Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

DI WILAYAH SAMBUNGBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberculosis paru (TB paru) merupakan infeksi kronis yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ciri khasnya membentuk
granuloma pada jaringan yang terinfeksi (Braunwald Et Al, 2002; disitasi oleh
Fachmi Idris, 2004). Penyakit ini membunuh 100.000 anak-anak dan hampir
satu juta perempuan pertahun, lebih banyak daripada penyakit infeksi manapun.
Lebih dari seperempat juta mereka masih produktif secara ekonomi (Tjandra
YA, 2006). Tercatat 199 negara di dunia terlibat aktif dalam program
penanggulangan penyakit TB paru dan diperkirakan terdapat 8,8 juta kasus baru
yang muncul setiap tahunnya. Indonesia menempati urutan ke-3 di dunia
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita TB paru. Di Indonesia, TB
paru merupakan penyakit penyebab kematian terbesar ke-2 dengan proporsi
kematian 7,5% (Depkes RI, 2009: 29). World Health Organization (WHO)
memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru dengan perkiraan
130.000 penderita baru infeksius, karena pada dahaknya didapatkan Bakteri
Tahan Asam (BTA) (Reviono, dkk, 2008: 10).

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh


Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien
TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia. Diperkirakan 95%
kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara
berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak daripada
kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TB adalah
kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun).
Diperkirakan seorang pasien TB dewasa akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan
tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka
akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara
ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma
bahkan dikucilkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2008: 3).

Di Indonesia, jumlah kasus TB paru sepanjang tahun 2008 diperkirakan


sebesar 228.485 kasus. Kasus TB paru BTA positif pada tahun tersebut sebesar
166.376 kasus dengan angka penemuan penderita/Case Detection Rate
(CDR)72,82%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2007 yaitu
sebesar 69,12%, namun lebih rendah daripada tahun 2006 yaitu sebesar 75,7%
(Depkes RI, 2009: 36). Menurut data Profil Kesehatan Indonesia, CDR TB paru
di Jawa Tengah pada tahun 2008 adalah 48%. Angka ini meningkat
dibandingkan pada tahun 2007 yaitu 47,45%, tetapi angka ini lebih rendah
dibandingkan tahun 2005 dan 2006, yaitu sebesar 49,24% dan 49,82%.

Masih rendahnya CDR disebabkan keterlambatan diagnosis penderita


TB paru baik faktor pasien maupun faktor fasilitas kesehatan. Penderita yang
terlambat didiagnosis akan menyebabkan terjadinya penyebaran ke organ lain
secara hematogen (milier), misalnya ke tulang, selaput otak, ginjal dan
sebagainya. Selain itu juga dapat terjadi komplikasi misalnya batuk darah,
pneumotoraks, kolaps paru dan sebagainya. Kasus TB paru dengan komplikasi
akan meningkatkan angka kematian (Reviono dkk, 2008: 11).

Salah satu masalah dalam program pemberantasan penyakit TB paru


(P2TB paru) adalah masih terdapatnya paham di masyarakat yang
menghubungkan TB paru dengan penyakit yang memalukan sehingga penderita
merasa malu untuk memeriksakan diri dan cenderung menyembunyikan
sakitnya. Selain itu TB paru tidak dapat ditangani melalui pendekatan kesehatan
semata, namun perlu koordinasi lintas program dan lintas sektor dengan pihak
terkait termasuk masyarakat. Jauhnya jangkauan dan pelayanan kesehatan dapat
mengakibatkan ketidakpatuhan dan ketidakteraturan penderita dalam berobat.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikembangkan suatu sistem
penanggulangan dan pengendalian penyakit TB paru dengan upaya
mendekatkan pelayanan melibatkan peran aktif masyarakat, sehingga cakupan
penemuan penderita dapat ditingkatkan (Abdul Haris dkk, 2004: 27).

Pengabdian masyarakat ini bertujuan agar masyarakat mengetahui


penyakit TB paru dan mengerti tentang gejala dan cara penemuan kasus TB
paru. Semakin cepat masyarakat masyarakat mengetahui adanya TB paru lalu
melaporkan adanya kasus, maka semakin cepat pula upaya pengobatan untuk
mencapai kesembuhan. Sehingga secara keseluruhan penyakit TB paru akan
semakin mudah untuk diantisipasi dan disembuhkan. Oleh karena itu, peneliti
menyusun proposal dengan judul ”Sosialisasi TB Paru dalam Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Mayarakat di Wilayah Sambungbungmacan
Kabupaten Sragen”.

B. Perumusan Masalah Dan Solusi


Peningkatan penderita TB paru merupakan permasalahan yang
mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Hal ini terkait dengan rendahnya
pemahaman masyarakat tentang pencegehan resiko penularan kuman TB paru.
Salah satu solusi pemecahan masalah tersebut adalah adanya perubahan
perilaku masyarakat dalam mengantisipasi penularan kuman dengan di berikan
sosialisasi tentang TB paru. Kunci utama keberhasilan sosialisasi adalah
partisipasi masyarakat.

C. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum Sosialisasi tentang TB paru ini adalah masyarakat
memahami tentang penyakit TB dan mampu mengantisipasi penularannya
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah
Sambungmacan kabupaten Sragen.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus sosialisasi tentang TB paru ini secara rinci dijelaskan
sebagai berikut:
a. Menyebutkan pengertian penyakit TB paru
b. Menjelaskan cara penularan TB paru
c. Menjelaskan gejala penyakit Tb paru
d. Menjelaskan cara mencegah penularan agar terhindar dari
penyakit TB paru
e. Menjelaskan cara penanganan penderita TB paru

D. Manfaat Kegiatan
Manfaat yang dapat dipetik dari hasil sosialisasi tentang TB paru ini,
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat baik yang bersifat
praktis maupun yang bersifat teoritis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Sebagai sumbangan informasi bagi masyarakat sebagai upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui sosialisasi tentang TB paru dalam
rangka mengantisipasi penularan penyakit.

2. Manfaat Teoritis
Mengembangkan konsep dan kajian yang lebih mendalam tentang sosialisasi
tentang upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah
Sambungmacan Kabupaten Sragen sehingga diharapkan dapat menjadi dasar
dan sarana pengetahuan tentang penyakit TB paru.

E. Tinjauan Pustaka
1. Tuberkulosis Paru
a. Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberculosis paru atau TB paru adalah penyakit infeksi kronis
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar
terdapat dalam paru-paru. Namun demikian, kuman ini juga dapat
menginfeksi organ lain dalam tubuh manusia (Robins; 1957, disitasi
oleh Misnadiarly; 2006). Menurut Hood Alsagaff dan Abdul Mukty
(2006), Mycobacterium tuberculosis masuk melalui airborne infection
ke dalam jaringan paru dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai fokus primer dari Ghon.

TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut dapat menyerang bagian
bagian tubuh kita seperti paru – paru, tulang sendi, usus, kelenjar
limfe, selaput otak, dan lain – lain. TBC bukan penyakit keturunan ,
bukan penyakit kutukan atau guna – guna. TBC dapat disembuhkan
dengan pengobatan yang tepat , bila tidak dapat menyebabkan
kematian.

b. Penularan

Dahak yang mengandung kuman Mycobacterium tuberculosis


dari penderita TB paru merupakan sumber utama dalam penularan
penyakit TB paru. (Dinkes Jawa Tengah, 2005: 14). Seseorang dapat
terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis hanya dengan menghirup
udara yang mengandung kuman tersebut. Bakteri Mikobakterium
tuberkulosa dapat menular lewat percikan dahak yang keluar saat
batuk, bersin atau berbicara karena penularannya melalui udara yang
terhirup saat bernapas (Rachmawati, 2007) Udara dapat mengandung
Mycobacterium tuberculosis karena penderita TB paru batuk, bersin,
berbicara atau meludah. Sepertiga masyarakat populasi di dunia sudah
terpapar Mycobacterium tuberculosis. Seseorang tidak terinfeksi
karena kekebalan tubuh yang baik. Namun bagi manusia yang
kekebalan tubuhnya kurang baik akan lebih cepat terinfeksi penyakit
TB paru. (Sub Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan WHO,
2008). TBC dapat menyerang siapa saja ( laki laki , perempuan , tua ,
muda , miskin maupun kaya). Terutama mereka yang tinggal didalam
rumah gelap , lembab , dan ventilasi udara yang tidak baik.

c. Gejala

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3


minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-
gejala tersebut di atas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan
lain-lain. Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke sarana pelayanan kesehatan
dengan gejala tersebut di atas, dianggap sebagai seorang tersangka
(suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung (Depkes RI, 2009:10).

Menurut Retno Asti Werdhani (2009), gejala penyakit TB paru


dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosis secara klinik. Gejala sistemik/umum TB paru
meliputi:

1) Batuk-batuk selama lebih dari 2-3 minggu (dapat disertai


dengan darah).
2) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
3) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Sedangkan gejala khusus TB paru adalah:


1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
2) Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru),
dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus
otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan
kejang-kejang.
d. Cara Pencegahan
Dengan menjalankan Pola Hidup Sehat, sebagai berikut :
1) Menutup mulut waktu bersin dan batuk
2) tidak meludah disembarang tempat
3) Ventilasi rumah yang baik agar udara dan sinar matahari masuk
ruangan
4) Tidur dan istirahat yang cukup
5) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang
6) tidak merokok dan minum minuman berakhohol
7) Olah Raga teratur
8) Pemelihara dan ciptakan gaya hidup sehat di lingkungan

e. Cara Penanganan
Pengobatan TB di berikan dalam 2 tahap yaitu :
1) Tahap awal (intensif) selama 2-3 bulan
Pada tahap intensif pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi
obat.Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat ,biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu.Sebagian besar pasien TB BTA Positif
menjadi BTA negative (konvensi).
2) Tahap Lanjutan selama 4-7 bulan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit
yang diminum 3X seminggu,namun dalam jangka waktu yang
lama.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Banyak kombinasi obat anti TB (OAT) yang biasa dipakai, demikian


juga masa pengobatannya Minimal 6 bulan.Kemasan OAT :
1) Obat tunggal,Obat disajikan secara terpisah, masing-
masing INH, Rifampisin, PirazinamiddanEtambutol.
2) Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination –
FDC), Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari3 atau4 obat dalam
satu tablet.
F. Sasaran
Sasaran yang terlibat pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat
melalui sosialisasi tentang TB paru dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Wilayah Sambungmacan Kabupaten Sragen adalah pemangku
kepentingan baik pemerintah setempat maupun institusi pendidikan, tokoh
masyarakat, anggota masyarakat, dan dosen.

G. Target Luaran
Strategi peningkatan pemahaman tentang penyakit TB paru dan
pencegahan resiko penularan penyakit TB paru melalui sosialisasi di wilayah
Sambungmacan Kabupaten Sragen dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Target luaran sosialisasi tentang TB paru dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah menanamkan diri anggota
masyarakat di wilayah Sambungmacan Kabupaten Sragen tentang pencegahan
yang harus diterapkan di dalam masyarakat untuk menciptakan generasi yang
peduli kesehatan dan mengurangi resiko terhadap penularan penyakit TB paru.

H. Metode Pelaksanaan Kegiatan


Sosialisasi tentang TB paru dalam upaya peningkatan kesejahteraan
mayarakat di wilayah Sambungbungmacan Kabupaten Sragen dilaksanakan
pada bulan September-November 2017,menggunakan pendekatan penyuluhan
anggota masyarakat atau peningkatan pemahaman masyarakat tentang TB paru
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun prosedur yang
dilakukan pada kegiatan tersebut meliputi:

1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini melakukan penyusunan proposal kegiatan pengabdian
masyarakat tentang sosialisasi tentang TB paru dalam upaya peningkatan
kesejahteraan mayarakat di wilayah Sambungbungmacan Kabupaten
Sragen, pre planning, leafleat, mengurus perijinan, penjajagan, dan
melakukan koordinasi terhadap masyarakat di wilayah
Sambungbungmacan Kabupaten Sragen.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini setelah mendapatkan ijin dari institusi pendidikan maupun
wilayah setempat, selanjutnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat
tentang TB paru dalam upaya peningkatan kesejahteraan mayarakat.

3. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan sosialisasi
tentang TB paru dalam upaya peningkatan kesejahteraan mayarakat di
wilayah Sambungbungmacan Kabupaten Sragen dengan menyebar angket
pre dan post test tentang tentang TB paru di wilayah Sambungbungmacan
Kabupaten Sragen

4. Tahap Penyusunan Laporan Kegiatan


Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah diskusi dan menyusun
konsep laporan, membuat laporan akhir pengabdian kepada masyarakat
melalui sosialisasi tentang TB paru dalam upaya peningkatan
kesejahteraan mayarakat di wilayah Sambungbungmacan Kabupaten
Sragen

I. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan

Juli Agust Sept Okt Nov

1 Usulan proposal
pengabmas

2. Seleksi proposal
pengabmas

3. Pelaksanaan pengabmas

4. Evaluasi pengabmas

5. Pengumpulan laporan
J. Biaya Kegiatan
No. Belanja barang Indeks Jumlah

1. Penjilidan dan penggandaan 1 pkt @100.000 100.000

2. Fotocopi leafleat 100 @2000 200.000

3. Konsumsi rapat penjajagan 5 @10.000 50.000

4. Konsumsi rapat koordinasi 5 @10.000 50.000

JUMLAH 400.000

K. Daftar Pustaka
Abdul Haris, Barmawi Hisyam, Dibyo Pramono, 2004, Efektifitas Pelaksanaan
Community Based Tuberculosis Control Program dalam Peningkatan
Cakupan Penemuan Penderita, Konversi Sputum dan Kesembuhan
Penderita di Kabupaten Banggai Propinsi Sulteng, Sains Kesehatan,
No 17 Januari 2004

Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberculosis, Edisi 2 Cetakan Kedua, Jakarta : Departemen Kesehatan
RI.

Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberculosis

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2005, Standar Pelayanan Minimal


Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah
Fachmi Idris, 2004, Manajemen Public Private Mix Penanggulangan
Tuberculosis Strategi DOTS Dokter Praktik Swasta, Jakarta: Pengurus
Besar Ikatan Dokter Indonesia

Misnadiarly.2006.Penyakit Infeksi Tuberkulosis Paru dan Ekstra Par. Bogor:


Grafika Mardi Yunana

Rachmawati,2007, Pengaruh Dukungan Sosial dan Pengetahuan Tentang


Penykit TB terhadap Motivasi untuk Sembuh Penderita Tuberkulosis
Paru yang Berobat Di Puskesmas Sidoarjo,Lamongan Jombang.
Skripsi FK Unair Surabaya : Surabaya

Retno Asti Werdhani,2009, Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi


Tuberculosis.Jogjakarta : Medika Jogjakarta

Reviono, Ari Natalia Probandari, Eti Poncorini Pamungkasari, 2008,


Kelambatan Diagnosis Pasien Tuberculosis Paru di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta

Sub Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan World Health Organization,


2008, Lembar Fakta Tuberculosis

Tjandra YA, 2006, Tuberculosis, Rokok dan Perempuan, Jakarta: Balai Penerbit
FKUI

Anda mungkin juga menyukai