Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UTS

Di susun untuk memenuhi tugas UTS Kesehatan Global (Global Health)

Dosen Pengampu: Dr.dr. Harimat Hendrawan, M.Kes

Disusun Oleh :
Eneng Siti Fatimah
20210000046

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022
1. Analisa mengenai hubungan antara target SDGs, target RPJMN 2020-2024 dan
target Renstra Kemkes 2020-2024

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Sebagai


Pelaksanaan Sustainable Development Goals ( SDGS) dan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 akan
mempengaruhi pencapaian target pembangunan RPJPN, di mana pendapatan per kapita
Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara
berpenghasilan menengah atas (upper-middle income countries) yang memiliki kondisi
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, serta kesejahteraan rakyat
yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka
menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas
dan berdaya saing. Tatanan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur,
khususnya dalam bidang kesehatan ditandai dengan:
1. Terjaminnya ketahanan sistem kesehatan melalui kemampuan dalam melakukan
pencegahan, deteksi, dan respons terhadap ancaman kesehatan global;
2. Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat yang ditunjukkan dengan jangkauan
bagi setiap warga negara terhadap lembaga jaminan sosial yang lebih menyeluruh; dan
3. Status kesehatan dan gizi masyarakat yang semakin meningkat serta proses tumbuh
kembang yang optimal, yang ditandai dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup
(UHH) dan Healthy Life Expectancy (HALE).
Sejak ditetapkannya Renstra Kementerian Kesehatan pada tahun 2020, telah
terjadi disrupsi besar-besaran dalam kehidupan manusia bahkan pada skala global karena
adanya pandemi COVID-19. Wabah COVID-19 yang kemudian diperkirakan akan
menjadi endemik, memaksa pemerintah di seluruh dunia untuk menyesuaikan kebijakan
sekaligus membangun konsep untuk perubahan cara hidup masyarakat.
Salah satu sektor yang terkait langsung dengan pandemi ini adalah sektor
kesehatan. Pada konteks ini ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh Kementerian
Kesehatan antara lain:
1. Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab besar untuk pencapaian target
strategi nasional di bidang kesehatan, yaitu kesehatan ibu dan anak,perbaikan gizi
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, GerakanMasyarakat Hidup Sehat
(Germas) dan penguatan sistem kesehatan melalui transformasi kesehatan. Kementerian
Kesehatan terus melakukan terobosan dan inovasi guna percepatan pencapaian target
nasional pada tahun 2024 dan target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030
di bidang kesehatan.
2. Pandemi COVID-19 telah menyadarkan seluruh pemangku kepentingan kesehatan
bahwa:
a. kesehatan merupakan isu prioritas dan menekankan pentingnya ketahanan (resiliensi)
sistem kesehatan.
b. adanya permasalahan sistemik yang harus diperbaiki, seperti:

1) Biaya kesehatan yang terus meningkat, namun tidak efektif dan efisien dalam
pemanfaatannya;
2) Masih banyak permasalahan kesehatan yang persisten;
3) Beragam tantangan dalam peningkatan kualitas layanan primer;
4) Akses ke layanan rujukan yang masih terbatas;
5) Ketergantungan kefarmasian dan alat kesehatan pada impor;
6) Kebutuhan peningkatan deteksi dini dan surveilans, serta penguatan respons terhadap
situasi krisis;
7) pengeluaran kesehatan yang masih berfokus pada upaya kuratif;
8) terdapat beragam skema pembiayaan kesehatan yang perlu diharmonisasikan;
9) kekurangan jumlah dan pemerataan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan yang
berkualitas;
10) perencanaan kebutuhan dan pemetaan jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga kesehatan
belum terintegrasi dengan penyediaan dan pemenuhannya;
11) pemanfaatan teknologi digital yang masih terbatas; dan
12) keterbatasan layanan laboratorium kesehatan masyarakat yang memenuhi standar
dalam upaya promotif dan preventif.

c. perlunya peningkatan kapasitas dan ketahanan sistem kesehatan Dalam upaya


pencegahan dan pengendalian penyakit perlu mempertimbangkan kecepatan pemeriksaan
sampel laboratorium dan ketepatan informasi hasil untuk mengetahui pola sebaran
penyakit. Untuk itu diperlukan penguatan kapasitas laboratorium kesehatan masyarakat
baik dari segi sarana prasarana dan SDM yang mempunyai kemampuan baik dari segi
manajerial dan operasional laboratorium kesehatan masyarakat.
Perubahan Renstra Kementerian Kesehatan harus dilakukan sebagai rumusan
operasional atas gagasan dan konsep transformasi tersebut. Substansi perubahan Renstra
harus mencerminkan prinsip dan tujuan dari transformasi kesehatan. Renstra
Kementerian Kesehatan diharapkan dapat menggambarkan kapasitas dan bentuk respons
Kementerian Kesehatan dalam menjawab disrupsi dan tantangan di masa yang akan
datang.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
merupakan tahapan penting dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025 karena akan mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam
RPJPN. Pada saat itu, pendapatan per kapita Indonesia diperkirakan sudah masuk ke
dalam kelompok negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income
countries) yang memiliki infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik,
serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-
2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur
melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai
wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
RPJMN 2020-2024 telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs).
Target-target dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta indikatornya
telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda pembangunan Indonesia ke
depan.
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global
yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri
kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17
Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.

2. Bagaimana pendapat Saudara mengenai pemberian booster 1 dan 2 vaksin Covid-


19, pelajari referensi dari artikel/jurnal yang ada di dalam Negeri dan Luar Negeri
mengenai kebijakan pemberian booster 1 dan 2.

Menurut saya dari beberapa artikel jurnal yang membahas tentang efektivitas
vaksinasi booster 1 dan 2 maka dapat di simpulkan bahwa di Indonesia bahkan di dunia
telah melaksanakan vaksin 1 dan 2 dalam mengatasi penularan virus COVID-19 dan
hasilnya vaksin ini dapat menekan lajunya penyebaran virus COVID-19. Saat ini tren
kasus COVID19 di Indonesia terus menunjukkan penurunan yang signifikan. Hal ini
mendukung kemungkinan Indonesia bisa segera memasuki fase endemi COVID-19.
Alasannya vaksin booster dinilai telah berhasil meningkatkan kekebalan tubuh
untuk melawan COVID-19 karena kadar antibodi tubuh masyarakat Indonesia yang
sudah mendapatkan vaksin booster COVID-19 meningkat tajam. Hal ini terlihat
berdasarkan hasil sero survei bulan Maret 2022 lalu. Data sero survei yang dilakukan
Kemenkes, pada Maret 2022 kadar antibody masyarakat sebelum booster sekitar 400 titer
antibodi. Setelah disuntik vaksin COVID-19 booster, kadar antibodi naik hingga 5.000-
6.000 titer antibody, rata-rata 300-400 (titer antibodi) kalau dua kali (vaksinasi).
Tapi,begitu mendapat booster, naiknya ribuan rata-rata mendekati 6.000 titer antibodinya.
Kementrian kesehatan menegaskan bahwa vaksin booster dapat meningkatkan kekebalan
antibody, inilah yang akan melindungi masyarakat dari risiko COVID-19.

3. Jelaskan mengenai GHSA dan keuntungannya bagi Indonesia


Global Health Security Agenda (GHSA) muncul sebagai forum kerja sama antar negara
yang bersifat terbuka dan sukarela, dengan tujuan untuk memperkuat kapasitas nasional
dalam penanganan ancaman penyakit menular dan kesehatan global. Diluncurkan pada
Februari 2014 dengan 29 negara anggota sebagai inisiatif 5 tahun. Saat ini GHSA telah
beranggotakan 65 negara dan didukung oleh badan-badan PBB seperti WHO, FAO, OIE,
Bank Dunia, serta organisasi non pemerintah dan sektor swasta.
Area Kerja Sama GHSA
Strategi kerjasama dalam GHSA difokuskan pada upaya penguatan kapasitas nasional
setiap negara, khususnya dalam melakukan pencegahan, deteksi dan penanggulangan
penyebaran penyakit. Secara teknis, terdapat 11 paket aksi yang menjadi prioritas yaitu:
1) Penanggulangan Anti Microbial Resistance (AMR);
2) Pengendalian penyakit Zoonotik;
3) Biosafety dan Biosecurity;
4) Imunisasi;
5) Penguatan Sistem Laboratorium Nasional;
6) Surveilans;
7) Pelaporan;
8) Penguatan SDM;
9) Penguatan pusat penanganan kegawatdaruratan;
10) kerangka hukum dan respons cepat multisektoral; dan
11) mobilisasi bantuan dan tenaga medis.

Perkembangan dan Kontribusi GHSA


Beberapa perkembangan yang telah dicapai dan kontribusi yang diberikan GHSA antara
lain adalah, Pertama,
a. Keanggotaan
Negara anggota GHSA telah berkembang, dari 29 negara pada saat peluncuran di tahun
2014 menjadi 65 negara saat ini.
b. Kontribusi :
Joint External Evaluation (JEE)

Sebagaimana diketahui, penilaian IHR sampai tahun 2015 hanya menggunakan self-
assessment, yang memungkinkan adanya penilaian yang tidak obyektif. Dalam hal ini,
GHSA pada tahun 2015 menyusun Country Assessment Tool yang merupakan penilaian
terhadap kapasitas dalam 11 paket aksi, dimana selain menggunakan internal assessor,
untuk pertama kalinya, penilaian kapasitas dalam ketahanan kesehatan juga melibatkan
external assessor. Assessment tool dimaksud kemudian diadopsi oleh WHO menjadi JEE
pada tahun 2016, yang merupakan gabungan dari 8 kapasitas inti IHR dan 11 Action
Package GHSA. Peningkatan komitmen politis dalam penanganan global health security.
Berbagi praktik terbaik dalam kenaggotaan Paket Aksi Peningkatan kolaborasi dan kerja
sama lintas sektor, yaitu keterlibatan sektor lain di luar kesehatan, serta keterlibatan
sektor non-pemerintah, swasta, filantropi, generasi muda, dan donor dalam mencapai
ketahanan kesehatan global. Hal ini menjadi penting mengingat ketahanan kesehatan
tidak dapat dicapai sendiri oleh sektor kesehatan dan oleh pemerintah saja.
Arah ke Depan
Sebagai inisiatif 5 tahun, kerja sama GHSA harusnya berakhir pada akhir tahun 2018.
Namun demikian, Pertemuan Tingkat Menteri GHSA ke-4 di Uganda menghasilkan
Kampala Declaration yang pada intinya menyepakati untuk memperpanjang mandat
GHSA hingga tahun 2024 (GHSA 2024). Dalam fase ke-2 dimaksud, GHSA akan
memiliki visi, misi, dan tujuan yang lebih terukur dengan beberapa fokus antara lain
adalah penguatan kolaborasi dengan semua sektor dan aktor terkait.

Peran Indonesia dalam GHSA


Dalam kerja sama GHSA, Indonesia termasuk salah satu negara yang aktif berkontribusi,
diantaranya menjadi anggota Tim Pengarah (Steering Group) bersama 9 negara lainnya,
anggota Troika pada tahun 2014-2018, serta menjadi Ketua Tim Pengarah pada tahun
2016 yang mendapat apresiasi positif dari berbagai negara anggota dan mitra.

Dalam fase ke-2 GHSA (GHSA 2024), Indonesia akan tetap mengambil peran aktif
dengan menjadi anggota tetap Tim Pengarah (Steering Group), menjadi leading country
untuk zoonotic disease action package dan contributing country untuk action package
antimicrobial resistance, biosafety and biosecurity, serta real-time surveillance. Indonesia
juga menawarkan untuk menjadi host country Sekretariat GHSA yang akan membantu
administrasi dan komunikasi dalam GHSA 2024 yang saat ini sedang dalam pembahasan
untuk menentukan lokasi dan komposisinya.

Keuntungan GHSA bagi Indonesia :


GHSA sangat memberikan kontribusi besar terhadap penguatan kerja sama multisektor
dan multilaktor, mengingat penanganan ketahanan kesehatan tidak dapat dilakukan hanya
oleh sektor kesehatan. Selain itu, GHSA juga bermaksud membangun komitmen dari
para pimpinan tinggi Negara di seluruh dunia untuk lebih memperhatikan penanganan isu
health security.

Anda mungkin juga menyukai