Anda di halaman 1dari 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT

TUBERKULOSIS (TB) PARU : SYSTEMATIC REVIEW


FACTORS RELATED TO THE EVENT OF LUNG TUBERCULOSIS (TB) :
SYSTEMATIC REVIEW

Estin Nirmala Gea


Mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat INKES Sumatera Utara
Email : estinnirmala@gmail.com

ABSTRAK
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB ( My
dcobacterium tuberculosis ) dimana sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi
dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2018,
hampir 10 juta orang di seluruh dunia menderita TB dan 1,5 juta orang meninggal karena
penyakit ini, termasuk 251.000 orang yang juga menderita HIV. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia melaporkan kasus TB di Indonesia hinga saat ini 842.000 kasus dan
memiliki Case Fatality Rate/CFR atau meninggal karena penyakit adalah 16%. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menjawab hubungan antara kepadatan hunian dan riwayat kontak
dengan faktor-faktor hubungan kejadian penyakit tuberkulosis (TB) paru. Beberapa penelitian
menunjukkan hubungan antara kepadatan hunian dan riwayat kontak. Metodelogi yang
dilakukan Systematic Review jurnal. Sebagian besar penelitian mengatakan ada hubungan
antara riwayat kontak dan kepadatan penduduk sedangkan di beberarapa penelitian
mengatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis lantai, suhu, dan kebiasaan
merokok.

Kata kunci : tuberkulosis paru, kepadatan penduduk, riwayat kontak, Systematic review

ABSTRACT
Tuberculosis is a direct infectious disease caused by TB germs (Mycobacterium tuberculosis)
where most of the TB germs attack the lungs, but can also attack other body organs. WHO
estimates that in 2018, nearly 10 million people worldwide had TB and 1.5 million people
died from the disease, including 251,000 people who also had HIV. The Ministry of Health of
the Republic of Indonesia reports that there are currently 842,000 cases of TB in Indonesia
and has a Case Fatality Rate (CFR) of 16%. The purpose of this study was to answer the
relationship between occupancy density and history of contact with factors related to the
incidence of pulmonary tuberculosis (TB). Several studies have shown an association
between occupancy density and contact history. The methodology used is the Systematic
Review of the journal. Most studies say there is a relationship between contact history and
population density, while in some studies there is no significant relationship between floor
type, temperature, and smoking habits.

Keywords: pulmonary tuberculosis, population density, contact history, Systematic review


PENDAHULUAN
TB Paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan
keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. Penyakit TB Paru merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini ditularkan melalui udara,
yaitu percikan ludah, bersin, dan batuk. Penyakit TB paru biasanya menyerang paru, akan
tetapi dapat pula menyerang organ tubuh lain. TB paru masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia. Penyakit TB paru banyak menyerang kelompok usia produktif.
Gejala penyakit pada penderita TB paru dapat dibagi menjadi gejala lokal di paru dan
gejala pada seluruh tubuh secara umum. Gejala di paru tergantung pada banyaknya jaringan
paru yang sudah rusak karena gejala penyakit TB paru ini berkaitan bagaimana bentuk
kerusakan paru yang ada. Gejala paru seseorang yang dicurigai menderita TB paru dapat
berupa: batuk lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, sakit di dada selama lebih dari 3 minggu,
demam selama lebih dari 3 minggu. Semua gejala tersebut diatas mungkin disebabkan
penyakit lain, tetapi bila terdapat tanda-tanda yang manapun diatas, dahak perlu dilakukan
pemeriksaan.
Penyakit TB paru ditularkan dari orang yang menderita tuberculosis ke orang sehat.
Oleh karena itu, kepadatan penghuni yang berlebihan (overcrowded) sangat berhubungan
dengan penularan infeksi TB paru. Kuman TB menular melalui droplet nuclei yang
dibatukkan atau dibersinkan oleh seorang penderita kepada orang lain, dan dapat menularkan
pada 10-15 orang disekitarnya. Luas ventilasi rumah dan pencahayaan rumah. Rumah yang
memiliki luas ventilasi dan pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
memiliki risiko tinggi untuk terjadinya TB paru dibandingkan rumah yang memiliki luas
ventilasi dan pencahayaan yang memenuhi syarat kesehatan.
Pada tahun 2020, sekitar 10 juta orang diestimasikan terinfeksi TB di seluruh dunia,
dengan 5,6 juta kasus laki-laki dan 3,3 juta kasus perempuan. Pada tahun yang sama, jumlah
kasus baru TB paling banyak terjadi di Asia Tenggara dengan 43% kasus baru, lalu Afrika
sebanyak 25%, dan  Pasifik Barat sebanyak 18%. Sebanyak 86% kasus baru TB terjadi di 30
negara dengan beban TB yang tinggi. Delapan negara yang menyumbangkan dua pertiga dari
keseluruhan kasus TB baru adalah India, Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria,
Bangladesh, dan Afrika Selatan. Di negara industrial, kasus TB lebih umum terjadi pada
individu yang datang dari area endemik tuberkulosis, tenaga kesehatan, dan individu.
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada dalam daftar WHO untuk negara
yang memiliki beban insidensi TB tinggi. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia, insidensi
tuberkulosis di Indonesia mencapai 316 per 100.000 penduduk di tahun 2018. Namun, ada
penurunan jumlah kasus TB dari 568.987 di tahun 2019 menjadi 351.936 di tahun 2020.
Jumlah kasus tertinggi dilaporkan ada di provinsi dengan jumlah penduduk besar, yakni Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pada tahun 2020, jumlah kasus TB di tiga provinsi
tersebut mencapai 46% dari total seluruh kasus TB di Indonesia.
Menurut data nasional maupun data setiap provinsi, jumlah kasus laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan. Bahkan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara kasus pria hampir
mencapai dua kali lipat kasus wanita. Kasus TB terbanyak ditemukan pada kelompok usia
45–54 tahun (17,3%), lalu diikuti kelompok usia 25–34 tahun (16,8%) dan kelompok usia
15–24 tahun (16,7%).
Dalam perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi
antar tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat
ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut. Agen penyebab penyakit TB paru
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, penyakit ini menular langsung melalui
droplet orang yang telah terinfeksi . Salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran
kuman tuberkulosis adalah faktor lingkungan yaitu keadaan rumah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan meliputi ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, jenis dinding, kelembaban,
suhu dan kepadatan hunian.
Kepadatan hunian berpotensi meningkatkan risiko penularan penyakit menular
terhadap orang yang tinggal di dalamnya, semakin padat maka perpindahan penyakit
khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat. Kepadatan
hunian yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko untuk terjadinya TB paru 16,15 kali lebih
besar dibandingkan dengan kepadatan hunian yang memenuhi syarat.
Lantai rumah yang sehat adalah lantai yang kedap air sebagai syarat rumah yang
sehat. Bahan yang digunakan meliputi kayu, semen, keramik, atau ubin. Lantai yang berdebu,
kotor atau lembab akan membuat rumah menjadi sarang penyakit, maka dalam pemilihan
bahan material lantai sangat penting. Lantai rumah menjadi faktor yang mempengaruhi
kejadian TB paru, rumah yang memiliki lantai dari semen dan tidak rata menyebabkan lantai
tidak mudah dibersihkan karena walaupun sudah dibersihkan terkadang ada air menggenang
sehingga lantai menjadi lembab. Hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa bahwa jenis
lantai memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian penyakit TB paru.
Bakteri penyebab tuberkulosis bisa hidup tahan lama di ruangan berkondisi gelap,
lembab, dingin, dan tidak memiliki ventilasi yang baik. Oleh karena itu pembangunan rumah
tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan harus selalu diperhatikan sehingga risiko
terjadinya penyakit yang disebabkan oleh kualitas udara yang buruk dapat dikurangi.
Tuberkulosis (TB) paru masih menjadi penyebab kematian di dunia. Sebelumnya
sudah dilakukan penelitian baik di indonesia atau di negara luar, dengan karakteristik yang
berbeda. Penelitian menggunakan systematic review adalah metode penelitian untuk
melakukan identifikasi, evaluasi dan interpretasi terhadap semua hasil penelitian yang relevan
terkait pertanyaan penelitian tertentu, topik tertentu, atau fenomena yang menjadi perhatian.
Dengan systematic review ini diharapkan dapat mengulas hubungan antara kepadatan
penduduk dan riwayat kontak melalui 10 jurnal penelitian Tuberkulosis (TB) Paru.

Anda mungkin juga menyukai