Anda di halaman 1dari 17

UAS KESEHATAN GLOBAL

Oleh :

Siti Noer Hotimatul Janna


NIM : 222520102001

MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA UNIVERSITAS JEMBER
2022
SOAL/TUGAS UJIAN MATA KULIAH KESEHATAN GLOBAL
SEMESTER GANJIL 2022/2023

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas


Syarat dan ketentuan:
a. Jawaban setiap soal minimal terdiri atas 300 kata dan tidak melebihi dari 500 kata)
b. Setiap jawaban soal disertakan daftar rujukan antara 3-5 rujukan
c. Jawaban soal bersifat individu bukan kelompok
d. Jawaban soal dikirim paling lambat hari Kamis tgl 15 Desember 22 jam 12.00 WIB
melalui email /WA japri

1. Jelaskan dan berikan contoh tentang perkembangan issue terkini kesehatan masyarakat
secara global dan bagaimana penyelesaiannya.
Jawaban :
Isu kesehatan global bukan merupakan hal yang baru, semenjak di deklarasikannya
Foreign Policy & Global Health (FPGH) pada tahun 2007 di Oslo, Norwegia. FPGH
yang diprakarsai oleh 7 (tujuh) negara: Indonesia, Thailand, Norwegia, Prancis, Brazil,
Aprika Selatan, dan Sinegal melalui menteri luar negeri dengan tujuan untuk
mensinergikan antara kebijakan politik luar negeri suatu negara dengan kebijakan isu
kesehatan tingkat global atau pun nasional, yang disebabkan karena rentannya pada
kondisi kesehatan manusia dalam suatu negara dengan negara lain. Deklarasi Oslo sudah
menemui kesepakatan untuk memasukan aspek kesehatan dalam pembahasan dan juga
keputusan politik luar negeri, membangun kerjasama dalam penanganan global health
security.
Apa yang sedang terjadi dan dialami oleh oleh dunia saat ini yaitu covid-19 merupakan
penyakit sebab dari coronavirus dalam penularannya, virus tersebut menjadi ancaman
global, melihat pandemi tidak melihat batas-batas negara yang dikarenakan dari
pergerakan manusia. Kalau melihat dan merujuk pada FPGH seharusnya dunia sudah
mempersiapkan untuk penanganannya, apalagi negara yang memprakarsai termasuk
Indonesia.
Isu kesehatan penting dibahas, karena isu tersebut merupakan pengadopsian sebagai
bagian dari lensa politik luar negeri suatu negara, hal di pengaruhi oleh faktor berikut:
•Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia (HAM), perihal tersebut sangat menentukan bagi
stabilitas pembangunan nasional, dan
• Meningkatnya kerentanan yang bersifat umum (common vulnerability) bagi
negara-negara terhadap resiko kesehatan masyarakat dan juga melihat ancaman yang ada,
dimana pergerakan manusia, hewan, tumbuhan, dan perubahan iklim berlangsung makin
kerap, cepat dan juga lintas batas (trans-boundary).
Resiko bersama yang dialami tidak mungkin bisa di tangani sendiri, perlu adanya
kerjasama internasional dalam upaya mengatasinya. Selain itu juga kerjasama ditingkat
lokal dalam suatu pemerintahan sangat diperlukan dan dibutuhkan.
Suatu negara tidak juga harus egois dan juga bimbang dengan penerapan kebijakannya
dalam penanganan covid-19, sebagai contoh kebimbangan dalam menentukan kebijakan
apakah dibutuhkan lockdown atau tidak. Selain itu sudah seharusnya dalam
penanganannya praktik diplomasi kesehatan dan juga kerjasama internasional suatu
negara sangat diperlukan dalam menuntaskan dan memutus mata rantai penularan
coronavirus.
Isu kesehatan global tidak bisa dipisahkan oleh kepentingan negara dan juga politik suatu
negara. Berbicara negeri kita yang tercinta ini, perihal kesehatan merupakan bagian dari
salah satu pilar politik luar negeri Indonesia. Oleh sebab itu sudah seharusnya negara
bergerak secara cepat dan transparan dalam memutus mata rantai penularan coronavirus
dalam penyakit covid-19 yang menjadi sebuah bencana kesehatan. Upaya-upaya
penyelesaian yang dilakukan antara lain pemerataan vaksin Covid-19 di seluruh dunia
harus dipastikan dan target capaian dari vaksinasi harus ditingkatkan bahkan 100% untuk
vaksinasi dosis ke-2. Selain itu, membangun arsitektur kesehatan global yang lebih kuat
dengan memperhatikan 2 hal yakni pertama, mendorong pendekatan semua pemerintah
dan masyarakat memperkuat kapasitas dan ketahanan nasional, regional dan global
terhadap pandemi di masa depan. Kedua, one health yakni pendekatan dengan melibatkan
manusia, hewan dan lingkungan (Prakarsa, 2022). Untuk mendukung implementasi
arsitektur kesehatan global tersebut diatas, agar respon kebijakan terkoordinasi
(pembiayaan, transfer teknologi, lintas sektor/mitra) dapat dilakukan, perlu menjamin
vaksin, diagnose dan terapi dikembangkan, didistribusikan dan didistribusikan secara
adil, sistem internasional terkoordinasi dengan hubungan baik antara sub-nasional,
nasional, regional dan global, terdapat koordinasi rantai nilai, dan mempercepat informasi
layanan (Prakarsa, 2022). Upaya Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Indonesia
yaitu dengan membentuk Tim Satuan Tugas penanggulangan Covid-19 yang dipimpin
langsung oleh Presiden yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden Nomor.7 Tahun
2020. Langkah strategis segera diambil oleh Pemerintah dengan menetapkan RS Rujukan
Covid-19.
Berbicara isu kesehatan global, karena kesehatan merupakan bagian dari Hak Asasi
Manusia dan sangat menentukan bagi stabilitas pembangunan nasional yang pada saat ini
dialami oleh dunia termasuk Indonesia.. Menurut data yang sudah dikumpulkan oleh
Johns Hopkins University, ada lebih dari 1,9 juta orang yang terinveksi coronavirus.
Sementara kematian secara global di seluruh dunia setiap harinya bertambah, dan akan
terus bertambah mengingat virus tersebut penularannya yang cepat.
Menurut laporan Aljazeera bahwasannya paling tidak ada 185 negara yang terinfeksi
coronavirus. Selain itu sampai saat ini penulis menuliskan ada 16 negara yang belum ada
kasus coronavirus, yaitu negara: Comoros, Kiribati, Lesotho, Marshall Islands,
Micronesia, Nauru, Korea Utara, Palau, Samoa, Sao Tome and Principe, Solomon
Islands, Tajikistan, Tonga, Tuvalu, Turkmenistan, dan Vanuatu, dan perihal tersebut
menjadi pertanyaan kenapa belum ada kasus covid-19?
Dalam menyikapi covid-19 yang penularannya melalui coronavirus, kita akan melihat
dari konsep Human Security atau keamanan manusia. Apakah negara gagal dalam
memenuhi keamanan manusia atau sedikit terlambat untuk rakyatnya dengan kebijakan
yang kurang strategis dan tidak cepat?
Keamanan manusia kedepannya harus lebih diperhatikan dan juga menjadi prioritas bagi
negara bangsa. Berbicara konsep keamanan manusia bisa kita merujuk atau mengacu
pada konsep keamanan manusia menurut United Nations Development Programme
(UNDP) atau Program Pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Menurut
UNDP ada 7 (tujuh) komponen penting, dan harus diperhatikan dan dipenuhi oleh negara,
yaitu:
• Bebas dari kemiskinan dan jaminan pemenuhan kebutuhan hidup.
• Akses terhadap kebutuhan pangan.
• Kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan juga adanya proteksi
dari penyakit.
• Proteksi dari polusi udara dan pencemaran lingkungan.
• Keselamatan fisik dari ancaman yang diakibatkan perang, kekerasan domestik,
kriminalitas, penggunaan obat-obatan terlarang, dan juga kecelakaan lalu lintas.
• Kelestarian identitas kultural dan tradisi budaya, dan
• Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan juga kebebasan dari
tekanan politik.
Konsep keamanan manusia sangat penting untuk dipenuhi oleh negara, baik negara maju
atau pun negara berkembang, baik negara sosialis, komunis atau pun kapitalis.
Kemampuan negara sosialis dan komunis dalam menangani covid-19 sudah bisa dilihat,
begitu pula dengan sisi kemanusiaan yang dibangun dan yang diciptakan oleh mereka
(baca: negara sosialis dan komunis) dalam pemenuhan kesehatan untuk rakyatnya sudah
terbukti. Sebagai contoh dari keberhasilan sementara dari negara Vietnam dalam
memutus mata rantai penularan coronavirus, dan juga negara Cuba yang tenaga medisnya
dikirim untuk membantu negara maju di Eropa.
Dari konsep keamanan manusia sudah seharusnya negara untuk bisa memenuhi dari poin-
poin yang sudah dituliskan diatas, misalnya pemenuhan terhadap pelayanan kesehatan
dan proteksi dari penyakit covid-19, pemenuhan kebutuhan hidup, pemenuhan kebutuhan
pangan, dan juga perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).
Selain berbicara keamanan manusia sudah seharusnya negara-negara termasuk Indonesia
dampak dari pandemi covid-19 untuk mengimplementasi konvenan internasional dan
juga harus dipenuhi, karena sudah meratifikasi, yaitu konvenan ICESCR (International
Convenant on Economic, Social, Cultural Rights) atau konvenan internasional tentang
Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya sebuah perjanjian multilateral yang diterapkan
oleh PBB pada tanggal 16 Desember 1966. Karena dampak yang terjadi akibat covid-19
bisa dilihat dari dampak ekonomi, sosial, dan budaya.
Negara yang sudah meratifikasi sudah seharusnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan
rakyatnya, dan hak-hak tersebut sudah seharusnya dijamin oleh negara. Sebagai contoh
yang harus dijamin adalah hak kesehatan, hak pendidikan, hak buruh, karena dampaknya
banyak buruh yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dan juga hak atas standar
kehidupan yang layak atas dampak dari pandemi covid-19. Indonesia sudah mengesahkan
konvenan ICESCR pada tahun 2005 melalui Undang Undang (UU) No. 11. Dengan itu
tidak ada alasan negara untuk tidak mengimplementasikan dan tidak memenuhi poin-poin
yang ada dalam konvenan dan UU.
Dampak yang terjadi selain diatas yaitu adanya diskriminasi dan juga stigma terhadap
siapapun yang positif covid-19 tanpa harus melihat status sosial. Dan juga, sudah
seharusnya negara untuk bersama-sama tanpa melihat status, ekonomi, sosial, dan politik
untuk bisa mengedukasi masyarakat untuk tujuan tidak adanya stigma dan diskriminasi
terhadap korban pandemi covid-19.
Daftar Pustaka :
Prakarsa. (2022, February). Menilik Arsitektur Kesehatan Global dalam G20 tahun 2022
– The PRAKARSA. https://theprakarsa.org/menilik-arsitektur-kesehatanglobal-dalam-
g20-tahun-2022/
Kemenkes RI. (2021b, December). Penguatan Sistem Kesehatan dalam Pengendalian
COVID-19 – P2P Kemenkes RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Dan Pencegahan
Penyakit. http://p2p.kemkes.go.id/penguatansistem-kesehatan-dalam-pengendalian-covid-
19/
Barouch, D.H. 2022. Covid-19 Vaccines - Immunity, Variants, Boosters. New England
Journal of Medicine. 387(11): 1011-1020.
Bulut, C., & Kato, Y. 2020. Epidemiology of COVID-19. Turk J Med Sci. 50: 563-570

2. Jelaskan tentang ekuitas dalam pelayanan kesehatan secara global dan jelaskan dampak nya
apabila terjadi inekuitas.
Jawaban :
Equity, diartikan sebagai keadilan, dan equality, diartikan sebagai persamaan. ‘Adil’ dan
‘sama’, adalah kata yang mempunyai makna tidak begitu jauh sebatas dari pengertian kita
sebagai masyarakat biasa. Akan tetapi, di dunia kesehatan, ekonomi, ataupun untuk para ahli
yang lainnya, dua kata tersebut mempunyai makna yang sangat berbeda secara signifikan.
Secara sederhana, equity memastikan hasil yang sama melalui pemberian pertolongan yang
berbeda, dan disisi lain equality memberikan pertolongan yang sama yang tidak memandang
perbedaan dari hasil akhir. Konsep ini mudah dimengerti melalui analogi, dimana tiga anak
dengan tinggi badan berbeda ingin melihat pertandingan sepak bola tetapi ditutupi oleh
sebuah pagar. Dengan konsep equity, kita dapat memberikan blok tapak kaki, dengan jumlah
dua blok untuk yang paling pendek, satu blok untuk yang menengah dan tidak memberikan
blok tapak kaki pada anak paling tinggi. Dengan itu, semua anak dapat melihat pertandingan
sepak bola. Hasil akan berbeda jika ketika mengikuti konsep equality, tiga blok tersebut akan
dibagi sama rata yang membuat semuanya mendapatkan satu blok. Anak yang paling pendek
akan tetap tidak bisa melihat pertandingan sepak bola karena satu blok tidak cukup untuk
melewati tinggi pagar tersebut.
Melihat analogi tersebut, kita dapat menyimpulkan kalau equity adalah pilihan pendekatan
yang tepat untuk penatalaksanaan kesenjangan. Akan tetapi, realita tidak semudah teori.
Equity pada kesehatan tidak hanya sebatas pengaturan alokasi sumber daya pada target
kelompok yang sesuai. Hal tersebut adalah suatu sistem yang komplek dimana adanya
dinamika antar politik dan adat setempat. Yang kadang terlewat dari pikiran kita, tidak semua
disparitas kesehatan adalah sesuatu yang tidak adil. Sebagai contoh, kita tidak bisa
menargetkan kondisi kesehatan kelompok lansia untuk menjadi sebaik kelompok orang muda.
Bayi perempuan akan cenderung untuk mempunyai berat badan yang lebih ringan dibanding
dengan bayi laki – laki. Para laki – laki akan mempunyai permasalahan prostat dimana
kelompok perempuan tidak. Contoh kesenjangan kesehatan yang disebutkan akan sulit untuk
dinyatakan sebagai hal yang tidak adil. Akan tetapi, perbedaan status nutrisi atau tingkat
imunisasi antara kelompok anak perempuan dan anak laki – laki, ataupun perbedaan
kemudahan untuk sebagian kelompok etnis untuk mendapatkan penanganan dari henti
jantung, adalah permasalahan yang serius dilihat dari perspektif keadilan.
Di Indonesia, upaya pendekatan equity dalam kesehatan telah diterapkan melalui Jaminan
Kesehatan Nasional. Sistem tersebut memastikan semua orang mendapatkan pelayanan
kesehatan yang baik tanpa membebani masyarakat secara finansial. Jaminan Kesehatan
Nasional mengumpulkan dana dari masyarakat dengan jumlah yang sesuai dengan
kemampuan finansial, dimana kelompok sosioekonomi rendah yang telah disubsidi oleh
negara. Walau masalah equity dan equality kesehatan di Indonesia masih ada ruang untuk
perkembangan, pendirian JKN adalah langkah awal yang tepat untuk pembentukan sistem
kesehatan yang adil untuk semua masyarakat.
Equity dalam kesehatan menurut WHO merupakan keadaan dimana setiap orang harus
mendapatkan kesempatan yang adil akan kebutuhan kesehatannya sehingga dalam upaya
memenuhi kebutuhan kesehatan tidak ada yang dirugikan, apabila faktor± faktor penghambat
dapat dihindari. Berdasarkan definisi di atas, Whitehead menjelaskan bahwa tujuan kebijakan
equity kesehatan tidak mengeliminasi seluruh perbedaan dalam bidang kesehatan sehingga
setiap orang memiliki tingkat kesehatan yang sama, namun untuk mengurangi faktor±faktor
yang menyebabkan terjadinya ketidakadilan dengan cara menciptakan kesempatan yang adil
untuk memperoleh kesehatan. Equity dalam pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai
berikut:
1. Akses/kesempatan yang sama ke pelayanan kesehatan, hal ini berarti setiap individu
memiliki hak yang sama untuk mengakses pelayanan kesehatan. Beberapa faktor
penghambat seperti letak geografis, budaya, keuangan (tingkat pendapatan yang rendah,
mahalnya biaya transportasi dan tidak tersedianya asuransi kesehatan), sumber daya
kesehatan yang tidak terdistribusi secara merata menyebabkan timbulnya ketidakadilan
dalam mengakses pelayanan kesehatan.
2. Pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilisasi) yang sama untuk kebutuhan yang sama.
Tingkat utilisasi yang berbeda pada suatu kelompok individu belum mencerminkan
terjadinya ketidakadilan, karena harus diketahui terlebih dahulu penyebab terjadinya
perbedaan utilisasi tersebut.
3. Kualitas pelayanan kesehatan yang sama bagi seluruh masyarakat, yang berarti Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK) memiliki komitmen yang sama untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat sesuai standar yang telah ditetapkan.

Dua dimensi equity dalam pelayanan kesehatan yaitu:


1. Keadilan Horisontal (Horisontal equity) merupakan prinsip perlakuan yang sama
terhadap kondisi yang sama yang terdiri dari: sumber daya, penggunaan dan akses yang
sama untuk kebutuhan yang sama serta kesamaan tingkat kesehatan.
2. Keadilan Vertikal (Vertical equity) menekankan pada prinsip perlakuan berbeda untuk
keadaan yang berbeda, meliputi: perlakuan yang tidak sama untuk kebutuhan yang
berbeda dan pembiayaan kesehatan progresif berdasarkan kemampuan membayar
(Indrayathi & Noviyani, 2017).

Dampak apabila terjadi inekuitas, ditunjukkan bahwa daerah-daerah yang kurang dalam
memberikan pelayanan kesehatan cenderung mempunyai derajat kesehatan dan usia harapan
hidup yang lebih rendah dibandingkan daerah yang memiliki akses dan kualitas pelayanan
kesehatan lebih baik. Kondisi yang lain seperti dalam beban menderita suatu penyakit,
kelompok yang kurang beruntung dalam pelayanan kesehatan tidak hanya mengalami beban
berat dari penyakit yang bersifat kronis, tetapi juga terjadi kecacatan di usia muda (Indrayathi
& Noviyani, 2017)
Daftar Pustaka
Idris, H. (2016). EQUITY OF ACCESS TO HEALTH CARE: THEORY & APLICATION
IN RESEARCH. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(2), 73–80.
https://doi.org/10.26553/jikm.2016.7.2.73-80
Braveman P, Tarimo E. Social inequalities in health within countries: not only an issue for
affluent nations. Social science & medicine. 2002 Jun 30;54(11):1621-35.
Indrayathi, P. A., & Noviyani, R. (2017). EQUITY DALAM PELAYANAN KESEHATAN.

3. Jelaskan dan berikan contoh tentang perubahan nilai sosial keluarga dalam ekonomi global.
Jawaban :
Di masyarakat terjadi perubahan yang kompleks sekarang ini, sebagian telah menyebabkan
terjadinya deviasi pola tingkah laku yang divergen sebagai suatu konsekuensi terjadinya
penyimpangan perilaku individu dalam keluarga. Sistem ekonomi yang bertopang pada
industri, menyebabkan sistem keluarga berubah dari tradisional ke modern, dimana para
anggota keluarga inti agak sama kedudukannya, suami isteri terlibat dalam hubungan yang
setaraf, mempunyai hubungan personal yang akrab, antara orang tua dan anak terdapat
hubungan yang tidak otoriter atau berciri demokratis, para remaja kawin dalam umur yang
tidak terlalu muda, jumah anak menjadi kecil, dan angka perceraian cenderung naik
(Samsudin, 2016) Era global yang identik dengan modernisasi dan industrialisasi memang
membawa dampak yang cukup signifikan terhadap cara hidup masyarakat, termasuk dalam
kehidupan keluarga. Modernisasi dan indutrialisasi telah membawa perubahan-perubahan
nilai kehidupan dari segi ekonomi yaitu:
1. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah konsumtif. Struktur keluarga
extended family cenderung ke arah nuclear family, bahkan sampai single parent family;
2. Ambisi karir dan materi sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu interpersonal, baik
dalam keluarga maupun dalam masyarakat
3. Dampak lain yang akan ditimbulkan oleh modernisasi global adalah meregangnya relasi
antar anggota keluarga dan relasi keluarga dengan masyarakat. dimana cenderung
individualis. Struktur keluarga yang semula “extended family” cenderung ke pola “nucleur
family”.

Hubungan kekeluargaan yang semula kuat dan erat (family tight), cenderung longgar dan
rapuh (family loose), ambisi karier dan materi yang tidak terkendali yang bersifat “obsesif
kompulsif” telah mengganggu hubungan interpersonal. Kerenggangan antar anggota
keluarga ini diakibatkan kurangnya komunikasi di antara mereka. Hal ini mengakibatkan
tingginya angka perceraian dan broken home. Gaya hidup di era global ini mengakibatkan
mengikisnya kesakralan perkawinan sehingga perkawinan hanya dilihat dari sisi relasi
fungsional (Soeradi, 2013).
Pola pendidikan keluarga di tengah arus perubahan sosial yang pesat itu hendaknya dapat
disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan sosial itu sendiri secara kreatif, positif dan
dinamis. Aziz Saleh (1992) mengemukakan tiga jenis pendekatan yang dapat dilakukan
orang tua dalam mendidik anakanaknya dalam era globalisasi sekarang yaitu
1. pendekatan dialog secara terbuka dengan anak-anak,
2. pendekatan berpikir kritis dan kreatif, dan
3. pendekatan klarifikasi nilai.

Selanjutnya Sudardja Adiwikarta (1988) mengemukakan bahwa orang tua perlu


menerapkan gaya mendidik yang bersifat moderat dengan anakanak, menumbuhkan suasana
keakraban antara orang tua dengan anak, mengembangkan budaya rasa salah pada anak-anak
dan memberi kesempatan yang luas kepada anak untuk bergaul dengan lingkungan
sekitarnya yang positif (Ilyas, 2022).
Daftar Pustaka :
Ilyas, A. (2022). PERANAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN
SOSIAL.
Samsudin, P. (2016). SOSIOLOGI KELUARGA (Studi Perubahan Fungsi Keluarga).
Soeradi. (2013). Perubahan Sosial dan Ketahanan Keluarga : Meretas Kebijakan Berbasis
Kekuatan Lokal. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial RI.
4. Bagaimana pendapat saudara tentang pencegahan dan pengendalian hazard kesehatan
masyarakat secara global.
Jawaban :
Pencegahan dan pengendalian hazard kesehatan masyarakat secara global sangat penting
karena bahaya yang berasal dari lingkungan berpotensi mengancam kesehatan manusia dan
efek yang ditimbulkannya sangat beragam mulai dari timbulnya gejala ringan seperti gatal-
gatal, batuk, iritasi ringan hingga kanker, mutasi gen, bahkan kematian. Rencana kegiatan
dan/atau usaha tentunya akan menimbulkan dampak baik positif maupun negatif (Kemenkes
RI, 2017).
Oleh karena itu, analisis risiko sangat penting digunakan untuk menilai atau menaksir risiko
kesehatan manusia yang disebabkan oleh pajanan bahaya lingkungan. Bahaya adalah sifat
yang melekat pada suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan efek
merugikan jika suatu organisme, sistem atau sub populasi terpajan oleh risk agent tersebut.
Bahaya lingkungan terdiri atas tiga risk agent yaitu chemical agents (bahan-bahan kimia),
physical agent (energi radiasi dan gelombang elektromagnetik berbahaya) dan biological
agents (makhluk hidup atau organisme) (Basri et al., 2014).
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan
manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/ mengurangi tingkat
risiko yang ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir. Cara
pengendalian risiko dilakukan melalui:
1. Eliminasi : pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber bahaya (hazard).
2. Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses, mengganti input
dengan yang lebih rendah risikonya.
3. Engineering : mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa teknik pada alat,
mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
4. Administratif : mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan pembuatan prosedur,
aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan seleksi terhadap
kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan.
5. Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat
perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety, coverall, kacamata
keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan (Soputan et al., 2014).

Daftar Pustaka :
World Health Organization. 1995. Hazard Prevention and Control in The Work
Environment Prevention and Control Exchange (PACE).Geneva: WHO.
Soputan, G. E. M., Sompie, B. F., & Mandagi, R. J. M. (2014). MANAJEMEN RISIKO
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) (Study Kasus Pada Pembangunan
Gedung SMA Eben Haezar). Jurnal Ilmiah Media Engineering, 4(4), 229–238.
Basri, S., Bujawati, E., Amansyah, M., Habibi, & Samsiana. (2014). Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan. Jurnal Kesehatan, VII.

5. Jelaskan tentang terjadinya diversitas populasi secara global serta faktor penyebab dan faktor
yang mempengaruhi.
Jawaban :
Keanekaragaman (diversity) adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat
perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa, ras, agama dan
keyakinan, adat kesopanan serta situasi ekonomi. Populasi adalah sekelompok orang yang
berbagi aspek genetika atau demografi dari spesies yang sama. Diversitas populasi adalah
kumpulan dari beberapa induvidual yang sejenis dalam suatu lingkungan dengan waktu
tertentu yang merujuk pada beberapa keanekaan/ keragaman/ keanekaragaman/ perbedaan
dalam keseluruhan spesies yang mendiami sebagian atau seluruh permukaan bumi.
Diversitas populasi dapat diukur berdasarkan variasi genetik atau juga dapat diukur dalam
hal demografi populasi (jumlah individu yang hadir dan representasi proporsional dari
berbagai kelas umur dan jenis kelamin) dan kebudayaan (Hardi, 2020).
Terjadinya diversitas populasi terjadi karena:
1. Keanekaragaman genetik
Gen adalah materi dalam kromosom makhluk hidup yang mengendalikan sifat organisme.
Gen pada setiap individu meskipun perangkat dasar penyusunannya sama tapi susunannya
berbeda-beda bergantung pada masingmasing induknya. Penyebab terjadinya gen adanya
perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis dari kedua induk. Keturunan dari
hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk. Kombinasi
susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu
dalam satu spesies berupa varietes-varietes secara alami atau buatan. Contoh diversitas
genetik: variasi jenis kelapa ada kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor (Zulfikar, 2021).
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara
populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-individu dalam
satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki perbedaan genetik antara satu dengan
lainnya. Variasi genetik timbul karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang
khas. Variasi genetik bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan
kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual.
Keragaman genetik merupakan suatu variasi di dalam populasi yang terjadi akibat adanya
keragaman di antara individu yang menjadi anggota populasi (Willy Putra et al., 2021).
2. Keanekaragaman Ras
adalah keanekaragaman manusia yang memiliki ciri-ciri fisik yang tidak sama karena
adanya perbedaan ciri ciri fisik, seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, bentuk muka,
ukuran badan, bentuk badan, bentuk dan warna mata, dan ciri fisik yang lain..

Daftar Pustaka :
Willy Putra, A., dkk (2021). Analysis of genetic variation of the outer membrane protein
(omp) gene sequence in Salmonella enterica subsp. enterica using RFLP in silico.

Faradiba, N. (2022, July). 4 Ras yang Ada di Dunia dan Penyebab Manusia Memiliki Ras
yang Berbeda. Kompas.Com.
https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/11/211200323/4-ras-yang-adadi-dunia-dan-
penyebab-manusia-memiliki-ras-yang-berbeda

Hardi, M. (2020). Pengertian Populasi: Karakteristik dan Faktor yang Mempengaruhinya.


https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-populasi/

6. Jelaskan kebaikan dan keburukan diversitas populasi dalam bidang kesehatan masyarakat
secara global
Jawaban :
Adanya keanekaragaman manusia di dalam sebuah masyarakat senantiasa menghadirkan
hal-hal atau fenomena-fenomena yang menarik. Fenomenafenomena tersebut tentunya bisa
dirasakan, sebagai contoh, perayaan tahun baru Imlek untuk penduduk berketurunan etnis
Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Tahun baru Imlek seringkali dimeriahkan dengan pesta
kembang api, tarian barong sai, seni pertunjukan khas Tionghoa, dsb. Tidak hanya penduduk
dengan keturunan etnis Tionghoa saja yang terlibat dalam suka cita perayaan tahun baru
Imlek, karena penduduk setempat yang bukan keturunan etnis Tionghoa tentunya ikut
merayakan dan terlibat dalam suka cita dan kemeriahan pesta pora tahun baru Imlek.
Fenomena serupa juga terjadi dalam dunia pendidikan. Pertukaran pelajar antar negara yang
tidak hanya memfokuskan dalam pendidikan semata, namun adanya upaya untuk saling
mengenal kebudayaan masing-masing negara. Pelajar dari masing-masing negara dapat
merasakan pengalaman baru dalam proses belajar dan proses berkebudayaan. Sebagai
contoh, di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, yang sering mendapatkan kesempatan bisa
berinteraksi dengan mahasiswa-mahasiswa dari luar negeri seperti Hungaria, German,
China, Thailand, dsb. Mahasiswa-mahasiswa dari luar negeri tersebut tidak hanya
mendapatkan hal baru dalam dunia seni, tetapi juga berkesempatan untuk mengenal dan
merasakan berbagai macam kebudayaan di Yogyakarta. Namun kenaekaragaman manusia
tidak selamanya menghadirkan fenomena-fenomena menarik yang menghadirkan keindahan
dalam kehidupan manusia, karena pada kenyataannya perbedaan tersebut seringkali
melatarbelakangi terjadinya konflik. Perbedaan cara berpikir pada setiap manusia terutama
dalam menyikapi keanekaragaman ternyata berpotensi menjadi penyebab atau pemicu
terjadinya konflik. Hingga saat ini pun masih banyak terjadi konflik dalam kehidupan
manusia yang dilatarbelakangi oleh keanekaragaman manusia. Permasalahan atau konflik
klasik masih saja terjadi bahkan di era yang sudah semaju ini, seperti konflik antar agama,
konflik ras, konflik suku bangsa, konflik gender, dan sebagainya. Dalam mengamati dan
memandang keanekaragaman manusia pada akhirnya memunculkan romantisme akan
keadaan yang damai dan rukun. Masyarakat yang damai adalah masyarakat dimana setiap
individu di dalamnya sanggup melakukan proses penyesuainpenyesuain terhadap
keanekaragaman manusia, saling bersinergi menyajikan satu harmoni. Selanjutnya dapat
terwujud hubungan kekeluargaan, sikap toleransi, menghormati, dan menghargai antar setiap
individu menjadi semakin kuat sehingga konflik-konflik yang telah diuraikan sebelumnya
merupakan hal yang tidak perlu terjadi
Daftar Pustaka :
Pratama, I.A. 2015. Keanekaragaman Manusia Penciptaan Karya Seni. Skripsi. Yogyakarta:
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Institut Teknologi Sepuluh November. 2022. Keanekaragaman Manusia Membawa
Pengembangan Dunia yang Pagan https://www.its.ac.id/news/2022/05/21/keanekaragaman-
manusia-bawapengembangan-dunia-yang-pagan/ [Diakses pada 12 Desember 2022]
Mahdayeni, Alhaddad, M.R., & Saleh, A.S. 2019. Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan
Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan
Sumber Penghidupan). Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. 7(2): 154-165.

7. Jelaskan tentang perbedaan antara penelitian klinis dan penelitian kesehatan masyarakat
Jawaban :
Penelitian klinis ( clinical research) adalah cabang ilmu kesehatan yang menentukan
keamanan dan efektivitas (efikasi) medikasi, peralatan medis, produk diagnostik, dan terapi
pengobatan yang ditujukan untuk digunakan manusia. Produk-produk tersebut dapat
digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis, atau untuk menghilangkan gejala
penyakit. Penelitian klinis berbeda dengan praktik klinis. Dalam praktik klinis, terapi yang
digunakan adalah terapi yang telah terbukti, sedangkan dalam penelitian klinis, bukti-bukti
dikumpulkan untuk menetapkan terapi atau penanganan (Wikipedia, 2022). Penelitian klinis
adalah penelitian yang menggunakan pasien dan sukarelawan yang sehat sebagai subyek
penelitian (Penelitian Klinis Adalah Dalam Kamus Kesehatan Bahasa Indonesia, n.d.).
Penelitian kesehatan adalah penelitian yang diterapkan dalam bidang kesehatan. Sehingga
prinsip prinsip dan sistem yang berlaku tidak jauh berbeda dengan penelitian di bidang
lainnya. Perbedaannya hanya pada area penelitian dengan pendekatan teori yang bersumber
dari keilmuan kesehatan. Salah satu yang membedakan dengan penelitian kesehatan adalah
obyek penelitian yang berupa manusia, baik secara individual maupun kelompok
(komunitas) sehingga etika dan norma harus diperhatikan, karena manusia terlibat langsung
baik sebagai obyek maupun subyek penelitian (Dharmawan, 2000). Penelitian kesehatan bila
dilihat dari tempat pengambilan data, dibedakan menjadi dua, yakni penelitian klinis dan
penelitian kesehatan masyarakat di mana penelitian klinis dilaksanakan di rumah sakit atau
puskesmas dengan objek penderita atau pasien. Sebaliknya penelitian kesehatan masyarakat
umumnya dilaksanakan dalam lingkungan masyarakat, di mana target sasarannya adalah
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat atau mencegah masalah
kesehatan yang mungkin muncul. Hal tersebut merupakan salah satu yang membedakan
antara penelitian klinis dan penelitian kesehatan masyarakat (Adiputra, 2021).
Daftar Pustaka :
Universitas Stekom Pusat. (2020) Penelitian klinis. Available at :
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Penelitian_klinis
Adiputra, I.M.S. et al. 2021. Metodologi Penelitian Kesehatan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Dharmawan, Y. Tanpa Tahun. Dasar Penelitian Kesehatan. Semarang: Universitas
Dipenogoro.

8. Bagaimana pendapat saudara tentang penerapan Etika penelitian kesehatan masyarakat


secara global.
Jawaban :
Penerapan etika penelitian kesehatan yang melibatkan manusia dengan latar belakang
budaya yang beragam sebagai subyek penelitian adalah pengaruh globalisasi yang sangat
penting untuk dilaksanakan. Kondisi ini akan menghadapkan penelitian kesehatan kepada
berbagai ragam kondisi sosial budaya, keyakinan/ kepercayaan/ agama, peraturan dan
ketentuan hukum dalam tatanan masyarakat, yang berbeda satu dengan lainnya. Penduduk
Indonesia tersebar di desa dan kota dengan perbedaan tingkat ekonomi, sosial, budaya yang
tercermin pada kualitas hidup dan sarana kesehatan. Keadaan ini mempertajam kesenjangan
antara kota dan desa karena masyarakat di perkotaan lebih cepat beradaptasi dan
memanfaatkan kesempatan yang diperoleh dari keadaan globalisasi, misalnya di bidang
pendidikan, pelayanan kesehatan dan hasil-hasil penelitian kesehatan.
Kode Nuremberg yang merupakan instrumen internasional pertama tentang etik penelitian
kesehatan untuk mencegah penelitian kesehatan yang tidak manusiawi. Ada tiga pokok yang
tercantum dalam Kode Nuremberg di bidang etik penelitian kesehatan yaitu untuk
1. melindungi integritas subjek penelitian,
2. menetapkan persyaratan untuk secara etis melaksanakan penelitian kesehatan dengan
mengikutsertakan manusia sebagai subjek penelitian, dan
3. secara khusus menekankan diperlukannya persetujuan sukarela (voluntary consent) dari
manusia sebagai subjek penelitian (Sriiswari, 2020).

Seluruh bidang etika tersebut sama-sama memiliki empat prinsip utama bioetika yaitu
Memberi manfaat bagi manusia (beneficence), Tidak melakukan perbuatan/tindakan yang
memperburuk manusia (Nonmaleficence), Respek/ menghormati manusia (respect for
persons/autonomy)dan Bertindak adil (justice) (Heryana, 2019)
Ketidaktahuan dan keterbatasan pengetahuan subyek penelitian tentang kepentingan
penelitian kesehatan dapat memunculkan perilaku subyek penelitian yang sangat koperatif,
sehingga dapat disalahgunakan dan dimanfaatkan oleh peneliti untuk memperoleh PSP dan
tandatangan subyek penelitian, yang dianggap sebagai syarat memadai untuk melaksanakan
penelitian kesehatan.
Daftar Pustaka :
Heryana, A. (2019). PENGANTAR ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN
MASYARAKAT. https://tirto.id/menuntut-perusahaan-rokok-akibatkecanduan-
mungkinkah-cF1l
Sriiswari, I. (2020). ASPEK ETIK PENELITIAN KESEHATAN.
Kemenkes RI. (2021a). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai