Anda di halaman 1dari 6

Nama : Kristina Manulang

NIM : 2003025
Mata Kuliah : Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Menisfestasi Klinis Dan Pengobatan Merokok


PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh emfisema dan bronkitis kronis. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
adalah sekolompok penyakit paru menahun yang berlangsung lama dan disertai dengan
peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Selompok penyakit paru tersebut adalah
bronkitis kronis, emfisema paru-paru dan asma bronchial.
Merokok merupakan resiko utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada didalam rokok menstimulasi produksi mukus berlebih,
batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi, serta kerusakan bronkiolus dan dinding
alveolus. Faktor resiko lain termasuk polusi udara, perokok pasif, riwayat infeksi saluran
nafas saat anak-anak, dan keturunan. Paparan terhadap beberapa polusi industri tempat kerja
juga dapat meningkatkan resiko terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
 Manifestasi Klinis
Manifetasi klinis pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah :
 Gejala dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah seperti susah
bernapas, kelemahan badan, batuk kronik, nafas berbunyi, mengi atau
wheezing dan terbentuknya sputum dalam saluran nafas dalam waktu yang
lama. Salah satu gejala yang paling umum dari Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) adalah sesak nafas atau dyosnea.
 Pada tahap lanjutan dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dypsnea
dapat memburuk bahkan dapat dirasakan ketika penderita sedang istirahat atau
tidur.
 Manifestasi klinis utama yang pasti dapat diamati dari penyakit ini adalah
sesak nafas yang berlangsung terus menerus. Menurut Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) Internasional (2012), pasien dengan Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) mengalami perubahan bentuk dada.
Perubahan bentuk yang terjadi yaitu diameter bentuk dada antero-posterior
dan transversal sebanding atau sering disebut barrel chest. Kesulitan bernafas
juga terjadi pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yaitu
bernafas dengan menggunakan otot bantu pernafasan dalam jangka waktu
yang lama, maka akan terjadi hipertropi otot dan pelebaran di sela-sela iga
atau daerah intercostalis. Bila telah mengalami gagal jantung kanan, tekanan
vena jugularis meninggi dan akan terjadi edema pada ekstremitas bagian
bawah. Hal ini menandakan bahwa terlah terjadi penumpukan cairan pada
tubuh akibat dari gagalnya jantung memompa darah dan sirkulasi cairan ke
seluruh tubuh. Palpasi tektil fremitus tada emfisema akan teraba lemah,
perkusi terdengar suara hipersonor, batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, dan hepar terdorong ke bawah. Bunyi nafas vesikuler normal atau
melemah, ronkhi pada waktu nafas biasa atau ekspirasi paksa. Ekspirasi akan
terdengar lebih panjang dari pada inspirasi dan bunyi jangtung juga terdengar
menjauh.
 Pengobatan
1. Pengobatan PPOK dengan perubahan gaya hidup
Dalam kasus PPOK ringan, kebanyakan dokter akan menganjurkan perubahan
gaya hidup saja. Bahkan, perubahan gaya hidup ini tetap harus dilakukan pada
kondisi yang sedang atau parah. Perubahan gaya hidup yang paling pertama
adalah menghentikan penyebab PPOK yang paling umum, yaitu merokok.
Cobalah untuk menghindari asap rokok dan iritan lainnya di udara, seperti
debu, asap pembakaran, dan bahan kimia beracun lainnya. Pastikan udara yang
Anda hirup bersih dan bebas dari pemicu PPOK.
Perubahan gaya hidup lain adalah soal olahraga. PPOK membuat Anda tidak
bisa berolahraga dengan maksimal. Dokter mungkin akan menganjurkan
menghindari beberapa olahraga tertentu. Namun, bukan berarti Anda tidak boleh
olahraga sama sekali.
Olahraga bisa memperkuat diafragma (otot di antara paru-paru dan perut yang
membantu Anda bernapas). Konsultasikanlah olahraga yang tepat untuk PPOK
dengan dokter.
Perubahan gaya hidup yang ketiga adalah soal diet alias pola makan. PPOK
terkadang membuat kegiatan makan menjadi sulit hingga menyebabkan kelelahan.
Anda mungkin juga akan kesusahan menelan makanan keras.
Beristirahat sebelum makan mungkin juga bisa membantu. Cobalah
konsultasikan dengan ahli gizi, terutama jika Anda sangat kesulitan saat makan.
2. Pengobatan PPOK dengan terapi
PPOK merusak kemampuan Anda untuk bernapas, terdapat beberapa terapi
paru-paru yang bisa menjadi pengobatan PPOK:

a. Terapi oksigen
Terapi ini dapat membuat napas Anda menjadi lebih mudah dan
memasok cukup oksigen bagi paru-paru. Terapi oksigen dapat membantu
Anda:
 mengurangi gejala PPOK
 memasok oksigen bagi darah dan organ lainnya
 memudahkan untuk tidur
 mencegah gejala dan memperpanjang masa hidup

b. Program rehabilitasi paru


Pengobatan PPOK lainnya adalah rehabilitasi paru (rehabilitasi
pernapasan). Ini adalah program khusus bagi para penderita penyakit paru.
Di sini, Anda dapat mempelajari cara mengendalikan pernapasan melalui
olahraga, nutrisi, dan pikiran positif. Anda akan bekerja sama dengan
berbagai spesialis yang dapat menyesuaikan program rehabilitasi untuk
memenuhi kebutuhan Anda.
Rehabilitasi paru menurunkan kemungkinan Anda untuk kembali
masuk rumah sakit, meningkatkan kemampuan Anda untuk beraktivitas
sehari-hari, dan meningkatkan kualitas hidup Anda.

c. Terapi ventilasi non-invansif di rumah


Mesin terapi ventilasi non-invansif merupakan alat bantu pernapasan
tanpa memotong jalan napas atas dengan pia trakea trakea. Terapi ini
menggunakan masker untuk meningkatkan pernapasan. Oleh karena itu,
penggunaanya bisa dilakukan di rumah.
3. Pengobatan dengan mengelola eksaserbasi (perburukan gejala)
Anda mungkin mengalami gejala memburuk selama berhari-hari atau
berminggu-minggu, sekalipun sudah melakukan perawatan berkelanjutan. Kondisi
ini disebut dengan eksaserbasi akut, yang bisa menyebabkan gagal paru jika Anda
tidak segera mendapatkan perawatan.
Ketika eksaserbasi terjadi, Anda mungkin memerlukan obat tambahan, seperti
antibiotik, steroid—atau keduanya, oksigen tambahan, atau perawatan di rumah
sakit. Setelah gejalanya membaik, dokter dapat menyarankan langkah-langkah
untuk mencegah eksaserbasi, seperti berhenti merokok, mengambil steroid
inhalasi, bronkodilator jangka panjang, atau obat lain.
4. Pengobatan PPOK dengan obat-obatan
Terdapat beberapa jenis obat untuk mengobati gejala PPOK, yaitu:

a. Bronkodilator
Bronkodilator adalah obat untuk membuka saluran bronkus (saluran
yang menuju ke paru-paru dari jalan napas). Inhaler atau nebulizer dapat
digunakan dengan obat ini. Perangkat ini akan menghantarkan obat secara
langsung ke paru-paru dan jalan napas.
Dua kelas bronkodilator, yaitu:
 β-agonis (beta-agonis) bisa berbentuk kerja cepat (misalnya
albuterol) atau kerja lambat (seperti salmeterol). β-agonis kerja
cepat sering disebut sebagai “inhaler penyelamat” karena dapat
digunakan untuk memperbaiki pernapasan dengan cepat saat
terjadi flare-up (eksaserbasi) PPOK. β-agonis kerja
lambat digunakan dua kali sehari, untuk terapi pemeliharaan.
 Obat-obatan antikolinergik, seperti Atrovent, bekerja dengan
memblokir bahan kimia acetylcholine, yang menyebabkan
penyempitan saluran napas. Anda dapat menggunakan obat ini
setiap 6 jam.

b. Kortikosteroid
Kortikosteroid, seperti prednisone, adalah obat yang terkenal untuk
mengurangi peradangan di paru-paru yang disebabkan oleh infeksi atau
iritan seperti asap rokok, suhu udara yang ekstrem, atau asap yang
berbahaya. Kortikosteroid dapat digunakan dalam inhaler, nebulizer,
tablet, atau injeksi.

c. Antibiotik dan vaksin


Antibiotik digunakan untuk mencegah infeksi saat Anda punya PPOK.
Terkena infeksi saat menderita PPOK bisa membuat bernapas, yang
awalnya sudah merupakan pekerjaan berat, menjadi lebih sulit.
Antibiotik hanya bekerja pada bakteri dan tidak pada virus. Untuk
mencegah infeksi virus yang dapat memperburuk PPOK, Anda harus
menjalankan vaksinasi untuk penyakit, seperti flu atau pneumonia.

d. Obat yang membantu berhenti merokok


Berhenti merokok menjadi salah satu cara utama dalam terapi PPOK.
Apabila Anda merasa sangat kesulitan, Anda bisa menggunakan obat
untuk berhenti merokok.
Obat-obatan ini bertujuan untuk menggantikan nikotin dalam batang
rokok dengan bahan kimia lain yang tidak begitu berbahaya bagi tubuh.
Pengobatan pengganti nikotin untuk mengatasi PPOK bisa tersedia dalam
bentuk permen karet, patch, dan bahkan inhaler.

e. Anxiolitik (obat anti-kecemasan)


PPOK adalah penyakit kronis. Seiring perkembangannya, Anda bisa
mengalami kecemasan atau depresi akibat gejalanya. Obat-obatan untuk
mengatasi kecemasan seperti diazepam (Valium) dan alprazolam (Xanax)
telah terbukti menenangkan pasien pada stadium akhir dan terminal PPOK,
sehingga menghasilkan peningkatan kualitas hidup.

f. Opioid
Opioid disebut juga obat-obatan narkotik atau antinyeri. Obat-obatan
ini memiliki kegunaan lain yaitu mengurangi kebutuhan oksigen (atau
“lapar udara”) dengan memblokir sinyal dari tubuh ke otak.
Opioid sering diberikan hanya untuk penyakit paru obstruktif kronis
tingkat lanjut, karena bisa jadi adiktif. Opioid paling sering diberikan
dalam bentuk cairan dan diserap melalui selaput di mulut.
5. Pengobatan dengan operasi
Beberapa kasus PPOK bisa memanfaatkan prosedur operasi. Tujuan
pengobatan PPOK dengan operasi adalah untuk membantu paru-paru bekerja
dengan lebih baik. Secara umum ada tiga jenis operasi:

a. Bullectomy
Jika mengalami kerusakan, paru-paru bisa meninggalkan kantung
udara di area dada. Kantung udara ini disebut bulla. Prosedur untuk
mengangkat kantung udara ini disebut bullectomy. Operasi ini dapat
membuat paru-paru berfungsi dengan lebih baik.

b. Operasi pengurangan volume paru


Sesuai namanya, prosedur ini mengurangi ukuran paru-paru dengan
mengangkat bagian yang rusak. Operasi ini mengandung banyak risiko dan
tidak selalu ampuh. Meskipun begitu, pada beberapa pasien, operasi ini
dapat meningkatkan pernapasan dan kualitas hidup.
Dalam operasi ini, dokter bedah mengambil potongan kecil jaringan
paru-paru yang rusak dari paru-paru bagian atas. Ini menciptakan ruang
ekstra di rongga dada Anda, sehingga jaringan paru-paru yang lebih sehat
dapat berkembang dan diafragma dapat bekerja lebih baik.
Pengurangan volume paru telah disetujui oleh FDA di Amerika
Serikat, lembaga yang setara dengan badan POM di Indonesia untuk
mengobati PPOK.

c. Transplantasi paru
Dalam kasus PPOK yang parah, Anda mungkin membutuhkan
transplantasi paru untuk tetap dapat bernapas dan hidup. Operasi ini
mengandung banyak risiko. Anda bisa terkena infeksi atau tubuh Anda
bisa saja menolak paru yang baru. Kedua risiko tersebut bisa jadi fatal.
Ketika berhasil, operasi ini dapat meningkatkan fungsi paru dan kualitas
hidup.
Walaupun tak ada jaminan setiap pengobatan PPOK pasti berhasil,
kebanyakan menunjukkan hasil yang positif. Diskusikan dengan dokter
terlebih dahulu mengenai apa yang terbaik bagi Anda, dan lanjutkan
dengan follow-up untuk membuat perubahan seiring waktu.

Anda mungkin juga menyukai