Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perempuan memiliki kodrat sebagai wanita sekaligus ibu yang bisa
mengahasilkan keturunan untuk penerus nusa dan bangsa. Setelah seorang ibu
melahirkan , maka ibu akan merasa sangat bahagia tapi ada juga yang merasa atau
mengalami gangguan emosional. Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah
depresi dan psikosis. Gangguan emosional selama periode postpartum merupakan
salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita.
Sebagian perempuan menganggap bahwa masa–masa setelah melahirkan
adalah masa-masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara
emosional. Kelahiran seorang bayi dapat menimbulkan stress berat pada sang ibu. Ia
bertanggung jawab atas perawatan bayi yang tak berdaya itu, ia harus pula
memberikan perhatian terhadap suami atau pasangannya, malam hari sering
terganggu, ia merasa tidak mampu atau tidak yakin akan kemampuannya menjadi
seorang ibu. Gangguan-gangguan psikologis yang muncul tersebut akan mengurangi
kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan
ibu dikemudian hari.
Ada 3 tipe gangguan jiwa pascapersalinan, diantaranya adalah postpartum
blues, postpartum depression dan postpartum psikosis. (1,3,4,5)
Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh ibu
melahirkan, hal ini dapat terjadi pada semua ibu postpartum dari etnik dan ras
manapun, dan dapat terjadi pada ibu primipara dan multipara (henshow, 2007).
Depresi postpartum adalah keadaan emosi yang ditandai oleh episode menangis
ringan sesaat dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah melahirkan
(Mitayani,2011). Psikosis postpartum ialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi
berat dan waham.

1
1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan postpartum blues ?


 Apa yang dimaksud dengan depresi postpartum ?
 Apa yang dimaksud dengan psikosis postpartum ?

1.3 Tujuan

 Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan postpartum blues ?


 Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan depresi postpartum ?
 Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan psikosis postpartum ?

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Postpartum Blues

1. Pengertian

Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh ibu


melahirkan, hal ini dapat terjadi pada semua ibu postpartum dari etnik dan ras
manapun, dan dapat terjadi pada ibu primipara dan multipara (henshow, 2007).
Primipara merupakan seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup
besar untuk hidup di dunia luar, sedangkan multipara merupakan wanita yang telah
melahirkan anak lebih dari sekali (varney, 2006). Ibu primipara merupakan kelompo
yang paling rentang mengalami depresi postpartum dibandingkan multipara atau
grandemultitara (ibu yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih) (Elvira, 2006).

2. Penyebab

a) Postpartum blues dapat dipicu oleh perasaan belum siap menghadapi lahirnya
bayi

b) Belum timbulnya kesadaran meningkatkan tanggung jawab sebagai ibu.

c) Usia yang belum cukup (<20 tahun)

d) Dukungan sosia yang kurang

e) Paritas

f) Tingkat pendidikan

g) Perencanaan kehamilan

Menurut Rahmandani, Karyoni, dan Dewi (2009), menyebutkan faktor


internal dan eksternal yang mengalami kejadian postpartum blues dan depresi
pastpartum.

3
Faktor Internal yaitu Isi Kognitif, karakteritik kepribadian, dan sikap hati yang
terbuka. Sementara faktor eksternalyaitu dukungan sosial (dukungan material,
psikologis, penilaian, informasi, dan finansial), penguatan positif dan tekanan dari
luar.

3. Tanda dan Gejala

Ibu yang mengalami postpartum blues mengalami penurunan minat dan


ketertarikan kepada bayi dan tidak mampu merawatnya secara optimal sehingga tidak
bersemangat menyusui, menjaga kebersihan, kesehatan serta tumbuh kembang bayi
tidak optimal. Depresi postpartum dan postpartum blues sangat berkaitan, atau
apabila postpartum terjadi berkepanjangan maka terjadilah depresi postpartum. Pada
ibu yang mengalami postpartum, besar kemungkinan bayi tidak mendapat ASI dan
ditolak oleh orangtuanya serta adanya masalah dalam proses bonding attachment
(Elvira, 2006).

Tanda dan gejala lainya adalah:

- Sering tiba-tiba menangis karna tidak merasa bahagia.

- Tidak sabar.

- Tidak mau makan.

- Tidak mau bicara.

- Sakit kepala sering berganti mood.

- Mudah tersinggung.

- Merasa terlalu sensitive dan cemas berlebihan.

- Tidak bergairah.

- Tidak percaya diri.

- Tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan.

4
- Insomnia yang berlebihan.

Pemeriksaan diagnostik

Skrining dapat digunakan untuk mendeteksi depresi/gangguan mood dengan


menggunakan beberapa kuesioner sebagai alat bantu.Endinburgh Posnatal Depression
Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat mengukur
intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pascapersalinan. Pertanyaan-
pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah
serta hal-hal lain mencakup yang terdapat pada post partum blues . kuesioner ini
terdiri dari 10 pertanyaan , dimana setiap pertanyaan memiliki 4 pilihan jawaban yang
mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang
dirasakan ibu pasca persalinan saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan
rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Jika nilai skoring lebih besar dari
12 memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis
kejadian post portum blues. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca
persalinan dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu
kemudian.

Penatalaksanaan

Para ahli obstretik memiliki peran penting untuk mempersiapkan para wanita
untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca persalinan dan serta segera
memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut. Post partum blues
juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik napas dalam dan
meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, tulus dan ikhlas dengan peran
sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurus bayi, membicarakan rasa cemas
dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergaung dengan kelompok ibu-ibu
baru.

Dalam penanganan para ibu yang mengalami post partum blues dibutuhkan
pendekatan menyeluruh/holistic. Pengebotan medis, konseling emosional, bantuan-

5
bantuan praktis dan pemahaman intelektual tentangan pengalaman dan harapan-
harapan pada saat tertentu.

Cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan postpartum blues


yaitu Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan komunikasi terapeutik yaitu :

a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.

b. Dapat memahami dirinya.

c. Dapat mendukung tindakan konstruktif

d. Dengan cara peningkatan support mental.

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga


diantaranya:

a. Sesekali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan


rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan sus, dll

b. Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
kesibukan merawat bayi.

c. Suami harusnya tau permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
terhadap istrinya.

d. Menyiapkan mental menghadapi anak pertama yang akan lahir.

e. Memperbanyak dukungan dari suami.

f. Suami menggantukan peran istri ketika istri kelelahan.

g. Ibu dianjurkan sharing dengan teman yang juga baru saja melahirkan.

h. Bayi menggunakan pempers untuk meringankan kerja ibu.

6
i. Mengganti suasana dengan bersosialisasi.

j. Suami sering menemani istri saat mengurus bayinya.

Pencegahan post partum blues

Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum
Blues yaitu:

a. Pelajari diri sendiri


Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda
sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera
mendapatkan bantuan secepatnya.
b. Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode
postpartum dan kehamilan.
c. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda
merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
d. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli
rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup
secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih
mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
e. Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki
masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan
pada pasangan atau orang terdekat.
f. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan,
sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa
saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda,
bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.

7
g. Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
h. Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai
informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah
keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman
traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
i. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan
golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda
yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan
rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski
pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.
j. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda
dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka
bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa
lebih baik setelahnya.
k. Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan
merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya
kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak
merasa sendirian menghadapi persoalan ini.

Proses keperawatan pada post partum blues


1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
perawat perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang
diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik
wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga
dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan
pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.

8
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record
dan lain-lain
b.Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih –
murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan
perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien
- Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
- Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya
retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah
membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang
mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman
mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi,
anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa
mencapai yang telah direncanakan sebelumnya.

Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti
akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
a. Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan
citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang
berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali
menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa
merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut
bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.

9
b. Interaksi Orang Tua-Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak
meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan
kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu.
Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya
keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang
tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada
atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua
bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan
hubungan mereka.
c. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka,
respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan
perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya
dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka
memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi
dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca
gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat
ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat
merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini
cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk
melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian,
dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan
cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah
keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata.
Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan
gembira.
d. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap

10
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya,
ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu
meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik
yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi
untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit
e. Perubahan Mood.
Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah,
kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit
konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak
mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di
sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur
dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan
kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–
benar memusuhi bayinya.

1. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Gangguan Pola Tidur
c.Kurang Pengetahuan

2. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Ansietas NOC : NIC :
Definisi :  Anxiety control Anxiety Reduction
Perasaan gelisah yang  Coping (penurun
tak jelas dari  Impulse control an
ketidaknyamanan atau Kriteria Hasil : kecemasa
ketakutan yang disertai  Klien mampu n)
respon autonom mengidentifikasi dan - Gunakan
(sumner tidak spesifik mengungkapkan gejala pendekatan yang
atau tidak diketahui oleh cemas menenangkan

11
individu); perasaan  Mengidentifikasi, - Nyatakan dengan
keprihatinan disebabkan mengungkapkan dan jelas harapan terhadap
dari antisipasi terhadap menunjukkan tehnik pelaku pasien
bahaya. Sinyal ini untuk mengontol cemas - Jelaskan semua
merupakan peringatan  Vital sign dalam prosedur dan apa yang
adanya ancaman yang batas normal dirasakan selama
akan datang dan  Postur tubuh, prosedur
memungkinkan individu ekspresi wajah, bahasa - Pahami prespektif
untuk mengambil tubuh dan tingkat pasien terhdap situasi
langkah untuk aktivitas menunjukkan stres
menyetujui terhadap berkurangnya - Temani pasien
tindakan kecemasan untuk memberikan
Ditandai dengan keamanan dan
 Gelisah mengurangi takut
 Insomnia - Berikan informasi

 Resah faktual mengenai

 Ketakutan diagnosis, tindakan


prognosis
 Sedih
- Dorong keluarga
 Fokus pada diri
untuk menemani anak
 Kekhawatiran
- Lakukan back /
 Cemas
neck rub
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan

12
- Dorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

2. Gangguan pola tidur NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Anxiety Control Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua,  Comfort Level - Determinasi efek-
kecemasan, agen  Pain Level efek medikasi terhadap
biokimia, suhu tubuh,  Rest : Extent and pola tidur
pola aktivitas, depresi, Pattern - Jelaskan
kelelahan, takut,  Sleep : Extent and pentingnya tidur yang
kesendirian. Pattern adekuat
- Lingkungan : Gangguan pola tidur - Fasilitasi untuk
kelembaban, kurangnya pasien teratasi dengan mempertahankan
privacy/kontrol tidur, kriteria hasil: aktivitas sebelum tidur
pencahayaan, medikasi  Jumlah jam tidur (membaca)
(depresan, dalam batas normal - Ciptakan
stimulan),kebisingan.  Pola tidur,kualitas lingkungan yang
dalam batas normal nyaman
 Perasaan fresh - Kolaborasi
sesudah tidur/istirahat pemberian obat tidur
 Mampu
mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur

13
3. Kurang pengetahuan NOC NIC
Pengetahuan: Pengajaran:
(keluarga) tentang
perawatan bayi Perawatan Bayi
perawatan bayi dan
Indikator: Aktivitas:
pemulihan diri  Mendeskripsikan - Demonstarikan
berhungan dengan karakteristik bayi normal dan jelaskan tentang
 Mendeskripsikan
kurang terpaparnya perawatan bayi kepada
perkembangan bayi
keluarga terhadap orang tua dan keluarga
normal - Berikan
informasi yang adekuat
 Mendeskripsikan
panduan tentang
posisi bayi yang tepat
perkembangan selama 1
 Mendeskripsikan
tahun kehidupan
isapan ASI bayi yang
- Berikan
nutritive dan yang tidak
informasi tentang
 Mendeskripsikan
penambahan makanan
teknik menyusui bayi
 Mendeskripsikan cairan selama 1 tahun
cara memandikan bayi pertama
 Mendeskripsikan - Berikan
perawatan tali pusat informasi tentang
 Mendeskripsikan
perkembangan gigi dan
pola tidur-bangun bayi
higien oral selama 1
 Mendeskripsikan
tahun pertama
komunikasi dengan bayi
- Dorong orang
 Mendeskripsikan
tua untuk berbicara dan
kebutuhan adanya
bercerita kepada bayi
perawatan khusus
- Berikan
panduan tentang
perubahan pola tidur
selama 1 tahun pertama
- Berikan
panduan tentang
perubahan pola

14
eliminasi selama 1
tahun pertama
- Dorong orang
tua untuk memegang ,
menyentuh dan masase
bayi
- Dorong keluarga
untuk memberikan
stimulasi auditori,dan
visual untuk
meningkatkan
pertumbuhan
- Dorong orang
tua bermain dengan
bayi
- Demonstarsikan
cara orang tua
menstimulasi
perkembangan bayi
- Informasikan
kepada orang tua
pentingnya perawatan
kesehatan bayi dan
imunsasi bayi secara
teratur

2.2 Depresi postpartum


1. Definisi
Depresi postpartum adalah keadaan emosi yang ditandai oleh episode
menangis ringan sesaat dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah
melahirkan (Mitayani,2011)
2. Etiologi

15
Penyebab depresi postpartum belum diketahui secara pasti, tetapi
kemungkinan merupakan kombinasi dari aspek biologis, psikossial, dan
stress situsional. Ini juga berhubungan dengan latar belakang depresi
personal atau keluarga, dukungan sosial yang rendah, serta masalah
selama kehamilan dan kelahiran(Stewart dan Robinson,1998).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan:
a) Fluktuasi hormon seiring dengan kelahiran
b) Latar belakang depresi, gangguan mental
c) Kesulitan berhubungan dengan orang terdekat
d) Kemarahan terhadap kehamilan
e) Perasaan terisolasi atau tidak ada dukungan dari keluarga
f) Kelelahan, kurang tidur, kekhawatiran financial, dan melahirkan
bayi cacat
g) Kehamilan yang tidak diinginkan (Mitayani,2011)
3. Manifestasi klinis
a) Manangis
b) Insomnia
c) Depresi
d) Kelemahan
e) Cemas
f) Tidak bergairah
g) Konsentrasi yang buruk
4. Skrining depresi postpartum
a) Schedule of Affective Disorders and Schizophrenia (SADS)
SADS terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terbuka yang
berkenaan dengangan setiap gejala dengan penjajakan untuk
pertanyaan berikutnya. Terdapat 11 gejala depresif (tujuh somatic dan
empat afektif kognitif) dalam delapan kategori yaitu gangguan makan,
gangguan tidur, kelelahan, kurang semangat, perasaan bersalah,
gangguan konsentrasi, keinginan bunuh diri,dan gangguan motorik.
Keberadaan dan keparahan setiap gejala dinilai dari 1 hingga 6 oleh
pemantau dan setiap gejala harus mendapatkan niali minimal 3
(ringan) atau tinggi (parah atau sering dialami) dan terjadi minimal 2
minggu.
b) Structured Clinical Interview for-DSM-IV-R (SCID)
SCID merupakan wawancara klinis yang menggabungkan
diagnose DSM-IV dan memiliki versi berbeda untuk digunakan pada

16
pasien rawat inap, rawat jalan dan bukan populasi klinis. Instrument
ini terbagi atas enam modul yang memerlukan waktu 45-60 menit
untuk melengkapinya.
c) Standard Psychiatric Interview (SPI)
SPI merupakan wawancara semi struktur yang digunakan
untuk survey komunitas. SPI lebih sedikit dari wawancara
terstandarisasi lainnya dan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang
didesain untuk menelaah keberadaan atau ketiadaan dari 10 gejala
psikiatrik. Wawancara sering dimodifikasi dengan menambahkan
masalah yang menyangkut gangguan makan dan penurunan berat
badan postnatal.
d) Present State Examination (PSE)
PSE merupakan wawancara klinis semi struktur yang mencari
gejala psikiatri yang terjadi selama 4 minggu sebelumnya. PSE sering
digunakan pada sejumlah studi depresi postpartum.
e) Hamilton Rating Scale for Depression (HRSD)
HRSD digunakan untuk menilai keparahan depresi pada pasien
yang telah terdiagnosa untuk mendapatkan penilaian klinis. Terdiri
dari 17 gejala depresif, dan skla ini sering digunakan pada beberapa
literature depresi postpartum.
f) Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
EPDS adalah alat pelaporan sendiri yang direkomendasikan
untuk mengkonfirmasi gejala depresif pada wanita postpartum. EPDS
adalah 10 jenis skala yang didesain secara khusus untuk
menggambarkan tingkat depresi postpartum pada sampel komunitas.
5. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
Identifikasi awal dari factor risiko untuk depresi postpartum
akan memudahkan perawat dlam memberikan langkah-langkah
mencegah, sehingga gangguan depresi dapat dicegah dan
diminimalisasi. Latar belakang depresi postpartum gangguan afektif
keluarga, atau depresi yang tidak berhubungan dengan kehamilan
dapat dihubungkan dengan masalah potensial. Factor resiko lain

17
seperti status sosial ekonomi yang rendah, masalah perkawinan, orang
tua tunggal dengan system pendukung yang rendah, serta ambivalen
atau pikiran negative tentang peransebagi orang tua. Latar belakang
child abuse, kekecewaan terhadap diri sendiri, perasaan tidak mampu
menjadi ibu, stress baru.
Selama periode postpartum, perawat juga bisa mengkaji tanda
prediksi awal kebiasaan ibu dan interaksi dengan bayinya seperti
kurangnya kehangatan dan perhatian, ambivalensi terhadap kehamilan
dan kelahiran, gangguan tidur, menangis, kesedihan, kecemasan,
kurang tertarik, dan kurang kasih saying dalam merawat bayi
b) Diagnosa, NOC dan NIC

N Diagnosa NOC NIC


O

1. Ketidakefektif 1. Koping (1302) 1. Peningkatan


Kriteria hasil:
an Koping b.d koping
a) Mengidentifikasi
kurang kurang (5230)
pola koping yang
Aktivitas:
dukungan
efektif (level 5) a) Bantu pasien
sosial (00069) b) Menyatakan
dalam
perasaan akan
mengidentifi
control (diri)
kasi tujuan
(level5)
jangka
c) Melaporkan
pendek dan
pengurangan
jangka
stress (level 5)
d) Menyatakan panjang yang
penerimaan tepat
b) Bantu pasien
terhadap situasi
dalam
(level 5)
e) Modifikasi gaya memeriksa
hidup untuk sumber-
mengurangi sumber yang

18
stress (level 5) tersedia
f) Menghindari
untuk
situasi stress
memenuhi
yang terlalu
tujuannya
banyak ( level 5) c) Bantu pasien
g) Menyatakan
dalam
butuh bantuan
menyelesaik
(kevel5)
an masalah
h) Melaporkan
dengan cara
peningkatan
kontruktif
kenyamanan
d) Berikan
psikologis (level
suasana
5)
penerimaan
2. Tingkat stress
e) Dukung
(1212)
pasien untuk
Kriteria hasil:
a) Pemingkatan mengidentifi
tekanan darah kasi
(level 5) kekuatan dan
b) Perubahan dalam
kemampuan
asupan makan
diri
(level5) 2. Dukungan
c) Kegelisahan
emosional
(level5) Aktivitas:
d) Gangguan tidur a) Diskusikan
(level5) dengan
pasien
pengalaman
emosinya
b) Eksplorasi
apa yang
memicu
emosi pasien

19
c) Rangkul dan
sentul pasien
dengan
penuh
dukungan
d) Bantu pasien
untuk
mengenali
perasaannya
seperti
adanya
cemas,
marah, atau
sedih
3. Bantuan
control
marah(4640)
Aktivitas:
a) Bangun rasa
percaya dan
hubungan
yang dekat
dan harmonis
dengan
pasien
b) Gunakan
pendekatan
yang tenang
dan
meyakinkan
c) Berikan
pendidikan

20
mengenai
metode
untuk
mengatur
pengalaman
emosi yang
sangat kuat

2 Hambatan 1. Keterampilan 1. Peningkatan


Interaksib.d interaksi sosial sosialisasi( 5
Kriteria hasil:
gangguan 100 )
a) Menunjukan
Aktivitas:
konsep diri
penerimaan a) Anjurkan
( 00052)
(level5) kesabaran
b) Bekerja sama
dalam
dengan orang
pengembang
lain (level5)
an hubungan
c) Menunjukan
b) Anjurkan
perhatian
kegiatan
(level5)
sosial ndan
d) Menunjukan
masyarakat
ketulusan
c) Berikan
(level5)
model peran
e) Menunjukan
yang
sikap yang
mengekspres
hangat (level5)
2. Keterlibatan ikan
sosial kemarahan
Kriteria hasil:
yang tepat
a) Berinteraksi
d) Anjurkan
dengan teman
peningkatan
dekat (level5)
keterlibatan
b) Berinteraki
dalam

21
dengan anggota hubungan
keluarga (level5) yang sudah
c) Berinteraksi
mapan
dengan anggota 2. Dukungan
kelompok kerja keluarga
(level5) (7140)
d) Berinteraksi Aktivitas
a) Yakinkan
dengan keluarga
keluarga
(level5)
bahwa pasien
sedang
diberikan
perawatan
terbaik
b) Nilailah
reaksi emosi
keluarga
terhadap
kondisi
pasien
c) Dukung
harapan yang
realistis
d) Tingkatkan
hubungan
saling
percaya
dengan
keluarga.

22
2.3 Psikosis Postpartum

Pengertian Psikosis Postpartum

Psikosis postpartum ialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi berat dan
waham. Umumnya terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
Perempuan yang menderita bipolar disorder atau masalah psikotik lainnya yang
disebut Skizoafektif disorder mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena
postpartum psikosis.

Gejala Psikosis Postpartum

Pada psikosis postpartum gejala dapat terjadi dalam jangka waktu setahun setelah
melahirkan anak. Namun awalnya sering terjadi pada minggu kedua atau minggu
ketiga setelah persalinan. Gejala yang umum psikosis postpartum yaitu :

 Mendengar suara dan melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi)


 Perubahan mood yang ekstrim (mood swings)
 Perilaku manik, seperti membersihkan rumah pada tengah malam
 Merasa terputus dari kenyataan
 Merasa bingung, mungkin tidak mengenali teman atau keluarga
 Berkhayal, percaya pada hal yang tidak benar atau tidak logis.
 Kemungkinan orang lain akan menyadari perubahan perilaku Anda sebelum
Anda menyadarinya.

Gejala yang khas pada psikosis postpartum yaitu:


1. Agitasi.
2. Gelisah.
3. Emosi yang labil.
4. Kegembiraan yang berlebihan.
5. Insomnia.
6. Menangis.
7. Bingung.
8. Dan lama-kelamaan akan timbul episode psikotik yang gawat dengan
gambaran mania dan delirium.
Penyebab Psikosis Postpartum

23
Penyebab depresi postpartum hampir sama penyebabnya dengan psikosis
postpartum. Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan empat faktor penyebeb depresi
dan psikosis postpartum sebagai berikut
a. Faktor konstitusional.
Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih
banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues
karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi,
kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak
paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap
dirawat.
b. Faktor fisik.
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan
dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon
secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara
kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada
keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara
cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c. Faktor psikologis.
Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan
pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai
hubungan baik antara ibu dan anak.
d. Faktor sosial.
Paykel dan Regina dkk (2001), mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak
memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu, selain kurangnya
dukungan dalam perkawinan.

24
Faktor Resiko Psikosis Postpartum
Seorang wanita kemungkinan akan mengalami depresi dan psikosis
postpartum, jika ia memiliki:
1. Riwayat mengidap depresi atau penyakit mental lainnya
2. Pernah mengalami depresi postpartum. Wanita yang pernah menderita depresi
postpartum setelah melahirkan memiliki resiko kekambuhan sekitar 25%.

3. Riwayat keluarga yang mengidap depresi

4. Mengalami stress di rumah atau tempat kerja selama hamil. Perempuan yang
berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja tau
melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu
rumah tangga dan orang tua dari anak-anaknya.

5. Kurang mendapat dukungan emosional. Banyaknya kerabat keluarga yang


membantu pada saat kehamilan, persalinan, dan pascasalin, beban seorang ibu
karena kehamilannya akan semakin berkurang.

6. Memiliki masalah pernikahan atau masalah hubungan.

Yang Harus Dilakukan Jika Mengalami Post Partum Psikosis

Disaat seorang ibu mengalami halusinasi, tentunya hal ini akan sangat berbahaya bagi
ibu dan juga anaknya. Oleh sebab itu, jika seorang ibu yang baru saja melahirkan
mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan diatas

1. Segeralah mencari bantuan ke dokter atau psikolog. Umumnya dokter akan


memberikan obat-obatan antipsikotik atau antidepresan untuk menghilangkan gejala
yang muncul. Tentu saja obat-obat tersebut harus dikonsumsi di bawah pengawasan
dokter atau psikiater.

2. Minta dukungan dari orang terdekat. Salah satunya adalah dukungan dari suami,
dimana dapat membantu untuk mengembalikan kondisi psikologisnya seperti semula.

25
Contoh hal yang dapat dilakukan seperti mengajak ke tempat hiburan, mengajak ke
tempat makan kesukaanya, dan hal lain yang dapat membangun suasana hatinya.

3. Untuk sementara waktu pisahkan ibu dan anaknya agar hal-hal yang tidak
diinginkan tidak terjadi

Penatalaksanaan Psikosis Postpartum

Psikosis postpartum merupakan suatu kondisi emergensi dan memerlukan


perhatian dan penanganan segera. Pasien mungkin akan membutuhkan terapi obat
untuk jangka waktu tertentu, seperti haloperidol atau flufenazin, keduanya diberikan
dalam dosis 2-5 mg per os 3 kali perhari. Bila agitasi maka pasien membutuhkan anti
psikotika berpotensi tinggi dan diberikan IM. Mood stabilizer seperti lithium,
valproid acid, carbamazepine digunakan sebagai terapi akut yang dikombinasi dengan
obat anti psikotik dan benzodiapezine.
Indikasi pemakaian ECT sama seperti psikosis tanpa persalinan tetapi
dianjurkan ditunda sampai satu bulan postpartum untuk menghindari terjadinya
emboli.
Pencegahan Psikosis Postpartum

Berikut adalah beberapa cara pencegahan dari terjadinya gangguan psikotik


dan depresi pada postpartum :
1. Wanita yang beresiko tinggi untuk terjadinya gangguan psikotik dan depresi
pada postpartum harus diidentifikasi sebelum persalinan. Deteksi dini
psikosis dan depresi post partum dapat dilaksanakan melalui pelayanan
kesehatan ibu hamil dan imunisasi.
2. Psikosis dan depresi post partum dapat dicegah dengan memberikan
pemahaman kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang faktor resiko
terjadinya depresi.
3. Pengobatan farmakologis dan non-farmakologis sangat diperlukan bagi
wanita atau ibu dengan psikosis dan depresi post partum. Wanita dengan
gangguan bipolar atau dengan riwayat psikosis dan depresi postpartum dapat

26
diberikan lithium yang diberikan pertama kali sebelum atau 24 sebelum
persalinan.
Prognosis Psikosis Postpartum

Prognosis psikosis postpartum relatif lebih jelek dibanding gangguan psikotik


pada postpartum lainnya.

BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh ibu
melahirkan, hal ini dapat terjadi pada semua ibu postpartum dari etnik dan ras
manapun, dan dapat terjadi pada ibu primipara dan multipara (henshow, 2007).
Depresi postpartum adalah keadaan emosi yang ditandai oleh episode menangis
ringan sesaat dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah melahirkan
(Mitayani,2011). Psikosis postpartum ialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi
berat dan waham.

27
Jadi jika ada yang mengalami gangguan psikologis pada ibu setelah
melahirkan , hendaknya dibawa langsung ke rumah sakit agar tidak membahayakan
bayinya dan diri ibu sendiri. Jika ibunya sakit maka bayinya tidak menutup
kemungkinan juga sakit.

3.2 Saran

1. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, para pembaca bisa
memberikan kritik dan sarannya, guna untuk kesempurnaan makalah ini.
2. Semoga dengan kita membaca makalah ini, kita dapat mengambil manfaat dan
ilmu pengetahuan dari makalah ini guna untuk kehidupan yang lebih baik bagi
kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Riordan, Jan. EdD, Prof: Postpartum Depression in Breastfeeding and Human
Lactation , Third Edition. Jones and Bartlett publishers.London . 2004. Hal. 476-484.
Harms,Roger.W.M.D. Mayo Clinical guide to a Healthy Pregnancy.
HarperCollinse-books.2009.Hal.261-264.

28
Soep. Pengaruh Intervensi Psikoedukasi dalam Mengatasi Depresi Postpartum
di RSU Dr. Pirngandi Medan. Univ. Sumatra Utara, Medan.2009
Cockburn,Jayne. And Michael E.P. Psychological Challenges in Obstetrics
and Gynecology The Clinical Management. Springer.London.2007. Hal.140-154.
Cockburn,Jayne. And Michael E.P. Psychological Challenges in Obstetrics
and Gynecology The Clinical Management. Springer.London.2007. Hal.140-154.
Rusdi maslim.Dr, Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta. 2002. Hal 125-126
Retnawati Ana. Asuhan Kepaerawatan Maternitas. Pustaka Baru
Press:Yogyakarta.
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai