Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Kecemasan

Sigmund Freud berpendapat bahwa kecemasan adalah kondisi yang tidak


menyenangkan, bersifat emosional dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah
sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang
mendekat. Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan
fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi (Nevid, Rathus & Greene 2005)
Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa
menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau bila
sepertinya datang tanpa ada penyebabnya yaitu bila bukan merupakan respon terhadap
perubahan lingkungan (Nevid, & Rathus, 2005). Bentuk dari kecemasan dapat menimbulkan
gangguan tersendiri pada individu, ketika berada dalam bentuk kecemasan yang ekstrem.
Namun pada beberapa situasi, kecemasan dapat menjadi reaksi emosional yang normal, tetapi
menjadi reaksi emosional yang abnormal di situasi yang berbeda. Kecemasan memiliki
beberapa ciri yang akan muncul ketika orang mengalaminya, seperti ciri fisik, kognisi, dan
perilaku (Nevid & Rathus, 2005).
Awal kehamilan, ibu sudah mengalami kegelisahan dan kecemasan. Kegelisahan dan
kecemasan selama kehamilan merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu
menyertai kehamilan dan bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan. Perubahan ini terjadi akibat
perubahan hormon yang akan mempermudah janin untuk tumbuh dan berkembang saat
dilahirkan (Kushartanti, 2010).

Ciri-ciri Kecemasan
Menurut Nevid (2003), aspek-aspek yang diukur dalam kecemasan meliputi :
1. Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan dan anggota tubuh yang bergetar
atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit
berbicara, sulit bernafas, jantung berdebar keras atau berdetak kencang, pusing, merasa
lemas atau mati rasa, sering buang air kecil, merasa sensitif, atau mudah marah.
2. Secara behavioral meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependent,
perilaku terguncang.
3. Secara kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu atau ketakutan
atau aphensi terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang
mengerikan akan segera terjadi tanpa penjelasan yang jelas, ketakutan akan kehilangan
kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa
semuanya tidak bisa lagi dikendalikan, merasa sulit memfokuskan pikiran dan
berkonsentrasi.
Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi ibu hamil yaitu faktor biologis maupun
psikis dimana keduanya saling mempengaruhi. Faktor biologis meliputi kesehatan dan
kekuatan selama kehamilan serta kelancaran dalam melahirkan bayinya. Sedang faktor psikis
meliputi kesiapan mental ibu hamil selama kehamilannya sampai kelahiran dimana ia
dihadapkan pada keadaan cemas, tegang, bahagia, dan berbagai macam perasaan lain seperti
masalah keguguran, penampilan, maupun masalah kemampuan melahirkan (Maimunah,
2009).
Kecemasan pada wanita hamil dapat dipengaruhi diantaranya oleh faktor demografi
seperti usia pada saat hamil, usia kehamilan, pekerjaan, status pernikahan, dan jumlah
pengalaman terjadinya keguguran (Broen,Moum, Bodtker, & Ekeberg, 2006).
Defferenbacher dan Hazaleus (dalam Ghufron & Risnawati, 2011) mengemukakan bahwa
sumber penyebab kecemasan meliputi:
1. Kekhawatiran (worry), merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti
perasaan negative bahwa dirinya lebih jelek dibandingkan dengan temantemannya.
Dalam kasus ini perasaan negatif pada ibu hamil bahwa akan mengalami kegagalan
dalam kehamilannya untuk kedua kalinya.
2. Emosionalitas (imosionality), sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonomi,
seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan tegang.
3. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated
interference), merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang selau tertekan
karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.
Kartono (1992) menjelaskan bahwa kebanyakan ibu-ibu hamil merasa gelisah dan
ketakutan pada masa kehamilan disebabkan oleh:
1. Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran adalah satu fenomena fisiologis yang normal namun hal
tersebut tidak menutup kemungkinan dar iresiko-resiko dan bahaya kematian. Bahkan
pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai pendarahan dan
kesakitan-kesakitan .Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan
khususnya takut mati, baik kematian dirinya sendiri, maupun anak bayi yang akan
dilahirkan. Inilah penyebab pertama yang menyebabkan kecemasan pada ibu-ibu
hamil.
2. Trauma kelahiran
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya.
3. Perasaan bersalah/berdosa
Perasaan bersalah atau berdosa terhadap ibu ini erat hubungannya dengan ketakutan
akan mati pada saat wanita tersebut melahirkan bayinya.
4. Ketakutan riil
Pada saat wanita hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu bisa diperkuat oleh
sebab-sebab konkret lainnya, misalnya:
1) Takut kalau bayinya akan lahir cacat atau lahir dalam kondisi sakit.
2) Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa ibu dimasa lalu.
3) Takut kalau beban hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi.

Dampak Kecemasan pada Ibu Hamil


Kecemasan dalam masa kehamilan adalah sangat merugikan bagi ibu hamil, karena
dapat mempengaruhi janin yang sedang dikandungnya. Sifat-sifat mudah menangis, mudah
tersinggung dan mudah cemas dapat menyebabkan kelahiran premature yang mengakibatkan
terjadinya hambatan intelektual, perkembangan motorik, perkembangan bicara dan
perkembangan emosi. Untuk itu calon ibu yang cemas dalam keadaan hamil maka harus
dicari sumber kecemasannya agar tidak membebani (Maimunah, 2009)
Kondisi psikologis ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu itu sendiri dan janin
dalam kandungannya. Perkembangan janin dapat terhambat atau dapat mengalami gangguan
emosi saat lahir (Stoppard, 2010). Kondisi seperti ini tentunya akan berdampak pada kondisi
janin. Sherr (dalam Susanti, 2008) mencatat bahwa tingkat kecemasan mempunyai efek
negative pada reaksi kesehatan terhadap ibu hamil. Ha ini semakin menguatkan bahwa
penting untuk menjaga kondisi psikologis ibu hamil, tentunya disamping memperhatikan
kondisi fisiknya. Beberapa kasus yang muncul terjadi ketika seorang ibu yang tengah hamil
mengalami ketidaknyamanan secara psikologis, seperti halnya perasaan cemas.
Dampak pada ibu dapat terjadi hiperemesis gravidarum (mual dan muntah
berlebihan), pre-eklampsia (peningkatan tekanan darah yang tinggi, dan eklampsia
(kejang-kejang pada penderita pre-eklampsia) (Hawari, D,2004). Selain itu suasana
psikologis ibu yang tidak mendukung dapat mempersulit proses persalinan. Ibu
yang berada dalam kondisi cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, hingga
akhirnya berujung pada stres. Kondisi stres inilah yang mengakibatkan otot
tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan lahir ikut menjadi kaku
dan keras sehingga sulit mengembang. Disamping itu emosi yang tidak stabil hanya
akan membuat ibu merasakan nyeri yang semakin berat.

Anda mungkin juga menyukai