Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERAN UNDANG-UNDANG BAGI PROFESI PERAWAT

UNTUK MEMENUHI TUGAS : LEGALITIK ETIK NURSING (TOPIK ENAM)

Disusun oleh :

FENIDA AKHSINNADYA

155070201111033

REGULER 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016
Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena degan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah tentang masalah etik, dilema etik dalam praktik
keperawatan dan menjelaskan penyelesaian permasalah etik dalam praktik
keperawatan dan dasar-dasar pengambilan keputusan etik ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya karna terbatasnya wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki. Terselesainya makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini saya ucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada Bapak Ns.Setyoadi, M.Kep,Sp.Kep.Kom dan juga Bapak Ns.
M Fathony, S.Kep.MNS selaku Dosen mata kuliah Etika dan Hukum dalam
Keperawatan Universitas Brawijaya dan teman-teman kelompok yang membantu
terselesainya makalah ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna alam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai etika dan hukum dalam praktik keperawatan di
Indonesia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempura. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan sara yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Malang, Mei 2015

Annisaa Novilia Alam


Kemajuan ilmu dan teknologi terutama dibidang biologi dan kedokteran telah
menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian
besar belum teratasi ( catalano, 1991). Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan
seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang
mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah
rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai personal. Moral
hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar
atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum,
adat dan praktek professional. Pendekatan berdasarkan prinsip : Pendekatan
berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan
untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan
prinsip dalam etika biomedik antara lain :

1. Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap


kapasitas otonomi setiap orang
2. Menghindarkan berbuat suatu kesalahan
3. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan
segala konsekuensinya
4. Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan dilema etik

1. Etik adalah secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke


arah tujuannya ( Pastur Scalia, 1971)
2. Etik keperawatan, etika keperawatan adalah norma-norma yang di anut
perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga
kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat
professional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat
dan interaksi sosial dalam lingkungan.
3. Kode etik keperawatan adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip umum
yang telah diterima oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan
suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi
anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang
berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri
sendiri dan tim kesehatan lain, yang berfungsi untuk : memberikan dasar
dalam mengatur hubungan antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain,
masyarakat dan profesi keperawatan. Membantu dasar dalam masyarakat
untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan.
4. Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih )
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral
atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau
salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik
biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi
kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut
Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang
sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana
alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema
etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang
etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional.

Konsep Moral dalam praktek keperawatan


Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori
keperawatan, yaitu segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi masalah
keperawatan dengan menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan praktek
keperawatan tidak lepas dari fenomena keperawatan dan hubungan pasien dan
perawat.
Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan/tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia (bio, psiko, social dan spiritual), mulai dari tingkat individu untuk sampai
pada tingkat masyarakat yang juga tercermin pada tingkat system organ fungsional
sampai subseluler (Henderson, 1978, lih, Ann Mariner, 2003). Asuhan keperawatan
merupakan bentuk dari praktek keperawatan, dimana asuhan keperawatan merupakan
proses atau rangkaian kegiatan praktek keperawatan yang diberikan pada pasein
dengan menggunakan proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan,
dilandasi etika dan etiket keperawatan (Kozier, 1991). Asuhan keperawatan ditujukan
untuk memandirikan pasien, (Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003).
A. Prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan merupakan masalah umum
dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral
berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang,
diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu.
1. Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri
sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka
sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya.
2. Justice merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu,
setiap individu mendapat perlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang
sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai
kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang.
3. Veracity merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban
untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain /
pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun
suatu hubungan denganorang lain. Kewajiban untuk mengatakan yang
sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi seseorang dan
mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya.
4. Fedelity Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk
tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan
saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi menepati
janji, menyimpan rahasia dan “caring”.
5. Truth (kebenaran) Kesesuaian dengan fakta dan realitas, sikap yang
berhubungan denganperawt yang dapat dilihat, yaitu: Akontabilitas, Honesty,
Rationality, Inquisitiveness (ingin tahu), kegiatan yang beruhubungan dengan
sikap ini adalah: Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat
dan jujur, Mendapatkan data secara lengkap sebelum membuat suatu
keputusan, Berpartisipasi dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi
masyarakat dari informasi yang salah tentang asuhan keperawatan.
6. Aesthetics pemberian kepuasan dengan prilaku/ sikap yang tunjukan dengan
Appreciation, Creativity, Imagination, Sensitivity, kegiatan perawat yang
berhubungan dengan aesthetics: Berikan lingkungan yang menyenangkan
bagi klien, Ciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri
dan orang lain, Penampilan diri yang dapat meningkatkan “image” perawat
yang positif
7. Altruism peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan sikap yang
ditunjukan yaitu: Caring, Commitment, Compassion (kasih), Generosity
(murah hati), Perseverance (tekun, tabah (sabar), kegiatan perawat yang
berhubungan dengan Altruism:Memberikan perhatian penuh saat merawat
klien, Membantu orang lain/perawat lain dalam memberikan asuhan
keperawatan bila mereka tidak dapat melakukannya, Tunjukan kepedulian
terhadap isu dan kecenderungan social yang berdampak terhadap asuhan
kesehatan.
8. Equality (Persamaan) mempunyai hak, dan status yang sama, sikap yang
dapt ditunjukan oleh perawat yaitu: Acceptance (menerima), Fairness
(adil/tidak diskriminatif), Tolerance, Assertiveness, kegiatan perawat yang
berhubungan dengan equality: Memberikan nursing care berdasarkan
kebutuhan klien, tanpa membeda-bedakan klien, Berinteraksi dengan tenaga
kesehatan/teman sejawat dengan cara yang tidak diskriminatif
9. Freedom (Kebebasan) kapasitas untuk menentukan pilihan, sikap yang dapat
ditunjukan oleh perawat yaitu: Confidence, Hope, Independence, Openness,
Self direction, Self Disciplin, kegiatan yang berhubungan dengan Freedom:
Hargai hak klien untuk menolak terapi, Mendukung hak teman sejawat untuk
memberikan saran perbaikan rencana asuhan keperawatan, Mendukung
diskusi terbuka bila terdapat isu controversial terkait profesi keperawatan
Hak kewajiban perawat dan hak psien
Hak mungkin merupakan tuntutan,sebagaimana mestinya dengan dasar
keadilan, moralitas atau legalitas hak adalah tuntutan yang seseorang berhak, seperti
kekuasaan atau hak istimewa. Hak merupakan peranan fakultatif karena sifatnya boleh
tidak dilaksanakan atau dilaksanakan, hak merupakan suatu yang dimilikin orang atau
subyek hukum baik manusia sebagai pribadi atau manusia sebagai badan hukum,
dimana subyek yang bersangkutan mempunyai kebebasan untuk memanfaatkan atau
tidak memanfaatkan.Sedangkan kewajiban merupakan peran imperative karena tidak
boleh tidak dilaksanakan.
Tanggung jawab/kewajiban perawat
Disamping beberapa hak perawat yang telah diuraikan diatas, dalam mencapai
keseimbangan hak perawat maka perawat juga harus mempunyai kewajibannya
sebagai bentuk tanggung jawab kepada penerima praktek keperawatan. (Claire dan
Fagin, 1975l,dalam Fundamental of nursing,Kozier 1991).

Kewajiban perawat, sebagai berikut:


a. Mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan
b. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi
dan batas kemanfaatannya
c. Menghormati hak pasien
d. Merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai
keahlihan atau kemampuan yang lebih kompeten, bila yang bersangkutan tidak dapat
mengatasinya.
e. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan dengan keluarganya,
selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.
f. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadahnya sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu pasien
yang lainnya.
g. Berkolaborasi dengan tenaga medis (dokter) atau tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien
h. Memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien dan atau keluargannya sesuai dengan batas kemampuaannya
i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan
j. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dn tehnologi keperawatan atau
kesehatan secara terus menerus
k. Melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas
kewenangannya
l. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kesuali jika
dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang.
m. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat
sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja.
Hak-hak pasien
Disamping beberapa hak dan kewajiban perawat, perawat juga harus mengenal
hak-hak pasien sebagai obyek dalam praktek keperawatan.Sebagai hak dasar sebagai
manusia maka penerima asuhan keperawatan juga harus dilindungi hak-haknya, sesuai
perkembangan dan tuntutan dalam praktek keperawatan saat ini pasien juga lebih
meminta untuk menentukan sendiri dan mengontrol tubuh mereka sendiri bila sakit;
persetujuan, kerahasiaan, dan hak pasien untuk menolak pengobatan merupakan
aspek dari penentuan diri sendiri.Hal-hal inilah yang perlu dihargai dan diperhatikan
oleh profesi keperawat dalam menjalankan kewajibannya.Tetapi dilain pihak, seorang
individu yang mengalami sakit sering tidak mampu untuk menyatakan hak-haknya,
karena menyatakan hak memerlukan energi dan kesadaran diri yang baik sedangkan
dalam kondisi sakit seseorang mengalami kelemahan atau terikat dengan penyakitnya
dan dalam kondisi inilah sering individu tidak menyadari akan haknya, disinilah peran
seoran professional perawat.
Masalah Etik dalam Praktek Keperawatan
Setelah beberapa definisi, dan teori yang berkaitan dengan etika, hak perawat,
hak pasien dan kewajiban dari pelaku asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan, masalah etik menimbulkan konflik antara kebutuhan pasien dengan
harapan perawat.Masalah eika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika
kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis (Suhaemi,
2002).Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti
berkata tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian
pemberian makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa
permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti:
evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang,
memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang
buruk, masalah peran merawat dan mengobati (Prihardjo, 1995).Disini akan dibahas
sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik yang berkaitan lansung pada
praktik keperawatan.
1. Konflik etik antara teman sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan
pasien.Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus
mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak,
serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut.Kondisi inilah yang sering sering kali
menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga
terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman
sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik
hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
2. Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan atau pengobatan
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk
pengobatan sebagai alternative tindakan.Dan berkembangnya tehnologi yang
memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya.Penolakan pasien
menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti
pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain.
3. Masalah antara peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali
peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati.Masalah antara peran sebagai
perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang
melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada
didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
4. Berkata Jujur atau Tidak jujur
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak
merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur.Padahal yang dilakukan perawat
adalah benar (jujur) sesuai kaidah asuhan keperawatan.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh
pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa
ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”.
5. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti
mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah
meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa
yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan
tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal
ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi
pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal
itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan informai yang jelas
terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat
penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat
itu diambil.
Kerangka dan strategi pembuatan keputusan etis.
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu
persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktek keperawatan professional dan
dalam membuat keputusan etis perlu memperhatikan beberapa nilai dan kepercayaan
pribadi, kode etik keperawatan,Sedangkan Pembuatan keputusan/pemecahan dilema
etik menurut, Kozier, erb (1989), adalah sebagai berikut:
1.Mengembangkan data dasar; untuk melakukan ini perawat memerlukan pengumpulan
informasi sebanyak mungkin, dan informasi tersebut meliputi: Orang yang terlibat,
Tindakan yang diusulkan, Maksud dari tindakan, dan konsekuensi dari tindakan yang
diusulkan.
2.Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
3.Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4.Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat
5.Mendefinisikan kewajiban perawat
6.Membuat keputusan.
Dilema etik muncul ketika prinsip terhadap penyebab konflik dalam
bertindak.Contoh: seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi
bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah
menikmati kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya
kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya,
tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan
kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini
tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman
untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik diantara
kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip dalam
bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian
perawat atau bidan terhadap sesuatu yang penting dalam etika.

Terutama kemajuan di bidang biologi dan kedokteran, telah menimbulkan


berbagai permasalahan atau dilemma etika kesehatan yang sebagian besar belum
teratasi (cakalano, 1991). Kemajuan teknologi kesehatan saat ini telah meningkatkan
kemampuan bidang kesehatan dalam mengatasi kesehatan dan memperpanjang usia.
Jumlah golongan usia lanjut yang semakin banyak, keterbatasan tenaga perawat, biaya
perawatan yang semakin mahal, dan keterbatasan tenaga perawat, biaya perawatan
yang semakin banyak, keterbatasan tenaga perawat, biaya perawatan yang semakin
mahal, dan keterbatasan sarana kesehatan, telah menimbulkan etika keperawatan bagi
individu perawat atau persatuan perawat ( Mc Croskey, 1990).

melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis.

A. Kerangka proses pemecahan masalah Dilema Etik

Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara ilmiah antara
lain :

1. Model pemecahan masalah ( Megan, 1989) ada lima langkah-langkah dalam


pemecahan masalah dalam dilema etik :
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilemma etik ( Kozier & Erb, 1989)
a. Mengembangkan data dasar. Untuk melakukan ini perawat memerlukan
pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
- Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
- Apa tindakan yang diusulkan
- Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
disulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambilan keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3. Model Murphy& Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi mperan perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternative-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbngkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternative
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawat klien
i. Analisa situasi hingga hasil actual dari keputusan telah tampat dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya
4. Model Curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan
masalah
b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan
c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusab
d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu
e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan
f. Memecahkan dilemma
g. Melaksanakan keputusan
5. Model Levine-Arif dan Gron
a. Mendefinisikan dilemma
b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan
c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan (pasien dan keluarga,
faktor-faktor eksternal)
d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
f. Identifikasi pengambilan keputusan
g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
h. Tentukan alternatif-alternatif
i. Menindak lanjuti
6. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981)
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilemma
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
7. Langkah-langkah menurut Thomson (1981) mengusulkan 10 langkah model
keputusan bioetis
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

Pembuatan Keputusan dalam Dilema Etik


Menurut Thompson dan Thompson (1985).dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau suatu
situasi dimana alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam
dilema etik tidak ada yang benar atau salah.Dan untuk membuat keputusan etis,
seseorang harus bergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh beberapa ahli yang pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan dengan pemecahan masalah
secara ilmiah.(sigman, 1986; lih. Kozier, erb, 1991).
Kasus
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber
umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai Sopir
angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu.
Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III, dan dokter
merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker
rahim, karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah
dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak cemas
dan binggung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat ingin
meninggalakan ruangan dokter memberitahu perawat kalau Ny.D atau keluarganya
bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang
apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya.Menjelang hari operasinya klien
berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang merawatnya, yaitu:“apakah saya
masih bisa punya anak setelah dioperasinanti”.karena kami masih ingin punya anak.
“apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya
bisa diundur dulu suster”Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya
menjawab secara singkat,“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus
operasi,penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lainyang jelas ibu tidak
akan bisa punya anak lagi bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan
lansung dengan dokternya…ya.”Sehari sebelum operasi klien berunding dengan
suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien dan suami masih
ingin punya anak lagi.
Penyelesaian Kasus
Kasus diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini didefinisikan
sebagai suatu masalah yang melibatkn dua atau lebih landasan moral suatu tindakan
tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada kasus dilema etik ini
sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan
pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu
apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. D, dapat diambil
salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang dikemukan
oleh Kozier, erb. (1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi
sebanyaknya, berkaitan dengan orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter
bedah/kandungan, Rohaniawan dan perawat.
Tindakan yang diusulkan yaitu:
Akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan/rahim pada Ny.D. tetapi pasien
mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggorogoti tubuhnya, walaupun
sebenarnya bukan itu yang diharapkan, karena pasien masih meginginkan keturunan.
Maksud dari tindakan yaitu: dengan memberikan pendidikan, konselor, advocasi
diharapkan pasien mau menjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat
terhadap masalah yang saat ini dihadapi. Dengan tujuan agar Agar kanker rahim yang
dialami Ny.D dapat diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.
Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu:
Bila operasi dilaksanakan, biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan
operasinya.Psikologis: pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang bila operasi
berjalan baik dan lancar, namun klien juga dihadapkan pada kondisi stress akan
kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal. Selain itu konsekuensi yang harus
dituanggung oleh klien dan suaminya bahwa ia tidak mungkin lagi bisa memiliki
keturunan.
Fisik: klien mempunyai bentuk tubuh yang normal.
Biaya: biaya yang dibituhkan klien.
Psikologis: klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian, terjadi kecemasan dan
rasa sedih dalam hatinya dan hidup dalam masa masa sulit dingan penyakitnya.
Fisik: timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAK, perdarahan sesudah senggama,
keluar keputihan atau cairan encer dari vagina.
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
Untuk memutuskan apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut, perawat
dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien.Apabila tindakan operasi
dilaukan perawat dihadapkan pada konflik tidak melaksanakan kode etik profesi dan
prinsip moral.Bila menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat kawatir
akan kondisi Ny.D akan semakin parah dan stress, putus asa akan keinginannya untuk
mempunyai anak. Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak
melaksanakan prinsip-prinsip professional perawat. Bila perawat menyampaikan pesan
dokter, perawat melangkahi wewenang yang diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak
disampaikan perawat tidak bekerja sesuai standar profesi.Membuat tindakan alternatif
tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau
konsekuensi tindakan tersebut.Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi
termasuk dampak setelah dioperasi.Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang
berkaitan dengan penyakit bila tidak dilakukan tindakan operasi. Memberikan
penjelasan dan saran yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai anak lagi,
kemungkinan dengan anak angkat dan sebagainnya.Mendiskusikan dan memberi
kesempatan kepada keluarga atas penolakan tindakan operasi dan memberikan
alternative tindakan yang mungkin dapat dilakukan oleh keluarga.Memberikan advokasi
kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan mendapat penjelasan langsung
pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan kelurga untuk dapat mendapat
penjelasan seluas-luasnya tentang rencana tindakan operasi dan dampaknya bila
dilakukan dan bila tidak dilakukan.Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah
tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat.Kasus pasien tersebut merupakan
masalah yang kompleks dan rumit, membuat keputusan dilkukan operasi atau tida,
tidak dapat diputuskan pihak tertentu saja, tetapi harusdiputuskan bersama-sama yang
meliputi:
- Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka
ditunjuk.
- Untuk siapa saja keputusan itu dibuat
- Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi, fisiologi,
psikologi dan peraturan/hukum).
- Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkan
- Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang diusulkan.
Dalam kasus Ny.D. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau tidaknya
untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan faktor-faktor dari
pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang rinci dan
memberikan alternatif pengobatan yang kemungkinan dapat dilakukan oleh Ny.D
dankeluarga. Sedangkan perawat primer seharusnya bertindak sebagai advokasi dan
fasilitator agar pasien dan keluarga dapat membuat keputusan yang tidak merugikan
bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal terbaik dan memilih
alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.Bila beberapa kriteria sudah
disebutkan mungkin konflik tentang penolakan rencana operasi dapat diselesaikan atau
diterima oleh pasien setelah mendiskusikan dan memberikan informasi yang lengkap
dan valid tentang kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi yang
jelas pasien telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak autonomi
pasien dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga,
perawat primer, kepala ruangan dan dokter bedahnya.
Mendefinisikan kewajiban perawat
Dalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu membuat daftar
kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkinimeningkatkan kesejahteran
pasienmembuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan
tanggung jawab keluarga tentang kesehatan dirinya.Membantu keluarga dan pasien
tentang pentingnya sistem pendukungmelaksanakan peraturan Rumah Sakit selama
dirawatmelindungi dan melaksanakan standar keperawatan yang disesuikan dengan
kompetensi keperawatan professional dan SOP yang berlaku diruangan tersebut.
Membuat keputusan.
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi dilema
etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan
atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten
keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut,
itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan tersebut. Hal penting lagi
sebelum membuat keputusan dilema etik, perlu mengali dahulu apakah niat/untuk
kepentinganya siapa semua yang dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan
pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas
etis yang dilakukan.Pada kondisi kasus Ny.D. dapat diputuskan menerima penolakan
pasien dan keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan
secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi
atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang
terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.D. Tetapi harus juga diingat
dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif pengobatan yang dapat
dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.D sebagai bentuk tanggung jawab perawat
terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu
tindakan harus disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak,
ataupun otonomi pasien dan keluarga.Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan
hak otonomi klien dan keluarganya serta pertimbangan tim kesehatan sebagai seorang
perawat, keputusan yang terbaik adalah dilakukan operasi berhasil atau tidaknya
adalah kehendak yang maha kuasa sebagai manusia hanya bisa berusaha.

DAFTAR PUSTAKA
Ismani Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta. Widya Medika
Amir amri. 1997. Hukum Kesehatan. Jakarta. Bunga Rampai
Lubis Sofyan. 2009. Mengenal Hak Konsumen dan Pasien. Jakarta. Pustaka Yusticia
Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott.
Canadian Nurses Association (1999). Code of Ethics. For Registered Nurses: Otawa,
Canada: CNA.
Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in Nursing; Theory
and Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott.
Husted Gladys L. (1995). Ethical Decision Making in Nursing, 2nded, St.Louis: Mosby.
Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing: concept theory and practices. Philadelphia.
Addison Wesley.
Leah curtin& M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and Pragmatics:
Maryland: Robert J.Brady CO.
Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.

Di akses pada hari Kamis tanggal 21 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai