Anda di halaman 1dari 24

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 13%

Date: Senin, Oktober 30, 2023


Statistics: 88 words Plagiarized / 673 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

B Kecemasan Menghadapi Persalinan 1 Definisi Kecemasan Menghadapi Persalinan Menurut


Mochtar ialah pemrosesan pengeluaran hasil konsepsi janin dan urin yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir dengan bantuan
atau tanpa bantuan kemudian menurut Bobak persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun ke alam jalan lahir Basheti et al 2021 Menurut Franciska et
al 2021 mengatakan bahwa kecemasan menghadapi persalinan terutama kehamilan dapat
mengakibatkan menurunnya kontraksi uterus sehingga persalinan akan bertambah lama
peningkatan insidensi atonia uteri laserasi perdarahan infeksi kelelahan ibu dan syok sedangkan
pada bayi dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur dan BBLR Menurut Yanti et al 2021
kecemasan yang paling sering dialami dan dirasakan oleh ibu hamil dimasa persiapan
menghadapi persalinan adalah dengan munculnya ketakutan yang tidak diketahui karena ibu
hamil sendiri sering tidak tahu apa yang akan terjadi pada saat proses persalinan Menurut
Purwanti 2020 kecemasan yang dialami oleh ibu hamil biasanya disebabkan karena persepsi ibu
kurang tepat mengenai proses persalinan Persalinan dipersepsikan sebagai proses yang
menakutkan sehingga bisa menimbulkan rasa sakit yang luar biasa atau dengan kata lain
munculnya ketakutan ketakutan yang dialami oleh ibu hamil anak pertama karena belum
pernah memiliki pengalaman mengenai persalinan Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi persalinan yaitu merupakan pengalaman emosional
yang tidak stabil yang dialami oleh ibu sehingga membuat adanya ancaman yang tidak jelas
penyebabnya dan kemudian berpengaruh pada proses persalinan yang akan dihadapi oleh ibu
hamil 2 Aspek Aspek Kecemasan Menurut Mortazavi et al 2019 mengemukakan bahwa aspek
aspek kecemasan meliputi hal hal dibawah ini a Aspek Fisik Gangguan yang terjadi pada fisik
indvidu yang mengalami kecemasan meliputi produksi keringat yang lebih banyak gemetar
perasaan mual panas dingin jantung berdetak kencang sesak nafas gelisah perasaan lemas diare
dan buang air kecil lebih sering dari biasanya b Aspek Perilaku Perilaku individu yang
mengalami kecemasan akan menjadi berbeda dari biasanya meliputi perilaku menghindar
ketergantungan terhadap orang lain dan individu cenderung menghindari atau meninggalkan
situasi yang dapat memicu timbulnya kecemasan c Aspek Kognitif Individu yang mengalami
kecemasan akan merasakan kekhawatiran yang berlebih terhadap sesuatu yang akan terjadi
Individu akan merasa terancam oleh seseorang atau peristiwa yang akan terjadi dan merasakan
kebingungan serta kekhawatiran akan ditinggal seorang diri 3 Alat Ukur tingkat Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang dapat menggunakan beberapa alat
ukur instrumen Menurut Santamaría et al 2022 menyebutkan alat ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang antara lain a Visual Analoge Scale for Anxiety
VAS A VAS didasarkan pada skala 100 mm berupa garis horisontal dimana ujung sebelah kiri
menunjukkan tidak ada kecemasan dan ujung sebelah kanan menandakan kecemasan maksimal
Widyastuty et al 2019 Skala VAS dalam bentuk horisontal terbukti menghasilkan distribusi yang
lebih seragam dan lebih sensitif Responden diminta memberi tanda pada sebuah garis horisontal
tersebut kemudian dilakukan penilaian b Hamilton Rating Scale for Anxiety HRS A Hamilton
Rating Scale for Anxiety yang terdiri atas 14 gejala yaitu perasaan cemas ketegangan ketakutan
gangguan tidur gangguan kecerdasan perasaan depresi gejala otot gejala sensori gejala
kardiovaskuler gejala respirasi gejala gastrointestinal gejala urogenital gejala otonom tingkah
laku Cara penilaian HRS A dengan sistem skoring yaitu skor 0 = tidak ada gejala skor 1 = ringan
satu gejala skor 2 = sedang dua gejala skor 3 = berat lebih dari dua gejala skor 4 = sangat berat
semua gejala Bila skor < 14 = tidak kecemasan skor 14 20 = cemas ringan skor 21 27 = cemas
sedang skor 28 41 = cemas berat skor 42 56 = panik c Spileberg State Trait Anxiety Inventory
STAI Diperkenalkan oleh Spielberg pada tahun 1983 Kuesioner ini terdiri dari 40 pertanyaan
mengenai perasaan seseorang yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang
yang dirasakan saat ini dan kecemasan yang dirasakan selama ini d Visual Numeric Rating Scale
of Anxiety VNRS A Pasien diminta menyatakan menggambarkan seberapa besar kecemasan
yang dirasakan VNRS A menggunakan skala dari angka 0 nol sampai 10 sepuluh dimana 0
menunjukan tidak cemas 1 3 cemas ringan 4 6 cemas sedang 7 9 cemas berat dan 10 menunjukan
tingkat panik

Kecemasan Bidan Menghadapi Kegawatdaruratan Medis


Pengertian Kecemasan
Dalam KBBI (2005) pengertian cemas adalah tidak tenteram hati karena khawatir dan takut atau gelisah. Hawari (2008)
mendefinisikan ansietas atau kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar
dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan.
Asmadi (2008) mengemukakan ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis.
Ansietas berkaitan dengan stress, oleh karena itu ansietas timbul sebagai respons terhadap stress, baik stress fisiologis dan
stress psikologis. Menurut Novia (2014) kecemasan dan stress adalah suatu kondisi yang dinamis saat seseorang
dihadapkan pada peluang dan tuntutan. Kecemasan dan stress tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam
konteks negatif, karena kecemasan dan stress memiliki nilai positif ketika menjadi peluang. Sebagai contoh, banyak
profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat sebagai tantangan positif guna menaikkan kualitas.
Depkes RI (1990) dalam Lestary (2010) mendefinisikan bahwa kecemasan ketegangan, rasa tidak aman yang lahir dari diri
sendiri karena ada sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari
dalam.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam Asmadi (2008) kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan
dalam hubungan interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbeda. Menurut Lazarus (1994) dalam Slamet dan Markam (2008) membahas adanya empat jenis penyakit
yang diduga berkaitan dengan emosi yang menimbulkan keadaan tak senang (distressing) : emosi, marah, iri, cemburu,
cemas, bersalah, malu, sedih dan berharap. Penyakit-penyakit itu adalah : psikosomatik, infeksi, jantung koroner dan
kanker.
Menurut Webe (2012) kecemasan dan rasa takut adalah gambaran yang diciptakan oleh diri kita sendiri, rasa ketinggian
diri menyebabkan rasa cemas, gelisah dan takut serta was-was akan kehilangan semua yang dimiliki. Menurut Baidun
(2009) sesungguhnya ketakutan-ketakutan dalam diri kita adalah hasil dari imajinasi kita sendiri. Kita sering
melebih-lebihkan sesuatu yang belum tentu sesuai dengan realita. Menurut Sugiarto (2013) beberapa ahli psikolog meyakini
bahwa saat kita berada dalam kondisi tidak nyaman, tidak sabar dan gelisah, kita akan menyampaikan kebutuhan kita
secara nonverbal dengan membuat bunyi atau gerakan yang berulang-ulang seperti menggerakan kaki atau tangan,
ketukan kaki hingga menghentak-hentakkan kaki di lantai. Menurut Archan (2012) ciri-ciri individu dengan kecemasan,
seperti : kurang percaya diri, resah, gelisah, berkeluh kesah, kecewa berkepanjangan dan self-centered (menceritakan
semua tentang dirinya dan pembicaraan berpusat pada dirinya).
Menurut Hawari (2008) kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan
perasan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas
(Reality Testing Ability/RTA), kepribadian masih utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality),
perilaku dapat terganggu tetap masih dalam batas normal. Kecemasan dimaknai juga sebagai reaksi normal dari keadaan
yang sangat menekan serta merupakan hasil interaksi dari proses psikologi dan proses fisiologi dalam tubuh manusia.
Kecemasan menunjukkan adanya kewaspadaan dalam bentuk reaksi terhadap bahaya atau terhadap suatu keadaan yang
memungkinkan individu tersebut akan kehilangan kendali. Dalam keadaan normal, kecemasan biasanya tidak berlangsung
lama, namum dapat berpengaruh buruk terhadap individu jika seringkali terjadi.
Menurut Ramaiah (2003) kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam
kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan
karena itu berlangsung tidak lama. Rasa marah yang lebih mudah timbul, sakit kepala, gemetaran anggota tubuh serta
aktivitas berlebihan dari sistem otonomik, menandai keadaan pikiran yang diliputi kecemasan.
Prasetyono (2007) mengemukakan kecemasan itu timbul karena seseorang tidak mampu menyesuaikan diri, baik terhadap
dirinya sendiri, dengan orang perseorangan maupun terhadap lingkungannya. Menurut Ahmadi (2007) kecemasan timbul
karena kemungkinan kegagalan dalam mencapai tujuan, terjadi penolakan, memiliki konsekuensi atas kehilangan status
serta kritik atau celaan atas kegagalan.
Menurut Slamet dan Markam (200) kecemasan merupakan turunan (derivate) pertama dari konflik, akan timbul bila
motif-motif yang saling bertentangan tidak dimengerti atau disdari oleh klien. Kecemasan ini pada taraf faal terdiri dari
proses-proses faal yang tidak terorganisasi, dimana ada dominasi susunan saraf autonom, misalnya : jantung
berdebar-debar, nafas sesak dan sebagainya. Pada taraf psikologis (juga mencakup taraf faal) seperti : tegang, bingung,
gerakan tidak konsisten, reaksi psikologis bercampur baur. Reaksi terhadap kecemasan seringkali sukar dibedakan dengan
ekspresi langsung dari kecemasan itu sendiri, misalnya : seseorang yang berjalan mondar-mandir: gerakan ini dapat
merupakan pernyataan langsung dari kecemasan, tapi mungkin juga usaha untuk mengurangi kecemasan.
Menurut Corey (2005) dalam Asmadi (2008) ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada individu yang bersangkutan.
Dalam teori Maslow dalam Sarwono (2002) kebutuhan hierarki kedua berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas,
perlindungan struktur, keteraturan, situasi yang bisa diprakirakan, bebas dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya. Karena
adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat
sistem asuransi, pensiun, dan sebagainya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam Asmadi (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu:
Faktor Predisposisi
Faktor yang dapat menjadi timbulnya respon tubuh terhadap kecemasan yang terjadi pada dirinya.
Teori psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super
ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Dalam struktur kepribadian menurut Freud dalam Suryabrata (2011) kepribadian terdiri atas tiga sistim/aspek : Das Es (the
id), yaitu aspek biologis, Das Ich (the ego) yaitu aspek biologis dan Das Ueber Ich (the super ego) yaitu aspek sosiologis.
Menurut Freud dalam Sunyoto (2013) konflik diturunkan menjadi tiga komponen kepribadian meliputi id, ego dan super ego
:
Id atau libido mengendalikan kebutuhan dan kepentingan individu yang paling mendasar (lapar, haus, seks dan pertahanan
diri). Freud (1962) dalam Adisusilo (2012) menambahkan id bagian dari alam bawa sadar, terbawa sejak lahir dan
merupakan sumber irrasionalitas yang senantiasa mendorong pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri.
Ego adalah konsep diri individu dan manifestasi realitas tujuan dan hal itu dikembangkan dalam interaksi dengan dunia luar.
Ego adalah pengatur id, mengendalikan id untuk mencapai tujuan yang secara sosial dapat diterima. Freud (1962) dalam
Adisusilo (2012) menambahkan ego menjadi jembatan penghubung antara id dan superego dan realitas eksternal manusia.
Ego akan berkembang dalam diri seseorang melalui proses belajar dan melalui perjumpaan-perjumpaan dengan lingkungan
hidupnya.
Ego menurut Bucklew Slamet dan Markam (2008) mencakup kesadaran diri dan persepsi diri, penilaian diri/harga diri
(self-esteem) dan pengarahan ke suatu tujuan yang sesuai dengan sistem nilai yang telah dikembangkan. "Ego-defence"
ialah cara-cara dengan apa seseorang mengatasi ancaman terhadap persepsi diri dan penilaian diri. "Ego-alien functions"
adalah kepribadian dengan tingkah laku yang tidak berarti bagi ego, dan juga fungsi-fungsi yang bertentangan dengan ego.
Super Ego adalah tali kekang untuk id, menjadi penekan gejolak-gejolak nafsu yang ada pada manusia. Super ego tidak
mengatur id, tetapi sebagai pengendali dengan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak dapat diterima dengan
menciptakan rasa bersalah. Freud (1962) dalam Adisusilo (2012) menambahkan super ego atau conscience (kata/suara
hati), suatu fungsi sensor dari kepribadian. Perkembangan super ego tergantung pada ada tidaknya figur orang tua yang
akan diinternalisasikan dalam diri seseorang dan menjadi standar dalam menghadapi lingkungannya.
Konflik adalah ketidaksetujuan antara dua atau lebih individu atau organisasi atau kelompok akan suatu hal karena
perbedaan status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi.
Menurut Freud dalam Wiramihardja (2012) kecemasan adalah perasaan yang tergeneralisasikan atas ketakutan dan
kekhawatiran. Konsep ini merupakan titik pandangan psikoanalitik yang utama. Terdapat tiga jenis kecemasan, ialah :
Kecemasan Realitas (Reality Anxiety), ialah perasaan cemas yang didasarkan pada adanya obyek atau ancaman yang
menakutkan dari dunia luar.
Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety), ialah perasaan cemas sebagai akibat dari impuls-impuls id yang menembus kendali
ego menjadi tingkah laku dan menimbulkan adanya perasaan mendapat hukuman.
Kecemasan Moral (Moral Anxiety), ialah perasaan yang timbul dari tindakan-tindakan baik yang nyata maupun dipikirkan
yang bertentangan dengan super ego, sehingga menimbulkan perasaan bersalah.
Teori interpersonal
Menurut pandangan teori interpersonal, cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal, dan trauma serta penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat. Dengan
demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antar manusia.
Teori perilaku
Menurut pandangan teori perilaku, cemas atau ansietas merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapaikan tujuan yang diinginkan. Ketidakmampuan dan kegagalan dalam mencapai suatu
tujuan yang diinginkan akan menimbulkan frustasi dan keputusasaan dan menyebabkan seseorang menjadi ansietas.
Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin
membantu mengatur cemas. Penghambat asam aminobutirik-gamma neuro regulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan cemas, sebagaimana halnya dengan endorfin.
Menurut Sumanto (2014) teori biologis condong pada sisi nature (pembawaan), walaupun memahami pentingnya interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Beberapa teori perkembangan menekankan faktor kematangan dari individu dan
yang lain memfokuskan pada keadaan biologis yang mendasari perubahan perilaku individu untuk mempertahankan hidup.
Faktor Presipitasi
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang menjadi cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun luar
dirinya (faktor eksternal). Pencetus ansietas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
Faktor internal
Kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :
Pengetahuan
Pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap seseorang, sehingga dengan pengetahuan yang lebih baik maka akan
menurunkan tingkat kecemasan.
Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang
sehingga orang itu terpaksa beradaptasi.
Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan cemas. Karena individu yang matur
memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.
Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah
mengalami kecemasan.
Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada pada suatu lingkungan yang asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan
berada di lingkungan yang biasa ia tempati.
Pendidikan dan status ekonomi.
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan memudahkan orang tersebut mengalami
kecemasan.
Tipe kepribadian
Orang yang bertipe kepribadian A akan lebih mudah mengalami kecemasan dari pada orang yang bertipe kepribadian B.
Adapun ciri-ciri orang bertipe kepribadian A adalah ambisius, tidak sabar, ingin serba sempurna, kompetitif, mudah
gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang, merasa diburu waktu. Sedangkan orang yang
bertipe kepribadian B mempunyai ciri yang berkebalikan dengan tipe A.
Umur
Orang yang berumur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi
ada juga yang berpendapat sebaliknya.
Jenis kelamin
Kecemasan sering dialami wanita dari pada pria. Menurut Hurlock (2002) dikalangan wanita, antisipasi keberhasilan
khususnya bagi pesaing laki-laki merupakan ancaman bagi kewanitaan dan gambaran diri yang berfungsi sebagai basis
potensial untuk ditolak dalam masyarakat. Dengan kata lain, antisipasi keberhasilan merupakan kecemasan yang
menghasilkan perilaku dan motivasi untuk berprestasi secara positif, agar merasa dan tampak lebih feminin. Wanita
khususnya sangat takut akan keberhasilan menyembunyikan kemampuannya dan menghilangkannya dari pola berpikir
tentang pikiran, aktivisme dan prestasinya dimasyarakat.
Sosial budaya
Seseorang yang mempunyai keyakinan agama yang kuat dan mempunyai falsafah hidup yang jelas, keyakinan agama yang
kuat dan cara hidupnya teratur dan jelas lebih sukar mengalami kecemasan.
Faktor eksternal
Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma
fisik, pembedahan yang akan dilakukan).
Ancaman sistem konsep diri antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan
serta perubahan status atau peran.

Tingkat Kecemasan
Kemampuan individu untuk merespons terhadap suatu ancaman berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini
berimplikasi terhadap perbedaan tingkat ansietas yang dialaminya. Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam Asmadi
(2008) respon individu terhadap ansietas beragam, cemas diklasifikasikan menjadi beberapa tingkat, yaitu:
Tidak Cemas
Individu merasa tidak ada beban dan tekanan dalam hidupnya. Individu merasa santai jika permasalahan tiba-tiba muncul
dan menganggap masalah itu bukan masalah besar dan berani menghadapi masalah tersebut untuk diselesaikan, sehingga
individu ini tidak pernah membesar-besarkan masalah kecil.
Cemas Ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.

Cemas Sedang
Cemas sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain.
Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Cemas Berat
Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.
Panik
Tingkat panik dari cemas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena kehilangan kendali. Orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Rentang Respon Kecemasan
Respon Adatif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


Gambar 2.2 Rentang Respon Kecemasan (Stuart dan Sundeen, 1998)
Menurut Asmadi (2008) tiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain.
Manifestasi ansietas yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan,
harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan.
Mekanisme Koping Terhadap Ansietas
Menurut Santrock (2007) koping (coping) melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani, memperluas usaha
untuk memecahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha untuk mengatasi atau mengurangi kecemasan dan stress.
Perbedaan antara usaha koping yang efektif dengan usaha yang tidak efektif adalah karakteristik individu. Keberhasilan
dalam koping berkaitan dengan sejumlah karakteristik, termasuk penghayatan mengenai kendali pribadi, emosi positif dan
sumber daya personal (Folkman dan Moskowitz, 2004). Meskipun demikian, keberhasilan dalam koping juga tergantung
pada strategi-strategi yang digunakan dan konteksnya. Orang yang memiliki banyak cara untuk melakukan koping ---
beberapa orang lebih eektif dibanding lainnya.
Menurut Asmadi (2008) setiap ada stressor penyebab individu ansietas, maka secara otomatis muncul upaya untuk
mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping. Secara umum, mekanisme koping terhadap ansietas diklasifikasikan ke
dalam dua kategori, antara lain :
Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving Strategic)
Bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan realistis.
Strategi pemecahan masalah ini secara ringkas dapat digunakan dengan metode STOP (Source, Trial and error, Others,
serta Pray and Patient).
Source berarti mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah. Trial and error berarti mencoba berbagai pemecahan
masalah. Others berarti meminta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and patient berarti berdo'a kepada
Tuhan YME agar jiwa dan pikiran seseorang menjadi tenang dan tenteram serta harus sabar dengan berlapang dada
menerima kenyataan yang ada pada dirinya.
Mekanisme Pertahanan Diri (Defence Mecanism)
Merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adequate. Beberapa ciri
mekanisme pertahanan diri antara lain :
Bersifat hanya sementara
Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran
Sering kali tidak berorientasi pada kenyataan
Menurut Sumanto (2014) suatu kondisi yang menimbulkan kecemasan, maka ego dapat memunculkan defence mechanism
untuk mengurangi kecemasan yang muncul. Menurut Freud tanpa defence mechanism, derajat kecemasan dalam diri
individu tidak bisa ditolerir yang akan membawa individu tersebut pada gangguan mental.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan. Pertahanan jangka pendek, antara lain :
Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas (misal : konser musik, bekerja keras, menonton
televisi secara obsesif).
Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (misal : ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub
politik, kelompok/geng).
Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan
individu (misal : penyalahgunaan obat).
Pertahanan jangka panjang termasuk berikut ini :
Penutupan identitas --- adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri individu tersebut.
Identitas negatif --- asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, projeksi, pergeseran (displacement), peretakan
(splitting), berbalik marah terhadap diri sendiri dan amuk.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) sumber-sumber koping ada dalam semua orang, betapapun terganggu perilakunya,
tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin meliputi :
Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
Hobi dan kerajinan tangan
Seni yang ekspresif
Kesehatan dan perawatan diri
Pekerjaan, vokasi atau posisi
Bakat tertentu
Kecerdasan
Imaginasi dan kreativitas
Hubungan interpersonal
Menurut Richard Lazarus (1993, 2000) dalam Santrock (2007) salah satu cara mengklasifikasikan strategi koping yang
banyak dianut oleh para psikolog yang mempelajari koping adalah :
Problem-Focused Coping (Koping yang berfokus pada masalah)
Adalah suatu strategi yang diarahkan pada masalah yang dialami seseorang serta upaya untuk memecahkan masalah
tersebut. Sebuah rangkuman yang diberikan akhir-akhir ini terhadap 39 riset menyatakan bahwa problem-focused coping
berkaitan dengan perubahan ke arah positif setelah individu mengalami trauma dan kesulitan (Linley dan Joseph, 2004).
Emotion-Focused Coping (Koping yang berfokus pada emosi)
Adalah istilah untuk merespon secara emosional terhadap kecemasan dan stres yang dialami, khususnya dengan
menggunakan mekanisme pertahanan. Emotion-focused coping meliputi cara menghindari masalah, melakukan rasionalisasi
terhadap peristiwa yang terjadi, menyangkal peristiwa yang terjadi, menertawakannya, atau mencari pandangan yang
religius untuk memperoleh dukungan.
Menurut Lester, Smart dan Baum (1994) dalam Santrock (2007) pendekatan kontekstual untuk koping menekankan
pentingnya coping flexibility (fleksibilitas koping), yaitu kemampuan untuk memodifikasi strategi koping yang diperlukan
untuk menyesuaikan tuntutan dari situasi tersebut. Menurut Cheng dan Cheung (2004) individu-individu yang menghadapi
lingkungan yang menekan memiliki banyak strategi yang dipilih. Menurut Huang dkk (2005) memilih lebih dari satu strategi
akan lebih bijaksana karena strategi tunggal mungkin tidak akan bekerja dalam kontek tertentu.
Gejala Klinis Cemas
Menurut Hawari (2008), keluhan-keluhan yang sering ditemukan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara
lain sebagai berikut :
Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
Gangguan pola tidur dan mimpi-mimpi yang menegangkan
Gangguan konsentrasi dan daya ingat
Keluhan-keluhan somatik misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar,
sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, kepala sakit, dan sebagainya.
Menurut Novia (2014) gejala gangguan emosional diantaranya merasa depresi, cemas, takut dan marah, seseorang
mengalami emosi tertentu, seperti depresi, kecemasan dan kemarahan yang terlalu sering atau terlalu kuat.
Menurut Slamet dan Markam (2008) gejala dan sindrom sasaran dari gangguan cemas adalah pengalaman subjektif yang
ditandai oleh keresahan/kekhawatiran (worry, apprehensive expectation, anticipatory anxiety) dan ketegangan motorik,
hiperaktivitas autonomik dan kewaspadaan (vigilance). Semua simtom yang berkaitan dengan kecemasan/anxiety, responsif
terhadap obat-obat anticemas. Gangguan cemas spesifik terdiri dari gangguan cemas umum, gangguan panik, fobia
sederhana dan fobia sosial, serta gangguan obesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder/OCD). Gangguan cemas
umum merespon terhadap obat anticemas kelompok benzodiazepam. Simtom cemas kembali dialami bila obat dihentikan.
Menurut Gemilang (2013) pada umumnya gangguan emosional berkisar pada persoalan emosi takut dan kecemasan. Takut
sebagai reaksi terhadap situasi yang berbahaya dan cemas sebagai antisipasi dari rasa takut. Jika perasaan cemas ini
levelnya bertambah besar, patut diwaspadai menjadi suatu fobia. Menurut Bung Karno dalam Sugiarto (2013) bila dalam diri
seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak
akan bertemunya dia dengan kemajuan selangkah pun.

Aspek Kecemasan
Hawari (2008) menyebutkan bahwa secara klinis, kecemasan secara umum mempunyai beberapa aspek, yaitu:
Aspek Fisik
Kecemasan dalam aspek fisik ditandai dengan nafas yang tidak teratur, sakit perut, percepatan denyut jantung, telapak
berkeringat, mulut kering, pusing atau baur, dan gemetaran.
Aspek Perilaku
Kecemasan dimunculkan juga dalam perilaku, dalam aspek ini reaksi kecemasan yang dimaksudkan adalah pemberian
respon-respon yang kurang tepat dari individu yang mengalami kecemasan tersebut dan kecenderungan melakukan
penghindaran (sense of runaway) yang diwujudkan dalam perilaku tampak serta dipengaruhi oleh tumpukan perasaannya
sendiri.
Aspek Kognitif
Aspek kognitif dari kecemasan antara lain seperti: ide atau gagasan, keyakinan, dialog internal, gambaran mental dari
sesuatu yang mungkin terjadi dalam situasi yang menakutkan atau membuat panik. Memikirkan sesuatu yang menakutkan
akan cenderung mengarahkan individu pada perilaku takut dan cemas.
Cara Mengurangi Kecemasan
Menurut Smart (2010) dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat dapat mengurangi cemas dan yakinkan persaingan
pasti terjadi namun harus dihadapi dengan rasa percaya diri. Hal ini akan membangkitkan rasa percaya diri dan sedikit demi
sedikit menghilangkan rasa grogi pada mahasiswa semester akhir. Ia akan lebih percaya diri ketika berhadapan dengan
masyarakat umum.
Menurut Prasetyono (2007) untuk mengatasi rasa cemas ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain :
Langkah 1 : Menganalisa (menilai) keadaan yang terjadi dengan berani dan jujur. Perhitungkanlah apakah akibat terburuk
yang mungkin terjadi karena kegagalan itu.
Langkah 2 : Setelah memperhitungkan akibat-akibat terburuk yang mungkin terjadi, selanjutnya : bermufakat (sepakat)
dengan diri sendiri untuk menerima akibat-akibat yang terburuk itu jika memang perlu.
Langkah 3 : Pusatkanlah waktu dan tenaga untuk memperbaiki segala keburukan-keburukan yang telah diperhitungkan tadi
(yang di dalam batin telah diterima). Lakukan dengan senang, pasrah dan tawakal. Menurut Al-Adawiy (1987)
menghilangkan stress, penawar kegundahan hati adalah selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Gemilang (2013) tips mengatasi rasa gugup dan cemas, antara lain :
Mempersiapkan diri dengan hati-hati dan cermat akan mengurangi rasa gugup dan cemas secara signifikan, juga
memberikan hasil yang optimal pada setiap tindakan.
Tanyakan pada diri sendiri hal terburuk apa yang akan terjadi ? Bertanya tentang hal-hal yang lebih simpel akan membuat
sesuatu menjadi lebih sehat dan menenangkan diri.
Menarik nafas 30 kali dalam dalam dapat merilekskan tubuh.
Visualisasi atau imajinasi tentang masa depan secara positif.
Berlatih dan berlatih, mengambil aksi dan menempatkan diri dapat membuat semakin percaya diri, merasa nyaman dan
tidak gugup.
Menyadari bahwa orang tidak peduli dengan tindakan kita, atau berpikir positif bahwa diri kita bukan pusat perhatian,
maka memusatkan pikiran pada permasalahan, tantangan dan kemenangan.
Menurut Cheng Kar (2007) cara membiarkan rasa cemas berlalu demi kesehatan adalah dengan menanamkan pemikiran
berikut :
Jika anda tahu sebuah masalah dapat dipecahkan, mengapa cemas ?
Jika anda tahu sebuah masalah tidak dapat dipecahkan, mengapa cemas ?
Karena menurutnya manusia tidak hanya memiliki Panca Indera (Penglihatan, Pendengaran, Pengecap/perasa, Pembau,
Peraba) dari sudut pandang Buddhis terdapat indera Ke-6, yakni : Pikiran. Dalam rangka menangani stres dan kecemasan,
perlu dua indera tambahan: Ke-7 Selera Humor --- kemampuan untuk menertawai masalah-masalah dalam hidup dan
belajar mengambil hikmah darinya. Ke-8 Rasa Perspektif --- Kemampuan untuk mengingat berkah-berkah dalam hidup dan
bersyukur atas segalanya. Perlu indera Ke-9 untuk dapat memiliki indera ke-7 dan ke-8, yakni : Akal Sehat. Maka kehidupan
akan memiliki indera Ke-10 : Indera Sempurna.
Menurut Webe (2012) dengan sangat cepat, seseorang yang jernih dan damai akan dapat mengendalikan dirinya dari
situasi yang menyebabkan pikiran marah, cemas, gelisah, kembali kepada jiwa yang tenang. Dalam kedamaian, seseorang
bisa saja marah, namun tidak hanyut dalam kemarahan. Ia bisa saja cemas, namun tidak hanyut dalam kecemasan. Ia bisa
saja gelisah, namun tidak hanyut dalam kegelisahan. Menurut Palmer dan Froehner (2003) jika kita pastikan bahwa
kebutuhan kita terpenuhi kita tidak perlu marah atau tertekan, sebab timbulnya kemarahan disebabkan kebutuhan kita yang
tidak terpenuhi.
Alat Ukur Kecemasan
Menurut Hawari (2008) untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang atau berat
dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A).
Alat ukur ini terdiri dari 14 gejala. Masing-masing gejala diberi penilaian angka score antara 1-5, yang artinya adalah :
1 = tidak ada gejala (tidak pernah)
2 = gejala ringan (jarang)
3 = gejala sedang (kadang-kadang)
4 = gejala berat (sering)
5 = gejala sangat berat (selalu)
Masing-masing nilai angka (score) dari 14 gejala tersebut dijumlahkan dan dari penjumlahan tersebut dapat diketahui
derajat kecemasan seseorang, yaitu :
Skor 1-14 dikategorikan tidak ada kecemasan
Skor 15-28 dikategorikan kecemasan ringan
Skor 29-42 dikategorikan kecemasan sedang
Skor 43-56 dikategorikan kecemasan berat
Skor 57-70 dikategorikan panik
Skala HRS-A merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami
kecemasan. Menurut Skala HRS-A terdapat 14 symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan.
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang sudah
dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas AAS sudah
diukur oleh Yul Iskandar pada tahun 1984 dalam penelitiannya yang mendapat korelasi yang cukup dengan HRS-A (r = 0,57
- 0,84).
Skala HRS-A pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperlukan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi
standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HRS-A telah dibuktikan memiliki validitas
dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan
0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HRS-A akan diperoleh hasil yang
valid dan reliable.
Skala HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) yang dikutip oleh Nursalam (2004) penilaian kecemasan terdiri dari 14
item, meliputi :
Perasaan Cemas : firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
Gangguan Tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
Gangguan Kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
Perasaan Depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih dan perasaan tidak menyenangkan setiap
hari.
Menurut Sugiarto (2013) rasa kesepian, tertekan, tidak bahagia dan cemas berkepanjangan dapat bermuara menjadi
depresi.
Gejala Somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.
Gejala Sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.
Gejala Kardiovaskuler : takikardi, nyedi di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang dalam sekejap.
Gejala Pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
Gejala Gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung, sebelum dan
sesudah makan, perasaan panas di perut.
Gejala Urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, Amenorhea, ereksi lemah atau impotensi.
Gejala Vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
Perilaku lain : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas
pendek dan cepat.
Sintesa Kecemasan Bidan Menghadapi Kegawatdaruratan Medis
Sintesa variabel Kecemasan Bidan Menghadapi Kegawatdaruratan Medis adalah suatu kegelisahan, kekhawatiran yang
timbul di dalam diri bidan dalam menghadapi kegawatdaruratan medis di PONED Puskesmas.

2.1 Kecemasan Ibu Melahirkan dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
2.1.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan
gejala fisiologis (Tomb, 2010). Stuart (2011) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang
spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif. Cemas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Menurut Riyana &
Nurhidayati (2011), Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas,
individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan
tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis
Kecemasan adalah respon emosional dan penilaian individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan
belum diketahui secara khusus faktor penyebabnya (Ermawati, 2009 dalam Herri, dkk, 2010). Kecemasan adalah respon
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup (Stuart dan Laraia, 1998
dalam Herri, dkk 2010).
Cemas merupakan suatu keadaan yang wajar, karena seseorang pasti menginginkan segala sesuatu dalam kehidupannya
dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari segala marabahaya atau kegagalan serta sesuai dengan harapannya.
Banyak hal yang harus dicemaskan, salah satunya adalah kesehatan, yaitu pada saat dirawat di rumah sakit. Misalnya pada
saat anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit akan menimbulkan dampak bagi orang tua maupun anak tersebut. Hal
yang paling umum yang dirasakan orang tua adalah kecemasan. Suatu hal yang normal, bahkan adaptif untuk sedikit cemas
mengenai aspek-aspek kehidupan tersebut. Kecemasan merupakan suatu respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi
kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, et al., 2010).
Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran
dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada
hubungannya berbagai perasaan yang sifatnya difuss, yang sering bergabung atau disertai gejala jasmani (Kaplan &
Sadock, 2001).
Ada empat tingkat kecemasan yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
Kecemasan ringan: kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang
persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Cemas
ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya, seperti melihat, mendengar dan gerakan
menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas
Kecemasan sedang: memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan
yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat,
ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun
tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah
ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis. Cemas sedang memungkinkan seseorang
untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Kecemasan ini mempersempit lapang presepsi individu,
seperti penglihatan, pendengaran, dan gerakan menggenggam berkurang
Kecemasan berat: sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan
tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain. Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari
proporsinya. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan hal itu
dikarenakan individu tersebut mengalami kehilangan kendali, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Individu yang mengalami panik juga tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian
Panik: panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang
sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan
ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delus.
Berdasarkan definisi kecemasan diatas, penulis mengambil kesimpulan bahawa kecemaan adalah respon keadaan yang
mengambarkan pengalaman seseorang terhadap ancaman yang tidak menyrnangkan disertai gejala jasmani.

Pengertian Ibu Melahirkan


Melahirkan adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2006). Persalinan adalah
rangkaian peristiwa dikeluarkannya produk konsepsi (janin plesenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu ), Pada janin letak
memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu
maksimal 18 jam untuk primigravida tanpa tindakan, dan 7-8 jam untuk multigravida tanpa tindakan serta tanpa komplikasi.
kala I yaitu dimulai dengan waktu serviks membuka karena his, kontraksi uterus teratur, makin lama, makin kuat, makin
sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran lender darah dan berakhir setelah pembukaan serviks lengkap yaitu bibir
portio tidak dapat diraba. Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada akhir kala I. Terdapat fase laten berlansung
selama 8 jam dan fase aktif selama 6 jam. Peristiwa yang penting dalam kala ini adalah keluar lendir darah (bloody show)
dengan lepasnya mucous plug, terbukanya vascular pembuluh darah serviks. Pergeseran antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus. Kala II berlangsung selama 2 jam, dimulai dengan pembukaan serviks dengan lengkap dan berakhir
dengan saat bayi telah lahir lengkap. Kala III dimulai pada saat bayi lahir dengan lengkap dan berakhir dengan lahirnya
plasenta. Ini ditandai dengan perdarahan baru atau kadang kala dari tidak disertai perdarahan. Pada keadaan normal,
kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi pusat, plasenta lepas 5-15 menit setelah bayi lahir. Kala IV dimulai
dengan observasi selama 2 jam post partum. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginaam dengan bantuan alat-alat
maupun melalui dinding perut dengan operasi caesaria.

Pengertian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai
dengan 2499 gram). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: (1)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 - 2500 gram: (2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir <
1500 gram : (3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram (Prawiroharjo, 2012).
Menurut Rukiyah (2012) bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat prematuritas di golongkan menjadi 3 kelompok:
Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu.
Bayi prematur sedang (moderately prematur ): 31-36 minggu.
Borderline Premature: 37-38 minggu. Bayi ini bersifat premature dan mature.
Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami bayi prematur, seperti gangguan
pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya hisap lemah.
Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) terdapat banyak istilah untuk menunjukkan bahwa bayi KMK dapat
menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intra uterine growth retardation / IUG)seperti pseudo premature, small
for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for gestasionalage ( SGA ).
Ada dua bentuk IUGR yaitu:
Propornitinate IUGR: janin menderita distress yang lama, gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan
tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
Disproportinate IUGR: terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi beberapa Minggu dan beberapa hari sebelum janin
lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.
Tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit, kulit kering, keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan
lebih panjang.
Menurut Rukiyah, dkk (2012) perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah:
Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus
dipertahankan dengan ketat.
Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan
cermat.
Penimbangan ketat.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan dilakukan dengan ketat.
Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
Tali pusat dalam keadaan bersih.
Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

Pengertian Kecemasan Ibu Melahirkan BBLR


Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Cemas sering ditandai dengan perasaan
gelisah, trauma, gugup, bicara cepat, ekspresi tegang cemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Cemas sering ditandai dengan perasaan gelisah, trauma, gugup, bicara cepat, ekspresi tegang dan itu merupakan
dampak dari rmenghadapi masalah, baik itu kecemasan tingkat ringan, sedang, berat, atau panik yang akan menimbulkan
manifestasi fisik efektif, psikomotor maupun kognitif pada ibu yang memiliki bayi BBLR (Stuart & Sundeen, 2010).
Kelahiran bayi BBLR merupakan beban bagi orang tua. Mereka bisa syock, tidak dapat menerima keadaan, merasa bersalah,
marah, depresi, dan takut. Perasaan-perasaan negatif ini dapat menetap setelah bayi BBLR lahir. Munculnya rasa
penerimaan atas kelahiran yang BBLR dari orang tua memang membutuhkan waktu, tetapi umumnya sebagian besar akan
dapat menerima keadaan ini dan mulai mencoba mencari jalan untuk menolong dan merawat bayinya (Utami, 2008).
Kebahagiaan seorang ibu adalah ketika ia melahirkan anaknya setelah ia mengandung lebih dari sembilan bulan, namun
kadang, belum masanya bayi sudah lahir dalam kondisi BBLR tentu saja hal ini membuat ibu sedih dan cemas, Kecemasan
ibu timbul ketika melihat bayinya lahir dengan ukuran yang sangat kecil sehingga fungsi alat-alat pernapasan bayi belum
sempurna ini salah satu penyebab bayi sulit untuk minum, hal ini tentu meresahkan orang tua si bayi. Jika bayi BBLR lahir
dan beratnya dibawah 2500 gram, biasanya bayi akan dirawat di rumah sakit, disini bayi BBLR akan mendapatkan
perawatan, diantaranya dimasukkan dalam inkubator, di infus bila perlu, pencegahan infeksi, minum yang cukup,
memberikan sentuhan, membantu beradaptasi, dan setelah berat badan nya naik, minum nya sudah baik, kondisinya sudah
memungkinkan untuk dibawa pulang dan ibu merasa sudah mampu untuk merawat dirumah, bayi dapat dibawa pulang
(Maulana, 2008)
Orang tua yang memiliki bayi BBLR tidak perlu cemas dan panik sebab untuk merawat bayi BBLR diperlukan ketenangan
dan kesabaran . Anak juga dapat merasa kalau orang tua cemas. kalau kita cemas dan panik segala yang kita lakukan
malah salah, kita tidak dapat berfikir dengan baik, segala kebutuhan bayi jadi tidak terpenuhi ini sudah pasti akan
merugikan bayi dan diri ibu. Dampak kecemasan dapat mengganggu kesehatan bagi ibu, karena stress berlebih dapat
menghambat produksi Air Susu Ibu (ASI) ini jelas merugikan ibu dan bayi (Lusiana Indarsati, 2008).

Faktor-faktor penyebab terjadinya kecemasan


1. Faktor Karakteristik
Umur adalah usia individu yang dihitung pada saat dilahirkan sampai pada saat ulang tahun. Semakin meningkat usia
seseorang maka akan mengalami penurunan sistem imun dan menimbulkan kekwatiran terhadap kesehatannya, dalam hal
ini penyakit mudah menyerang pada individu yang sistem imunnya menurun, sehingga pada usia yang lebih tua akan
sangat rentan terjadinya ganguan kesehatan. Diketahui juga bahwa 70% pasien dengan akibat ganguan kesehatan berasal
dari golongan tenaga kerja produktif (umur 25-40 tahun) dan golongan ekonomi lemah (Elizabeth, 2009).
Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan
perempuan. Jenis kelamin terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses
reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Dalam pengertian lain jenis kelamin diartikan
sebagai gender yang berasal dari bahasa inggris yang berarti "jenis Kelamin". Gender juga diartikan sebagai perbedaan
yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku kecemasan saat menerima dirinya akan
dilakukan pembedahan atau operasi segera. Berdasarkan data statistik dan hasil penelitian, kaum yang berjenis kelamin
wanita ternyata rentan terhadap ganguan kesehatan dan tingkat kecemasan yang tinggi. Rentannya wanita terhadap
paparan ganguan kesehatan dan stress berat (faktor kejiwaan) ini bukan hanya terjadi di Indonesia, menurut data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), negara-negara lain di Asia Tenggara juga memiliki kasus yang sama, yaitu ganguan
kesehatan lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan laki-laki (Departemen Kesehatan, 2009).
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah
cita-cita tertentu. Faktor pendidikan seseorang sangat berperan dalam pencegahan penyakit apapun, terutama penyakit
serius dengan penanganan pembedahan segera (operasi), semakin tinggi pendidikan seseorang terhadap pencegahan
penyakit semakin tinggi kemampuan dan kemauan, kesadaran seseorang untuk melakukan perlindungan diri terhadap
keseriusan penyakit (tingkat yang lebih parah). Perilaku kesehatan dipengaruhi tingkat pendidikan, dimana tingkat
kesehatan dipengaruhi oleh susunan syaraf pusat. Persepsi, motivasi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar kemauan dan kesadaran pasien untuk sembuh dari penyakitnya
sehingga pasien berkurang rasa cemas atau sebaliknya semakin kecil kemauan dan kesadaran pasien untuk sembuh dari
penyakitnya atau takut penyakitnya tidak dapat disembuhkan (Sarwono, 2009).
2. Faktor Predisposisi
Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori seperti yang dikemukakan oleh Laraia dan Stuart (2009).
Teori Psikoanalitik
Pandangan psikoanalitik menyatakan kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu
id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Individu dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan kecemasan yang
berat. Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan ini dapat terjadi pada orag tua atau dapat juga pada anak itu
sendiri yang mengalami tindakan pemasangan infus. Tindakan pemasangan infus akan menimbulkan kecemasan. dan
ketakutan serta rasa tidak nyaman bagi anak akibat nyeri yang dirasakan saat prosedur tersebut dilaksanakan. Keadaan
tersebut dapat membuat orang tua cemas dan takut jika prosedur invasif pemasangan infus yang dilakukan akan
memberikan efek yang membuat anak merasa semakin sakit atau nyeri (Sulistiyani, 2009).
Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk
memperoleh kepuasan dan kenyamanan. Kecemasan dapat terjadi pada anak yang dirawat di rumah sakit dan dipasang
infus akibat adanya hambatan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, seperti bermain dan berkumpul bersama
keluarganya (Supartini, 2009).
Teori Keluarga
Teori keluarga menunjukkan bahwa kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Kecemasan ini
terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga. Anak yang akan dirawat di rumah sakit merasa tugas
perkembangannya dalam keluarga akan terganggu sehingga dapat menimbulkan kecemasan.
Teori Biologis
Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin
membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan
umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
3. Faktor Presipitasi
Stuart (2009) mengatakan bahwa faktor presipitasi/stressor pencetus dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
Ancaman Terhadap Integritas Fisik
Ancaman terhadap integritas fisik seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Kejadian ini menyebabkan kecemasan dimana timbul akibat kekhawatiran terhadap
tindakan pemasangan infus yang mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan. Pada anak yang dirawat di rumah
sakit timbul kecemasan karena ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
seperti bermain, belajar bagi anak usia sekolah, dan lain sebagainya.
Ancaman terhadap Rasa Aman
Ancaman ini terkait terhadap rasa aman yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan, seperti ancaman terhadap sistem
diri seseorang yang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial seseorang. Ancaman ini dapat terjadi pada
anak yang akan yang akan dilakukan tindakan pemasangan infus dan bisa juga terjadi pada orang tua. Ancaman yang
terjadi pada orang tua dapat disebabkan karena orang tua merasa bahwa anak mereka akan menerima pengobatan yang
membuat anak bertambah sakit atau nyeri. Orang tua cemas dan takut jika prosedur invasif pemasangan infus yang
dilakukan akan memberikan efek yang membuat anak merasa semakin sakit atau nyeri (Sulistiyani, 2009). Sedangkan pada
anak, tindakan pemasangan infus mengakibatkan nyeri yang dirasakan anak tersebut.
Faktor lain penyebab Kecemasan
Teori Psikoanalisis
Kecemasan merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian, yakni Id, Ego, dan Super ego. Id mencerminkan
dorongan instingtif dan impuls-impuls primitif. Ego melambangkan mediator antara Id dan Super ego. Sedangkan Super
Ego mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma lingkungan, agama dan budaya. Kaitannya
pada kecemasan adalah peringatan terhadap Ego.
Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi akibat ketakutan atas penolakan interpersonal dan disertai dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilangan atau perpisahan orang tua. Demikian juga dengan kehilangan harga diri, dimana biasanya orang yang
mengalami hilangnya harga diri bisa berakibat timbulnya kecemasan berat.
Teori Perilaku
Kecemasan dianggap sebagai produk frustasi, yakni segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang mencapai
tujuan yang dia inginkan. Semakin tinggi frustasi yang dialami, maka akan semakin besar tingkat kecemasannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab kecemasan adalah adanya perasaan
takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, adanya pengalaman traumatis, adanya frustasi akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan, adanya ancaman pada intergritas diri, yakni meliputi kegagalan memenuhi kebutuhan fisiologis
(kebutuhan dasar) dan adanya ancaman konsep diri.

2.1.6 Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan


Kardio vaskuler: peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun,
syock dan lain-lain.
Respirasi: napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan
berkeringat, gatal-gatal.
Gastro intestinal: anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
Neuromuskuler: reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan
lambat.
Respon Psikologis Terhadap Kecemasan:
Perilaku: Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
Kognitif: Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun,
kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
Afektif: Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.
Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau
tingkatan yang dirasakan oleh idividu tersebut (Hawari, 2009). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat
mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2009), antara lain adalah sebagai berikut:
Gejala psikologis: pernyataan cemas/ khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa
tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Gejala somatic: rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala,
gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung
melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan (Kaplan & Sadock,
2008). Menurut Stuart (2011) pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon yang meliputi:
1. Respon fisiologis
Kardiovasklar: palpitasi, tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
Pernafasan: nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah
Gastrointestinal: nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual dan diare.
Neuromuskular: tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing.
Traktus urinarius: sering berkemih.
Kulit: keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.
Respon perilaku
Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar,
kurang kooordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.
Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir,
kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan
persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.
Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati
rasa, rasa bersalah dan malu.

2.1.7 Pengukuran Kecemasan


Menurut Hawari (2010), tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan
nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain adalah sebagai berikut:
Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.
Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan
gelisah.
Ketakutan: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada
kerumunan orang banyak.
Gangguan tidur: sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi,
mimpi buruk dan mimpi yang menakutkan.
Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk.
Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari
dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
Gejala somatik/ fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.
Gejala somatik/ fisik (sensorik): tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas
dan perasaan ditusuk-tusuk.
Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada,
denyut nadi mengeras, rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang/ berhenti sekejap.
Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sepit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek/
sesak.
Gejala gastrointestinal (pencernaan): sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah
makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB konsistensinya lembek, sukar BAB
(konstipasi) dan kehilangan berat badan.
Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin): sering buang air kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak
dapat haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid
beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.
Gejala autonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan
bulu-bulu berdiri.
Tingkah laku/ sikap: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi berkerut, wajah tegang, otot tegang/ mengeras, nafas
pendek dan cepar serta wajah merah.
Masing-masing kelompok gejala diberi peilaian angka (score) antara 0-4, dengan penilaian sebagai berikut:
Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)
Nilai 1 =gejala ringan terdapat 1 gejala/keluhan
Nilai 2 = gejala sedang terdapat dari separuh gejala/ keluhan
Nilai 3 = gejala berat terdapat lebih dari separuh gejala/keluhan
Nilai 4 = gejala berat sekali/ panic jika semua gejala ada
Menurut Stuart (2011), rentang respon induvidu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang
respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin
muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon
terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik dan psikososial.
_
Sumber : Stuart (2011
Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan

Sintesis Kecemasan Ibu Melahirkan BBLR


Sintesis kecamasan ibu melahirkan BBLR adalah suatu kondisi psiklogis atau perasaan yang tidak menyenangkan pada ibu
dikarenakan ketidaktahuan merawat bayi dengan BBLR yang dapat menimbulkan perasaan takut atau khawatir.
Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual Selama Hamil
Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan
merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau
bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Ramaiah, 2003).
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fauziah & Widuri, 2007) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang
belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami
siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang
dalam kehidupannya.
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum
dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada
umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai peru bahan fisiologis dan psikologis
(Rochman, 2010).
Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly (2005) memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu
keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan
kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.

Definisi Kecemasan pada Ibu Hamil


Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga
perubahan psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola berfikir dan perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir.
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan, saat inilah tugas pikologis pertama sebagai calon ibu untuk
dapat menerima kenyataan akan kehamilannya. Selain itu, dampak dari peningkatan hormon estrogen dan progesteron
pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan dan kesedihan. Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda-beda selama hamil.
Kekhawatiran pertama timbul berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kegugguran. Pada trimester pertama seorang ibu
akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada
tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama (Kusmiyati, 2009). Reaksi psikologi dan emosional wanita yang pertama
kali hamil ditunjukkan dengan adany rasa kecemasan, kegusaran, ketakutan, dan kepanikan. Diantara mereka ada yang
berpikiran bahwa kehamilan merupakan ancaman maut yang menakutkan dan membahayakan bagi diri mereka (Huliana,
2006). Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu merasa sehat. Quickening mungkin
menyerang wanita untuk memikirkan bayinnya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya. Pada trimester ini
kecemasan yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya (Kusmiyati, 2009).
Pada periode ini perasaan cemas pun muncul kembali ketika melihat keadaan perutnya yang bertambah besar, payudara
semakin membesar, dan bercak-bercak hitam yang semakin melebar. Perasaan cemas muncul karena mereka
mengkhawatirkan penampilannya akan rusak dan merasa takut suaminya tidak akan mencintai dirinya lagi (Huliana,
2006). Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga. Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia
tidak tahu kapan akan melahirkan. Mimpinya mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. Ibu hamil akan lebih sering
bermimpi tentang bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terjebak disuatu tempat kecil dan tidak bisa keluar.
Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman
timbul kembali karena perubahan body image yaitu merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu memerlukan dukungan dari suami,
keluarga dan bidan. Dan menurut Musbikin (2005), semua kegelisahan mengenai keadaan bayi, sehingga menghasilkan
mimpi yang bervariasi. Bayi yang cacat, sangat kecil atau sangat besar misalnya, menggambarkan kecemasan akan
kesehatan bayi. Wanita juga mengalami proses berduka seperti kehilangan perhatian dan hak istimewa yang dimiliki selama
kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan dan menjadi kosong. Perasaan
mudah terluka juga terjadi pada masa ini wanita merasa canggung, jelek, tidak rapi, membutuhkan perhatian yang lebih
besar dari pasangannya (Kusmiyati, 2009).
Perubahan mood dan peningkatan sesitivitas terhadap orang lain akan membingungkan mereka sendiri dan juga orang di
sekelilingnya. Mudah tersinggung, menangis tiba-tiba, dan ledakan kemarahan serta perasaan sukacita, kegembiraan yang
luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu masalah kecil atau bahkan masalah sama sekali (Kusmiyati, 2009).
Penyebab perubahan mood ini kemungkinan karena perubahan hormonal dalam kehamilan, ini hampir seperti pre menstrual
syndrom atau selama menopause. Selain itu masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri melahirkan, mungkin juga
menjadi penyebab perubahan mood (Kusmiyati, 2009).

Posisi Hubungan Seksual Selama Kehamilan


Hubungan seksual pada kehamilan dapat dilakukan dengan berbagai posisi, namun hubungan seksual harus dilakukan
secara hati-hati, mengingat janin masih rentan terhadap keguguran karena guncangan (Siswosuharjo, 2010). Posisi
mempunyai peranan penting ketika melakukan hubungan seksual pada kehamilan. Posisi berbaring miring (saling
berhadapan atau membelakangi) seringkali merupakan posisi yang paling nyaman. Begitu pula posisi perempuan diatas
sehingga lebih bisa mengendalikan saat penetrasi (Murkoff, 2006). Posisi berhubungan seks berubah seiring bertambahnya
usia kehamilan. Penelitian yang sama dilakukan oleh Jee,.et al. dan diperoleh posisi yang paling sering dilakukan pada
kehamilan adalah man on top face to face.
Beberapa variasi posisi hubungan seksual yang biasa dilakukan sata hamil:
Man on Top, face to face (missionary position) Posisi man on top merupakan posisi dimana perempuan membaringkan
badannya dan merenggangkan lengan kakinya agar penetrasi mudah dilakukan, sedangkan posisi laki-laki berada diatas
perempuan diantara lengan kakinya (Carrol, 2007).
Woman on Top
Posisi ini paling nyaman pada perempuan hamil karena posisi ini dapat menghindari tekanan pada bagian perut, selain itu
perempuan dapat mengontrol kedalaman penetrasi (Siswosuharjo, 2010). Posisi menyamping (Side Position) Posisi
menyamping lebih banyak memungkinkan kotak secara fisik, tapi penetrasi sulit dilakukan. Posisi ini cukup nyaman selama
tidak ada beban dari pasangan (Siswosuharjo, 2010).
Posisi rear entry atau doggy position
Posisi ini dilakukan dimana hubungan seksual dilakukan dari belakang pasangan perempuan. Posisi ini umumnya berada
dimana perempuan berlutut dan bersiku dengan paha terangkat sedangkan laki-laki melakukan penetrasi vagina dari
belakang (Sacomori & Cardoso, 2010).
Posisi duduk (sitting) Pada posisi ini pria duduk sementara wanita berada duduk diatasnya. Posisi ini cukup aman dilakukan
karena tidak memerlukan banyak gerakan (Siswosuharjo, 2010)

Dampak Seks Terhadap Kehamilan


Menurut (Suryoprajogo 2008), dampak seks terhadap kehamilan adalah:
Keguguran
Keguguran (early miscarriage) biasanya berhubungan dengan ketidak normalan kromosom, kelainan genetik lain pada
embrio, atau masalah lain yang dialami janin yang sedang berkembang. Dalam banyak kasus, hal itu dipicu oleh embrio
atau janin yang telah mati. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kegagalan tubuh ibu untuk memproduksi suplai hormon
yang cukup.
Menyakiti janin
Kontak seksual tidak akan menjangkau atau menganggu janin karena terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Cairan
ketuban merupakan peredam kejut yang sangat baik, sehingga gerakan saat senggama maupun kontraksi rahim saat
orgasme akan teredam sehingga tidak menganggu janin.
Orgasme memicu kelahiran prematur
Orgasme dapat memicu kontraksi rahim. Namun, kontraksi ini berbeda dengan kontraksi yang dirasakan menjelang saat
melahirkan. Penelitian mengindikasikan bahwa jika menjalani kehamilan yang normal, orgasme yang terjadi dengan atau
tanpa melakukan hubungan intim, tidak memicu kelahiran prematur.
Pertumbuhan janin terganggu
Meskipun janin turut bergoyang dan berayun saat bercinta dengan pasangan, pertumbuhannya tidak akan terganggu.
Reaksi janin (gerakan yang melambat saat bercinta kemudian kembali aktif menendang dan jantung berdetak lebih cepat
saat mengalami orgasme) bukan reaksi terhadap aktivitas seksual, melainkan reakasinya terhadap hormon yang meningkat
dan aktivitas usus (uterine).
Penetrasi dapat menyebabkan infeksi
Asalkan pasangan tidak menderita penyakit menular seksual, penetrasi tidak akan menyebabkan infeksi, baik pada vagina
atau janin. Kantong ketuban melindungi janin dari segala macam organisme penyebab infeksi.
Khawatir berlebihan
Jika memiliki sindrom pramenstruasi, besar kemungkinannya akan mengalami mood swing yang lebih parah saat hamil. Ini
tidak saja berpengaruh terhadap hasrat seksual, tetapi juga kekhawatiran yang cenderung berlebih pada dampaknya.

Gejala-Gejala Kecemasan Selama Hamil


Keluhan dan gejala umum yang berkaitan dengan kecemasan menurut Ibrahim (2007) dapat berupa: gangguan mood,
kesulitan tidur, kelelahan, kehilangan motivasi dan minat, perasaan-perasaan yang tidak nyata, sangat sensitif terhadap
suara, berpikiran kosong, kikuk, canggung, tidak dapat membuat keputusan, gelisah, secara umum kehilangan kepercayaan
diri, kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu berulang-ulang, keraguan dan ketakutan yang mengganggu, terus
menerus memeriksa segala sesuatu yang sudah dilakukan. Kasus ansietas mempunyai gejala dan persoalan yang unik dan
pribadi dan setiap kasus akan menunjukkan perbedaan-perbedaan antar pasien yang satu dengan yang lainnya. Pada
umumnya efek dari ansietas akan mempengaruhi fisik dan atau emosional dari masing-masing gangguan fisik dan
gangguan emosional tersebut (Iskandar, 1984) meliputi:
a. Gangguan Fisik
1) Pusing atau sakit kepala
Gangguan fisik yang paling menonjol adalah sakit kepala atau pusing. Sering gejala itu tidak ada dasar organiknya,
pemeriksaan mata, THT, pemeriksaan EEG atau nurologik, lainnya tidak ada kelainan, sedangkan sakit kepala atau pusing
sering terasa hebat.
2) Gangguan Tidur
Tidak semua pasien ansietas menderita insomnia. Keluhan insomnia sendiri lebih banyak dikeluhkan oleh penderita depresi
dari pada ansietas. Penderita ansietas lebih banyak membawa problem kehidupan ke tempat tidur, sehingga mereka sulit
untuk jatuh tertidur.
3) Gangguan Seksual
Penderita cemas sebenarnya tidak terganggu atau berkurang libidonya. Ada beberapa pasien yang menderita kesulitan
dalam hubungan seksual. Tapi biasanya berupa sulit untuk mempertahankan ereksi, atau sulit berkonsentrasi.
Keluhan-keluhan biasanya adalah ejakulasi prekoks.
4) Gangguan Makan
Pada umumnya penderita cemas tidak terganggu makannya, kecuali penderita cemas dan depresi. Akan tetapi karena
mereka cukup sibuk dengan penyakitnya, nafsu makan menjadi berkurang. Hal tersebut bertambah hebat lagi terutama
pada pasien cemas, panca indera (indera pengecap) kurang berfungsi atau kurang perhatian.
5) Gangguan pada sistem kordiovaskuler
Kebanyakan pasien akan mengeluh berdebar-debar atau malahan dapat mengembangkan diri menjadi nyeri di dada.
beberapa pasien malahan tekanan darahnya menjadi meningkat.
6) Gangguan pada sistem pencernaan
Yang paling sering adalah mengeluh nyeri ulu hati, dan sering dikatakan sakit kantong nasi. Bila lebih lanjut dapat
menyebabkan ulkus peptikum. Disamping itu ada pula mengembangkan diri menjadi kolitis ulserat.
b. Gangguan emosional
1) Gangguan konsentrasi atau penampilan
Yang paling sering dirasakan atau dikeluhkan adalah merasa konsentrasi berkurang atau penampilan berkurang. Sering pula
gangguan ini dikeluhkan sebagai sering gugup bila mendapat tugas. Dalam keadaan normal kita melihat bila tiba-tiba kita
diharuskan bicara dalam umum, maka semua hal yang ada diotak kita rasanya menjadi hilang. Inipun sering terjadi pada
mahasiswa yang mengikuti ujian, walaupun sudah cukup belajar, akan tetapi karena cemas tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan ujian.
2) Sering marah-marah
Sering penderita ansiestas marah-marah, oleh sebab yang ringan. Dia cepat tersinggung. Orang awam sering menyebutnya
darah tinggi sebenarnya ada benarnya. Karena penderita ansiestas sering menderita darah tinggi, jadi ada hubungan
korelasi, walaupun sebenarnya penyebab utama adalah ansiestasnya.
3) Sering merasa tegang
Penderita ansiestas sering merasa tegang. Dia tidak bisa santai atau beristirahat. Ketegangan ini sering dibarengi oleh
ketakutan, dan mudah terkejut. Bila ketegangan ini memuncak maka terlihat tangan gemetar (termor) suara berubah dan
marasa gelisah serta was-was. Pada akhirnya pasien akan merasa lesu bila ketegangan telah berlangsung lama.
4) Sering merasa takut
Penderita kecemasan dapat mengembangkan diri untuk menjadi takut. Sebaliknya orang-orang yang takut akan bisa pula
menjadi cemas. Ketakutan bisa spesifik (khusus), misal ketakutan pada gelap, binatang tertentu dan lain sebagainya. Pada
orang-orang tertentu pada keadaan.

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Respon Kecemasan


Menurut Trismiati (2006) kecemasan yang terjadi akan direspon secara spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Hal ini
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

Faktor Internal
Pengalaman
Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut bersifat
lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat
terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka
dalam dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar.
Pendidikan
Menurut Nursalam (2003) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain
menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap
kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi
baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart & Sundeen, 2007). Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi sehingga semakin benyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru di
perkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001).
Tingkatan Pengetahuam atau Informasi
Pengetahuan atau informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas.Pengetahuan adalah hasil
dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap subyek tertentu.Semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki, seseorang akan mengetahui mekanisme yang akan digunakan untuk mengatasi kecemasannya (Notoatmodjo,
2003).
Respon Terhadap Stimulus
Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan
mempengaruhi kecemasan yang timbul.
Usia
Menurut Nursalam (2001), umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih di percaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya
(Stuart, 2006).
Gender/Perbedaan Jenis Kelamin
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983) dalam Trismiati (2006) mengatakan bahwa perempuan
lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan
lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan.
Faktor Eksternal
Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh
(Kasdu, 2002).
Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan seseorang terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarganya.Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,tetapi lebih merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan,berulang dan banyak tantangan.
Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan,
misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu
permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh.
Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi Kecemasan, Sedangkan faktor - faktor yang mempengaruhi kecamasan menurut
Stuart (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah:
Faktor predisposisi
Teori Psikoanalitis
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan di kendalikan oleh norma budaya. Ego atau
aku, berfungsi menengahi tuntutan dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada tanda bahaya.
Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa
pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya, individu yang
mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
Faktor Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan.
Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi kecemasan, yaitu :
Faktor eksternal :
Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma
fisik, pembedahan yang akan dilakukan).
Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta
perubahan status/peran (Stuart & Sundeen, 2007).
Faktor internal:
Menurut Stuart & Sundeen (2007) kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :
Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang
sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.
Maturitas Individu
Seseorang yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang
matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.
Pendidikan dan Status Ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami
kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi
tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan
masalah yang baru.
Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih
mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan.
Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B.
Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian Aadalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa
diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang.Sedangkan orang
dengan kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena orang dengan tipe
kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.
Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada
dilingkungan yang biasa dia tempati.
Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.(Stuart, 2007)

Menurut Frued dalam Stuart and Sundeen (2007), ada 2 tipe kecemasan yaitu:
Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimuli tiba- tiba dan trauma pada saat kelahiran, kemudian
berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer
adalah ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor internal.
Kecemasan sub sekunder
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia. Frued melihat ada jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara 2 elemen
kepribadian yaitu id dan super ego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan
super ego berada pada kondisi bahaya.
Zakiah Daradjat (Rochman, 2010) mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :
Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa
takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran
Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati
nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk
yang umum.
Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas
dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir
karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.

Jenis-Jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa
adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak (2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :
Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.
Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.
Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang
mengancam.
Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah
kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi
kehidupan manusia.

Dampak Kecemasan Dalam Melakukan Hubungan seksual Selama Hamil


Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan
ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak
adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat
menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Cutler, 2004).
Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :
Simtom suasana hati Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang
mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan
dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan
yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering
tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan
tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom
motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya
dari apa saja yang dirasanya mengancam. Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan
perasaan ataupun tekanan jiwa.
Menurut Ramaiah (2005) kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua akibat, yaitu :
Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara normal atau menyesuaikan diri pada situasi.
Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan pencegahan yang mencukupi.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang
sangat mengancam karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi. Kecemasan tersebut ditandai dengan adanya beberapa gejala yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap
sesuatu yang terjadi dimasa depan, merasa tidak tenteram, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu untuk
mengatasi masalah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah, kecemasan timbul karena individu melihat
adanya bahaya yang mengancam dirinya, kecemasan juga terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah karena
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Tingkat Kecemasan
Tarwoto dan Wartonah (2004) membagi kecemasan menjadi 4 tingkat,
yaitu :
Ansietas ringan
Kecemasan ini biasanya dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan remaja menjadi waspada serta
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
Ansietas Sedang
Pada tahap ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal-hal penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain
Ansietas Berat
Lapangan persepsi menyempit, individu bervokus pada hal-hal yang kecil, sehingga individu tidak mampu memecahkan
masalahnya, dan terjadi gangguan fungsional.
Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan
kendali, seseorang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lainn, persepsi
yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan
jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart dan Sundeen, 2007).
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya
symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu
yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor( skala likert) antara 0 (Nol Present)
sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi
standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas
dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi
ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan
reliable.
Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:
Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang
hari.
Gejala somatik: nyeni path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.
Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.
Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
Gejala pemapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, perasaan panas di perut.
Gejala urogenital: sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan napas pendek dan cepat.
Alat Ukur Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan berat sekali, orang
menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini
terdiri 14 kelompok gejala yang masing- masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.
Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara 0-4, yang artinya adalah
Nilai 0 = tidak ada gejala / keluhan
Nilai 1 = gejala ringan / satu dari gejala yang ada
Nilai 2 = gejala sedang / separuh dari gejala yang ada
Nilai 3 = gejala berat / lebih dari separuh dari gejala yang ada
Nilai 4 = gejala berat sekali / semua dari gejala yang ada
Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat
diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai (skore) :
kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 - 20 = kecemasan ringan
21- 27 = kecemasan sedang
28- 41 = kecemasan berat
42 - 56 = kecemasan berat sekali / panik

Sintesa Kecemasan dalam Melakukan Hubungan Seksual Selama Hamil


Kecemasan Hubungan Sesksual Selama Hamil adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam dan dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi, dengan berdampak secara fisik.
2.5 Kecemasan Wanita Usia Subur
2.5.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan
gejala fisiologis (Tomb, 2010).Stuart (2011) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang
spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif.Cemas berbeda dengan rasa takut.Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya.Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Menurut Wignyosoebroto,
1981 dikutip oleh Purba, dkk. (2009), takut mempunyai sumber penyebab yang spesifik atau objektif yang dapat
diidentifikasi secara nyata, sedangkan cemas sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk secara nyata dan jelas.
Kecemasan adalah respon emosional dan penilaian individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan
belum diketahui secara khusus faktor penyebabnya (Ermawati, 2009 dalam Herri, dkk, 2010).Kecemasan adalah respon
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup (Stuart dan Laraia, 1998
dalam Herri, dkk 2010).
Cemas merupakan suatu keadaan yang wajar, karena seseorang pasti menginginkan segala sesuatu dalam kehidupannya
dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari segala marabahaya atau kegagalan serta sesuai dengan
harapannya.Banyak hal yang harus dicemaskan, salah satunya adalah kesehatan, yaitu pada saat dirawat di rumah sakit.
Misalnya pada saat anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit akan menimbulkan dampak bagi orang tua maupun anak
tersebut. Hal yang paling umum yang dirasakan orang tua adalah kecemasan.Suatu hal yang normal, bahkan adaptif untuk
sedikit cemas mengenai aspek-aspek kehidupan tersebut.Kecemasan merupakan suatu respons yang tepat terhadap
ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, et al.,
2010).
Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran
dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada
hubungannya berbagai perasaan yang sifatnya difuss, yang sering bergabung atau disertai gejala jasmani (Kaplan &
Sadock, 2001).
Dari definisi kecemasan diatas, penulis mengambil kesimpulan bahawa kecemaan adalah respon keadaan yang
mengambarkan pengalaman seseorang terhadap ancaman yang tidak menyrnangkan disertai gejala jasmani.
Faktor-faktor penyebab Kecemasan
Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan adalah (Kaplan & Sadock, 2001).

Teori Psikoanalisis
Kecemasan merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian, yakni Id, Ego, dan Super ego. Id mencerminkan
dorongan instingtif dan impuls-impuls primitif. Ego melambangkan mediator antara Id dan Super ego.Sedangkan Super
Ego mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma lingkungan, agama dan budaya.Kaitannya
pada kecemasan adalah peringatan terhadap Ego.
Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi akibat ketakutan atas penolakan interpersonal dan disertai dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilangan atau perpisahan orang tua.Demikian juga dengan kehilangan harga diri, dimana biasanya orang yang mengalami
hilangnya harga diri bisa berakibat timbulnya kecemasan berat.
Teori Prilaku
Kecemasan dianggap sebagai produk frustasi, yakni segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang mencapai
tujuan yang dia inginkan. Semakin tinggi frustasi yang dialami, maka akan semakin besar tingkat kecemasannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab kecemasan adalah adanya perasaan
takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, adanya pengalaman traumatis, adanya frustasi akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan, adanya ancaman pada intergritas diri, yakni meliputi kegagalan memenuhi kebutuhan fisiologis
(kebutuhan dasar) dan adanya ancaman konsep diri.
Tingkat Kecemasan
Ada empat tingkat kecemasan yaitu cemasa ringan, sedang, berat dan panic (Hawari, 2009).
Kecemasan ringan: kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang
persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Cemas
ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya, seperti melihat, mendengar dan gerakan
menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas
Kecemasan sedang; memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan
yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat,
ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun
tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah
ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis. Cemas sedang memungkinkan seseorang
untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Kecemasan ini mempersempit lapang presepsi individu,
seperti penglihatan, pendengaran, dan gerakan menggenggam berkurang
Kecemasan berat; sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan
tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain. Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari
proporsinya. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan hal itu
dikarenakan individu tersebut mengalami kehilangan kendali, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Individu yang mengalami panik juga tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian
Panik; panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang
sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan
ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delus.
2.5.4Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan
Kardio vaskuler; peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun,
syock dan lain-lain.
Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan
berkeringat, gatal-gatal.
Gastro intestinal; anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
Neuromuskuler; reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan
lambat.
Respon Psikologis Terhadap Kecemasan :
Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun,
kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
Afektif; Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.
Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau
tingkatan yang dirasakan oleh idividu tersebut (Hawari, 2009). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat
mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2009), antara lain adalah sebagai berikut:
Gejala psikologis : pernyataan cemas/ khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa
tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Gejala somatic : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala,
gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung
melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan (Kaplan & Sadock,
2008). Menurut Stuart (2011) pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon yang meliputi :
1. Respon fisiologis
Kardiovasklar : palpitasi, tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah
Gastrointestinal : nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual dan diare.
Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing.
Traktus urinarius : sering berkemih.
Kulit : keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.
Respon perilaku
Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar,
kurang kooordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.
Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir,
kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan
persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.
Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati
rasa, rasa bersalah dan malu.

2.5.5Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan


1. Faktor Karakteristik
Umuradalah usia individu yang dihitung pada saat dilahirkan sampai pada saat ulang tahun. Semakin meningkat usia
seseorang maka akan mengalami penurunan sistem imun dan menimbulkan kekwatiran terhadap kesehatannya, dalam hal
ini penyakit mudah menyerang pada individu yang sistem imunnya menurun, sehingga pada usia yang lebih tua akan
sangat rentan terjadinya ganguan kesehatan. Diketahui juga bahwa 70% pasien dengan akibat ganguan kesehatan berasal
dari golongan tenaga kerja produktif (umur 25-40 tahun) dan golongan ekonomi lemah (Elizabeth, 2009).
Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan
perempuan. Jenis kelamin terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses
reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Dalam pengertian lain jenis kelamin diartikan
sebagai gender yang berasal dari bahasa inggris yang berarti "jenis Kelamin". Gender juga diartikan sebagai perbedaan
yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku kecemasan saat menerima dirinya
akandilakukan pembedahan atau operasi segera. Berdasarkan data statistik dan hasil penelitian, kaum yang berjenis
kelamin wanita ternyata rentan terhadap ganguan kesehatan dan tingkat kecemasan yang tinggi. Rentannya wanita
terhadap paparan ganguan kesehatan dan stress berat (faktor kejiwaan) ini bukan hanya terjadi di Indonesia, menurut data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), negara-negara lain di Asia Tenggara juga memiliki kasus yang sama, yaitu ganguan
kesehatan lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan laki-laki (Departemen Kesehatan, 2009).
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah
cita-cita tertentu. Faktor pendidikan seseorang sangat berperan dalam pencegahan penyakit apapun, terutama penyakit
serius dengan penanganan pembedahan segera (operasi), semakin tinggi pendidikan seseorang terhadap pencegahan
penyakit semakin tinggi kemampuan dan kemauan, kesadaran seseorang untuk melakukan perlindungan diri terhadap
keseriusan penyakit (tingkat yang lebih parah). Perilaku kesehatan dipengaruhi tingkat pendidikan, dimana tingkat
kesehatan dipengaruhi oleh susunan syaraf pusat. Persepsi, motivasi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar kemauan dan kesadaran pasien untuk sembuh dari penyakitnya
sehingga pasien berkurang rasa cemas atau sebaliknya semakin kecil kemauan dan kesadaran pasien untuk sembuh dari
penyakitnya atau takut penyakitnya tidak dapat disembuhkan (Sarwono, 2009).

2. Faktor Predisposisi
Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori seperti yang dikemukakan oleh Laraia dan Stuart (2009).
Teori Psikoanalitik
Pandangan psikoanalitik menyatakan kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu
id dan superego.Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal.Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik.Individu dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan kecemasan yang
berat.Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan ini dapat terjadi pada orag tua atau dapat juga pada anak itu sendiri
yang mengalami tindakan pemasangan infus. Tindakan pemasangan infus akan menimbulkan kecemasan. dan ketakutan
serta rasa tidak nyaman bagi anak akibat nyeri yang dirasakan saat prosedur tersebut dilaksanakan. Keadaan tersebut
dapat membuat orang tua cemas dan takut jika prosedur invasif pemasangan infus yang dilakukan akan memberikan efek
yang membuat anak merasa semakin sakit atau nyeri (Sulistiyani, 2009).
Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Faktor tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk
memperoleh kepuasan dan kenyamanan.Kecemasan dapat terjadi pada anak yang dirawat di rumah sakit dan dipasang
infus akibat adanya hambatan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, seperti bermain dan berkumpul bersama
keluarganya (Supartini, 2009).
Teori Keluarga
Teori keluarga menunjukkan bahwa kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.Kecemasan ini
terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga. Anak yang akan dirawat di rumah sakit merasa tugas
perkembangannya dalam keluarga akan terganggu sehingga dapat menimbulkan kecemasan.
Teori Biologis
Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin.Reseptor ini mungkin
membantu mengatur kecemasan.Penghambat asam aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA) juga mungkinmemainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan
umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.Kecemasan mungkin disertai gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
3. Faktor Presipitasi
Stuart (2009) mengatakan bahwa faktor presipitasi/ stressor pencetus dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :
Ancaman Terhadap Integritas Fisik
Ancaman terhadap integritas fisik seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.Kejadian ini menyebabkan kecemasan dimana timbul akibat kekhawatiran terhadap
tindakan pemasangan infus yang mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan. Pada anak yang dirawat di rumah
sakit timbul kecemasan karena ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
seperti bermain, belajar bagi anak usia sekolah, dan lain sebagainya.
Ancaman terhadap Rasa Aman
Ancaman ini terkait terhadap rasa aman yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan, seperti ancaman terhadap sistem
diri seseorang yang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial seseorang. Ancaman ini dapat terjadi pada
anak yang akan yang akan dilakukan tindakan pemasangan infus dan bisa juga terjadi pada orang tua. Ancaman yang
terjadi pada orang tua dapat disebabkan karena orang tua merasa bahwa anak mereka akan menerima pengobatan yang
membuat anak bertambah sakit atau nyeri. Orang tua cemas dan takut jika prosedur invasif pemasangan infus yang
dilakukan akan memberikan efek yang membuat anak merasa semakin sakit atau nyeri (Sulistiyani, 2009). Sedangkan pada
anak, tindakan pemasangan infus mengakibatkan nyeri yang dirasakan anak tersebut.

2.5.6 Pengukuran Kecemasan


Menurut Hawari (2010), tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan
nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain adalah sebagai berikut :
Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.
Ketegangan : merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan
gelisah.
Ketakutan : pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada
kerumunan orang banyak.
Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi,
mimpi buruk dan mimpi yang menakutkan.
Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk.
Perasaan depresi (murung) : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari
dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.
Gejala somatik/ fisik (sensorik) : tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas
dan perasaan ditusuk-tusuk.
Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) : takikardi (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada,
denyut nadi mengeras, rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang/ berhenti sekejap.
Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan atau sepit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek/
sesak.
Gejala gastrointestinal (pencernaan) : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah
makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB konsistensinya lembek, sukar BAB
(konstipasi) dan kehilangan berat badan.
Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) : sering buang air kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak
dapat haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid
beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.
Gejala autonom : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan
bulu-bulu berdiri.
Tingkah laku/ sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi berkerut, wajah tegang, otot tegang/ mengeras,
nafas pendek dan cepar serta wajah merah.
Masing-masing kelompok gejala diberi peilaian angka (score) antara 0-4, dengan penilaian sebagai berikut :
Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)
Nilai 1 =gejala ringan
Nilai 2 = gejala sedang
Nilai 3 = gejala berat
Nilai 4 = gejala berat sekali/ panic
Menurut Stuart (2011), rentang respon induvidu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang
respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin
muncul.Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon
terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik dan psikososial.
_
Gambar 2.3 Rentang Respon Kecemasan

2.5.7 Sintesis Kecamasan Wanita Usia Subur


Sintesis kecamasan wanita usia subur adalah Suatu kondisi psiklogis atau perasaan yang tidak menyenangkan dikarenakan
keditaktahuan tentang pencegahan kanker serviks yang dapat menimbulkan perasaan takut atau khawatir.

Anda mungkin juga menyukai