Anda di halaman 1dari 3

1.

G20 atau Group of Twenty adalah forum kerja sama multilateral yang beranggotakan
negara-negara dengan perekonomian besar di dunia terdiri dari 19 negara dan Uni
Eropa (EU). Forum ini akan melangsungkan pertemuan di Bali, Indonesia pada 15-16
November 2022
2. Tujuan utama dibentuknya G20 adalah untuk menemukan solusi bersama atas kondisi
ekonomi global. Forum G20 merepresentasikan 80% ekonomi dunia, 75% perdagangan
internasional, dan 2/3 populasi dunia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya forum ini
dalam menentukan arah kebijakan ekonomi dunia.
3. Manfaat Selanjutnya, G20 memberikan banyak manfaat terkait isu perkotaan, membuka
kerja sama yang lebih intens tentang isu perkotaan, isu transportasi, isu lingkungan
hidup, isu climate change, isu SDGs. Keempat, membuka ruang bagi Indonesia untuk
memainkan peran yang sangat strategis di bidang perdamaian dunia.
4. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina,
Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko,
Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
5. Dalam Presidensi G20, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan,
menargetkan tiga komitmen untuk mencapai arsitektur sistem kesehatan global
yang lebih resilien. Hal ini dijelaskan dalam acara High-Level Seminar  pada
tanggal 17 Februari 2022, yang merupakan rangkaian dari Finance Ministers and
Central Bank Governors Meetings. 

6. eperti yang sudah kita ketahui bahwa sejak Desember 2021, Indonesia telah
resmi memegang Presidency G20 pada 2022. Pemerintah Indonesia memiliki tiga
isu prioritas yakni kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi
energi. 
7. Agenda utama dari sektor kesehatan pada Presidensi G20 Indonesia
yaitu Restructuring the Global Health Architecture. Pada Presidensi G20 tahun
2022 mendatang, Indonesia akan mendorong penguatan ketahanan kesehatan
dunia dan membantu sistem kesehatan global lebih inklusif, berkeadilan, dan
responsif terhadap krisis.  
8. Restructur bertujuan untuk penguatan ketahanan kesehatan dunia dan
membantu sistem kesehatan global lebih inklusif, berkeadilan, dan responsif
terhadap krisis. Indonesia harus dapat memaksimalkan keketuaan G20 ini tidak
hanya untuk kepentingan negara-negara anggota G20, tapi juga untuk negara-
negara lain di dunia, terutama negara-negara berkembang dan miskin. 
9.  
10. Pertama, komitmen untuk membangun ketahanan sistem kesehatan global.
Hal ini membutuhkan mobilisasi sumber daya, baik dalam bentuk sumber daya
manusia dan juga dalam bentuk pendanaan. Sumber daya yang kuat dapat
meningkatkan pencegahan, kesiapsiagaan dan respon (Prevention, Preparedness
and Response) yang sejauh ini sangat menentukan tingkat keparahan wabah
yang terjadi. Selain keuangan, akses yang terjangkau dan merata menjadi hal
penting untuk memastikan bahwa kebutuhan kesehatan baik preventif, diagnostik,
maupun obat dan alat kesehatan lainnya terpenuhi. Namun, faktanya menunjukan
bahwa masih sering terjadi keterbatasan produksi juga distribusi akan kebutuhan
tersebut. Evaluasi kapasitas manufaktur dan rantai pasok untuk
memenuhi demand menjadi pelajaran untuk kedepannya.
11. Kedua, komitmen untuk melakukan harmonisasi standar protokol kesehatan
global. Harmonisasi standar menjadi hal penting untuk mendorong mobilitas
masyarakat dan dapat menggerakan ekonomi saat dunia pulih dari pandemi. Saat
ini, berbagai prosedur seperti ketentuan karantina dan testing antar negara masih
bervariasi. Protokol yang telah disepakati secara global dapat menjadi panduan
untuk meningkatkan efektifitas sistem. Keseragaman ini juga dapat menggandeng
semua negara agar tidak ada yang tertinggal. 
12. Ketiga, komitmen untuk redistribusi pusat manufaktur alat kesehatan dan
pusat penelitian untuk mengurangi kerentanan sistem kesehatan
global. Kapasitas industri manufaktur saat ini masih belum merata, dengan
produksi vaksin, alat diagnostik, obat-obatan dan alat kesehatan lain didominasi
negara-negara maju. Hal ini sering menyebabkan kesulitan bagi negara
berkembang untuk mengakses peralatan medis yang penting untuk perawatan
kesehatan. Untuk menanggapi gap yang masih ada, diperlukan jembatan
perantara untuk membantu kemudahan akses kebutuhan untuk mencegah
kelangkaan dan peningkatan harga di luar batas yang ditetapkan. 

13.Dari pandemi COVID-19, terlihat sangat jelas bahwa akses terhadap vaksin
menjadi game changer, tetapi membutuhkan koordinasi dan komitmen
antar negara juga bantuan dari organisasi internasional untuk mencapai
distribusi vaksin yang merata. Jika akses vaksin hanya diperoleh negara
maju, maka negara lain yang belum memiliki kapasitas riset dan produksi
vaksin akan mengalami pandemi lebih lama dan dampaknya juga kembali
dirasakan secara global. Oleh karena itu, kerja sama distribusi sangat vital
perannya untuk segera menemui babak akhir pandemi. Salah satu contoh
kerja sama yang penting adalah Fasilitas COVAX  (COVAX Facility), yang
dikoordinasi oleh GAVI, Aliansi Vaksin (GAVI, the Vaccine Alliance).
Khususnya, Gavi COVAX Advance Market Commitment (AMC) merupakan
instrumen pembiayaan inovatif yang mendukung partisipasi 92 ekonomi
berpenghasilan rendah dan menengah untuk bergabung dalam Fasilitas
COVAX. Gavi COVAX AMC sangat penting karena mendukung akses
vaksin COVID-19 yang aman dan efektif di semua negara, terlepas dari
tingkat pendapatan.
14.Tidak berhenti pada redistribusi hasil manufaktur dan produksi vaksin,
namun sumber daya teknologi, pengetahuan, dan kesiapan riset juga
membutuhkan platform kerja sama untuk mempermudah
aksesnya. Platform untuk berbagi hasil riset yang lebih inklusif dapat
menjadi katalis untuk proses riset lainnya. 
15.Selain perlunya peningkatan ketahanan sistem kesehatan global, pandemi
juga menjadi momentum untuk meningkatkan usaha pemerintah dalam
pencapaian universal health coverage. Karena, masyarakat dan ekonomi
yang stabil, adil, makmur dan damai hanya mungkin terjadi jika tidak ada
yang tertinggal.
16.Perbaikan sistem kesehatan global menjadi lebih resilien tidak bisa
dilakukan masing-masing negara, namun butuh perbaikan koordinasi
secara menerus, sikap inklusif dan komitmen antar negara untuk
mengupayakan pendanaan berkelanjutan yang adekuat. Pendanaan yang
dimaksud melalui skema investasi multilateral demi pencegahan, persiapan
dan respon agar krisis kesehatan lain dapat diantisipasi dengan lebih baik. 
17.

Anda mungkin juga menyukai