Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH

LINGKUNGAN DAN KESEHATAN GLOBAL

DIPLOMASI KESEHATAN GLOBAL

DOSEN PENGAMPU : Dr. Laila Fitria, S.K.M., M.Kes.

KELOMPOK 5

DINI KURNIAWATI 2306305944

FARISTA WIDYASTUTI 2206004850

GANIAWATI 2306180144

MEMO LUKITO 2306306215

REISA RACHIM 2306180642

RIVAL ALFIA 2306180724

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pandemi Covid-19 yang pertama kali terdeteksi di China pada Desember 2019, telah
menjadi masalah kesehatan global yang mempengaruhi banyak negara di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Covid-19
merupakan wabah global yang disebabkan oleh coronavirus, yaitu penyakit menular yang
disebabkan oleh coronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Pada tanggal
11 Maret 2020, WHO menyatakan Covid-19 sebagai pandemi. Wabah penyakit Covid-19
telah menyebar ke banyak negara. Dengan karakterististik penyebarannya yang sangat
cepat di antara manusia, ditambah dengan mobilitas manusia yang sangat tinggi dan
lintas batas negara, menjadikan virus ini menjadi lebih berbahaya. Pandemi global
Covid-19 melahirkan problematika baru bagi banyak negara khususnya mengenai
bagaimana upaya negara untuk mencegah dan menghentikan penyebaran virus ini agar
tidak semakin meluas. Vaksin dan kebijakan sosial seperti pembatasan sosial (social
distancing) dan lockdownpun dilakukan oleh negara-negara sebagai respons atas situasi
darurat ini.
Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal di dunia, termasuk menyadarkan
pentingnya mengantisipasi bencana. Pandemi ini juga menyoroti kebutuhan akan kesiapan
pemerintah dalam menangani pandemi dari hulu hingga hilir, termasuk dalam hal
kompetensi, kebijakan, serta tenaga dan fasilitas yang mendukung. Selain itu, pandemi ini
juga menunjukkan bahwa sistem pelayanan kesehatan di banyak negara belum cukup baik
dalam menghadapi krisis kesehatan global seperti Covid-19
Dalam konteks Indonesia, pandemi Covid-19 telah mendorong pemerintah untuk
mengatur aturan penanggulangan Covid-19 di masa endemi, termasuk dalam hal promosi
kesehatan, surveilans, manajemen klinis, vaksinasi Covid-19, dan pengelolaan limbah. Selain
itu, pemerintah juga telah mengatur tentang masa peralihan dari pandemi menjadi endemi
dalam pelayanan bagi pasien Covid-19, termasuk mengenai klaim penggantian biaya pasien
Covid-19 dan kebijakan vaksinasi Covid-19.
Peran Sustainable Development Goals (SDG) dalam meningkatkan kesehatan global
menjadi pusat perhatian yang semakin mendalam dalam kerangka kerja pembangunan global.
SDG menetapkan sasaran konkret untuk memajukan kesejahteraan manusia, termasuk aspek
kesehatan, dengan tujuan mencapai cakupan layanan kesehatan yang universal. Sementara
itu, lembaga kesehatan internasional memainkan peran krusial dalam melindungi kesehatan
dan kesejahteraan populasi di seluruh dunia. Lembaga kesehatan internasional tidak hanya
berperan sebagai fasilitator implementasi program kesehatan global, tetapi juga sebagai
penghubung yang mengatasi hambatan dan bekerja di luar batasan negara. Dengan upaya
bersama dan kerjasama lintas batas, lembaga kesehatan internasional membentuk kerangka
kerja kesehatan global yang memungkinkan pertukaran informasi, sumber daya, dan keahlian
untuk merespons dan mengatasi tantangan kesehatan yang bersifat lintas negara.
Dari pandemi Covid-19, kita dapat memahami pentingnya mempersiapkan pandemi
selanjutnya yang lebih baik dengan memahami keberhasilan dan kesulitan dalam penanganan
Covid-19, serta meningkatkan kesehatan global melalui pencegahan, pengendalian, dan
kerjasama internasional.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dapat dipelajari dari pandemi Covid-19 bagi kesehatan global? Apa yang
harus menjadi fokus dalam diplomasi kesehatan untuk mempersiapkan pandemi
selanjutnya yang lebih baik
2. Peran Sustainable Development Goal (SDG) dalam kesehatan global, apa tantangan
yang akan dihadapi dimasa yang akan datang, dan bagaimana kita dapat
memfasilitasi pencapaian tujuan SDG
3. Masalah apa yang dihadapi oleh lembaga kesehatan international seperti WHO
UNICEF, dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan populasi melintasi
batasan negara

1.3. Tujuan
Memahami dan mampu menjelaskan diplomasi kesehatan global, peran SDG dalam
kesehatan global, dan peran lembaga kesehatan internasional dalam melindungi kesehatan
dan kesejahteraan
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Diplomasi Kesehatan dalam Pandemi Covid-19 dan Persiapan Pandemi Selanjutnya
Isu kesehatan dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi ancaman dan tantangan
serius bagi seluruh negara di dunia. Isu kesehatan telah menjadi isu yang krusial dalam
kontestasi agenda politik global sejak berakhirnya perang dingin. Beberapa bentuk isu
kesehatan yang mendorong respon global ialah isu pandemi atau wabah penyakit. Terjadinya
wabah di berbagai negara di dunia seperti wabah hitam pada pertengahan hingga akhir abad
ke-14, Kolera pada tahun 1817, Flu Spanyol pada tahun 1918, HIV/AIDS, SARS pada tahun
2003, hingga pandemi Covid-19 saat ini, kemudian mendorong terciptanya suatu disiplin
ilmu yang terkhusus membahas persoalan kesehatan lintas dunia atau kesehatan global.
Pandemi global Covid-19 adalah isu kontemporer yang telah bertransformasi menjadi
tantangan global. Potensi penyebaran virus yang besar di seluruh dunia telah menjadi
ancaman bagi seluruh negara dan kemudian mendorong tindakan terkoordinasi oleh
pemerintah dan lembaga terkait dalam hal Langkah langkah penanganan coronavirus. Berikut
adalah beberapa aspek yang terlibat dalam diplomasi kesehatan global selama pandemi
Covid-19:
1) Kerjasama antara negara
Dalam skenario ini, Sato (2010) menegaskan bahwa kerjasama internasional
merupakan aspek jangka panjang dari kebijakan luar negeri yang melibatkan peran para aktor
non-negara dan lembaga-lembaga sub-nasional yang kemudian dapat terlibat dalam aktifitas
hubungan luar negeri termasuk dalam cakupan isu internasional yang lebih luas seperti isu
pandemi. Tujuan dari kerja sama internasional dalam menghadapi pandemi menurut
Djelantik (2020) ialah:
a) Mengidentifikasi dan menilai resiko global yangmenjadi penyebab utama
pandemi
b) Menentukan dan mengevaluasi praktek-praktek mitigasi dan antisipasi global di
masa pandemi
c) Memperkiran perbedaan sumber daya dalam upaya pencegahan, membangun
ketahanan, dan manajemen resiko pandemi Covid-19
d) Strategi negara dalam melibatkan berbagai aktor yang relevan di tingkat negara
maupun non-negara dalam menangani masalah kesehatan dan ekonomi di masa
pandemi Covid-19

2) Kerja sama dengan Organisasi international


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memainkan peran sentral dalam koordinasi
upaya global. WHO memberikan rencana strategis untuk mendeteksi, mempersiapkan, dan
merespon wabah COVID-19 baik di tingkat regional atau nasional serta Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO), dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk berkolaborasi
dalam kebijakan kesehatan global, bertukar informasi, berbagi praktik terbaik, dan
mengoordinasikan respons terhadap tantangan kesehatan.
a) Akses Global terhadap Vaksin
Negara-negara memberikan bantuan finansial, teknis, dan kemanusiaan untuk
mendukung sistem kesehatan negara lain, terutama dalam konteks dengan sumber
daya yang terbatas. Hal ini dapat mencakup penyediaan vaksin dan pasokan medis,
pelatihan tenaga kesehatan profesional, dan dukungan pembangunan infrastruktur
contohnya Fasilitas COVAX (pilar vaksin dari Akselerator Akses terhadap Alat
Covid-19) pada tahun 2020 untuk mengatasi pandemi Covid-19.
b) Dukungan Finansial
Penggalangan dana global untuk mendukung upaya penanggulangan pandemi,
termasuk dukungan untuk negara-negara dengan infrastruktur kesehatan yang lemah
karena Pengumpulan sumber daya keuangan merupakan kunci dalam mendorong
keberhasilan yang signifikan dari sebagian besar inisiatif kesehatan global.
c) Teknologi dan Data:
Kolaborasi dalam penggunaan teknologi dan data untuk melacak dan
memantau penyebaran virus, kontak tracing, serta distribusi vaksin karena hal ini
merupakan alat penting untuk diplomasi digital. Diplomasi kesehatan global yang
efektif membutuhkan kerjasama dan komitmen semua pihak terlibat. Peningkatan
kapasitas kesehatan global, distribusi vaksin yang adil, dan koordinasi internasional
yang baik adalah kunci untuk mengendalikan pandemi Covid-19 secara efektif.
Diplomasi kesehatan mempunyai peran penting dalam menangani pandemi Covid-19
dan persiapan untuk pandemi selanjutnya. Diplomasi kesehatan global diperlukan untuk
menjalin kerjasama antar negara dalam menghadapi tantangan kesehatan global. Indonesia,
misalnya, telah memperkuat diplomasi kesehatan global melalui pelatihan dan peningkatan
kapasitas bagi pemangku kepentingan sebagai Diplomat Kesehatan serta melalui kerjasama
dengan berbagai pihak, termasuk WHO dan lembaga kesehatan global lainnya.
Tantangan yang akan dihadapi di masa yang akan datang termasuk peningkatan
respon global, distribusi vaksin yang adil, penanggulangan infodemi, dan kesiapan sistem
kesehatan. Untuk memfasilitasi pencapaian tujuan SDG, diperlukan peran aktif dari berbagai
pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat
sipil. Selain itu, diperlukan juga koordinasi antarlembaga dan alokasi sumber daya yang
memadai.

2.2 Peran dan Tantangan SDG dalam Kesehatan Global


Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki peran sentral dalam meningkatkan
kesehatan global. SDG kesehatan, terutama SDG 3, menetapkan tujuan untuk memastikan
kesejahteraan dan promosi kesehatan bagi semua orang pada semua usia. Inisiatif ini
melibatkan upaya untuk mencapai cakupan layanan kesehatan yang universal, mengurangi
angka kematian anak dan ibu, mengatasi penyakit menular dan tidak menular, serta
meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan dasar.
Indonesia berkomitmen untuk menyukseskan pelaksanaan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) atau Subtainable Development Goals (SDGs) dengan mencapai agenda
pembangunan 2030. Dalam hal ini,Peraturan Presiden no. 59/2017 berkenaan dengan
pelaksanaan pencapaian TPB Di Indonesia telah mengamanatkan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional untuk mempersiapkan Peta Jalan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan Indonesia.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Subtainable Development Goals
(SDGs) atau Agenda 2030 di deklarasikan pada tanggal 25 September 2015 , bertepatan
dengan berlangsungnya United Nations General Assembly (UNGA) di kantor Perserikatan
Bangsa-Bangsa New York, Amenrika Serikat. Pelaksanaan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB/SDGs) telah memasuki akhir tahun kelima atau di tingkat global disebut
memasuki periode “Decade of Action”. Bagi Indonesia momentum ini juga merupakan waktu
untuk evaluasi pelaksanaan lima tahun pertama dan perumusan perencanaan untuk lima tahun
berikutnya yang akan dituangkan pada dokumenRencana Aksi TPB/SDGs yang sejalan
dengan RPJMN 2020-2024.
Adapun tujuan SDGs ada 17 buah antara lain:

Gambar 1. 17 Tujuan SDGs ( Peta Jalan SDGs Indonesia Menuju 2030, Kementerian
Perencanan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Hasil berbagai studi menyatakan bahwa tujuan dan target pada SDGs saling
berhubungan satu sama lain (Le Blanc, 2015; Zhou and Moinuddin, 2017; Bappenas, 2018;
Singh et al., 2018). Analisis dari studi IGES yang menggunakan metodologi ISM
menyatakan bahwa semua tujuan dan target SDGs memiliki kekuatan penggerak dan saling
ketergantungan satu sama lain.
Gambar. 2 Keterkaitan Ke 17 Tujuan pada SDGs (Peta Jalan SDGs Indonesia Menuju 2030,
Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional)
Hasil analisis dari 43 target SDGs menyatakan bahwa terdapat 17 target dari 9 tujuan
yang memiliki pengaruh sangat kuat terhadap target-target lainnya, dengan tingkat
ketergantungan yang rendah. Target-target tersebut dapat disebut sebagai target dengan
kekuatan penggerak yang tinggi.
Tantangan yang akan dihadapi dimasa yang akan datang dalam mencapai tujuan SDG
meliputi peningkatan penyakit menular dan tidak menular, dan kontaminasi lingkungan.
Selain itu terjaid kemunduran bagi dunia untuk pencapaian SDG, khususnya untuk negara
dan kelompok populasi miskin. Krisis ekonomi global dengan hilangnya pekerjaan secara
masif dan berdampak besar terutama pada kelompok rentan. Selain itu kebijakan pemerintah
yang harus menjaga kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan dan
menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat.
Agar tercapainya tujuan SDG, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Selain itu,
diperlukan juga koordinasi antarlembaga dan alokasi sumber daya yang memadai. Beberapa
langkah yang dapat diambil antara lain meingkatkan kapasitas untuk peringatan dini,
pengurangan risiko, dan manajemen risiko kesehatan nasional dan global. Selain itu
diperlukan perluasan akses internasional oleh pembuat kebijakan, bisnis, masyarakat sipil,
dan komunitas ilmiah untuk mempercepat identifikasi solusi untuk krisis yang akan terjadi di
masa yang akan datang, serta untuk memperkuat globalisasi jangka panjang.
2.3 Masalah yang Dihadapi oleh Lembaga Kesehatan International dalam
Melindungi Kesehatan dan Kesejahteraan Populasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki peran kunci dalam melindungi
kesehatan global. Meskipun WHO menyatakan bahwa Covid-19 bukan lagi "darurat
kesehatan global", peran WHO dalam menjaga kesehatan global tetap sangat signifikan.
WHO bertanggung jawab dalam koordinasi respons kesehatan global, memberikan bantuan
teknis, mengembangkan kebijakan kesehatan global, dan memantau penyebaran penyakit
menular.
WHO juga berperan dalam memfasilitasi kerjasama internasional dalam penelitian
dan pengembangan vaksin, obat, maupun terapi. Beberapa masalah yang dihadapi oleh
lembaga kesehatan internasional dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan populasi
termasuk ketidakseimbangan distribusi pengetahuan dan sumber daya kesehatan, serta
masalah akses layanan kesehatan bagi kelompok rentan. Untuk mengatasi masalah ini,
diperlukan peran aktif dari berbagai stakeholder, termasuk pemerintah, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), sektor swasta, maupun masyarakat sipil. Selain itu, diperlukan juga
koordinasi antarlembaga dan alokasi sumber daya yang memadai.
Lembaga kesehatan internasional seperti WHO (World Health Organization) dan
United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menghadapi sejumlah
tantangan dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan populasi di seluruh dunia.
Beberapa masalah yang dihadapi oleh lembaga-lembaga ini antara lain:
1) Keterbatasan Sumber Daya
Lembaga internasional seperti WHO dan UNICEF sering kali beroperasi
dengan keterbatasan sumber daya, baik dalam hal keuangan, personel, maupun
infrastruktur. Keterbatasan ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk
merespons secara cepat dan efektif terhadap krisis kesehatan global atau
memberikan dukungan berkelanjutan pada program-program kesehatan.
2) Ketidaksetaraan Akses Kesehatan
Tantangan aksesibilitas dan ketidaksetaraan dalam pelayanan kesehatan
masih menjadi masalah serius. Lembaga internasional seperti WHO dan UNICEF
harus menghadapi kesulitan dalam memastikan bahwa layanan kesehatan dan
intervensi dapat diakses secara merata di seluruh negara, terutama di wilayah-
wilayah yang terpencil atau terkena konflik.
3) Krisis Kesehatan Global
Munculnya wabah penyakit seperti pandemi Covid-19 menyoroti tantangan
lembaga kesehatan internasional dalam menanggapi krisis kesehatan global.
Koordinasi antar-negara dan implementasi kebijakan yang konsisten menjadi kunci,
tetapi hal ini seringkali sulit diwujudkan karena perbedaan pendekatan dan
kebijakan di tingkat nasional.
4) Politik dan Diplomasi
Keputusan dan langkah-langkah kesehatan sering kali dapat terpengaruh
oleh dinamika politik dan diplomasi antar-negara. WHO, sebagai contoh, dapat
menghadapi tantangan dalam memberikan rekomendasi atau mengoordinasikan
tanggapan global ketika kepentingan politik dan ekonomi negara-negara anggota
berkonflik.
5) Isu Kemanusiaan dan Konflik
Lembaga-lembaga unternasional juga beroperasi dalam situasi
kemanusiaan yang kompleks, terutama di daerah yang terkena konflik. Mereka
harus mengatasi tantangan logistik, keamanan, dan keberlanjutan untuk
memberikan bantuan kesehatan kepada populasi yang terdampak.
Upaya terus-menerus untuk melindungi kesehatan global dan masalah populasi
melibatkan kerja sama internasional, peningkatan sumber daya, dan perbaikan koordinasi
global dalam rangka meningkatkan kapasitas lembaga kesehatan internasional dalam
melindungi kesehatan dan kesejahteraan populasi dunia.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Para ahli di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah secara resmi menyatakan
bahwa Covid-19 tidak lagi merupakan darurat kesehatan masyarakat global. Ini
menggambarkan akhir periode tanggap darurat yang dimulai pada 30 Januari 2020. Dari
pandemi Covid-19, kita dapat belajar pentingnya mempersiapkan pandemi selanjutnya yang
lebih baik dengan memahami keberhasilan dan kesulitan dalam penanganan Covid-19, serta
meningkatkan kesehatan global melalui pencegahan, pengendalian, dan kerjasama
internasional.
Dari pandemi Covid-19, banyak pelajaran yang dapat dipetik bagi kesehatan global.
Fokus diplomasi kesehatan untuk mempersiapkan pandemi selanjutnya yang lebih baik harus
mencakup beberapa hal, seperti promosi kesehatan, surveilans, manajemen klinis, vaksinasi
Covid-19, pengelolaan limbah, dan kebijakan vaksinasi. Selain itu, penanganan Covid-19
yang sudah menjadi endemi harus dilakukan seperti penanganan penyakit biasa, termasuk
dalam hal pembiayaan perawatan pasien Covid-19.
Peran Sustainable Development Goals (SDG) dalam meningkatkan kesehatan global
menjadi pusat perhatian yang semakin mendalam dalam kerangka kerja pembangunan global.
SDG menetapkan sasaran konkret untuk memajukan kesejahteraan manusia, termasuk aspek
kesehatan, dengan tujuan mencapai cakupan layanan kesehatan yang universal. Sementara
itu, lembaga kesehatan internasional memainkan peran krusial dalam melindungi kesehatan
dan kesejahteraan populasi di seluruh dunia. Lembaga kesehatan internasional tidak hanya
berperan sebagai fasilitator implementasi program kesehatan global, tetapi juga sebagai
penghubung yang mengatasi hambatan dan bekerja di luar batasan negara. Dengan upaya
bersama dan kerjasama lintas batas, lembaga kesehatan internasional membentuk kerangka
kerja kesehatan global yang memungkinkan pertukaran informasi, sumber daya, dan keahlian
untuk merespons dan mengatasi tantangan kesehatan yang bersifat lintas negara
Selain itu lembaga kesehatan internasional juga memiliki peran dalam upaya
elindungi kesehatan global dan masalah populasi yang melibatkan kerja sama internasional,
peningkatan sumber daya, dan perbaikan koordinasi global dalam rangka meningkatkan
kapasitas lembaga kesehatan internasional dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan
populasi dunia

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik


Indonesia. (2018). Kesehatan untuk Semua: Strategi Diplomasi Kesehatan Global
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Peran Ditjen Kesmas dalam Pandemi.
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Sekretariat Ditjen Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.
Peta Jalan SDGs Indonesia Menuju 2030, Kementerian Perencanan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Pollard, C. A., Morran, M. P., & Nestor-Kalinoski, A. L. (2020). The COVID-19 pandemic: a
global health crisis. Physiol Genomics, 52(11), 549–557.
https://doi.org/10.1152/physiolgenomics.00089.2020
UNICEF (2020). "Membentuk Tim untuk Mendukung Pemerintah dalam Menangani
COVID-19."
United Nations. (2023, Agustus). "Fast Facts – What is Sustainable Development?" Diakses
dari https://www.un.org/sustainabledevelopment/blog/2023/08/what-is-sustainable-
development/
Wise, J. (2023). Covid-19: WHO declares end of global health emergency. BMJ, 381, p1041.
http://dx.doi.org/10.1136/bmj.p1041
www.un.org/sustainabledevelopment; www.undp.org/content/undp/es/home/sustainable-
development-goals; www.who.int/topics/sustainable-development-goals/test/sdg-
banner.jpg; Nilsson, Griggs and Visbeck, Nature, 2016 diakses 29 November 2023

Anda mungkin juga menyukai