Anda di halaman 1dari 5

http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/5167/1/1608260101%20Skripsi.

pdf

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KEJADIAN TENSION-TYPE HEADACHE PADA MAHASISWA

KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2020

ALDO KRESNA MAHENDRA

PENGARUH MENGIKUTI SENAM HAMIL TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN DALAM

MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN RAMBANG KABUPATEN MUARA

ENIM

TAMARA LUBYANTI, RILIA (2020) PENGARUH MENGIKUTI SENAM HAMIL TERHADAP

PENURUNAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL DI

KECAMATAN RAMBANG KABUPATEN MUARA ENIM. Other thesis, UIN Raden Fatah Palembang.

http://repository.radenfatah.ac.id/7717/

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PADA IBU


HAMIL SAAT PANDEMI COVID-19 : LITERATUR REVIEW
Ifa Nurhasanah

http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk/article/view/4769/392
A. Kecemasan
1. Definisi / Pengertian Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) kecemasan berasal dari kata “cemas” yang artinya risau hati (karena khawatir, takut); gelisah (KBBI, 2005). cemas ialah perasaan was-was, rasa tak tenang, karena khawatir, takut dan gelisah. Sedangkan makna umum dari kecemasan menurut kamus psikologi adalah kondisi umum yang buram dan tidak menyenangkan disertai ciri-ciri takut terhadap sesuatu hal, rasa getar, menekan dan tidak nyaman (Reber & Reber,
2016).
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga rasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dengan cara-cara yang jelas. Sigmund Freud mengemukakan bahwa yang disebut cemas adalah suatu keadaan perasaan dimana individu merasa lemah sehingga tidak berani serta tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya (Wiramihardja,
2015).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan (Meihartati, dkk.,2018).
Aprilia (2010) kecemasan yang paling sering dialami dan dirasakan oleh ibu hamil dimasa persiapan menghadapi persalinan adalah dengan munculnya ketakutan yang tidak diketahui, karena ibu hamil sendiri sering tidak tahu apa yang akan terjadi pada saat proses persalinan. Murni & Suherni (2014) kecemasan yang dialami oleh ibu hamil biasanya disebabkan karena persepsi ibu kurang tepat mengenai proses persalinan. Persalinan dipersepsikan sebagai proses
yang menakutkan sehingga bisa menimbulkan rasa sakit yang luar biasa atau dengan kata lain munculnya ketakutan-ketakutan yang dialami oleh ibu hamil anak pertama karena belum pernah memiliki pengalaman mengenai persalinan.
Kecemasan yang dialami para ibu hamil anak pertama menjelang persalinan menurut Keswamas yaitu mulai dari kecemasan bayi yang lahir akan prematur, cemas terhadap perkembangan janin di dalam rahim, cemas terhadap kematian bayinya, cemas bayinya terlahir dengan keadaan cacat, cemas terhadap proses persalinan, cemas terhadap kemungkinan komplikasi saat persalinan, dan yang terakhir ibu merasa cemas terhadap rasa nyeri saat menghadapi
persalinan (Walangadi, dkk.,2014).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi persalinan yaitu merupakan pengalaman emosional yang tidak stabil yang dialami oleh ibu sehingga membuat adanya ancaman yang tidak jelas penyebabnya dan kemudian berpengaruh pada proses persalinan yang akan dihadapi oleh ibu hamil. (Puspitasari  · 2019)
http://repository.radenfatah.ac.id/4628/3/BAB%20I.pdf
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) kecemasan berasal dari kata “cemas” yang artinya risau hati (karena khawatir, takut); gelisah (KBBI, 2005). cemas ialah perasaan was-was, rasa tak tenang, karena khawatir, takut dan gelisah. Sedangkan makna umum dari kecemasan menurut kamus psikologi adalah kondisi umum yang buram dan tidak menyenangkan disertai ciri-ciri takut terhadap sesuatu hal, rasa getar, menekan dan tidak nyaman (Reber & Reber,
2016).

2. Aspek-Aspek Kecemasan
Deffenbacher dan Hazaleus mengemukakan bahwa aspek–aspek kecemasan, meliputi hal-hal dibawah ini (Ghufron & Risnawati, 2012).
1. Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan negative bahwa ia lebih jelas dibandingkan dengan temantemannya.
2. Emosionalitas (imisionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonomi, seperti jantung berdebardebar, keringat dingin, dan tegang.
3. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference) merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.
Kemudian aspek kecemasan menurut Shah (Ghufron & Risnawati, 2014) terbagi menjadi tiga aspek yaitu:
1. Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi dan lain-lain.
2. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut
3. Aspek mental atau kognitif, seperti timbulnya gangguan terhadap perhatian dan memori, rasa khawatir ketidak karuanan dalam berfikir, dan bingung
Gejala aspek-aspek kecemasan (Hidayah& Atmoko, 2014).
1. Aspek kognitif: sulit konsentrasi, pikiran membingungkan, pikiran yang mengganggu selalu muncul berulang.
2. Aspek afektif: takut, khawatir, gelisa.
3. Aspek motorik: gemetar, pusing, telapak tangan berkeringat. Berdasarkan dari aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa, aspek dari kecemasan adalah seseorang akan merasa khawatir, emosional yang tidak stabil, terjadinya hambatan dalam menyelesaikan sesuatu, sulit berkonsentrasi, pikiran terganggu, serta tubuh merasakan gemetaran, pusing dan tangan berkeringat.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan


Adler dan Rodman, menyatakan terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya kecemasan, faktor pertama pengalaman yang negatif pada masa lalu, pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, faktor kedua pikiran yang tidak rasional (Ghufron & Risnawati, 2012). Bahwa faktor yang berkontribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman pada: konsep diri, personal security system, kepercayaan, lingkungan, fungsi peran hubungan interpersonal. Faktor yang menjadi
penyebab
timbulnya kecemasan biasanya berhubungan dengan kondisi kesejateraan ibu dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman keguguran, rasa aman dan nyaman selama kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua, sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, dukungan keluarga, support tenaga medis, usia ibu hamil, dukungan suami, tingkat persiapan personal ibu, pengalaman traumatis ibu dan tingkat aktivitas. Faktor pemicu cemas (rangsangan). Membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan calon ibu tidak nyaman, tidak
dapat tidur nyenyak dan sering mendapatkan kesulitan bernapas. Semua ini mengakibatkan timbulnya kecemasan pada calon ibu (Meihartati, dkk.,2018). Detiana (2010) mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan ibu hamil anak pertama merasa cemas biasanya disebabkan oleh faktor fisik, pengalaman, traumatik, dan lingkungan. Rinata & Andiyani (2018) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil trimester III menjelang proses persalinan diantaranya yaitu usia, peritas, pendidikan, dan dukungan keluarga atau suami. Fazdria & Harahap (2014) ada juga
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan pada ibu hamil menghadapi persalinan diantaranya ialah usia, pengetahuan tentang persalinan, peritas, dan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan dari berapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa, faktor penyebab kecemasan adalah dari diri sendiri, lingkungan sekitar, dukungan keluarga, traumatik, serta pengalaman

4. Faktor predisposisi dan presipitasi kecemasan


Menurut Stuart (1998) dalam Rohmah (2019) terdapat beberapa faktor predisposisi yaitu :
1) Faktor biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas fisik seseorang untuk mengatasi stressor.
2) Faktor psikologis
a) Pandangan psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, -id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego untuk waspada.
b) Pandangan interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan atau kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c) Pandangan perilaku
d) Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang utuk mencapai tujuan yang diinginkan pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasar keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini yang dihadapkan dengan ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

Sedangkan faktor presipitasi kecemasan menurut Stuart (1998) dalam Rohmah (2019) dibedakan menjadi dua yaitu :
1.) Ansietas terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan kehidupan sehari-hari.
2.) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi sesorang.

5. Klasifikasi Kecemasan
Menurut Yusuf (2015) kecemasan atau ansietas dapat dibedakan dalam rentang respon sebagai berikut:
1) Ansietas ringan Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan presepsinya.
2) Ansietas Sedang Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mngaalami peerhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3) Ansietas Berat Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir spesifik tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
4) Ansietas Tingkat Panik Pada tingkat ini dihubungkan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.
Sedangkan menurut farida dalam Rohmah (2019), kecemasan terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
1.) Kecemasan ringan a) Individu waspada b) Lapangan persepsi luas c) Menajamkan indra d) Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif e) Menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas
2.) Kecemasan sedang a) Individu hanya berfokus pada pikiran yang menjadi perhatian b) Terjadi penyempitan lapang presepsi c) Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain
3.) Kecemasan berat a) Lapangan persepsi individu sangat sempit b) Perhatian hanya detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal yang lain c) Seluruh perilaku yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk fokus ke area lain.
4.) Panik
Kriteria serangan panik yaitu keadaan seseorang dengan palpitasi, berkeringat, gemetar, goyah, sesak napas, merasa tersedak, nyeri dada, mual, distress abdomen, pening, derealisasi, ketakutan kehilangan kendali diri, ketakutan mati, dan paratesia.

6. Rentang Kecemasan 1. Respon adaptif Respon adaptif didapatkan jika individu dapat menerima dan mengatur kecemasan. Respon yang ditunjukkan yaitu berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi (Nursalam,2011).
2. Respon mal adaptif Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lain. Respon maladaptif tersebut berupa perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak makan, dan penyalahgunaan obat terlarang (Stuart,2012).
GAMBAR RENTANG RESPON ANSIETAS

7. Respon fisiologis terhadap kecemasan


Menurut Stuart (2012), terdapat beberapa respon fisiologis saat terjadi kecemasan :
1) Sistem kardiovaskuler : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, tekanan darah menurun, rasa ingin pingsan, denyut nadi meningkat.
2) Sistem pernafasan : nafas pendek, napas cepat, napas dangkal, terengah-engah seperti tercekik.
3) Sistem neuromuskuler : reflekmeningkat, mata berkedipkedip, insomnia, gelisah, wajah tegang, rigiditas, kelemahan umum, kaki goyah.
4) Sistem integumen : gatal, kulit terasa dingin atau panas, wajah pucat, wajah kemerahan
5) Sistem urinarius : ingin sering berkemih

8. Respon perilaku, kognitif, dan afektif:


1) Sistem perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang kordinasi, melarikan diri dari masalah, menghindar.
2) Sistem kognitip : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, kreatifitas menurun, bingung.
3) Sistem afektif : mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, gugup.

9. Upaya Meredakan Kecemasan


Pada dasarnya kecemasan secara umum menurut Hidayah & Atmoko (2014) dapat diredakan dengan relaksasi fisiologis, meditasi, rutin berolah raga. Selain itu kecemasan dapat diredakan dengan mengontrol pikiranpikiran thought stopping, restrukturisasi kognitif, bahkan dapat dibantu melalui layanan konseling ringkas berfokus solusi, dan konseling kognitif behavior. Terdapat berbagai macam cara untuk meredakan kecemasan menurut Fazdria & Harahap (2014) misalnya dengan memberi informasi atau pengetahuan kepada ibu hamil melalui konsultasi dengan bidan
ataupun mencari informasi melalui media cetak dan audiovisual, yaitu dengan menonton vidio yang mengenai proses persalinan.
Menurut Mardjan (2016) Berbagai upaya dalam meredakan kecemasan selama kehamilan ada empat yaitu:
1. Dukungan suami
Dukungan keluarga terutama suami sangat dominan dalam mengurangi kecemasan selama kehamilan. Dukungan suami adalah dorongan, motivasi terhadap istri baik secara moral maupun material. Kehadiran suami bagi seorang ibu yang mengalami kesulitan dapat memberikan moril, fisik sehingga dapat mengurangi beban yang dirasakan, khusunya pada masa kehamilan dan saat menghadapi proses persalinan. Pada masa kehamilan emosi ibu tidak stabil maka dari itu suami wajib berperan aktif memberikan dukungan kepada
istrinya berupa dukungan fisik maupun emosional, dukungan ini dapat menjadi upaya yang sangat membantu kenyamanan ibu.
2. Konseling
Konseling tenaga kesehatan sebagai professional seperti dokter spesialis kandungan, dokter umum, bidan tidak kalah peran dalam membantu meredakan kecemasan selama pemeriksaan kehamilan, terutama dalam masa pemeriksaan antenatal, trimester I-III. Konseling yang dilakukan secara benar pada masa kehamilan trimester III, sangat memperngaruhi makanisme koping dan berdampak pada tibulnya kepercayaan diri sendiri serta penurunan kecemasan dalam menghadapi persalinan. Konseling yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan baik pemerintah maupun swasta merupakan salah satu upaya menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil, akan efektif apabila konseling dilakukan secara terus-menerus selama waktu pemeriksaan kehamilan.
3. EFT (Emotional Freedom Techniques)
EFT (Emotional Freedom Techniques) merupakan salah satu teknik yang dapat menurunkan kecemasan, pada ibu hamil dengan melakukan totokan ringan pada titik-titik meridian di wajah, tangan, yang dapat dilakukan secara mandiri atau dengan dibantu suami ataupun orang lain. Totokan secara terus-menerus setiap hari pada titik-titik meridian yang telah ditetapkan diiringi dengan Doa akan merangsang Hipotalamus, pituari, adrenal. Akan membangkitkan energi psikologis dan menyeimbangkan hormon dalam tubuh, sehingga
lebih percaya diri, serta rileks dalam menghadpi persalinan.
4. Senam hamil
Senam hamil merupakan salah satu metode dalam membantu ibu hamil meredakan kecemasan dan memudahkan dalam proses persalinan. Senam hamil ini dipandu oleh instruktur yang terlatih sehingga ibu hamil dapat dengan mudah untuk mengikutinya.
Upaya meredakan kecemasan menurut Meihartati, dkk (2018) secara umum terbagi menjadi dua yaitu:
1. Terapi farmakologis Terapi farmakologis merupakan terapi yang diberikan dengan menggunakan obat–obatan.
2. Terapi non farmakologi Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan obat–obatan yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan. Beberapa jenis terapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan adalah art therapy, terapi hewan pemeliharaan, konseling, distraksi, aroaterapi, hipnotis, terapi musik, meditasi dan relaksasi.
10. Alat ukur kecemasan Kecemasan dapat dinilai dengan beberapa instrumen, antara lain The Hamilton Rating Scale for Anxiety (HAM-A), The State-Trait Anxiety Inventory (STAI), The Beck Anxiety Inventory (BAI), dan HADS. HAM-A adalah instrumen pengukuran derajat keparahan gejala kecemasan yang berbasis clinician-rated, walaupun dalam perkembangannya dapat digunakan sebagai self-reported instrument. HAM-A merupakan instrumen pengukuran kecemasan yang sangat luas digunakan dan sudah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. HAM-A memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup baik dan menjadi acuan benchmarking berbagai instrumen pengukuran kecemasan yang lain. HAM-A juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu kemampuan diskriminasi yang kurang akurat dalam membedakan efek ansiolitik dan efek antidepresan serta kemampuan diskriminasi yang kurang baik dalam membedakan ansietas somatik dan efek samping obat. Penggunaan HAM-A sebagai instrumen pengukuran kecemasan kurang
menguntungkan karena penggunaannya membutuhkan waktu yang cukup lama, membutuhkan tenaga terlatih dalam penggunaannya, dan lebih tepat digunakan sebagai instrumen monitoring perkembangan terapi (Thompson, 2015).
STAI adalah instrumen self-report yang bersifat skrining dan menilai derajat keparahan gangguan kecemasan, khususnya cemas umum. Terdapat 2 versi STAI, yaitu untuk dewasa dan anak. STAI sudah diterjemahkan ke dalam 48 bahasa. Untuk mengisi kuesioner STAI ini membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit. Kuesioner STAI mudah dikerjakan, tidak butuh waktu yang lama untuk mengisi, dan mudah diinterpretasi. STAI memiliki beberapa kelemahan, yaitu reliabilitas dan validitas
yang kurang baik, kurang dapat membedakan antara depresi dan kecemasan, serta kurang dapat menunjukkan perubahan gejala dari waktu ke waktu dalam periode waktu jangka panjang (Julian, 2011).
BAI dapat bersifat self-report maupun intervieweradministered, yang berfokus pada pengukuran gejala somatik kecemasan untuk membedakan depresi dan kecemasan. BAI memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup baik, sensitif terhadap perubahan gejala dari waktu ke waktu, waktu pengisian singkat, dan skoringnya mudah. Beberapa limitasi dari BAI adalah tidak banyak gejala-gejala yang bisa dinilai, dapat overlap dengan beberapa gangguan fisik karena berfokus pada gejala
somatik dari kecemasan, serta BAI tidak menilai gejala utama kecemasan (kekhawatiran) dan aspek kognitif kecemasan (Julian, 2011).
HADS dibuat untuk menskrining gejala cemas dan depresi pada pasien dengan gangguan fisik. HADS dapat bersifat sel-report maupun interviewer-administered. Kelebihan HADS adalah hanya menampilkan sedikit pertanyaan, waktu yang dibutuhkan sangat singkat, validitas dan reliabilitas baik, sensitif terhadap perubahan gejala dari waktu ke waktu, skoring dan interpretasi mudah, sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa (Julian, 2011).
a. BAI.
Aaron T. Beck, MD dan rekannya menciptakan BAI sebagai alat yang berfungsi untuk mengukur keparahan dari suatu kecemasan dan sebagai alat untuk membedakan kecemasan dengan depresi. BAI memiliki 21 item berbentuk pertanyaan yang mencakup berbagai gejala dari kecemesan, seperti gejala emosional, gejala somatik, dan kognitif. 11,24
Responden diharapkan dapat menyampaikan keluhan dari setiap gejala selama satu minggu terakhir. Pemberian skor dari tiap item kuesioner diukur dalam empat tingkatan yaitu: tidak sama sekali (0), ringan, tidak terlalu mengganggu (1), Sedang, kadang menggangu (2), dan berat, selalu mengganggu (3). Total skor BAI berjumlah 0-63 dengan interpretasi total skor 0-20 adalah tingkat kecemasan rendah, 22-35 adalah tingkat kecemas sedang dan total skor 36 adalah tingkat kecemasan
berat yang berpotensi semakin memburuk dan tidak boleh diabaikan. 11,25
BAI juga dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik untuk mendeteksi efektivitas dari terapi dan sebagai alat ukur hasil setelah terapi. Cepat dan mudah digunakan, dapat diulang kembali, membantu dalam membedakan gejala kecemasan dan depresi serta dapat digunakan dalam menilai dan menetapkan basis tingkat keparahan gejala kecemasan, merupakan beberapa keunggulan yang dimiliki BAI. BAI sebagai alat bantu telah digunakan dalam berbagai bahasa, kultur, usia dan
memiliki spesifitas sebesar 0,74 dan sensitifitas sebesar 0,75. 11,26

11. Beck, Epstein, Brown, Steer. Beck Anxiety Inventory (BAI) Great Plains Health Behavioral Health. J Consult Clin Psychol. 1988;56:893-897. https://www.gphealth.org/media/1087/anxiety.pdf.
24. Lemos MF, Lemos-neto SV, Barrucand L TEP. Education Reduces Preoperative Anxiety in Cancer Patients Undergoing Surgery : Usefulness of The Self-Reported Beck Anxiety Inventory. 2019:69.
25. Lee K, Kim D CY. Exploratory Factor Analysis of the Beck Anxiety Inventory and the Beck Depression Inventory-II in a Psychiatric Outpatient Population. 2018:33(16):1-11.
26. Oh H, Park K, Yoon S, et al. Clinical Utility of Beck Anxiety Inventory in Clinical and Nonclinical Korean Samples. Front Psychiatry. 2018;9(666):1-10.

B. Ibu Hamil
1. Definisi / Pengertian
Ibu hamil adalah orang yang sedang dalam proses pembuahan untuk melanjutkan keturunan. Dalam tubuh seorang wanita hamil terdapat janin yang tumbuh yang tumbuh di dalam rahim. Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting.
seorang ibu hamil harus mempersiapkan diri sebaik – baiknya tidak menimbulkan permasalahan pada kesehatan ibu, bayi, dan saat proses kelahiran (Mamuroh, 2019)

Tambahan Daftar Pustaka


Mamuroh, L. (2019). PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG GIZI SELAMA KEHAMILAN
PADA SALAH SATU DESA DI KABUPATEN GARUT Jurnal Internal Universitas Padjajaran :
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/5167/1/1608260101%20Skripsi.pdf

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KEJADIAN TENSION-TYPE HEADACHE PADA MAHASISWA

KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2020

ALDO KRESNA MAHENDRA

PENGARUH MENGIKUTI SENAM HAMIL TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN DALAM

MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN RAMBANG KABUPATEN MUARA

ENIM

TAMARA LUBYANTI, RILIA (2020) PENGARUH MENGIKUTI SENAM HAMIL TERHADAP

PENURUNAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL DI

KECAMATAN RAMBANG KABUPATEN MUARA ENIM. Other thesis, UIN Raden Fatah Palembang.
http://repository.radenfatah.ac.id/7717/

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PADA IBU


HAMIL SAAT PANDEMI COVID-19 : LITERATUR REVIEW
Ifa Nurhasanah

http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk/article/view/4769/392

C. Kecemasan
11. Definisi / Pengertian Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) kecemasan berasal dari kata “cemas” yang artinya risau hati (karena khawatir, takut); gelisah (KBBI, 2005). cemas ialah perasaan was-was, rasa tak tenang, karena khawatir, takut dan gelisah. Sedangkan makna umum dari kecemasan menurut kamus psikologi adalah kondisi umum yang buram dan tidak menyenangkan disertai ciri-ciri takut terhadap sesuatu hal, rasa getar, menekan dan tidak nyaman (Reber & Reber,
2016).
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga rasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dengan cara-cara yang jelas. Sigmund Freud mengemukakan bahwa yang disebut cemas adalah suatu keadaan perasaan dimana individu merasa lemah sehingga tidak berani serta tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya (Wiramihardja,
2015).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan (Meihartati, dkk.,2018).
Aprilia (2010) kecemasan yang paling sering dialami dan dirasakan oleh ibu hamil dimasa persiapan menghadapi persalinan adalah dengan munculnya ketakutan yang tidak diketahui, karena ibu hamil sendiri sering tidak tahu apa yang akan terjadi pada saat proses persalinan. Murni & Suherni (2014) kecemasan yang dialami oleh ibu hamil biasanya disebabkan karena persepsi ibu kurang tepat mengenai proses persalinan. Persalinan dipersepsikan sebagai proses
yang menakutkan sehingga bisa menimbulkan rasa sakit yang luar biasa atau dengan kata lain munculnya ketakutan-ketakutan yang dialami oleh ibu hamil anak pertama karena belum pernah memiliki pengalaman mengenai persalinan.
Kecemasan yang dialami para ibu hamil anak pertama menjelang persalinan menurut Keswamas yaitu mulai dari kecemasan bayi yang lahir akan prematur, cemas terhadap perkembangan janin di dalam rahim, cemas terhadap kematian bayinya, cemas bayinya terlahir dengan keadaan cacat, cemas terhadap proses persalinan, cemas terhadap kemungkinan komplikasi saat persalinan, dan yang terakhir ibu merasa cemas terhadap rasa nyeri saat menghadapi
persalinan (Walangadi, dkk.,2014).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi persalinan yaitu merupakan pengalaman emosional yang tidak stabil yang dialami oleh ibu sehingga membuat adanya ancaman yang tidak jelas penyebabnya dan kemudian berpengaruh pada proses persalinan yang akan dihadapi oleh ibu hamil. (Puspitasari  · 2019)
http://repository.radenfatah.ac.id/4628/3/BAB%20I.pdf
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) kecemasan berasal dari kata “cemas” yang artinya risau hati (karena khawatir, takut); gelisah (KBBI, 2005). cemas ialah perasaan was-was, rasa tak tenang, karena khawatir, takut dan gelisah. Sedangkan makna umum dari kecemasan menurut kamus psikologi adalah kondisi umum yang buram dan tidak menyenangkan disertai ciri-ciri takut terhadap sesuatu hal, rasa getar, menekan dan tidak nyaman (Reber & Reber,
2016).

12. Aspek-Aspek Kecemasan


Deffenbacher dan Hazaleus mengemukakan bahwa aspek–aspek kecemasan, meliputi hal-hal dibawah ini (Ghufron & Risnawati, 2012).
4. Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan negative bahwa ia lebih jelas dibandingkan dengan temantemannya.
5. Emosionalitas (imisionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonomi, seperti jantung berdebardebar, keringat dingin, dan tegang.
6. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference) merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.
Kemudian aspek kecemasan menurut Shah (Ghufron & Risnawati, 2014) terbagi menjadi tiga aspek yaitu:
4. Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi dan lain-lain.
5. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut
6. Aspek mental atau kognitif, seperti timbulnya gangguan terhadap perhatian dan memori, rasa khawatir ketidak karuanan dalam berfikir, dan bingung
Gejala aspek-aspek kecemasan (Hidayah& Atmoko, 2014).
4. Aspek kognitif: sulit konsentrasi, pikiran membingungkan, pikiran yang mengganggu selalu muncul berulang.
5. Aspek afektif: takut, khawatir, gelisa.
6. Aspek motorik: gemetar, pusing, telapak tangan berkeringat. Berdasarkan dari aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa, aspek dari kecemasan adalah seseorang akan merasa khawatir, emosional yang tidak stabil, terjadinya hambatan dalam menyelesaikan sesuatu, sulit berkonsentrasi, pikiran terganggu, serta tubuh merasakan gemetaran, pusing dan tangan berkeringat.

13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan


Adler dan Rodman, menyatakan terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya kecemasan, faktor pertama pengalaman yang negatif pada masa lalu, pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, faktor kedua pikiran yang tidak rasional (Ghufron & Risnawati, 2012). Bahwa faktor yang berkontribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman pada: konsep diri, personal security system, kepercayaan, lingkungan, fungsi peran hubungan interpersonal. Faktor yang menjadi
penyebab
timbulnya kecemasan biasanya berhubungan dengan kondisi kesejateraan ibu dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman keguguran, rasa aman dan nyaman selama kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua, sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, dukungan keluarga, support tenaga medis, usia ibu hamil, dukungan suami, tingkat persiapan personal ibu, pengalaman traumatis ibu dan tingkat aktivitas. Faktor pemicu cemas (rangsangan). Membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan calon ibu tidak nyaman, tidak
dapat tidur nyenyak dan sering mendapatkan kesulitan bernapas. Semua ini mengakibatkan timbulnya kecemasan pada calon ibu (Meihartati, dkk.,2018). Detiana (2010) mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan ibu hamil anak pertama merasa cemas biasanya disebabkan oleh faktor fisik, pengalaman, traumatik, dan lingkungan. Rinata & Andiyani (2018) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil trimester III menjelang proses persalinan diantaranya yaitu usia, peritas, pendidikan, dan dukungan keluarga atau suami. Fazdria & Harahap (2014) ada juga
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan pada ibu hamil menghadapi persalinan diantaranya ialah usia, pengetahuan tentang persalinan, peritas, dan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan dari berapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa, faktor penyebab kecemasan adalah dari diri sendiri, lingkungan sekitar, dukungan keluarga, traumatik, serta pengalaman

14. Faktor predisposisi dan presipitasi kecemasan


Menurut Stuart (1998) dalam Rohmah (2019) terdapat beberapa faktor predisposisi yaitu :
3) Faktor biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas fisik seseorang untuk mengatasi stressor.
4) Faktor psikologis
e) Pandangan psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, -id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego untuk waspada.
f) Pandangan interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan atau kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
g) Pandangan perilaku
h) Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang utuk mencapai tujuan yang diinginkan pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasar keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini yang dihadapkan dengan ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

Sedangkan faktor presipitasi kecemasan menurut Stuart (1998) dalam Rohmah (2019) dibedakan menjadi dua yaitu :
3.) Ansietas terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan kehidupan sehari-hari.
4.) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi sesorang.

15. Klasifikasi Kecemasan


Menurut Yusuf (2015) kecemasan atau ansietas dapat dibedakan dalam rentang respon sebagai berikut:
5) Ansietas ringan Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan presepsinya.
6) Ansietas Sedang Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mngaalami peerhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
7) Ansietas Berat Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir spesifik tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
8) Ansietas Tingkat Panik Pada tingkat ini dihubungkan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.
Sedangkan menurut farida dalam Rohmah (2019), kecemasan terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
5.) Kecemasan ringan a) Individu waspada b) Lapangan persepsi luas c) Menajamkan indra d) Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif e) Menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas
6.) Kecemasan sedang a) Individu hanya berfokus pada pikiran yang menjadi perhatian b) Terjadi penyempitan lapang presepsi c) Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain
7.) Kecemasan berat a) Lapangan persepsi individu sangat sempit b) Perhatian hanya detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal yang lain c) Seluruh perilaku yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk fokus ke area lain.
8.) Panik
Kriteria serangan panik yaitu keadaan seseorang dengan palpitasi, berkeringat, gemetar, goyah, sesak napas, merasa tersedak, nyeri dada, mual, distress abdomen, pening, derealisasi, ketakutan kehilangan kendali diri, ketakutan mati, dan paratesia.

16. Rentang Kecemasan3. Respon adaptif Respon adaptif didapatkan jika individu dapat menerima dan mengatur kecemasan. Respon yang ditunjukkan yaitu berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi (Nursalam,2011).
4. Respon mal adaptif Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lain. Respon maladaptif tersebut berupa perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak makan, dan penyalahgunaan obat terlarang (Stuart,2012).
GAMBAR RENTANG RESPON ANSIETAS

17. Respon fisiologis terhadap kecemasan


Menurut Stuart (2012), terdapat beberapa respon fisiologis saat terjadi kecemasan :
6) Sistem kardiovaskuler : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, tekanan darah menurun, rasa ingin pingsan, denyut nadi meningkat.
7) Sistem pernafasan : nafas pendek, napas cepat, napas dangkal, terengah-engah seperti tercekik.
8) Sistem neuromuskuler : reflekmeningkat, mata berkedipkedip, insomnia, gelisah, wajah tegang, rigiditas, kelemahan umum, kaki goyah.
9) Sistem integumen : gatal, kulit terasa dingin atau panas, wajah pucat, wajah kemerahan
10) Sistem urinarius : ingin sering berkemih

18. Respon perilaku, kognitif, dan afektif:


4) Sistem perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang kordinasi, melarikan diri dari masalah, menghindar.
5) Sistem kognitip : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, kreatifitas menurun, bingung.
6) Sistem afektif : mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, gugup.

19. Upaya Meredakan Kecemasan


Pada dasarnya kecemasan secara umum menurut Hidayah & Atmoko (2014) dapat diredakan dengan relaksasi fisiologis, meditasi, rutin berolah raga. Selain itu kecemasan dapat diredakan dengan mengontrol pikiranpikiran thought stopping, restrukturisasi kognitif, bahkan dapat dibantu melalui layanan konseling ringkas berfokus solusi, dan konseling kognitif behavior. Terdapat berbagai macam cara untuk meredakan kecemasan menurut Fazdria & Harahap (2014) misalnya dengan memberi informasi atau pengetahuan kepada ibu hamil melalui konsultasi dengan bidan
ataupun mencari informasi melalui media cetak dan audiovisual, yaitu dengan menonton vidio yang mengenai proses persalinan.
Menurut Mardjan (2016) Berbagai upaya dalam meredakan kecemasan selama kehamilan ada empat yaitu:
5. Dukungan suami
Dukungan keluarga terutama suami sangat dominan dalam mengurangi kecemasan selama kehamilan. Dukungan suami adalah dorongan, motivasi terhadap istri baik secara moral maupun material. Kehadiran suami bagi seorang ibu yang mengalami kesulitan dapat memberikan moril, fisik sehingga dapat mengurangi beban yang dirasakan, khusunya pada masa kehamilan dan saat menghadapi proses persalinan. Pada masa kehamilan emosi ibu tidak stabil maka dari itu suami wajib berperan aktif memberikan dukungan kepada
istrinya berupa dukungan fisik maupun emosional, dukungan ini dapat menjadi upaya yang sangat membantu kenyamanan ibu.
6. Konseling
Konseling tenaga kesehatan sebagai professional seperti dokter spesialis kandungan, dokter umum, bidan tidak kalah peran dalam membantu meredakan kecemasan selama pemeriksaan kehamilan, terutama dalam masa pemeriksaan antenatal, trimester I-III. Konseling yang dilakukan secara benar pada masa kehamilan trimester III, sangat memperngaruhi makanisme koping dan berdampak pada tibulnya kepercayaan diri sendiri serta penurunan kecemasan dalam menghadapi persalinan. Konseling yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan baik pemerintah maupun swasta merupakan salah satu upaya menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil, akan efektif apabila konseling dilakukan secara terus-menerus selama waktu pemeriksaan kehamilan.
7. EFT (Emotional Freedom Techniques)
EFT (Emotional Freedom Techniques) merupakan salah satu teknik yang dapat menurunkan kecemasan, pada ibu hamil dengan melakukan totokan ringan pada titik-titik meridian di wajah, tangan, yang dapat dilakukan secara mandiri atau dengan dibantu suami ataupun orang lain. Totokan secara terus-menerus setiap hari pada titik-titik meridian yang telah ditetapkan diiringi dengan Doa akan merangsang Hipotalamus, pituari, adrenal. Akan membangkitkan energi psikologis dan menyeimbangkan hormon dalam tubuh, sehingga
lebih percaya diri, serta rileks dalam menghadpi persalinan.
8. Senam hamil
Senam hamil merupakan salah satu metode dalam membantu ibu hamil meredakan kecemasan dan memudahkan dalam proses persalinan. Senam hamil ini dipandu oleh instruktur yang terlatih sehingga ibu hamil dapat dengan mudah untuk mengikutinya.
Upaya meredakan kecemasan menurut Meihartati, dkk (2018) secara umum terbagi menjadi dua yaitu:
3. Terapi farmakologis Terapi farmakologis merupakan terapi yang diberikan dengan menggunakan obat–obatan.
4. Terapi non farmakologi Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan obat–obatan yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan. Beberapa jenis terapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan adalah art therapy, terapi hewan pemeliharaan, konseling, distraksi, aroaterapi, hipnotis, terapi musik, meditasi dan relaksasi.

20. Alat ukur kecemasan Kecemasan dapat dinilai dengan beberapa instrumen, antara lain The Hamilton Rating Scale for Anxiety (HAM-A), The State-Trait Anxiety Inventory (STAI), The Beck Anxiety Inventory (BAI), dan HADS. HAM-A adalah instrumen pengukuran derajat keparahan gejala kecemasan yang berbasis clinician-rated, walaupun dalam perkembangannya dapat digunakan sebagai self-reported instrument. HAM-A merupakan instrumen pengukuran kecemasan yang sangat luas digunakan dan sudah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. HAM-A memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup baik dan menjadi acuan benchmarking berbagai instrumen pengukuran kecemasan yang lain. HAM-A juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu kemampuan diskriminasi yang kurang akurat dalam membedakan efek ansiolitik dan efek antidepresan serta kemampuan diskriminasi yang kurang baik dalam membedakan ansietas somatik dan efek samping obat. Penggunaan HAM-A sebagai instrumen pengukuran kecemasan kurang
menguntungkan karena penggunaannya membutuhkan waktu yang cukup lama, membutuhkan tenaga terlatih dalam penggunaannya, dan lebih tepat digunakan sebagai instrumen monitoring perkembangan terapi (Thompson, 2015).
STAI adalah instrumen self-report yang bersifat skrining dan menilai derajat keparahan gangguan kecemasan, khususnya cemas umum. Terdapat 2 versi STAI, yaitu untuk dewasa dan anak. STAI sudah diterjemahkan ke dalam 48 bahasa. Untuk mengisi kuesioner STAI ini membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit. Kuesioner STAI mudah dikerjakan, tidak butuh waktu yang lama untuk mengisi, dan mudah diinterpretasi. STAI memiliki beberapa kelemahan, yaitu reliabilitas dan validitas
yang kurang baik, kurang dapat membedakan antara depresi dan kecemasan, serta kurang dapat menunjukkan perubahan gejala dari waktu ke waktu dalam periode waktu jangka panjang (Julian, 2011).
BAI dapat bersifat self-report maupun intervieweradministered, yang berfokus pada pengukuran gejala somatik kecemasan untuk membedakan depresi dan kecemasan. BAI memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup baik, sensitif terhadap perubahan gejala dari waktu ke waktu, waktu pengisian singkat, dan skoringnya mudah. Beberapa limitasi dari BAI adalah tidak banyak gejala-gejala yang bisa dinilai, dapat overlap dengan beberapa gangguan fisik karena berfokus pada gejala
somatik dari kecemasan, serta BAI tidak menilai gejala utama kecemasan (kekhawatiran) dan aspek kognitif kecemasan (Julian, 2011).
HADS dibuat untuk menskrining gejala cemas dan depresi pada pasien dengan gangguan fisik. HADS dapat bersifat sel-report maupun interviewer-administered. Kelebihan HADS adalah hanya menampilkan sedikit pertanyaan, waktu yang dibutuhkan sangat singkat, validitas dan reliabilitas baik, sensitif terhadap perubahan gejala dari waktu ke waktu, skoring dan interpretasi mudah, sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa (Julian, 2011).
b. BAI.
Aaron T. Beck, MD dan rekannya menciptakan BAI sebagai alat yang berfungsi untuk mengukur keparahan dari suatu kecemasan dan sebagai alat untuk membedakan kecemasan dengan depresi. BAI memiliki 21 item berbentuk pertanyaan yang mencakup berbagai gejala dari kecemesan, seperti gejala emosional, gejala somatik, dan kognitif. 11,24
Responden diharapkan dapat menyampaikan keluhan dari setiap gejala selama satu minggu terakhir. Pemberian skor dari tiap item kuesioner diukur dalam empat tingkatan yaitu: tidak sama sekali (0), ringan, tidak terlalu mengganggu (1), Sedang, kadang menggangu (2), dan berat, selalu mengganggu (3). Total skor BAI berjumlah 0-63 dengan interpretasi total skor 0-20 adalah tingkat kecemasan rendah, 22-35 adalah tingkat kecemas sedang dan total skor 36 adalah tingkat kecemasan
berat yang berpotensi semakin memburuk dan tidak boleh diabaikan. 11,25
BAI juga dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik untuk mendeteksi efektivitas dari terapi dan sebagai alat ukur hasil setelah terapi. Cepat dan mudah digunakan, dapat diulang kembali, membantu dalam membedakan gejala kecemasan dan depresi serta dapat digunakan dalam menilai dan menetapkan basis tingkat keparahan gejala kecemasan, merupakan beberapa keunggulan yang dimiliki BAI. BAI sebagai alat bantu telah digunakan dalam berbagai bahasa, kultur, usia dan
memiliki spesifitas sebesar 0,74 dan sensitifitas sebesar 0,75. 11,26

11. Beck, Epstein, Brown, Steer. Beck Anxiety Inventory (BAI) Great Plains Health Behavioral Health. J Consult Clin Psychol. 1988;56:893-897. https://www.gphealth.org/media/1087/anxiety.pdf.
24. Lemos MF, Lemos-neto SV, Barrucand L TEP. Education Reduces Preoperative Anxiety in Cancer Patients Undergoing Surgery : Usefulness of The Self-Reported Beck Anxiety Inventory. 2019:69.
25. Lee K, Kim D CY. Exploratory Factor Analysis of the Beck Anxiety Inventory and the Beck Depression Inventory-II in a Psychiatric Outpatient Population. 2018:33(16):1-11.
26. Oh H, Park K, Yoon S, et al. Clinical Utility of Beck Anxiety Inventory in Clinical and Nonclinical Korean Samples. Front Psychiatry. 2018;9(666):1-10.

D. Ibu Hamil
2. Definisi / Pengertian
Ibu hamil adalah orang yang sedang dalam proses pembuahan untuk melanjutkan keturunan. Dalam tubuh seorang wanita hamil terdapat janin yang tumbuh yang tumbuh di dalam rahim. Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting.
seorang ibu hamil harus mempersiapkan diri sebaik – baiknya tidak menimbulkan permasalahan pada kesehatan ibu, bayi, dan saat proses kelahiran (Mamuroh, 2019)

Tambahan Daftar Pustaka


Mamuroh, L. (2019). PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG GIZI SELAMA KEHAMILAN
PADA SALAH SATU DESA DI KABUPATEN GARUT Jurnal Internal Universitas Padjajaran :
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai