Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KULIAH

STRATEGI GLOBAL INDONESIA DALAM BIDANG KESEHATAN,

OLEH
SURYA KUSUMA PURBA
NIM 200101021

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DIREKTORAT PASCASARJANA
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2021
PERAN INDONESIA DALAM KESEHATAN GLOBAL

A. PENDAHULUAN

Saat ini isu kesehatan global menjadi Fokus internasional, kesehatan global

mencakup masalah kesehatan yang sifatnya Lintas batas negara sehingga dibutuhkan

kesepakatan antar negara dalam forum multilateral untuk memperhatikan masalah isu

kesehatan global tersebut. Negara di tuntut memiliki kemampuan dalam menangani isu

kesehatan global dan mampu menegosiasikan rezim kesehatan global dan perjanjian-

perjanjian internasional yang berhubungan dengan penanganan isu kesehatan.

Kemajuan teknologi kesehatan ternyata tidak membuat pandemi menjadi sebuah

catatan sejarah saja. Berbagai penyakit-penyakit baru mulai bermunculan seiring dengan

berkembangnya teknologi yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi manusia.

Tantangan utama menyangkut isu kesehatan global saat ini adalah adanya peningkatan

ancaman kesehatan berupa semakin tinggi dan berbahayanya tingkat patogenitas dari

virus, bakteria dan fungus.

Masalah kesehatan global telah dilihat sebagai salah satu masalah yang serius.

Pada awalnya, kesehatan hanya dianggap sebagai domain kebijakan nasional di mana

negara memiliki tanggung jawab penuh untuk menjamin kesehatan rakyatnya. Namun

demikian, pada era terkini dunia yang ditandai dengan semakin meningkatnya

interkoneksi antarsektor dan antaraktor, permasalahan kesehatan semakin menjadi fokus

kerja sama internasional. Hal tersebut ditambah dengan munculnya perubahan

lingkungan global yang cepat dalam berbagai bidang (misalnya lingkungan hidup,

demografi, teknologi, ekonomi, dan lain-lain) yang menjadikan isu ini semakin kompleks

dan sulit dikelola.


Untuk menangani kompleksitas isu penanganan penyakit dan kesehatan global

tersebut, dibutuhkan suatu upaya yang bersifat komprehensif dan global yang disebut

sebagai Global Health Governance. Suatu negara dituntut untuk memiliki diplomasi di

bidang kesehatan global yang baik dan mensinergikannya sebagai isu yang cukup penting

di dalam kebijakan luar negeri untuk dapat membentuk Global Health Governance,

walaupun saat ini belum terjadi keseimbangan yang cukup adil antara negara maju dan

negara yang sedang membangun, hal mana disebabkan karena berbagai faktor seperti

tingkat perekonomian, tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dan jumlah penduduk dan

lalulintas urbanisasi, dan migrasi penduduk yang cukup tinggi, serta merupakan wilayah

pasar ekonomi dunia harus memiliki peranan penting untuk ambil bagian dalam

pengambilan kebijakan Kesehatan global.

B. PEMBAHASAN

Indonesia senantiasa mengambil peran aktif dalam kerja sama kesehatan

internasional. Dalam WHO, Indonesia berperan aktif dalam perumusan resolusi

“Pandemic Influenza Preparedness (PIP) Network: sharing influenza viruses and access

to vaccines and other benefits” yang mendorong pada pembentukan Global Influenza

Surveillance and Response System (GISRS) pada tahun 2011. Pada tahun 2014,

Indonesia telah menyatakan kesiapannya untuk mengimplementasikan International

Health Regulations (IHR) 2005.

Indonesia melalui Melalui Sidang WHA (World Health Assembly) memberikan

kontribusi yang cukup besar dalam merumusakan resolusi permasalahan kesehatan global
antara lain, Pada Sidang WHA 60 mengupayakan pengesahan resolusi Pandemic

Influenza Preparedness: Sharing of Influenza Viruses and Access to Vaccine and other

Benefits. Resolusi tersebut telah memberikan pengakuan terhadap prinsip-prinsip hak

kedaulatan negara terhadap sumber daya hayati, prinsip permintaan ijin kepada negara

asal virus, dan penghormatan terhadap hukum nasional. Dengan disahkan nya resolusi

tersebut juga mendapat dukungan dari negara anggota WHO dan negara-negara anggota

WHO juga sepakat untuk membangun kerangka kerja dan mekanisme benefit sharing

yang adil, termasuk akses terhadap vaksin, harga vaksin yang terjangkau, pembangunan

kapasitas negara-negara berkembang khususnya penelitian, teknologi dan produksi

vaksin, serta penyediaan dan distribusi vaksin yang mengutamakan negara-negara

berkembang prinsip hak kedaulatan negara terhadap sumber daya hayati, prinsip

permintaan izin kepada negara asal virus, dan penghormatan terhadap hukum nasional.

Pada Sidang WHA 63 indonesia telah berhasil memperlancar disahkannya tiga

rancangan resolusi yang disponsori Indonesia menjadi resolusi Sidang ke-63 WHA,yakni

pandemic influenza preparedness (PIP), bidang virus hepatitis dan bidang manajemen

limbah,", maka negara-negara anggota WHO dan Dirjen WHO dimandatkan untuk

bekerjasama dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pengelolaan limbah

yang ramah lingkungan dan aman bagi manusia, sedangkan melalui resolusi tentang

viral hepatitis WHO dan negara-negara anggota diminta untuk mencegah dan

mengendalikan penyebaran penyakit itu melalui upayaupaya yang komprehensif dan

pemanfaatan teknologi yang secara setara menjangkau negara-negara miskin dan

berkembang.
Demikian juga dengan Sidang-sidang WHA lanjutan lainya sampai kepada sidang

luar biasa WHA 73 tahun 2020, Indonesia saelalu berperan aktif memberikan masukan

dan resolusi terhadap permasalahan Kesehatan global. seruan keperluan untuk solidaritas

dan kesatuan penanganan COVID-19. Hal ini menjadi kunci keberhasilan kerja sama

multilateral dalam mendukung otoritas kesehatan nasional, pihak swasta dan aktor global

lainnya melawan COVID-19. Indonesia menjadi co-sponsor ranres tersebut. Ini

merupakan keputusan strategis dan bagian dari upaya nyata diplomasi Indonesia untuk

membangun solidaritas dan kesatuan penanganan COVID-19. Rekomendasi Indonesia

memberikan dasar lebih kuat bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya untuk

realisasi akses berkeadilan dan terjangkau terhadap produk medis: vaksin, obat dan alat

perawatan COVID-19. Hal ini baik melalui penelitian bersama ataupun peningkatan

produksi (scaling-up) untuk vaksin yang juga nantinya dapat diproduksi di Indonesia.

Hal lain yang diatur dalam resolusi ini adalah dukungan konsensus negara-negara

anggota, termasuk Indonesia, untuk WHO melakukan evaluasi mandiri atas penanganan

COVID-19. Dirjen WHO menyambut baik evaluasi ini dan menegaskan telah menjadi

bagian kultur kerja organisasi pasca penanganan wabah dan pandemi. Proses evaluasi ini

juga ditujukan untuk perbaikan upaya global untuk mencegah, bersiap siaga, dan

perbaikan kapasitas penanganan pandemi atau krisis kesehatan global di masa mendatang

Kompas online (15/Des/2020) memuat Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB)

mengesahkan resolusi mengenai kesehatan global dan kebijakan luar negeri yang

diinisiasi Indonesia dan didukung 181 negara anggota PBB Indonesia menyampaikan

bahwa resolusi ini meminta negara-negara anggota PBB untuk memperkuat sistem

layanan kesehatan nasional yang terjangkau. Kemudian, membuat kebijakan inovatif


terkait pembiayaan layanan kesehatan, dan tidak diskriminatif dalam mengatasi pandemi.

"Resolusi juga mendorong pemerintah untuk bermitra dengan dunia usaha, LSM, dan

kalangan akademik, termasuk apresiasi kepada tenaga kesehatan di masa pandemi

Indonesia perlu menjadi kekuatan transformatif. Indonesia sebagai sebuah negara

yang ikut menjadi aktor pengusung nilai-nilai kemanusiaan dengan membangun

mekanisme access and benefit sharing dan berperan aktif sebagai negara yang ikut andil

dalam memprakarsai Foreign Policy and Global Health (FPGH) yang bertujuan untuk

menciptakan kondisi yang lebih baik bagi penanganan kesehatan global. Kemitraan dapat

didefinisikan kemitraan sebagai sebuah hubungan antara individu atau kelompok yang

ditandai dengan kerja sama dan tanggung jawab untuk pencapaian tujuan tertentu.

Kemitraan melibatkan sebuah organisasi yang berbasis pada tujuan yang sama, dimana

peserta dalam organisasi tersebut saling berbagi baik manfaat dan resiko, serta sumber

daya alam dan kemampuannya. Perjanjian dalam kemitraan dapat berbentuk formal

maupun nonformal. Organisasi pada umumnya bergabung bersama dalam mengejar

kepentingan pribadi yang bisa sama atau berbeda dari para pemangku kepentingan.

Pada tataran bilateral, Indonesia telah menyetujui kerja sama dalam bidang

kesehatan dengan 14 negara, yaitu Timor Leste, Brunei Darussalam, Australia, Qatar,

Swedia, Kuba, Denmark, Arab Saudi, Uzbekistan, Tiongkok, India, Vietnam, Turki, dan

Korea Selatan. Area-area kerja sama yang menjadi prioritas termasuk:

• Pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular;

• Penguatan sistem kesehatan;

• Peningkatan kapasitas SDM kesehatan;

• Pengembangan teknologi kesehatan, termasuk pengembangan e-Health;


• Pengiriman tenaga kesehatan;

• Kefarmasian dan alat kesehatan;

• Kesehatan di perbatasan;

• Jaminan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage/UHC)

Demikian halnya juga dengan SDGs (Sustainable Development Goals) Melalui

Voluntary National Review (VNR), Indonesia bersama 43 negara PBB lainnya akan melaporkan

perkembangan SDGs pada High Level Political Forum 2017. Dalam pengembangan VNR,

Indonesia menganut pedoman yang ditetapkan global dan secara konsisten menerapkan prinsip

inklusif dengan melakukan konsultasi publik baik secara offline maupun online untuk

memastikan rasa memiliki dan partisipasi aktif masyarakat yang lebih luas.

Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni tujuan nomor

3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di

segala usia. Terdapat 38 target SDGs di sektor kesehatan yang perlu diwujudkan. Selain

permasalahan yang belum tuntas ditangani diantaranya yaitu upaya penurunan angka kematian

ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), pengendalian penyakit HIV/AIDS, TB, Malaria serta

peningkatan akses kesehatan reproduksi (termasuk KB), terdapat hal-hal baru yang menjadi

perhatian, yaitu:

 Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM);

 Penyalahgunaan narkotika dan alkohol;

 Kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas;

 Universal Health Coverage;


 Kontaminasi dan polusi air, udara dan tanah; serta penanganan krisis dan

kegawatdaruratan.

Fokus dari seluruh target tersebut antara lain gizi masyarakat, sistem kesehatan nasional,

akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta sanitasi dan air bersih.

Pembangunan sektor kesehatan untuk SDGs sangat tergantung kepada peran aktif seluruh

pemangku kepentingan baik pemerintah pusat dan daerah, parlemen, dunia usaha, media massa,

lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi profesi dan akademisi, mitra pembangunan serta

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

SIMPULAN

Indonesia berperan aktif dalam mengatasi isu kesehatan global terutama melalui forum

FPGH maupun forum2 lainya dan Indonesia berhasil membuat negara-negara anggota WHO

menyepakati resolusi tersebut dan mengadopsinya, Indonesia melalui Kementrian luar negri,

kementrian kesehatan dan kementrian lainya senantiasa memberikan kontribusi dan resolusi

positif untuk setiap issue Kesehatan global, baik secara multilateral, bilateral maupun kebijakan-

keijakan nasional.

Anda mungkin juga menyukai