Faktor Psikologi yang Memperngaruhi Ibu Selama Masa Kehamilan dan
Peran Bidan dalam Menangani Masalah Psikologi Ibu Hamil
(Tugas Psikologi Dalam Praktik Kebidanan)
Disusun Oleh: Kiki Rizki BAB I PENDAHULUAN
Kesehatan mental adalah kondisi individu yang memiliki kesadaran akan
kemampuan diri, dapat menghadapi tekanan hidup, dapat hidup dengan produktif serta mampu berkontribusi dalam komunitas (World Health Organization, 2005). Kondisi ini merupakan kondisi yang perlu dijaga di setiap siklus kehidupan, termasuk saat seorang wanita mengalami kehamilan. Masalah kesehatan mental selama kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang perlu ditangani dengan serius. Sebanyak 10%- 20% wanita mengalami penyakit mental selama kehamilan dan pasca melahirkan di seluruh dunia. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, prevalensi masalah kesehatan mental selama kehamilan masih cukup tinggi dengan prevalensi rata-rata mencapai 15,6% (Spedding, Stein, Naledi, & Sorsdahl, 2018). Masalah mental pada ibu hamil dan pasca melahirkan adalah depresi antenatal dan postnatal, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pascatrauma dan psikosis postpartum (Bauer, Parsonage, Knapp, Iemmi, & Adelaja, 2014). Satu dari lima wanita mengalami masalah kesehatan mental selama kehamilan, seperti depresi, kecemasan dan ketakutan melahirkan yang parah, serta gangguan emosi ringan hingga sedang (Robertson, Grace, Wallington, & Stewart, 2004). Di antara masalah mental selama kehamilan tersebut, depresi dan kecemasan adalah masalah yang paling sering dilaporkan selama kehamilan. Gangguan mental lainnya yang memiliki prevalensi cukup tinggi adalah gangguan kecemasan (23%) yang mayoritas muncul karena berkurangnya rasa percaya diri akibat perubahan bentuk tubuh saat kehamilan (Bayrampour, McDonald, & Tough, 2015). Sementara itu, pasca melahirkan gangguan kecemasan (15%) timbul karena adanya perasaan tidak berharga (low self-esteem) (Fairbrother, Janssen, Antony, Tucker, & Young, 2016), sedangkan prevalensi depresi pada ibu hamil sebesar 6% untuk depresi mayor dan prevalensi depresi minor sebanyak 17% (Ashley, Harper, Arms-Chavez, & LoBello, 2016). BAB II PEMBAHASAN
A. Psikologis Ibu Hamil
1. Definisi Psikologis Ibu Hamil Psikologis ibu hamil diartikan sebagai periode krisis, saat terjadinya gangguan dan perubahan identitas peran. Definisi krisis merupakan ketidakseimbangan psikologi yang disebabkan oleh situasi atau tahap perkembangan. Awal perubahan psikologi ibu hamil yaitu periode syok, menyangkal, bingung, dan sikap menolak. Persepsi wanita bermacam-macam ketika mengetahui dia hamil, seperti kehamilan suatu penyakit, kejelekan atau sebaliknya yang memandang kehamilan sebagai masa kreatifitas dan pengabdian kepada keluarga. Faktor penyebab terjadinya perubahan psikologi wanita hamil ialah meningkatnya produksi hormon progesteron. Hormon progesterone memengaruhi kondisi psikisnya, akan tetapi tidak selamanya pengaruh hormone progesteron menjadi dasar perubahan psikis, melainkan kerentanan daya psikis seorang atau lebih dikenal dengan kepribadian. Wanita hamil yang menerima atau sangat mengharapkan kehamilan akan lebih menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan. Berbeda dengan wanita hamil yang bersikap menolak kehamilan. Mereka menilai kehamilan sebagai hal yang memberatkan ataupun menganggu estetika tubuhnya seperti gusar, karena perut menjadi membuncit, pinggul besar, payudara membesar, capek dan letih. Tentu kondisi tersebut akan mempengaruhi kehidupan psikis ibu menjadi tidak stabil (Pieter & Namora, 2010). 2. Bentuk Perubahan Psikologis Ibu Hamil Menurut (Pieter & Namora, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa macam perubahan psikologi ibu pada masa kehamilan, antara lain: a. Perubahan Emosional Perubahan emosional trimester I (Penyesuaian) ialah penurunan kemauan seksual karena letih dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi atau khawatir, ibu mulai berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik, dan menurunnya aktifitas seksual. b. Cenderung Malas Penyebab ibu hamil cenderung malas karena pengaruh perubahan hormon dari kehamilannya. Perubahan hormonal akan mempengaruhi gerakan tubuh ibu, seperti gerakannya yang semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan tersebut yang membuat ibu hamil cenderung menjadi malas. c. Sensitif Penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif ialah karena factor hormon. Reaksi wanita menjadi peka, mudah tersinggung, dan mudah marah. Apapun perilaku ibu hamil dianggap kurang menyenangkan. Oleh karena itu, keadaan seperti ini sudah sepantasnya harus dimengerti suami dan jangan membalas kemarahan karena akan menambah perasaan tertekan. Perasaan tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan fisik dan psikis bayi d. Mudah Cemburu Penyebab mudah cemburu akibat perubahan hormonal dan perasaan tidak percaya atas perubahan penampilan fisiknya. Ibu mulai meragukan kepercayaan terhadap suaminya, seperti ketakutan ditinggal suami atau suami pergi dengan wanita lain. Oleh sabab itu, suami harus memahami kondisi istri dengan melakukan komunikasi yang lebih terbuka dengan istri. e. Meminta Perhatian Lebih Perilaku ibu ingin meminta perhatian lebih sering menganggu. Biasanya wanita hamil tiba-tiba menjadi manja dan ingin selalu diperhatikan. Perhatian yang diberikan suami walaupun sedikit dapat memicu tumbuhnya rasa aman dan pertumbuhan janin lebih baik. f. Perasaan Ambivalen Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan trimester pertama. Perasaan ambivalen wanita hamil berhubungan dengan kecemasan terhadap perubahan selama masa kehamilan, rasa tanggung jawab, takut atas kemampuannya menjadi orang tua, sikap penerimaan keluarga, masyarakat, dan masalah keuangan. Perasaan ambivalen akan berakhir seiring dengan adanya sikap penerimaan terhadap kehamilan. g. Perasaan Ketidaknyamanan Perasaan ketidaknyamanan sering terjadi pada trimester pertama seperti nausea, kelelahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan emosional, semuanya dapat mencerminkan konflik dan depresi. h. Depresi Depresi merupakan kemurungan atau perasaan tidak semangat yang ditandai dengan perasaan yang tidak menyenangkan, menurunnya kegiatan, dan pesimis menghadapi masa depan. Penyebab timbulnya depresi ibu hamil ialah akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan otak, hubungan dengan suami atau anggota keluarga, kegagalan, dan komplikasi hamil. i. Stress Pemikiran yang negatif dan perasaan takut selalu menjadi akar penyebab reaksi stres. Ibu mengalami stres selama hamil mempengaruhi perkembangan fisiologis dan psikologis bayi. Sebaliknya, ibu hamil yang selalu berfikir positif membantu pembentukan janin, penyembuhan interna, dan memberikan nutrisi kesehatan pada bayi. Stres berlebihan yang tidak berkesudahan dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat badan dibawah rata-rata, hiperaktif, dan mudah marah. j. Ansietas (Kecemasan) Ansietas merupakan istilah dari kecemasan, khawatir, gelisah, tidak tentram yang disertai dengan gejala fisik. Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian individu yang subjektif. Faktor penyebab terjadinya ansietas biasanya berhubungan dengan kondisi: kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman keguguran kembali, rasa aman dan nyaman selama kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua, sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, support keluarga dan tenaga medis. Selain itu, gejala cemas ibu hamil dilihat dari mudah tersinggung, sulit bergaul dan berkomunikasi, stres, sulit tidur, palpitasi atau denyut jantung yang kencang, sering buang air kecil, sakit perut, tangan berkeringat dan gemetar, kaki dan tangan kesemutan, kejang otot, sering pusing, dan pingsan. 3. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Menurut (Megasari et al, 2015) kebutuhan psikologis ibu hamil antara lain: 1) Support Keluarga 2) Support Tenaga Kesehatan 3) Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan 4) Persiapan Menjadi Orang Tua
B. Faktor yang Mempengaruhi Ibu Selama Masa Kehamilan
Menurut Romauli tahun 2015, faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan yaitu: 1. Stressor 1) Stressor Internal Stresor internal merupakan faktor pemicu stres ibu hamil yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologi yang ditanggung oleh ibu dapat menyababkan gangguan perkembangan bayi dan nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang yang kepribadian tidak baik, tergantung pada kondisi stres yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang menjadi seorang yang berkepribadian temperamental, autis atau orang yang terlalu rendah diri. 2) Stressor Eksternal Stressor eksternal adalah stres yang timbul dari luar yang memberikan pengaruh baik maupun pengaruh buruk terhadap psikologi ibu hamil. Pemicu stres yang berasal dari luar misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan suami, tekanan dari lingkungan. 2. Dukungan Keluarga Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan Bersama (Asmuji, 2014). Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang bersifat fisik maupun psikologi. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi, dimana sumber stres terbesar terjadi karena melakukan adaptasi terhadap kondisi tersebut. Dalam menjalani proses itu, ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih saying. 3. Subtance Abuse Subtance abuse merupakan perilaku yang merugikan dan membahayakan bagi ibu hamil termasuk penyalah gunaan atau penggunaan obat atau zat- zat yang membahayakan ibu hamil. Pengaruh obat selama hamil tidak hanya tergantung dari macam obat, akan tetapi tergantung daat obat diberikan. Obat yang diberikan pada ibu hamil dapat menimbulkan efek pada janin, seperti kelainan bentuk anatomic atau kecacatan pada janin, kelainan faal alat tubuh, gangguan pertukaran zat dalam tubuh. Setelah itu hamil dengan ketergantungan obat atau pengguna NAPZA sangat mempengarhi ibu dan janinnya terutama pada masa konsepsi trimester ke I kehamilan, karena pada tahap ini merupakan tahap pembentukan organ. Contoh obat-obatan tersebut adalah ganja, morfin, heroin, pethidin, jenis barbiturate, alkohol dan lain-lain yang akan menyebabkan gangguan pada ibu dan janinnya. Janin akan mengalami cacat fisik, kelahiran prematur dan BBLR, serta cacat mental dan sosial. 4. Partner Abuse Partner abuse merupakan kekerasan yang dilakukan oleh pasangan. Hasil penelitian bahwa korban kekerasan terhadap perempuan adalah wanita yang telah bersuami. Setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus selalu diwaspadai oleh tenaga kesehatan jangan sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu dan bayinya. Efek psikologi yang muncul ada ibu hamil adalah gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien. Sewaktu-waktu pasien akan mengalami perasaan terancam yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayinya. C. Peran Bidan dalam Menangani Masalah Psikologi Ibu Hamil Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai komunikator, motivator, fasilitator, dan konselor bagi masyarakat (Potter dan Perry, 2007). Macam-macam peran tersebut yaitu: 1. Komunikator Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang yang menerimanya. Komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang menyampikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain yang menerima pesan (komunikan) tesebut memberikan respon terhadap pesan yang diberikan (Putri ,2016). Tenaga Kesehatan harus mengevaluasi pemahaman ibu tentang informasi yag diberikan dan juga memberikan pesan kepada ibu hamil apabila terjadi efek samping yang tidak bias ditanggulagi sendiri segera datang kembali dan komunikasi ke tenaga kesehatan (Mandriwati, 2008). 2. Motivator Tenaga kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan kepada ibu hamil untuk patuh dalam melakukan pemeriksaa kehamilan dan menanyakan apakah ibu sudah memahami isi dari buku KIA. Tenaga kesehatan juga harus mendengarkan keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan penuh minat, dan yang perlu diingat adalah semua ibu hamil memerlukan dukungan moril selama kehamilannya sehingga dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi (Notoatmodjo, 2007). 3. Fasilitator Peran sebagai fasilitator dalam pemanfaatan buku KIA kepada ibu hamil juga harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan pada setiap kunjungan ke pusat kesehatan. fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitas, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi, sehingga pada saat menjelang batas waktu yang sudah ditetapkan ibu hamil harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan cara menjaga kesehatan kehamilan secara mandiri dengan keluarga (Novita, 2011). 4. Konselor Konseling yang dilakukan antara tenaga kesehatan dan ibu hamil memiliki beberapa unsur. Proses dari konseling terdiri dari empat unsur kegiatan yaitu pembinaan hubungan baik antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil, penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan sebagainya) dan pemberian informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, pengambilan keputusan mengenai perencanaan persalinan, pemecahan masalah yang mungkin nantinya akan dialami, serta perencanaan dalam menindak lanjuti pertemuan yang telah dilakukan sebelumnya (Depkes RI, 2008). BAB III KESIMPULAN
Peran bidan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan,
pada siklus kehidupan seorang wanita. Siklus wanita yaitu dari hamil, persalinan, nifas merupakan proses yang alami dan fisiologis bagi setiap wanita, namun jika tidak dipantau dengan baik dari masa kehamilan, persalinan dan nifas dalam perjalanannya 20% dapat menjadi patologis yang mengancam ibu dan janin dikandungnya, sehingga diperlukan asuhan kebidanan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. (2014). Manajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar
Ruzz Media Bauer, A., Parsonage, M., Knapp, M., Iemmi, V., & Adelaja, B. (2014). Costs of perinatal mental health problems. Bayrampour, H., Hapsari, A. P., & Pavlovic, J. (2018). Barriers to addressing perinatal mental health issues in midwifery settings. Midwifery, 59, 47-58. Megasari, Miratu dkk. 2015. Panduan Asuhan Kebidanan I. Ed 1. Yogyakarta: Deepublish Novita.R.V. (2011). Keperawatan Maternitas. Bogor:Ghalia Indonesia Pieter, H. Z., dan Namora L. L. (2010). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Robertson, E., Grace, S., Wallington, T., & Stewart, D. E. (2004). Antenatal risk factors for postpartum depression: a synthesis of recent literature. General hospital psychiatry, 26(4), 289-295. Romauli, S. 2015. Buku Ajar Askeb I:Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. Spedding, M. F., Stein, D. J., Naledi, T., & Sorsdahl, K. (2018). Pregnant women's mental health literacy and perceptions of perinatal mental disorders in the Western Cape, South Africa. Mental Health & Prevention, 11, 16-23. World Health Organization (WHO). Maternal Mortality in 2005. Geneva :Departement of Reproductive Health and Research WHO; 2007.