakat
diberikan pengobatan TB secara standard gratis selama 6 bulan.
Rentan usia untuk TB di wilayah tersebut adalah 45-60 tahun
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sama. Menurut hasil
kuesioner, 73% masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan
yang ada di dalam wilayah kelurahan Bareng, sedangkan yang
lainnya menggunakan pelayanan kesehatan di luar wilayah (Gambar
3.9)

Penggunaan Fasilitas
Kesehatan

Menggunakan dalam
27% wilayah
Menggunakan luar
73% wilayah

Gambar 1.9 Diagram Penggunaan Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Bareng


d. Keberlangsungan Pemberian Pelayanan Kesehatan Terkait TB
Masyarakat cukup mudah untuk menjangkau pelayanan kesehatan
terkait TB yang ada di wilayah tersebut karena wilayah Bareng dekat
dengan puskesmas, RSU, RS swasta, dan praktik dokter umum.
Terkait pengobatan TB, masyarakat dibebaskan memilih fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada di seluruh Kota Malang. Menurut
petugas pelayanan kesehatan di Puskesmas Bareng, masyarakat
wilayah Bareng lebih memilih untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan terkait TB di luar daerah Bareng dikarenakan masih
adanya pandangan buruk warga terhadap penyandang TB. Menurut
warga Bareng sendiri, puskesmas juga melakukan promosi
kesehatan (Gambar 1.10) dan pelayanan kesehatan terkait TB dan
masyarakat merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan
dengan presentase 100% dari 15 responden.
Promosi Kesehatan

0%
20%
Sering dilakukan

Jarang dilakukan

Tidak pernah dilakukan

80%

Gambar 1.10 Diagram Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Kelurahan Bareng

5.2.3. Ekonomi
a. Jenis Pekerjaan
Menurut hasil survey, didapatkan jenis pekerjaan yang berbeda-
beda, mayoritas adalah wiraswasta (Gambar 1.11). Namun masih
banyak juga yang tidak memiliki pekerjaan.

Jenis Pekerjaan

13% Pegawai Swasta


0%
7%
PNS
Wirausaha
80% Dan Lain-lain

Gambar 1.11 Diagram Jenis Pekerjaan Masyarakat di Kelurahan Bareng


b. Jumlah Penghasilan
Berdasarkan hasil survey, jumlah penghasilan setiap rumah rata-rata
di bawah UMK Kota Malang, dengan rincian 27% berpenghasilan
kurang dari Rp500.000,-, 27% berpenghasilan Rp500.000 sampai
Rp1.000.000. Sekitar 40% masyarakat berpenghasilan Rp1.600.000
sampai Rp5.000.000, dan 6% berpenghasilan lebih dari
Rp5.000.000 (Gambar 1.12).
Pendapatan Perbulan

6%
27% < Rp 500.000,00

Rp 500.000,00 - Rp 1.500.000,00
40% Rp 1.600.000,00- Rp 5.000.000,00

> Rp 5. 000.000,00
27%

Gambar 1.12 Diagram Penghasilan per Bulan Masyarakat di Kelurahan Bareng


c. Jumlah Pengeluaran
Berdasarkan hasil survey, jumlah pengeluaran tiap KK adalah sama
dengan jumlah pendapatan, bahkan ada juga yang melebihi dari
pendapatan per bulannya. Persentase pengeluaran masyarakat
Kelurahan Bareng dapat dilihat pada Gambar 1.13.

Pengeluaran Perbulan

7% 13%
< Rp 500.000,00

Rp 500.000,00 - Rp 1.500.000,00

Rp 1.600.000,00
47% 33%
> Rp 5.000.000,00

Gambar 1.13 Diagram Pengeluaran per Bulan Masyarakat di Kelurahan Bareng


d. Kemampuan Menyediakan Saranan Pencegahan TB
Berdasarkan hasil survey, kemampuan menyediakan sarana
pencegahan TB warga rata-rata (Gambar 1.14) sangat mampu
kecuali untuk rumah yang dimana memang kurang memiliki ventilasi
yang cukup, luas rumah yang kurang dengan kepadatan anggota
keluarga yang tinggi dan pendapatan per bulan yang cukup rendah.
Menyediakan Sarana
Pencegahan

13%
Mampu
Tidak Mampu
87%

Gambar 1.14 Diagram Kemampuan Masyarakat Menyediakan Sarana


Pencegahan
e. Tabungan Kesehatan / BPJS
Berdasarkan hasil survey, masyarakat kelurahan Bareng kurang
kooperatif untuk menggunakan BPJS, dilihat dari data sejumlah
40% warga sudah memiliki BPJS dan 60% warga belum memiliki
BPJS (Gambar 1.15).

BPJS

40% Ya

60% Tidak

Gambar 1.15 Diagram Kepemilikan BPJS Masyarakat di Kelurahan Bareng

5.2.4. Transportasi dan Keamanan


5.2.4.1. Transpotasi
a. Ketersediaan Transportasi
Menurut hasil dari kuisioner yang dilakukan pada sample
keluarga suspect TB sebanyak 87% masyarakat wilayah
Bareng memiliki alat transportasi (Gambar 1.16). Jadi lebih
memudahkan apabila keluarganya ada yang sakit untuk
langsung dibawa ke Fasilitas Layanan Kesehatan terdekat.

Tersedia Transportasi yang


Digunakan

13%
Ya

Tidak
87%

Gambar 1.16 Diagram Ketersediaan Transportasi pada Masyarakat


Kelurahan Bareng
b. Jenis Kendaraan
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 80 % masyarakat
wilayah Bareng memiliki kendaraan pribadi sebagai alat
transportasi (Gambar 1.17) seperti, sepeda motor dan mobil.
Untuk masyakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi
masyarakat memanfaatkan kendaraan umum seperti, angkot
atau ojek online.

Alat Transportasi yang


Digunakan

20%
Kendaraan Pribadi
Kendaraan Umum
80%

Gambar 1.17 Diagram Jenis Kendaraan yang Digunakan Masyarakat di


Kelurahan Bareng
c. Akses
Menurut hasil Panduan Winshield kondisi jalan di daerah
Bareng baik, mendapatkan penerangan jalan yang cukup.
Dan fasyankes sangat mudah diakses oleh masyarakat
Bareng karena daerah Bareng dekat dengan, Puskesmas,
RSUD, RS Swasta, Praktek Dokter Umum/Spesialis.

5.2.4.2. Keamanan
a. Kriminalitas dalam Lingkungan
Menurut hasil wawancara dengan Ketua RW wilayah Bareng
relatif aman dari kriminalitas.
b. Jenis Pelayanan Perlindungan yang Tersedia
Menurut hasil wawancara dengan Ketua RW di wilayah
Bareng biasa dilakukan pos kampling keliling yang dilakukan
oleh bapak-bapak di sekitar wilayah tersebut dengan jadwal
ronda yang bergantian. Di wilayah Bareng juga dekat
dengan Polsek.
c. Jenis Pencegahan Primer Terhadap Penyakit TB
Menurut hasil Literature Review oleh Petugas Kesehatan
imuninisasi dasar telah dilakukan untuk kelahiran baru dan
dari hasil kuisioner sebanyak 47% masyarakat telah
melaksanakan kebiasaan cuci tangan (Gambar 1.18).
Namun, 100% masyarakat menerapkan cuci tangan hanya
seingatnya saja sehingga kurang memberikan manfaat.
Untuk etika batuk sebanyak 87% masyarakat tidak
mengetahui bagaimana etika batuk yang penting dalam
pencegahan penularan TB (Gambar 1.19).

Kebiasaan Cuci Tangan

Ya
47%
53% Tidak

Gambar 1.18 Diagram Kebiasaan Cuci Tangan Masyarakat di Kelurahan


Bareng
Mengetahui Etika Batuk

13%

Ya

Tidak

87%

Gambar 1.19 Diagram Pengetahuan Masyarakat terhadap Etika Batuk


di Kelurahan Bareng

5.2.5. Politik dan Pemerintahan


a. Peran Kelompok Pelayanan Masyarakat
Menurut hasil wawancara dengan Ketua RW setempat, terdapat
kelompok-kelompok pelayanan masyarakat seperti Posyandu, PKK,
Karang Taruna dan lain-lain. Menurut hasil wawancara dengan
petugas pelayanan kesehatan Puskesmas Bareng, di wilayah
tersebut kelompok pelayanan masyarakat yang berperan dalam
penanganan TB adalah kader. Terdapat kader khusus, TB sehingga
apabila ada warga yang mengalami batuk selama 2 minggu atau
lebih, atau terdeteksi TB maka akan langsung di periksakan ke
Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
b. Kebijakan Pemerintah
Menurut hasil wawancara dengan Ketua RW setempat, terdapat
program dari pemerintah untuk penanganan TB yaitu program TOSS
TB.

5.2.6. Komunikasi
a. Cara Komunikasi
Menurut hasil wawancara dengan petugas pelayanan kesehatan
Puskesmas Bareng, di wilayah tersebut penderita TB telah diajarkan
cara berkomunikasi dengan keluarga atau masyarakat lain yaitu
dengan menggunakan masker untuk menghindari penularan.
b. Jenis Informasi
Menurut hasil kuesioner dari warga yang berisiko terkena TB,
sebagian besar mendapatkan informasi mengenai pengobatan TB
(Gambar 1.20).

Jenis Informasi

33% Pengobatan TB
47% Pencegahan penularan TB

Lainnya
20%

Gambar 1.20 Diagram Jenis Informasi Mengenai TB yang diterima Masyarakat di


Kelurahan Bareng
c. Akses Informasi
Menurut hasil kuesioner dari warga yang berisiko terkena TB,
sebagian besar mendapatkan informasi terkait TB dari Tenaga
Kesehatan (Gambar 1.21).

Akses Informasi
Tenaga
Kesehatan
Buku
27%
TV

7% 60% Internet
6%
0% Lainnya

Gambar 1.21 Diagram Jenis Akses Informasi Mengenai TB yang diterima


Masyarakat di Kelurahan Bareng

5.2.7. Pendidikan
a. Tingkat Pendidikan
Menurut hasil data kuesioner dari warga sebagian besar memiliki
pendidikan terakhir SMA sebanyak 12 responden (80%), SD
sebanyak 2 responden (13%) dan Universitas sebanyak 1
responden (7%) seperti yang terlihat pada Gambar 1.22.

Tingkat Pendidikan

7% SD
13%
0%
0% SMP

SMA

Universitas
80%
Lainnya

Gambar 1.22 Diagram Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di Kelurahan


Bareng

b. Fasilitas Pendidikan
Berdasarkan hasil winshield survey, di desa bareng terdapat sarana
pendidikan seperti TK dan SD. Menurut data kuesioner, masyarakat
di daerah Puskesmas Bareng telah menggunakan fasilitas
pendidikan terdekat yang tersedia.
c. Pendidikan Khusus
Menurut data kuesioner, masyarakat di daerah Puskesmas Bareng
membutuhkan pendidikan khusus atau penyuluhan mengenai
penyakit menular khususnya Tuberkulosis untuk mengubah perilaku
masyarakat terhadap penderita TB.
d. Akses Pendidikan
Menurut data kuesioner, akses ke sarana pendidikan sudah cukup
baik.
e. Pengetahuan Penyakit
Berdasarkan data kuesioner, sebanyak 10 responden menyatakan
telah mendapat pengetahuan terkait Tuberkulosis, sedangkan 5
responden lainnya menyatakan belum pernah mendapat
pengetahuan terkait TB (Gambar 1.23).
Pengetahuan Masyarakat
Mengenai TB

33% Mengetahui
Tidak Mengetahui
67%

Gambar 1.23 Diagram Pengetahuan Masyarakat Mengenai TB di Kelurahan


Bareng

5.2.8. Rekreasi
a. Persepsi
Menurut data kuesioner, sebagian besar masyarakat di daerah
Puskesmas Bareng mengatakan bahwa rekreasi diperlukan untuk
mengurangi beban pikiran.
b. Sarana
Berdasarkan hasil winshield survey, di daerah Puskesmas Bareng
terdapat pusat perbelanjaan yang cukup besar dan mudah diakses
yang biasa digunakan masyarakat untuk rekreasi.
c. Frekuensi
Menurut data kuesioner, frekuensi masyarakat dalam melakukan
rekreasi bervariasi, seperti ≤ 1 bulan sekali (4 responden/26,6%), ≤ 3
bulan sekali (6 responden/40%), ≤ 6 bulan sekali (4
responden/26.6%), dan 1 tahun sekali (1 responden/6,67%) seperti
yang terlihat pada Gambar 1.24.
Rekreasi

6%
27% ≤ 1 bulan sekali
27% ≤ 3 bulan sekali
≤ 6 bulan sekali
1 tahun sekali
40%

Gambar 1.24 Diagram Frekuensi Rekreasi Masyarakat di Kelurahan Bareng

d. Jenis
Berdasarkan data kuesioner, masyarakat yang mengunjungi taman
hiburan sebanyak 5 responden (33,3%), wisata alam sebanyak 1
responden (6,67%), pusat perbelanjaan sebanyak 2 responden
(13,3%), dan 7 responden (46.67%) mengatakan rekreasi selain 3
tempat tersebut (Gambar 1.25).

Tempat yang Dikunjungi untuk


Rekreasi

Taman Hiburan
33%
Wisata Alam
47%
Pusat Perbelanjaan
7% Dan Lain-lain
13%

Gambar 1.25 Diagram Tujuan Rekreasi Masyarakat di Kelurahan Bareng

5.3. Persepsi
5.3.1. Masyarakat
a. Persepsi Warga Masyarakat Tentang Penyakit TB
Menurut hasil kuisioner 100% masyarakat persepsi masyarakat
tentang penyakit TB masih buruk. Menurut hasil wawancara Ketua
RW dan petugas pelayanan kesehatan persepsi masyarakat tentang
penyakit TB masih buruk karena masih adanya diskriminasi pada
masyarakat dengan suspect TB. Masyarakat lebih memilih
menghindar dan tidak ingin berkomunikasi dengan masyarakat yang
memiliki penyakit TB karena takut akan tertular penyakit TB.
b. Cara Mengatasi
Menurut hasil kuisioner 73% masyarakat tentang cara mengatasi
penyebaran TB dan penyakit menular lainnya masih tidak sesuai
prosedur (Gambar 1.26).

Persepsi Mengenai Cara Mengatasi


Penyebaran Penyakit Menular

27%
Sesuai Prosedur

Tidak Sesuai Prosedur


73%

Gambar 1.26 Diagram Persepsi Masyarakat terhadap Cara Mengatasi Penyakit


Menular di Kelurahan Bareng

5.3.2. Perawat
a. Potensial Masalah yang Teridentifikasi
Menurut hasil wawancara dengan petugas kesehatan kesadaran
masyarakat masih rendah terhadap penyakit TB. Serta potensi
terjadinya TB di wilayah Bareng tinggi karena pemukiman
masyarakat terletak di daerah padat penduduk, namun untuk
pencegahan TB di wilayah Bareng masih dapat dilakukan karena
adanya penyuluhan rutin setiap bulan, maka TB berpotensi besar
dapat dicegah di wilayah Bareng.
6. Web of Causality (WOC)

Family
History

Riwayat
TB
Pendidikan
Promkes Ekonomi
Pengetahuan Warga RW
Pelayanan Sarana TB lain ada yang
Faskes pendidikan Tingkat Pekerjaaan
kesehatan suspek TB
pendidikan Pengetahuan
Screening Akses (-) 33,3%
SMA 80% Presentase
kurang pendidikan Imunisasi
SD 13,3% pendapatan
yang kurang BCG
Luas Univ 6,7%
rumah 66,7% < 100 m
Lingkungan 20% tidak
53,3% imunisasi
fisik
Kepadatan pendapatan
penduduk Jarang dibuka
kurang
80% TUBERCULOSIS
Tidak PARU Norma
Ventilasi memiliki
sosial
Cuci Jarang cuci
tangan tangan Suku, budaya,
Mayoritas Pengobatan nilai, dan
Keamanan
usia warga keyakinan
Etika Tidak 80% Stigma
batuk mengetahui 40-60 tahun
etika batuk Diskriminasi
Riwayat
Merokok Usia

Gaya hidup
7. Analisis Data
7.1. Pengolahan Data

No Kategori Ringkasan Perbandingan Simpulan

1. Sejarah  80%  Menurut data  Jumlah perokok


masyarakat 2011, prevalensi cukup tinggi
memiliki perokok di
 Masyarakat
riwayat Indonesia
merokok. masih rendah
sebanyak 36,1%
yang
(Aliansi
 80% melakukan
Pengendalian
masyarakat imunisasi BCG
Tembakau
telah Indonesia, 2013)  13,3%
melakukan
 Target imunisasi masyarakat
imunisasi
berisiko tinggi
BCG. dasar lengkap
tahun 2019,
 Menurut data
Tercapainya
kuesioner,
cakupan
sebanyak
imunisasi dasar
53,3%
lengkap (IDL)
masyarakat
kepada 93 %
memiliki
bayi 0-11 bulan.
riwayat batuk
(Kemenkes RI,
kurang dari 2019)
seminggu,
13,3%  Gejala utama
masyarakat pasien TBC paru
memiliki lebih yaitu batuk
dari 2 minggu. berdahak selama
2 minggu atau
lebih (Kemenkes
RI, 2018).
2. Nilai dan  67%  Dukungan  Mayoritas
Keyakinan masyarakat keluarga yang warga masih
mengatakan baik, akan belum paham
menjauhi meningkatkan mengenai
penderita TB kepatuhan klien proteksi
dan 13% minum obat anti terhadap TB
responden tuberculosis dan
bergaul (Hutapea, 2006). penanganan
dengan terhadap
penderita TB penderita TB
tanpa proteksi
4. Lingkungan  67%  Kriteria rumah  Mayoritas
Fisik responden sehat adalah rumah warga
tidak memiliki atap berplafon, masih tergolong
ventilasi dinding kurang sehat
ruangan permanen, jenis karena ventilasi
lantai bukan dan
 53%
tanah, tersedia pencahayaan
responden
jendela, ventilasi alami yang
tidak
cukup, tidak cukup
membuka
pencahayaan
ventilasi setiap
alami cukup, dan
pagi hari
tidak padat huni
(≥ 8m2 /orang)
(Kemenkes RI,
2012).
5. Pelayanan  80% tenaga  Promkes adalah  Promkes telah
kesehatan kesehatan di upaya untuk dilakukan oleh
dan sosial wiliayah meningkatkan pihak
tersebut kemampuan puskesmas
melakukan masyarakat tetapi beberapa
promkes dan melalui warga tidak
pelayanan pembelajaran mengikuti
kesehatan dari, oleh, untuk
 Fasilitas
dan bersama
 73,3% telah kesehatan yang
menolong diri
menggunakan digunakan
sendiri
fasilitas warga adalah
(Kemenkes RI,
kesehatan di klinik disekitar
2011).
dalam wilayah bukan
tersebut  Fasilitas puskesmas
Pelayanan
Kesehatan
adalah tempat
yang digunakan
untuk
menyelenggarak
an upaya
pelayanan
kesehatan, baik
promotif,
preventif, kuratif
maupun
rehabilitatif yang
dilakukan oleh
Pemerintah,
Pemerintah
Daerah, swasta
dan/atau
masyarakat
(Kemenkes RI,
2011).
6. Ekonomi  60%  Target dan  Targetan BPJS
masyarakat program kerja belum optimal,
belum kesehatan karena
memiliki menyampaikan sebagian warga
tabungan bahawa pada belum paham
khusus untuk tahun 2019 mengenai
kesehatan seluruh warga manfaat dan
Indonesia wajib sistem dari
 13%
menjadi anggota BPJS
masyarakat
BPJS
tidak mampu  Penyediaan
(Kemenkes RI,
menyediakan 2016). sarana
sarana pencegahan TB
pencegahan  Menteri dimasyarakat
TB Kesehatan RI masih kurang
menyatakan karena
bahwa seluruh terkendala
Puskesmas di keuangan dan
Indonesia telah rumah yang
dapat padat penduduk
memberikan
pelayanan
pengobatan TB.
Di samping itu,
sebagian klinik,
RS, dokter
praktik swasta
telah mampu
memberikan
pelayanan
pengobatan TB
(Kemenkes RI,
2016).
7. Transportasi  53%  Dengan mencuci  Mayoritas
dan masyarakat tangan yang masyarakat
Keamanan tidak benar dapat belum
menerapkan mencegah diare, menerapkan
budaya cuci ispa, pneumonia, cuci tangan
tangan infeksi cacaing, yang benar
infeksi mata dan sehingga rentan
 87%
masyarakat penyakit kulit terkena
tidak (Kemenkes RI, berbagai
mengetahui 2014). masalah
etika batuk kesehatan
 Menurut Helper
yang benar
& Sahat (2010),  Sebagian besar
etika batuk masyarakat
merupakan salah belum
satu komponen mengetahui
pencegahan TB. etika batuk
yang benar
sehingga rentan
untuk
menularkan TB
ke orang lain
8. Pendidikan  100%  Pencegahan TB  Pendidikan
masyarakat harus terus terkait TB perlu
memerlukan dilakukan agar dilakukan, yang
pendidikan kasus TB diharapkan
khusus terkait menurun. masyarakat
TB Pendidikan lebih
kesehatan memahami
 66,67%
merupakan salah pencegahan
pasien pernah satu cara dan
mendapat pengobatan TB
penanggulangan
pengetahuan tuberculosis
tentang TB
paru, dengan
dan 33,33%
pendidikan
belum pernah
kesehatan dapat
meningkatkan
kesadaran,
kemauan, dan
peran serta
masyarakat
dalam
penanggulangan
penyakit
tuberkulosis paru
(Ummami, 2016).
9. Persepsi  100%  Pendidikan  Mayoritas
masyarakat kesehatan warga masih
memandang adalah salah memiliki
buruk satu cara pandangan
mengenai penanggulangan yang buruk
penyakit TB TB b.d terhadap TB,
 73% pengetahuan sehingga perlu
masyarakat dan sikap dilakukan
tidak masyarakat penyuluhan
mengatasi terhadap TB untuk
penyebaran (Ummami, 2016). menjelaskan
TB sesuai penyakit TB
 Dalam
prosedur yang
pencegahan  Masih buruknya
benar
penyakit TB Paru cara
sangat perlu pencegahan
menjaga penyebaran TB,
lingkungan yang karena kurang
sehat seperti pemahaman
pengaturan terhadap
syarat – syarat prosedur dan
rumah yang lingkungan
sehat yang kurang
diantaranya luas sehat.
bangunan
rumah, ventilasi
pencahayaan
dengan jumlah
anggota keluarga
serta kebersihan
lingkungan
tempat tinggal
(Rahayu &
Sodik, 2014).
Helper
menemukan
bahwa penderita
Tb sering tidak
menutup
mulutnya saat
batuk (Nurhayati,
Kurniawan, &
Mardiah, 2014).

7.2. Analisa Data

Data Masalah Keperawatan

Data Primer Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d


1. Survey: kurang pemahaman d.d riwayat merokok,
a. Mayoritas sampel memiliki gagal melakukan tindakan mencegah
riwayat merokok masalah kesehatan
b. Tidak ada yang mengalami
penyakit TB dan tidak ada
riwayat TB
c. Mayoritas sampel sudah
mendapatkan imunisasi BCG
d. Terdapat 8 sampel dengan
riwayat batuk <1 minggu dan 2
sampel dengan riwayat batuk >2
minggu
e. Terdapat 1 orang laki-laki yang
menderita TB di wilayah RW
tetangga
f. Pandangan masyarakat erhadap
TB cukup buruk
g. Masih terdapat keluarga dengan
rumah yang cukp sempit
sedangkan anggota keluarganya
banyak
h. Beberapa rumah ventilasinya
kurang dan jarang dibuka
i. Jumlah penghasilan per bulan
keluarga masih ada yang kurang
dari UMK kota Malang
j. Etika batuk yang kurang di
masyarakat
k. Jenis informasi tentang TB
kepada masyarakat kurang
2. Wawancara
a. Tidak ada perkumpulan atau
organisasi khusus TB
b. Hasil wawancara dengan
pemberi pelayanan kesehatan
dikatakan bahwa ada
diskriminasi bagi penderita TB
dimana akan dijauhi
c. Penderita TB merasa malu untuk
mengungkapkan bahwa dirinya
suspek TB
d. Meski puskesmas dan kader
sudah memberi edukasi
mengenai TB, masyarakat masih
menganggap TB akan menular
dengan berinteraksi biasa
e. Pasien suspek TB memilih untuk
berobat di luar wilayah
Puskesmas Bareng untuk
menghindari intimidasi
masyarakat sekitar
f. Kondisi air bersih dan sebagian
warga masih menggunakan air
sumur
g. Fasilitas kesehatan lumayan
lengkap, ada puskesmas, praktik
dokter umum, RS swasta, dll.
h. Pelayanan kesehatan terkait TB
seperti pendidikan kesehatan
dan screening rutin setiap tiga
bulan sekali rutin dilakukan
i. Terdapat pelayanan untuk
masyarakat yang suspect TB
dengan dilakukan pengecekan
dahak
j. Apabila ada yang positif TB akan
diberikan pengobatan standart
gratis selama 6 bulan
k. Rentan usia penderita TB 45-60
tahun
l. Terdapat kader TB
3. Winshield Survey
a. Masih ada masyarakat yang
membuang sampah ke sungai
b. Kualitas udara lumayan namun
kadang masih tercium bau tidak
sedap dari ekitar sungai
c. Terdapat lapangan yang dpaat
digunakan untuk berolahraga
d. Mayoritas rumah di wilayah
tersebut merupakan bangunan
permanen dengan dinding
tembok.
e. Wilayah puskesmas bareng
merupakan wilayah padat
penduduk dengan jarak antar
rumah berdekatan

4. Prioritas Masalah Keperawatan


Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d strategi koping tidak efektif d.d
kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar dan kurang dukungan
sosial.

5. Rencana Intervensi Keperawatan

Masalah
Tujuan/goals NOC NIC
keperawatan
Ketidakefektifan Meningkatkan Prevensi Primer Prevensi Primer
pemeliharaan kemampuan
1. Pengetahuan: 1. Pendidikan
kesehatan masyarakat
promosi kesehatan
dalam kesehatan 2. Fasilitasi
melakukan 2. Pengetahuan: pembelajaran
pencegahan proses penyakit 3. Identifikasi
penyakit TB 3. Pengetahuan: resiko
perilaku 4. Pengajaran:
kesehatan proses penyakit
4. Pengetahuan: 5. Manajemen
gaya hidup sehat kasus
5. Pengetahuan:
control
penyalahgunaan
zat
Prevensi sekunder Prevensi sekunder

1. Perilaku promosi 1. Skrining


kesehatan kesehatan
2. Orientasi 2. Panduan
kesehatan system
3. Perilaku pelayanan
pencarian kesehatan
kesehatan 3. Identifikasi
4. Deteksi risiko risiko
4. Manajemen
lingkungan
komunitas
5. Pencegahan
penggunaan
zat terlarang
Prevensi tersier Prevensi tersier

1. Perilaku patuh: 1. Manajemen


pengobatan pengobatan
yang disarankan 2. Rujukan
2. Dukungan sosial 3. Peningkatan
keterlibatan
keluarga
4. Konseling
5. Dukungan
kelompok
6. Plan of Action

Bentuk Waktu dan Pelaksana/PJ


No. Kegiatan Tujuan Sasaran Media Dana
kegiatan tempat kegiatan

1. Pendidikan Tujuan Masyarakat Penyuluhan Selasa, 2 File  Dilla dan Sandra: Rp. 500.000,-
Kesehatan: jangka RW 08 (ceramah September powerpoint, Pemberi materi
panjang:
Penyuluhan Kelurahan dan tanya 2019 di laptop,  Debby: Konsumsi
Tidak terjadi Bareng,
mengenai jawab) Balai RW leaflet, dan  Syarah dan
peningkatan
Penyakit Kota sound Chintya: MC
angka
TB kejadian Malang system.  Annisa, Nurva dan
penyakit TB
Shifa:
dan
diskriminasi membagikan
terhadap leaflet
pasien TB di  Samuel:
RW 08
Kelurahan Dokumentasi
Bareng, Kota
Malang

Tujuan
jangka
pendek
 Masyaraka
t mampu
memahami
dan
mengetah
ui tentang
penyakit
TB,
terutama
cara
penularan
dan
pencegaha
n TB
 Masyaraka
t dapat
melakukan
upaya
preventif
agar
terhindar
dari
penyakit
TB
Daftar Pustaka

Bustan, M.N. dan Arsunan. (2002). Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Depkes RI. (2007). Pedoman Nasional Penanggulan Tuberkulosis Edisi 2. Cetakan


Pertama. Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyelamatan
Lingkungan. Jakarta.

Depkes RI. (2008). Profil Data Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Dinkes Jatim. (2014) Buku Saku Kesehatan Tahun 2013. Semarang; Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Hutapea. (2006). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat.

Kemenkes RI. (2011). Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan.

Kemenkes RI. (2012). PETA KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2010. Jakarta.

Kemenkes RI. (2014). Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia. In Info
Datin (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI). Jakarta Sela:
Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2018). Tuberkulosis. In Info Datin (Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI). Jakarta Selatan: Kemenkes RI.

Nugroho, R. A. 2011. Studi Kualitatif Faktor yang Melatarbelakangi Drop


OutPengobatan Tuberkulosis Paru. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7 (1): 83-90.

Nurhayati, I., Kurniawan, T., & Mardiah, W. (2014). Perilaku Pencegahan Penularan
dan Faktor-Faktor yang Melatarbelakanginya pada Pasien Tuberculosis
Multidrugs Resistance ( TB Prevention Behaviors and Its ’ Contributing Factors
among Patients with Multi-drugs Resistance Tuberculosis ( MDR-TB ), 3.

Octaria, Y. dan S. Sibuea. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan Terhadap


Kepatuhan Ibu/Bapak dalam Pengobatan Tuberkulosis Anak di Poli Anak
Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung Desember 2012-Januari 2013.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Lampung.

Rahayu, S., & Sodik, M. A. (2014). Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Kejadian
TB Paru.

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung
Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.

Sudoyo, W, Aru; Setiyohadi, Bambang; Alwi, Idrus dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Ummami, Y. H. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Tuberkulosis


Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Penderita Dalam Pencegahan
Penularan Tuberkulosis di Puskesmas Simo, 1–15.

World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report 2014. Switzerland.


2014.

Anda mungkin juga menyukai