Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua merupakan proses alamiah setelah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat
dihindari oleh individu. Proses ini akan menimbulkan perubahan baik dari fisik
maupun psikis. Perubahan fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat dan
kelainan berbagai fungsi organ vital. Perubahan psikis yang sering terjadi pada
lansia adalah peningkatan sensitivitas emosional, menurunnya gairah dan
menurunnya minat terhadap penampilan (Mubarak dkk, 2009).
Menurut Depkes RI (2001) penuaan adalah suatu proses alami yang tidak
dapat dihindari dan akan berjalan terus-menerus dan berkesinambungan. Proses
ini selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia
pada tubuh serta mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan
sehingga biasanya pada lansia akan dijumpai kelemahan dan keterbatasan
fungsional dalam proses kehidupannya.
Constantinides (1994 dalam Maryam dkk, 2008) mendefinisikan penuaan
sebagai suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normal sehingga rentan
terhadap infeksi. Tahapan inilah yang membuat lanjut usia (lansia) akan rentan
terhadap berbagai masalah kesehatan seperti penyakit degeneratif yang
berimplikasi terhadap masalah psikis lansia pada umumnya. 1 2 Seiring dengan
keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah terwujud berbagai
hasil positif di berbagai bidang seperti kemajuan di bidang ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) khususnya
di bidang medis dan keperawatan yang secara tidak langsung meningkatkan
kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup (Mubarak
dkk, 2009).
Berdasarkan data WHO populasi lansia dalam skala dunia mencapai 600
juta jiwa pada tahun 2000, 1,2 miliar pada tahun 2025 dan 2 miliar pada tahun
2050. Perkembangan populasi lansia untuk negara berkembang menurut WHO
1
meningkat dengan presentase 75% dan 2/3 dari semua populasi lansia di dunia
hidup di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan
populasi lansia terbanyak. Tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan
sebesar 7.28% dan pada tahun 2020 menjadi 11,34%. Data dari Biro Sensus
Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga
lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025 yaitu sebesar 414%.
(Kinsela,1993 dalam Maryam dkk,2008).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran pemberian manajemen kecemasan terhadap tingkat
kecemasan lansia?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh Usia dengan kecemasan pada lansia
2. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dengan kecemasan
pada lansia.
3. Mengetahui pengaruh Jenis dengan kecemasan pada lansia.
4. Mengetahui pengaruh dukungan sosial dengan kecemasan.

D. Manfaat
Diharapkan agar para lansia dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat
menyebabkan kecemasan dan dapat mengetahui cara penanganan dari
kecemasan yang sering dialami.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami
oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana
seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas
asal maupun wujudnya (Sutardjo Wiramihardja, 2005:66).
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada
waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal
terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa
muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai
gangguan emosi (Savitri Ramaiah, 2003:10).
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri,
2007:73) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam,
dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,
pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup.
Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas
yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat
fungsi seseorang dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu perasaan
subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi
umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010:104).
Namora Lumongga Lubis (2009:14) menjelaskan bahwa kecemasan
adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu
mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang.
Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang
akan terjadi.

3
Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly (2005:163)
memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional
yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Kecemasan adalah rasa khawatir , takut yang tidak jelas sebabnya.
Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah
laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Kedua-
duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan
terhadap kecemasan tersebut (Singgih D. Gunarsa, 2008:27).
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa
kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi.

2. Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya
ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadang
kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada
penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut
lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi
bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin,
detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan
berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah :
ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian,
tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004:62).
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut
dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak menyenangkan.
Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing
orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widury, 2007:74)

4
menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi
sebagai tanda akan adanya suatu bahaya.
Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata,
berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu.
Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas,
atau menyebabkan konflik bagi individu.
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau
keadaan yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010:103)
mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan
bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan
sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,
akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164)
mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala,
diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar,
banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa
lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,

5
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan
akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur
aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.

3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan


Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian
besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-
peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan
kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor yang
menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan
keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut
merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan
personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi
dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi
seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu
penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan
perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya
kecemasan.
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167)
mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :

6
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering
pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang
terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan.
Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang
menyertainya baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun
penyebabnya. Musfir Az-Zahrani (2005:511) menyebutkan faktor yang
memepengaruhi adanya kecemasan yaitu :
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran
atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian
orangtua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan
serta kecemasan pada anak saat berada didalam rumah
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada
lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu
perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian
buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya
kecemasan.
Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang
tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya
penolakan dari masyarakat menyebabkan kecemasan berada di
lingkungan yang baru dihadapi (Patotisuro Lumban Gaol, 2004: 24).

7
Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu
sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi
individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau
konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya
gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik.
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik
maka akan menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul
gejala-gejala kecemasan.

4. Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.
Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan
yaitu :
a. Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang
memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan
ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme
pertahanan dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah
keadaan- keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan
tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah

8
kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan
eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan
manusia.
Sedangkan Kartono Kartini (2006: 45) membagi kecemasan menjadi dua
jenis kecemasan, yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan
sebentar dan ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian seseorang, karenakecemasan ini dapat
menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk
mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu
kecemasan yang wajar terjadi padaindividu akibat situasi-situasi yang
mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya.
sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat
bagi individu untuk lebihberhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi
yang sama di kemudian hari.Kecemasan ringan yang lama adalah
kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera
mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan
tersebutakan mengendap lama dalam diri individu.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar
secara mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami
kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidakdapat mengatasinya.
Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau
merugikanperkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi
menjadi dua yaitu kecemasanberat yang sebentar dan lama.Kecemasan
yang berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis
padaindividu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab
munculnya kecemasan.Sedangakan kecemasan yang berat tetapi
munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Halini akan
berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses
kognisiindividu. Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan

9
berbagai macam penyakitseperti darah tinggi, tachycardia (percepatan
darah), excited (heboh, gempar).

5. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat
secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah & Julianty
Widuri (2007:77) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran
atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya
berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi dimana
dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau
dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan
perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang
spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada gangguan
panik antara lain ; sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit
didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa
gangguan panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan
pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang berlebihan
dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik, yang
menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada
penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.
Sedangkan Sutardjo Wiramihardja (2005:71) membagi gangguan
kecemasan yang terdiri dari :
a. Panic Disorder

10
Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan panik
yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi orang lain
bukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom yang menandakan
kondisi panik tersebut, yaitu nafas yang pendek, palpilasi (mulut yang
kering) atau justru kerongkongan tidak bisa menelan, ketakutan akan mati,atau
takut.
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana ia
merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik maupun
psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia takut
pada kerumunan dan tempat-tempat ramai.

6. Dampak Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi
yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh
berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini
menjadi tidak adaptif.
Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan
pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit- penyakit fisik
(Cutler, 2004:304).
Yustinus Semiun (2006:321) membagi beberapa dampak dari
kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak
diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan
demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada
individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin
terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang
ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan
akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
11
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang,
gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari
kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara
tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi
pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja
yang dirasanya mengancam.
Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada
tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.
Menurut Savitri Ramaiah (2005:9) kecemasan biasanya
dapat menyebabkan dua akibat, yaitu :
a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara normal
atau menyesuaikan diri pada situasi.
b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil
tindakan pencegahan yang mencukupi.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan
adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat mengancam karena
adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi.
Kecemasan tersebut ditandai dengan adanya beberapa gejala yang muncul
seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
merasa tidak tenteram, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu
untuk mengatasi masalah.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah, kecemasan
timbul karena individu melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya,
kecemasan juga terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah karena
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Dari beberapa gejala, faktor, dan definisi diatas, kecemasan ini termasuk
dalam jenis kecemasan rasional, karena kecemasan rasional merupakan suatu
ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam. Adanya berbagai
macam kecemasan yang dialami individu dapat menyebabkan adanya

12
gangguan-gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan spesifik yaitu
suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi
terhadap objek atau situasi yang spesifik. Sehingga dapat menyebabkan adanya
dampak dari kecemasan yang berupa simtom kognitif, yaitu kecemasan dapat
menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal
yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak
memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak
bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa
cemas.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kecemasan memiliki kontribusi terhadap dinamika psikologis dalam masa
kehidupan mereka. Teori-teori psikologi serta hasil penelitian menunjukkan
bahwa kecemasan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal
psikologi. CBT merupakan salah satu bentuk upaya intervensi klinis yang bisa
dilakukan jika kecemasan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang.
Aktivitas positif, dorongan untuk tetap bekerja, serta kemampuan mengelola
emosi dalam kehidupan sehari-hari juga dapat turut membantu mengurangi
tingkat kecemasan pada lansia. Memanfaatkan kegiatan dan atribut positif dalam
mental lansia akan mampu membantu mereduksi dampak negatif dari kecemasan
terhadap kematian pada kesehatan mental lansia.

B. SARAN
Mahasiswa keperawatan dapat memberikan intervensi khusus seperti
psikoterapi untuk para Lansia yang menderita cemas dengan tujuan memulihkan
status kecemasan mereka sehingga ketergantungan pun dapat dikurangi.
Organisasi profesi keperawatan perlu menggalakkan kembali kompetensi profesi
perawat komunitas dan perawat gerontik serta mengembangkan program
pendidikan berkelanjutan bagi perawat profesional untuk meningkatkan
kompetensi perawat komunitas dalam perawatan Lansia.

14

Anda mungkin juga menyukai