Anda di halaman 1dari 4

REVIEW JURNAL TANTANGAN ETIKA DAN HUKUM PENGGUNAAN REKAM

MEDIS ELEKTRONIK

Menulis Essay
diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan (S.I.K)
dosen pengampu Astri Mutiar, MSN

Oleh :
Shinta Nurjanah (219083)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKEP PPNI JAWA BARAT
2020
REVIEW JURNAL TANTANGAN ETIKA DAN HUKUM PENGGUNAAN REKAM
MEDIS ELEKTRONIK

Sepuluh tahun terakhir, Personalized medicine merupakan salah satu pendekatan


pengobatan kesehatan yang berkembang, karena pengobatan ini menggunakan pendekataan
personal dan bersifat spesifik yaitu mempertimbangkan genomik pasien, keadaan atau
kondisi individu dan memerlukan database atau rekam medis yang lengkap. Personal
medicine dan Rekam medis elektronik ini mempermudah dokter dan pihak rumah sakit untuk
mendapatkan data dan informasi dari pasien, yaitu riwayat medis pasien dan keluarga, hasil
laboratorium hematologi dan kimia klinik, complete genome sequence, metabolomics,
proteomics, status imun tubuh, medical imaging, dan paparan lingkungan. Prinsip dari
pengobatan ini yaitu penetapan diagnosis, prognosis, dan strategi pengobatan berdasarkan
kebutuhan masing-masing pasien dan dapat digunakan untuk menggambil keputusan klinis
jika menggunakan rekam medis elektronik. Tetapi, penggunaan rekam medis elektronik
dalam pengobatan ini, memiliki tantangan etika dan hukumnya juga seperti privasi data
pasien, keamanan data pasien, diskriminasi genomik, protokol etik penggunaannya dan
kepemilikan data, dan masih ada lagi.

Adapun aspek etika dan hukum dalam implementasi penggunaan RME, yaitu privasi
dan kepemilikan data pasien. Privasi merupakan suatu kondisi yang membatasi akses
terhadap informasi seseorang, seperti data kesehatan pasien, dan bertujuan untuk menjaga
rahasia pasien dan tidak untuk menyebarkan data dan informasi ini kepada siapapun tanpa
seizin pasien tersebut. Hal ini sudah di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269
tahun 2008 tentang Rekam Medis. Informasi kesehatan pasien sangatlah penting karena dapat
menyebabkan munculnya stigma dan diskriminasi jika terbuka secara bebas, sehingga
kualitas layanan kesehatan akan mengalami penurunan. Adapun perlindungan data pribadi
sudah diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Komunikask dan Informatika Nomor
20 tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik. Tetapi resiko
terbukanya data semakin besar pada perkembangan RME ini, terutama yang
mengkombinasikan data klinik dan genomik karena memiliki data pasien yang sangat
lengkap dan terintegrasi, dan terupdate. Apalagi jika RME ini terintegrasi dengan asuransi.
Sehingga untuk pencegahan ini diperlukan adanya regulasi untuk memberi batasan dan
segmentasi data yang boleh dan tidak boleh diakses oleh oranglain.
Selanjutnya yaitu diskriminasi genomik, Meskipun dilakukannya enskripsi data,
diskriminasi akan tetap ada terhadap ras atau genetik dan menyebabkan perbedaan perlakuan
dalam suatu masyarakat. Bisa juga berhubungan dengan permasalahan asuransi dimana
sedikit permasalahan genetik juga dapat mempengaruhi terhadap perekonomian nya.
Misalnya dalam pemeriksaan genetik seseorang, dan potensi orang tersebut menderita
penyakit tertentu. Tetapi jika pasien tersebut tidak melakukan pengobatan sesuai standarnya,
maka akan terjadi peningkatan morbilitas dan mortalitas yang berpengaruh dalam jaminan
kesehatan pasien tersebut. Pihak asuransi manapun enggan menanggung nasabah yang
kemungkinan mengidap lumayan banyak penyakit, atau dari pihak asuransi akan meminta
polis yang cukup besar. Oleh karena itu, dibutuhkan pembatasan akses untuk membatasi
siapa saja yang boleh dan yang tidak boleh mengakses informasi kesehatan pasien tersebut.

Hal yang mempengaruhi Personal Medicine juga bisa karena pergeseran hubungan
dokter dengan pasien. Selanjutnya yang menjadi permasalahan yaitu kemampuan
menginterpretasikan hasil sekuen genomick merencanakan strategi pencegahan dan
pengobatan berdasarkan informasi genomik dan menerapkan prinsip farmakogenomik dalam
peresepannya. Adapun kekurangan Personal Medicine yaitu potensi ketidakpuasan antara
dokter dan pasien dapat berkembang, terutama jika dokter tersebut tidak mampu memberikan
informasi terkait pencegahan dan pengobatan berdasarkan informasi genomik.

Selanjutnya yaitu Tanggung jawab hukum (Liability) penggunaan teknologi kesehatan


yang modern dan kompleks tentu saja akan berpotensi meningkatkan resiko yang dapat
merugikan pasien. Tuntutan terhadap kerugian tersebut dapat berujung pada tuntutan
malpraktik medik. Sebelumnya, harus ada kesepakatan antara pihak yang bertanggung jawab
dan pasien sehingga terdapat monitoring terhadap standarisasi dan keamanan alat atau
teknologi yang digunakan dan juga tenaga kesehatan pun sebaiknya juga mendapatkan
pengetahuan dan pelatihan berkala sehingga sehingga kita dapat membedakan kesalahan
tersebut terjadi akibat human error atau device error dan tidak merugikan pasien.

Tantangan etika dan hukum yang dapat terjadi dalam penggunaan rekam medis
elektronik di era personalized medicine diantaranya adalah keamanan dan kepemilikan data,
tanggung jawab hukum, diskriminasi genomic, dan perubahan hubungan dokter dan pasien.
Indonesia belum memiliki regulasi spesifik mengenai keamanan data, kepemilikan data, dan
sharing data di bidang kesehatan. Regulasi lebih lanjut mengenai penggunaan rekam medis
elektronik di era personalized medicine diperlukan agar dalam implementasinya tidak
bertentangan dengan etika dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai