Anda di halaman 1dari 20

Gangguan Mental

Puerperium
Di Susun Oleh :
1. Clarita Amelia (P07224219006)
2. Defi Nurwahidah P (P07224219007)
3. Dini Indrawati (P07224219010)
4. Dita Dwi Nur S (P07224219011)
5. Sinta Alam Sari (P07224219036)
6. Sintiya Ayu Candra (P07224219037)
7. Syarifah Faridha A.A (P07224219038)
8. Wihel Ananda Putri (P07224219039)
Depresi Pasca Melahirkan

Gangguan Mental Puerperium atau Depresi Pasca Melahirkan (DPM) adalah salah
satu bentuk depresi mayor yang dialami ibu yang melahirkan bayi pertama dan
berlangsung pada tahun pertama setelah kelahiran bayi.
DPM merupakan perubahan fisikal, emosional, tingkah laku yang kompleks yang
terjadi setelah melahirkan dan dilengkapi dengan perubahan kimia dalam tubuh,
sosial dan psikologis yang diasosiasikan dengan kehadiran bayi (The Cleveland
Clinic, 2004).
Terdapat 3 bentuk depresi yang berkaitan
dengan stres pasca melahirkan, yaitu :
a. Postpartum blues
• Postpartum blues sering dikenal sebagai babyblues
• seringkali menangis secara terus menerus tanpa sebab yang pasti
dan mengalami kecemasan.
• berlangsung pada minggu pertama setelah melahirkan.
• biasanya kondisi ini akan kembali normal setelah 2 minggu tanpa
penanganan khusus.
• yang dibutuhkan adalah menentramkan dan membantu ibu baru
ini mengasuh bayi dan melakukan pekerjaan rumah.
lanjutan
b. Postpartum depression DPM
• kondisi yang lebih serius dari babyblues dan mempengaruhi 1 dari 10
ibu baru
• mengalami perasaan sedih dan emosi yang meningkat atau merasa
tertekan, menjadi sensitif, lelah, perasaan bersalah, cemas dan
ketidakmampuan untuk merawat diri dan merawat bayi.
• Simtom DPM meliputi rentang gejala ringan hingga parah yang muncul
secara mendadak atau bertahap, sejak beberapa hari setelah
melahirkan bahkan hingga setahun setelah melahirkan
• Penanganan melalui psikoterapi dan pemberian antidepresan biasanya
efektif baik bagi simtom yang berlangsung hanya beberapa hari
maupun simtom yang sudah berlangsung setahun.
Lanjutan

c. Postpartum psychosis
• Merupakan kondisi DPM yang parah. Kondisi ini jarang terjadi, dan
mempengaruhi 1 dari 1000 perempuan yang melahirkan.
• Gejalanya meliputi agitasi yang amat kuat, perilaku yang menunjukkan
kebingungan, perasaan hilang harapan dan malu, insomnia, paranoia,
delusi, halusinasi, hiperaktif, bicara cepat dan mania
• Gejalanya muncul secara cepat setelah melahirkan dan berlangsung
antara beberapa minggu hingga beberapa bulan.
• Penanganan medis harus dilakukan sesegera mungkin dengan
memasukkan penderita ke rumah sakit, karena kondisi ini juga biasanya
disertai risiko bunuh diri atau menyakiti bayi.
Gejala DPM
Gejala DPM meliputi gangguan emosional, perilaku dan simtom fisik,

Gangguan emosional meliputi


(a)sikap mudah tersinggung,
(b)perasaan sedih,
(c)hilang harapan,
(d)tidak berdaya,
(e)mood swings,
(f)ingin menyakiti orang lain (termasuk bayinya, diri sendiri ataupun suami),
(g)merasa bersalah dan
(h)takut kesendirian.
lanjutann....

Gangguan perilaku meliputi sikap


(a)kurang peduli terhadap bayinya sendiri atau sebaliknya
(b)terlalu perduli terhadap perkembangan bayi,
(c)kurang mampu merawat diri sendiri,
(d)enggan melakukan aktivitas yang menyenangkan,
(e)motivasi menurun,
(f)enggan bersosialisasi, dan sulit mengambil keputusan.
LANJUTAN....

Sedangkan simtom fisik yang biasanya muncul antara lain


(a)cepat merasa lelah,
(b)mengalami gangguan tidur dan selera makan,
(c)sakit kepala atau dada,
(d)sesak napas,
(e)mual dan muntah, dan
(f)jantung berdebar cepat (National Mental Health Association, 2003)
PENYEBAB DPM
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya DPM, diantaranya
adalah faktor biologis, psikologis dan faktor sosial.

Menurut Rosenberg et al (2003), faktor biologis yang menjadi


penyebab DPM meliputi depresi dan kecemasan selama
kehamilan; memiliki sejarah keluarga yang depresi; mengalami
baby blues yang tidak teratasi selama 2 minggu; mengalami
premenstrual syndrome yang cukup parah; disfungsi kelenjar
tiroid; masalah kesuburan; dan pernah mengalami
keguguran/aborsi.
Lanjuta
n....
faktor psikologis meliputi
1. Distres psikologis, seperti kritik terhadap diri sendiri dan pemikiran tentang bunuh
diri;
2. Stres yang berhubungan dengan peran sebagai ibu, seperti memikirkan kesehatan
bayi, stres pengasuhan bayi, perasaan tidak adekuat menjadi orang tua;
3. Sejarah masa kecil ibu, seperti kekerasan fisik, emosi/seksual pada masa kecil;
kehidupan keluarga yang tidak harmonis/tidak memuaskan; kehamilan yang tidak
diharapkan, dan stres selama kehamilan dan kelahiran bayi;
4. Kebahagiaan/ketidakbahagiaan pernikahan juga merupakan faktor psikologis yang
dapat menyebabkan DPM.
Jika pernikahan tidak bahagia atau hubungan dengan pasangan kurang bahagia seperti
gangguan hubungan dengan suami selama periode kehamilan, komunikasi terhambat,
kurangnya afeksi, perbedaan nilai atau ketidaksesuaian keinginan, maka terdapat
kecenderungan ibu mengalami DPM.
Lanjuta
n....
faktor sosial yang menjadi penyebab DPM meliputi kurangnya dukungan sosial dan
emosional terutama dari pasangan. Karena ibu baru yang sedang mengalami masa
transisi menjadi seorang ibu, membutuhkan bantuan dan dukungan sebelum dan
selama kehamilan, serta setelah kelahiran bayi; selanjutnya, status sosial ekonomi
yang rendah/tidak bekerja; menjadi orang tua tunggal/bercerai; tingkat pendidikan
yang rendah; dan tekanan pada saat tidak dapat menyusui bayi. Ibu baru akan
mengalami tekanan untuk mengasuh bayinya. Sehingga ketika ibu mengalami
kesulitan menyusui/tidak mau menyusui/merasa tidak mampu menyusui, maka ibu
akan merasa bersalah dan depresi (Rosenberg et al, 2003).
PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI MASA
NIFAS

Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia hamil.
Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga
memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas
marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan
manifestasi dari emosi yang labil. (Suherni, dkk. 2009 : 85)
Pada masa nifas, wanita banyak mengalami perubahan selain fisik yaitu
antara lain wanita meningkat emosinya.
Fase yang dilalui oleh ibu postpartum
adalah :
a) Taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari ke 1-2 setelah melahirkan. Pada saat itu fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat
ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur seperti
mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung lebih pasif
terhadap lingkungannya. (Ambarwati, 2010 : 88-89)
LANJUTAN....

b. Taking hold Yaitu meniru dan role play


1. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 postpartum.
2. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya.
4. ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan perawatan bayinya.
5. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut. (Sulistyawati, 2009 : 88)
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakankesempatan
yang baik untuk menerima berbagai dalam merawat diri dan bayinya sehingga
timbul percaya diri. (Dewi Vivian, 2011 : 66)
Lanjuta
nn...
c. Letting go
1. Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap
waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
2. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayiprofessional.
diperlukan bantuan yang sangat bergantung, yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan
sosial.
3. Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpsrtum. ( Bahiyatun,
2009 : 64-65)
Gangguan Psikologi Masa Nifas

Postpartum Blues
1. Postpartum blues dapat terjadi begitu selesai proses kelahiran dan biasanya akan hilang
setelah beberapa hari sampai seminggu setelah melahirkan.
2. Terkena perubahan mood secara tiba-tiba/ tak terduga, merasa sedih, menangis tak henti
tanpa sebab, kehilangan nafsu makan, tak tenang, gundah dan kesepian.
3. Tidak ada perawatan khusus untuk postpartum blues jika tidak ada gejala yang
signifikan. Empati dan dukungan keluarga serta staf kesehatan diperlukan. Jika gejala
tetap ada lebih dari dua minggu diperlukan bantuan professional. (Bahiyatun, 2009 : 65)
Lanjutann...

Postpartum depression
1. Postpartum depression ini dapat terjadi kapanpun di dalam jangka waktu
satu tahun setelah melahirkan.
2. Gejala dari postpartum depresi ini yaitu merasa letih, mudah putus asa,
depresi, serangan panik, tidak tertarik untuk melakukan hubungan seksual,
sulit tidur walaupun sangat lelah, tegang, pikiran obsesif dan tidak
terkontrol, mempunyai rasa bersalah yang berlebihan terhadap sesuatu.
3. Postpartum depression ini memerlukan perawatan dokter melalui
konsultasi, group support dan pengobatan. (Sujiyatini, 2010 : 193)
Lanjutann...

Postpartum psikosis
1. Postpsrtum psikosis merupakan keadaan dimana wanita mengalami tekanan jiwa yang
sangat hebat yang bias menetap sampai setahun. Gangguan kejiwaan ini juga bias selalu
kambuh setiap pasca melahirkan.
2. gejala-gejala yang mirip dengan postpstum depression ditambah penderita sering
berkhayal, berhalusinasi dan bingung hingga muncul pikiran ingin melukai bayinya dan
dirinya sendiri, tanpa menyadari bahwa pikiran-pikiran itu tidak masuk akal. Jadi resiko
untuk bunuh diri atau membunuh bayinya lebih besar dari pada postpartum depression.
3. diperlukan bantuan professional.

Anda mungkin juga menyukai