Anda di halaman 1dari 23

Depresi Postpartum

slidesmania.com
Member...
1. Dian Istiatun
2. Irti Muti Azimah
3. Kusuma Dewi Arimbi
4. Gina Yulistiani
slidesmania.com
Post Partum
Masa postpartum sering juga disebut dengan masa puerperium atau masa nifas. Masa postpartum biasanya merujuk pada fase

6 minggu pertama setelah kelahiran bayi dan kembalinya organ reproduksi ibu hamil ke kondisi normal sebelum kehamilan

Murray dan McKinney dalam Fatmawati (2015:83) menyebutkan bahwa periode postpartum merupakan situasi krisis bagi

ibu, pasangan, dan keluarga karena berbagai perubahan yang terjadi baik fisik, psikologis, maupun struktur keluarga yang

memerlukan proses adaptasi atau penyesuaian.


slidesmania.com
Depresi Post
Partum
slidesmania.com
Apa sih depresi postpartum itu?
Depresi postpartum merupakan suatu bentuk depresi yang dialami oleh ibu karena pada masa itu menjadi periode
transisi yang cukup membuat stres. Periode setelah melahirkan menjadi periode di mana ibu harus beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang ada dalam dirinya, baik fisik maupun psikologi, juga perubahan sosial yang dialami karena
melahirkan dan merawat bayi. Namun, tidak semua ibu dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut,
sehingga mengalami gangguan seperti stres, cemas, bahkan depresi.
Depresi postpartum merupakan masalah psikologis yang dialami oleh ibu setelah melahirkan yang ditandai dengan
perasaan sedih, menurunnya suasana hati, kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, peningkatan atau penurunan
berat badan secara signifikan, merasa tidak berguna atau bersalah, kelelahan, penurunan konsentrasi bahkan ide bunuh
diri (Nasri et al., 2017:90).
slidesmania.com
Jenis Gangguan Psikologis Masa Postpartum
1. Postpartum Blues(Baby Blues)
Postpartum blues adalah tekanan atau stress yang dialami oleh ibu postpartum yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti adanya anggapan bahwa kelahiran bayi akan mengganggu atau
merusak akivitas-aktivitas yang selama ini telah berjalan. Selain itu, kualitas hubungan antara suami
dan istri serta perubahan hormonal juga berpengaruh terhadap munculnya gangguan ini (Taufik,
2011:191). Gangguan postpartum blues lebih ringan dan umum terjadi pada ibu postpartum
dibandingkan dengan gangguan postpartum depression dan postpartum psychosis.
slidesmania.com
Gejala :
1) Individu memiliki perasaan cemas dan khawatir terutama berkaitan dengan pekerjaan dan
karirnya ke depan.
2) Individu sering merasa sedih, terlihat murung, dan sering menangis meski tanpa disertai sebab
yang jelas.
3) Mudah lelah dan sakit kepala, dalam beberapa kasus sering migrain.
4) Ada kekawatiran tidak bisa mengurus bayinya dengan baik. Dalam keluarga yang memiliki
masalah keuangan muncul kekhawatiran tentang masa depan anak, terutama masalah pendidikan.
Ada pula kekhawatiran tentang umur yang tidak akan lama sehingga takut tidak bisa mengurus
bayinya.
5) Adanya perasaan tidak berdaya yang disebabkan kelelahan sewaktu melahirkan dan persepsi yang
terlampau jauh mengenai tugas-tugasnya.
slidesmania.com
2. Postpartum Depression (Depresi Postpartum)

Depresi postpartum hampir sama dengan dengan postpartum blues, namun dengan intensitas, frekuensi, dan durasi
gejala yang timbul lebih lama. Depresi postpartum dapat dialami oleh ibu paling lambat 8 minggu setelah melahirkan.

Adapun gejala-gejala yang timbul pada depresi postpartum adalah dipenuhi perasaan sedih dan depresi yang disertai
dengan menangis tanpa sebab, tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit saja, tidak dapat berkonsentrasi, ada perasaan
bersalah dan tidak berharga, menjadi tidak tertarik dengan bayi atau terlalu memperhatikan dan mengkhawatirkan
bayinya, adanya gangguan nafsu makan, ada perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya, dan munculnya
gangguan tidur (Mansur, 2009:158).
slidesmania.com
3. Postpartum Phychosis (Postpartum Kejiwaan)
Postpartum psychosis merupakan masalah kejiwaan serius yang dialami
oleh ibu selepas melahirkan yang ditandai dengan agitasi yang hebat,
pergantian perasaan yang cepat, depresi, dan delusi (Mansur, 2009:159).
Menurut Kumar dalam Taufik (2011:201), postpartum psychosis termasuk
langka karena hanya terjadi pada satu atau dua orang sekitar 1000 peristiwa
melahirkan.
Gejala-gejala postpartum psychosis biasanya terjadi dalam dua minggu
setelah melahirkan. Postpartum psychosis dapat berbentuk ringan, berat,
hingga seorang ibu tidak dapat melakukan sesuatu untuk dirinya serta bayinya.
slidesmania.com
● Adapun karakteristik dari gejala-gejala postpartum psychosis (Taufik, 2011:203):
1) Delusi, yaitu kekeliruan dalam kesimpulan yang dipikirkan secara berulang-ulang yang terjadi akibat kekacauan
mental. Kesimpulankesimpulan tersebut diekspresikan ke dalam kehidupan nyata seperti merasa dirinya diracun
oleh orang lain, dicintai, ditipu, merasa dirinya sakit atau disakiti. Secara kasat mata, orang yang mengalami delusi
akan terlihat nyata sebab disertai dengan ekspresi wajah yang begitu menyakinkan.
2) Halusinasi, yaitu kesalahan persepsi di mana seseorang seolah-olah melihat sesuatu yang secara realitas tidak ada
atau tidak terjadi.
3) Perubahan kepribadian dan abnormalitas pikiran. Seorang ibu dengan postpartum psychosis tidak dapat mengatur
pikiran-pikiran yang diwujudkan dalam ucapan, dan biasanya ibu akan berperilaku dan bersikap diluar kebiasaan.
4) Berkurangnya pemahaman. Seringkali orang yang mengalami postpartum psychosis tidak menyadari bahwa
kondisi mereka mengalami gangguan. Sehingga berakibat pada sulitnya untuk menyakinkan individu tersebut
untuk segera mendapatkan bantuan.
5) Kekacauan selera makan.
6) Pikiran-pikiran yang membahayakan.
slidesmania.com
Faktor Penyebab
Depresi
Postpartum
slidesmania.com
a. Faktor Hormonal
Setelah melahirkan, ibu mengalami penurunan kadar estrogen dan progesteron yang
cukup drastis. Hal tersebut juga disertai dengan penurunan kadar hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan
tertekan. Penurunan hormon-hormon tersebut membuat ibu postpartum mengalami
perasaan yang tidak menentu, susah dimengerti, serta cemas (Taufik, 2011:194).
slidesmania.com
b. Faktor Fisik
Selain faktor hormonal, terdapat faktor fisik yang dapat menyebabkan depresi pada ibu
postpartum. Melahirkan merupakan perjuangan bagi seorang ibu. Ibu berusaha sekuat tenaga
mengerahkan daya, konsentrasi, dan segenap emosi untuk mengeluarkan bayi dari rahimnya. Proses
melahirkan tersebut tentu menyebabkan kelelahan pada ibu. Setelah melahirkan, aktivitas ibu akan
berubah, yaitu mulai menjaga dan merawat bayinya yang tentu saja dapat menyebabkan
berkurangnya waktu beristirahat sehingga terjadi penurunan ketahanan fisik maupun emosionalnya
(Taufik, 2011: 195)
slidesmania.com
c. Faktor Demografi
Faktor demografi yang dapat pula menjadi penyebab terjadinya depresi pada ibu postpartum
meliputi umur dan paritas. Umur persalinan sering dikaitkan dengan masalah depresi postpartum.
Usia yang terlalu muda untuk hamil akan memicu berbagai resiko pada ibu dan anak baik secara fisik
maupun psikis. Kehamilan pada usia muda (di bawah 20 tahun) dapat menimbulkan rasa khawatir
berlebih dalam membayangkan proses persalinan, terutama pada kehamilan pertama. Perempuan
yang baru pertama kali melahirkan beresiko menderita depresi akibat tidak mampu beradaptasi baik
secara fisik maupun psikis (Nasri et al., 2017:92).
slidesmania.com
NEXT...

Faktor demografi yang kedua yaitu paritas. Perempuan yang baru pertama kali
melahirkan (primipara) lebih beresiko menderita depresi postpartum karena kurangnya
beradaptasi dengan perubahan fisik maupun psikis. Ibu primipara biasanya merasa
khawatir akan perubahan bentuk tubuh, kemampuan menjalankan peran baru sebagai ibu,
dan juga dukungan sosial terutama dari suami dan keluarga (Tolongan et al., 2019:4).
slidesmania.com
4. Faktor Psikososial
● Faktor Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah dalam mendapatkan
berbagai macam informasi termasuk pengetahuan mengenai resiko terjadinya depresi postpartum.
● Status Pekerjaan
Ibu yang tidak bekerja rentan terhadap depresi postpartum. Selain ibu harus menghadapi peran
barunya, ibu mungkin saja mengalami kejenuhan karena ibu yang tidak bekerja akan tinggal di
rumah seharian dan ditinggal pergi bekerja oleh suaminya. Ibu juga rentan mengalami kelelahan
akibat harus melakukan pekerjaan rumah tangga sekaligus merawat bayi
slidesmania.com
NEXT...
● Pendapatan
Endang dalam (Nasri et al., 2017:93) mengatakan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami depresi
postpartum berpenghasilan rendah. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan kebutuhan dan perawatan bayi
yang membutuhkan banyak biaya. Maka, kehidupan baru yang seharusnya mendatangkan kebahagiaan justru
dapat menimbulkan tekanan akibat perubahan baru dalam hidup seorang ibu.
● Dukungan Sosial
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marshall dalam Sumantri (2015:33) menunjukkan bahwa kurangnya
dukungan sosial, terutama dukungan dari suami dapat menyebabkan tingginya tingkat depresi pada ibu
postpartum.
slidesmania.com
Penatalaksanaan
Depresi
Postpartum
slidesmania.com
1. Terapi Nonfarmakologis
● Terapi nonfarmakologis merupakan cara pengobatan depresi postpartum yang berupa terapi psikologis, di mana ibu dapat
menemukan cara yang tepat untuk menghadapi gejala depresi, mengatasi gangguan yang muncul, atau berpikir positif
ketika situasi sedang tertekan (Pearlstein et al., 2009 dalam Sari, 2020: 171). Penatalaksanaan ibu depresi postpartum
dengan terapi nonfarmakologis dilakukan berdasarkan tingkat keparahan dan gejala yang dialami oleh ibu, termasuk
dengan kemampuan ibu untuk merawat dan berinteraksi dengan bayinya.
● Jika baru terjadi gejala ringan, maka dapat dilakukan intervensi sosial berupa peningkatan dukungan bagi ibu seperti
dukungan dari keluarga, teman sebaya, dan konseling dari praktisi kesehatan (Sari, 2020: 171). Selain itu, psikoedukasi
juga dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat depresi pada ibu postpartum. Psikoedukasi merupakan suatu bentuk
pendidikan ataupun pelatihan terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses treatment dan
rehabilitasi. Sasaran dari psikoedukasi adalah mengembangkan dan meningkatkan penerimaan pasien terhadap penyakit
atau gangguan yang sedang dialami (Abdilah dan Putri, 2016: 742).
slidesmania.com
2. Terapi Farmakologis
● Metode farmakologis merupakan metode pengobatan depresi postpartum dengan memberikan obat-obatan
kepada pasien. Metode ini biasanya dipilih ketika sudah diberikan terapi nonfarmakologis namun tidak
berhasil. Terapi ini juga dapat diberikan jika penderita depresi postpartum lebih menyukai obat-obatan
dibanding dengan melakukan terapi non farmakologis. Obat-obatan antidepresan yang sesuai dengan
keadaan ibu menyusui harus diresepkan oleh psikiater. Selain antidepresan, biasanya juga diberikan
sertraline. Resep pengobatan untuk ibu menyusui biasanya diberikan dengan dosis 50 mg setiap hari selama
satu minggu dan kemudian dilihat serta dievaluasi efek samping obat tersebut. Jika masih ada keinginan
untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain, maka ditambahkan dosis sesuai kebutuhan (Sari,
2020: 172).
slidesmania.com
Pencegahan
Depresi
Postpartum
slidesmania.com
Selain penatalaksanaan ibu yang menderita depresi postpartum, tindakan preventif
juga bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya depresi postpartum. Pencegahan depresi
postpartum dapat dilakukan dengan beberapa upaya sebagai cara untuk meminimalkan
dampak perubahan hormonal postpartum dan mengurangi stres. Upaya tersebut antara
lain dengan menjaga kesehatan tubuh dan selalu berpikiran positif, menganjurkan ibu
untuk meminta bantuan dari orang lain dalam merawat bayi sehingga dapat tidur dengan
cukup, makan makanan sehat dan bergizi, olahraga teratur, dan melakukan terapi
(Manurung et al., 2011 dalam Kusnaningsih et al., 2017: 2).
slidesmania.com
Thank you!
Do you have any questions?
slidesmania.com

Anda mungkin juga menyukai