Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KULIAH

PERMASALAHAN AIR MINUM DAN SANITASI AMAN


PADA NEGARA DENGAN PENGHASILAN RENDAH

OLEH
SURYA KUSUMA PURBA
NIM 200101021

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DIREKTORAT PASCASARJANA
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
Air Minum Dan Sanitasi Aman
Water, Sanitation & Hygine ( WASH)

Water, Sanitation & Hygine ( WASH) memiliki dampak sangat penting untuk kesehatan
dan kesejahteraan manusia, Air Bersih, Sanitasi dan Hygine merupakan hak asasi manusia yang
hakiki. Akses terhadap Air bersih sanitasi dan hygine yang buruk memberikan pengaruh
negative terhadap kehidupan manusia , mengancam keamanan kesehatan dan membebani
perekonomian yang berdampak pada kualitas hidup.

Air dan sanitasi merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Penggunaan Air
besih untuk fasilitas Masak, Mandi, Cuci dan Minum secara langsung menghasilkan air limbah.
80- 85% air bersih berubah menjadi air limbah. Sebagai contoh, apabila satu orang
menggunakan 120 liter air perhari untuk minum, mandi, cuci, kakus, maka air yang akan berubah
menjadi air limbah sekitar 96 liter per hari, belum lagi penggunaan air bersih pada fasilitas public
seperti Sekolah, Rumah sakit, Hotel dan lain-lain yang mengasilkan 70% Air limbah dari
penggunan Air bersihnhnya Oleh karenanya, pengelolaan air bersih akan berkaitan pula dengan
pengelolaan sanitasi.

Dampak dari akses universal ke Water, Sanitation & Hygine (WASH) terhadap
kesehatan global akan sangat besar. Ada potensi untuk menyelamatkan nyawa 829.000 orang
yang saat ini meninggal setiap tahun akibat penyakit yang secara langsung disebabkan oleh air
yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai dan praktik kebersihan yang buruk, dan kita juga
dapat secara drastis mengurangi kekurangan gizi pada anak, dan membantu meringankan
keterbelakangan fisik dan mental . Saat ini, 50% malnutrisi anak dikaitkan dengan air yang tidak
aman, sanitasi yang tidak memadai, dan kebersihan yang buruk. Perempuan dan anak perempuan
akan memiliki fasilitas dan pengetahuan untuk dapat mengatur siklus menstruasi mereka dengan
aman dan bermartabat. Demikian pula, selama kehamilan, persalinan, dan perawatan pasca
persalinan, staf medis, ibu hamil dan keluarga mereka akan lebih siap untuk memastikan anak-
anak yang baru lahir diberi awal kehidupan yang paling aman dan sehat dengan akses ke sumber
fasilitas air dan sanitasi yang aman.

Saat ini, 2,2 miliar orang tidak memiliki akses ke layanan air minum yang dikelola
dengan aman dan 4,2 miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang dikelola dengan aman.
Praktik kebersihan yang tidak aman tersebar luas, memperparah efeknya pada kesehatan
masyarakat. Dampak terhadap angka kematian anak sangat parah dengan lebih dari 297.000 anak
balita yang meninggal setiap tahun karena penyakit diare karena sanitasi yang buruk, kebersihan
yang buruk, atau air minum yang tidak aman.

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga memiliki permasalahan yang sama
Dengan populasi 264 juta orang, Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dan
mengklaim ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Namun, masyarakat pedesaan dan penduduk
permukiman informal di daerah perkotaan berjuang keras dalam hal kesehatan dan infrastruktur
yang buruk. Sekitar 24 juta orang Indonesia kekurangan air bersih dan 38 juta kekurangan akses
ke fasilitas sanitasi yang baik. Laporan studi dampak sanitasi di Indonesia melaporkan tentang
sanitasi buruk menjadi penyumbang bagi meningkatnya penyakit diare.Terdapat 120 juta
kejadian penyakitsetiap tahunnya, bahkan 100.000 anak Indonesia meninggal karena diare setiap
tahun.

Sebagian besar rumah tangga di Indonesia, khususnya di daerah Urban (Perkotaan) ,


menggunakan air isi ulang dan air kemasan dan sebagai sumber air minum utama sehari-hari.
Hal ini dikarenakan kedua sumber air minum tersebut gampang di akses, praktis, tidak perlu
dimasak, dan diasumsikan lebih sehat dibandingkan air ledeng (perpipaan). Sementara itu, untuk
keperluan-keperluan lain seperti mandi cuci, kakus (MCK), dan,memasak masyarakat pada
umumnya menggunakan air yang bersumber dari perpipaan PDAM, sumur gali dangkal atau
sumur bor/pompa, kondisi ini justru agak memberatkan bagi msayarakat dengan tingkat ekonomi
rendah sehingga lebih memilih sumer Air Minum yang tidak aman.

Perlu disadari bahwa penyediaan infrastruktur air minum di Indonesia belum mampu
mengimbangi laju pertumbuhan penduduk baik karena faktor urbanisasi maupun peningkatan
konsumsi air minum. Selain itu, terdapat permasalahan pada tingkat operator air minum
khususnya PDAM yang berkontribusi terhadap penurunan akses terhadap air minum yaitu
pengelolaan yang kurang efisien di internal PDAM, rendahnya tarif air minum, minimnya biaya
operasional dan pemeliharaan, serta terbatasnya SDM yang kompeten.

Water, Sanitation & Hygine (WASH) adalah subjek target khusus dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 6) merupakan bukti peran fundamentalnya dalam kesehatan
masyarakat, dalam rangka pembangunan masa depan berkelanjutan. 
SDGS 6 memiliki tujuan utama menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang. setiap orang di muka bumi harus memiliki akses terhadap air
minum yang aman dan terjangkau. Dalam memastikan ketersediaan serta pengelolaan air dan
sanitasi yang berkelanjutan , SDGs 6 ini memiliki beberapa target yang harus dicapai setidaknya
pada tahun 2030.

Standar dalam pencapain SDGs 6 Meliputi :

1. Persentase penduduk yang menggunakan air minum dasar, menurut daerah perkotaan/
pedesaan
2. Persentase penduduk yang menggunakan sanitasi dasar, menurut daerah perkotaan/
pedesaan
3. Persentase pengolahan aliran air limbah sesuai standar nasional, menurut sumber rumah
tangga dan industry.
4. Persentase total sumber air yang digunakan
5. (Pelaporan otoritas Daerah Aliran Sungai (DAS) internasional tentang manajemen DAS
lintas-batas/negara)

Mengingat penting peran Air Bersih, Sanitasi dan Hygine bagi pertumbuhan ekonomi dan
kesehatan masyarakat perlu dilakukan intervensi bidang air, Sanitasi dan Hygine ini. Sistem
WASH memiliki banyak elemen yang sama dengan sistem kesehatan. Intervensi WASH meliputi
teknologi, perubahan perilaku dan penguatan sistem untuk memastikan pemantauan
berkelanjutan, regulasi dan pembiayaan layanan Water, Sanitation & Hygine (WASH). Fasilitas
Air bersih dabn Saintasu sering dipandang sebagai seperangkat intervensi yang mahal yang
membutuhkan infrastruktur utama, tetapi banyak intervensi Water, Sanitation & Hygine
(WASH) dapat dilaksanakan dengan relatif cepat dan murah.

Intervensi WASH dapat menargetkan rumah tangga atau institusi seperti fasilitas
perawatan kesehatan dan sekolah. Diperlukan Invoasi dalam penanganan masalah air bersih,
Sanitasi dan Hygine, dinegara-negara berkembang antara lain adalah dengan menghadirkan
sistem kredit mikro bagi masyarakat untuk mendapatkan fasilitas air dan sanitasi aman serta
inovasi berbagai teknologi tepat guna yang murah dan efesian dalam rangka menciptkan akses
sanitasi aman.
Refrensi :

1. Water, Sanitation and Hygiene Annual Report 2013, UNICEF 2014


2. Water, sanitation, hygiene and health, WHO 2020
3. Kajian Indikator Sustainable Development Goals(SDGs): Badan Pusat Statistik (BPS)
2014
4. Vita Elysia Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam Mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan/SDGs niversitas Terbuka, Tangerang Selatan, pp. 1-23.
ISBN 978-602-392-327-4, e-ISBN 978-602-392-328-1

Anda mungkin juga menyukai