OLEH
SURYA KUSUMA PURBA
NIM 200101021
A. PENDAHULUAN
Saat ini isu kesehatan global menjadi Fokus internasional, kesehatan global
mencakup masalah kesehatan yang sifatnya Lintas batas negara sehingga dibutuhkan
kesepakatan antar negara dalam forum multilateral untuk memperhatikan masalah isu
kesehatan global tersebut. Negara di tuntut memiliki kemampuan dalam menangani isu
kesehatan global dan mampu menegosiasikan rezim kesehatan global dan perjanjian-
catatan sejarah saja. Berbagai penyakit-penyakit baru mulai bermunculan seiring dengan
Tantangan utama menyangkut isu kesehatan global saat ini adalah adanya peningkatan
ancaman kesehatan berupa semakin tinggi dan berbahayanya tingkat patogenitas dari
Masalah kesehatan global telah dilihat sebagai salah satu masalah yang serius.
Pada awalnya, kesehatan hanya dianggap sebagai domain kebijakan nasional di mana
negara memiliki tanggung jawab penuh untuk menjamin kesehatan rakyatnya. Namun
demikian, pada era terkini dunia yang ditandai dengan semakin meningkatnya
lingkungan global yang cepat dalam berbagai bidang (misalnya lingkungan hidup,
demografi, teknologi, ekonomi, dan lain-lain) yang menjadikan isu ini semakin kompleks
tersebut, dibutuhkan suatu upaya yang bersifat komprehensif dan global yang disebut
sebagai Global Health Governance. Suatu negara dituntut untuk memiliki diplomasi di
bidang kesehatan global yang baik dan mensinergikannya sebagai isu yang cukup penting
di dalam kebijakan luar negeri untuk dapat membentuk Global Health Governance,
walaupun saat ini belum terjadi keseimbangan yang cukup adil antara negara maju dan
negara yang sedang membangun, hal mana disebabkan karena berbagai faktor seperti
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dan jumlah penduduk dan
lalulintas urbanisasi, dan migrasi penduduk yang cukup tinggi, serta merupakan wilayah
pasar ekonomi dunia harus memiliki peranan penting untuk ambil bagian dalam
B. PEMBAHASAN
“Pandemic Influenza Preparedness (PIP) Network: sharing influenza viruses and access
to vaccines and other benefits” yang mendorong pada pembentukan Global Influenza
Surveillance and Response System (GISRS) pada tahun 2011. Pada tahun 2014,
kontribusi yang cukup besar dalam merumusakan resolusi permasalahan kesehatan global
antara lain, Pada Sidang WHA 60 mengupayakan pengesahan resolusi Pandemic
Influenza Preparedness: Sharing of Influenza Viruses and Access to Vaccine and other
kedaulatan negara terhadap sumber daya hayati, prinsip permintaan ijin kepada negara
asal virus, dan penghormatan terhadap hukum nasional. Dengan disahkan nya resolusi
tersebut juga mendapat dukungan dari negara anggota WHO dan negara-negara anggota
WHO juga sepakat untuk membangun kerangka kerja dan mekanisme benefit sharing
yang adil, termasuk akses terhadap vaksin, harga vaksin yang terjangkau, pembangunan
berkembang prinsip hak kedaulatan negara terhadap sumber daya hayati, prinsip
permintaan izin kepada negara asal virus, dan penghormatan terhadap hukum nasional.
rancangan resolusi yang disponsori Indonesia menjadi resolusi Sidang ke-63 WHA,yakni
limbah,", maka negara-negara anggota WHO dan Dirjen WHO dimandatkan untuk
yang ramah lingkungan dan aman bagi manusia, sedangkan melalui resolusi tentang
viral hepatitis WHO dan negara-negara anggota diminta untuk mencegah dan
berkembang.
Demikian juga dengan Sidang-sidang WHA lanjutan lainya sampai kepada sidang
luar biasa WHA 73 tahun 2020, Indonesia saelalu berperan aktif memberikan masukan
dan resolusi terhadap permasalahan Kesehatan global. seruan keperluan untuk solidaritas
dan kesatuan penanganan COVID-19. Hal ini menjadi kunci keberhasilan kerja sama
multilateral dalam mendukung otoritas kesehatan nasional, pihak swasta dan aktor global
merupakan keputusan strategis dan bagian dari upaya nyata diplomasi Indonesia untuk
memberikan dasar lebih kuat bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya untuk
realisasi akses berkeadilan dan terjangkau terhadap produk medis: vaksin, obat dan alat
perawatan COVID-19. Hal ini baik melalui penelitian bersama ataupun peningkatan
produksi (scaling-up) untuk vaksin yang juga nantinya dapat diproduksi di Indonesia.
Hal lain yang diatur dalam resolusi ini adalah dukungan konsensus negara-negara
anggota, termasuk Indonesia, untuk WHO melakukan evaluasi mandiri atas penanganan
COVID-19. Dirjen WHO menyambut baik evaluasi ini dan menegaskan telah menjadi
bagian kultur kerja organisasi pasca penanganan wabah dan pandemi. Proses evaluasi ini
juga ditujukan untuk perbaikan upaya global untuk mencegah, bersiap siaga, dan
perbaikan kapasitas penanganan pandemi atau krisis kesehatan global di masa mendatang
mengesahkan resolusi mengenai kesehatan global dan kebijakan luar negeri yang
diinisiasi Indonesia dan didukung 181 negara anggota PBB Indonesia menyampaikan
bahwa resolusi ini meminta negara-negara anggota PBB untuk memperkuat sistem
"Resolusi juga mendorong pemerintah untuk bermitra dengan dunia usaha, LSM, dan
mekanisme access and benefit sharing dan berperan aktif sebagai negara yang ikut andil
dalam memprakarsai Foreign Policy and Global Health (FPGH) yang bertujuan untuk
menciptakan kondisi yang lebih baik bagi penanganan kesehatan global. Kemitraan dapat
didefinisikan kemitraan sebagai sebuah hubungan antara individu atau kelompok yang
ditandai dengan kerja sama dan tanggung jawab untuk pencapaian tujuan tertentu.
Kemitraan melibatkan sebuah organisasi yang berbasis pada tujuan yang sama, dimana
peserta dalam organisasi tersebut saling berbagi baik manfaat dan resiko, serta sumber
daya alam dan kemampuannya. Perjanjian dalam kemitraan dapat berbentuk formal
kepentingan pribadi yang bisa sama atau berbeda dari para pemangku kepentingan.
Pada tataran bilateral, Indonesia telah menyetujui kerja sama dalam bidang
kesehatan dengan 14 negara, yaitu Timor Leste, Brunei Darussalam, Australia, Qatar,
Swedia, Kuba, Denmark, Arab Saudi, Uzbekistan, Tiongkok, India, Vietnam, Turki, dan
• Kesehatan di perbatasan;
Voluntary National Review (VNR), Indonesia bersama 43 negara PBB lainnya akan melaporkan
perkembangan SDGs pada High Level Political Forum 2017. Dalam pengembangan VNR,
Indonesia menganut pedoman yang ditetapkan global dan secara konsisten menerapkan prinsip
inklusif dengan melakukan konsultasi publik baik secara offline maupun online untuk
memastikan rasa memiliki dan partisipasi aktif masyarakat yang lebih luas.
Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni tujuan nomor
3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di
segala usia. Terdapat 38 target SDGs di sektor kesehatan yang perlu diwujudkan. Selain
permasalahan yang belum tuntas ditangani diantaranya yaitu upaya penurunan angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), pengendalian penyakit HIV/AIDS, TB, Malaria serta
peningkatan akses kesehatan reproduksi (termasuk KB), terdapat hal-hal baru yang menjadi
perhatian, yaitu:
kegawatdaruratan.
Fokus dari seluruh target tersebut antara lain gizi masyarakat, sistem kesehatan nasional,
akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta sanitasi dan air bersih.
Pembangunan sektor kesehatan untuk SDGs sangat tergantung kepada peran aktif seluruh
pemangku kepentingan baik pemerintah pusat dan daerah, parlemen, dunia usaha, media massa,
lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi profesi dan akademisi, mitra pembangunan serta
SIMPULAN
Indonesia berperan aktif dalam mengatasi isu kesehatan global terutama melalui forum
FPGH maupun forum2 lainya dan Indonesia berhasil membuat negara-negara anggota WHO
menyepakati resolusi tersebut dan mengadopsinya, Indonesia melalui Kementrian luar negri,
kementrian kesehatan dan kementrian lainya senantiasa memberikan kontribusi dan resolusi
positif untuk setiap issue Kesehatan global, baik secara multilateral, bilateral maupun kebijakan-
keijakan nasional.