Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS EPDS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN LAKTASI

Disusun oleh : Kelompok 1A

1. Albayina Azri Septia 6. Erni Yulia


2. Aliya Siti Aisyah 7. Kirana Aulia
3. Arini Yusniar 8. Lia Mulia Syahraya
4. Bintang Farida Auri N 9. Meivanka Zachra A K
5. Dini Septia 10. Sani Hilmi Yahya

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BANDUNG

2023
KASUS
Seorang perempuan umur 20 tahun, telah melahirkan anak pertamanya 3 hari yang lalu, mengeluh
cemas, bingung, gelisah serta enggan untuk mengurus bayinya.

Pertanyaan :
1. Apa yang terjadi pada ibu tersebut?
Ibu mengalami Postpartum depression dengan gejala cemas, bingung, gelisah serta enggan
mengurus anaknya.
2. Bagaimana peran bidan dan keluarga?
Peran bidan di kasus ini ada pada fase taking hold dimanana kondisi ibu 3 hari setelah persalinan.
Peran bidan yaitu :
a. Mengajarkan cara merawat bayi dan cara menyusui yang benar
b. Cara merawat luka jahitan usai persalinan
c. Mengajarkan bagaimana senam nifas yang benar untuk kebutuhan tubuh ibu supaya
mempercepat fungsi organ tubuh ibu
d. Memberikan pendidikan kesehatan seperti kebutuhan gizi seimbang, kebutuhan istirahat,
kebersihan diri dan lain lain
Peran Keluarga tidak hanya dari suami saja tetapi teman, orang tua atau mertua juga harus
memberikan dukungan kepada Ibu karena memiliki peran penting untuk mendukung pemulihan
kondisi fisik dan mental setelah melahirkan sebagai proses Ibu untuk beradaptasi dengan bayinya,
agar si ibu bisa merasakan diperhatikan, dicintai dan di hargai, jika tidak ada dukungan dari
keluarga maka yang akan terjadi adalah mengalami postpartum blues
Peran Keluarga bisa dilakukan dengan :
a. Memanjakan dengan pijatan
b. Menyediakan makanan yang disukai
c. Mencegah omongan omongan yang kurang menyenangkan dilingkungan sekitar

3. Apa dampaknya kepada bayi?


Depresi pascanatal itu sendiri dapat diobati dan disembuhkan. Namun, bila ibu tidak segera
mencari cara untuk mengatasinya, kondisi mental tersebut bisa memengaruhi kesehatan bayi. Hal
tersebut dikarenakan, ibu yang mengalami depresi mungkin kesulitan merawat bayinya. Bayi
mengalami kesulitan berinteraksi dengan ibu mereka saat besar nanti. Ia mungkin tidak ingin
bersama ibu, atau mungkin merasa kesal ketika sedang bersama ibu.
a. Memiliki masalah tidur.
b. Mengalami perkembangan yang terhambat.
c. Memiliki lebih banyak kolik.
d. Menjadi pendiam atau pasif.
e. Mengalami perkembangan keterampilan yang lebih lambat dari bayi lain.
Dampak Baby Blues Syndrome terhadap bayi meliputi adanya gangguan menangis dalam jangka
waktu yang tidak biasa, gangguan tidur dan kemungkinan adanya tindakan bunuh diri.
4. Apa penatalaksanaan yang diberikan bidan?
Pendekatan medis Pendekatan medis Menurut Marni (2014) dalam Pratama (2016) terdapat 3
penanganan post partum blues yaitu :
a. Komunikasi terapeutik Komunikasi terapeutik bertujuan untuk menciptakan hubungan
baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuan klien dengan cara mendorong
pasien mampu meredakan segala ketegangan emosinya dan dapat memahami dirinya
sendiri.
b. Peningkatan support mental Peningkatan suport mental dapat dilakukan oleh keluarga
pasien diantaranya:
• Meminta suami untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah seperti membantu
mengurus bayinya dan menyiapkan susu.
• Memanggil nenek atau keluarga bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
kesibukan merawat bayi
• Suami lebih perhatian terhadap istri dan permasalahan yang dihadapi istrinya
• Menyiapkan mental dalam menghadapi kelahiran anaknya
• Suami menggantikan peran istri ketika istri kelelahan dan memperbanyak
dukungan dan menemani istri dalam mengurus anaknya
• Ibu dianjurkan sering berkumpul dengan teman-teman terdekat atau keluarga
c. Anjurkan ibu belajar tenang dengan menarik nafas panjang, tidur ketika bayi tidur,
berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu. Bicarakan rasa cemas
dan komunikasikan masalah yang ada, bersifat fleksibel dan bergabung dengan kelompok
- kelompok ibu baru.
Menurut Pitriani (2014: 83-84) terdapat 7 cara menangani post partum blues yaitu:
a. Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan
b. Bicarakan rasa cemas yang di alami
c. Bersikap tulus dan iklas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah melahirkan
d. Bersikap fleksibel dan tidak terlalu ferfeksionis dalam mengurus bayi atau rumah tangga
e. Belajar tenang dan menarik napas panjang dan meditasi
f. Kebutuhan istirahat cukup tidurlah ketika bayi tidur
g. Berolahraga ringan
h. Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
i. Dukungan tenaga kesehata dan dukungan suami, keluarga,teman, dan sesama ibu
The internasional childbirth education 2 Association position statement and review of post partum
emotional disorders (posmonter & waite, 2011) menyatakan bahwa post partum blues dapat diatasi
oleh ibu dengan teknik perawatan diri yang baik dan mengunakan dukugan social. Hal ini
merupakan nutrisi yang baik, aktivitas diri yang teratur dan tidur, mengembangkan support system,
harapan yang ralistik tentang peran sebagai ibu, istirahat, bernapas dalam, menerima dan
mengekspresikan perasaan yang negative, membangun perasaan humor.
5. Masukkan kasus tersebut ke skala EPDS
Diagnosis depresi postpartum dilakukan awal dengan skrining menggunakan instrumen Edinburgh
Postnatal Depression Scale (EPDS). Tingginya prevalensi penyakit ini membuat semua wanita
sebaiknya dilakukan skrining terhadap depresi postpartum pada masa nifas. Gejala-gejala depresi
postpartum harus ditanyakan dan dikonfirmasikan secara hati-hati. Bila diperlukan, sebelum
anamnesis dapat dilakukan skrining dengan menggunakan instrumen Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) sebelum dilakukan anamnesis lebih mendalam pada mereka yang
dicurigai mengalami depresi postpartum. Karena sering kali ibu tidak mengenali gejala-gejala
yang dialami, maka juga perlu dilakukan aloanamnesis dengan keluarganya.
Skala EPDS (Edinburgh Postnatal Depression Scale) adalah alat yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi adanya gejala depresi pascapersalinan pada ibu. Skala ini terdiri dari 10
pertanyaan dengan pilihan jawaban yang mengukur tingkat perasaan dan emosi tertentu pada ibu
setelah melahirkan.
Masukan beberapa pertanyaan dari Skala EPDS untuk membantu menilai tingkat depresi pasca
persalinan pada ibu. Untuk jawaban, berikan angka dari 0 hingga 3 yang paling sesuai dengan
perasaan ibu tersebut selama 7 hari terakhir. Skor total akan dihitung untuk mengevaluasi hasilnya.

1. Saya merasa sedih dan tidak bersemangat: (0) Tidak pernah, (1) Jarang, (2) Kadang-kadang, (3)
Sering.
2. Saya merasa tertekan atau cemas: (0) Tidak pernah, (1) Jarang, (2) Kadang-kadang, (3) Sering.
3. Saya merasa bingung : (0) Tidak pernah, (1) Jarang, (2) Kadang-kadang, (3) Sering.
4. Saya merasa bersalah tanpa alasan yang jelas: (0) Tidak pernah, (1) Jarang, (2) Kadang-kadang,
(3) Sering.
5. Saya merasa tidak mampu menikmati hal-hal seperti sebelumnya: (0) Tidak pernah, (1) Jarang,
(2) Kadang-kadang, (3) Sering.
6. Saya merasa sangat cemas : (0) Tidak pernah, (1) Jarang, (2) Kadang-kadang, (3) Sering.
7. Saya merasa sangat gelisah atau gelisah: (0) Tidak pernah, (1) Jarang, (2) Kadang-kadang, (3)
Sering.
8. Saya merasa enggan untuk mengurus bayi : (0) Tidak pernah, (1) Jarang, (2) Kadang-kadang,
(3) Sering.
9. Saya merasa lelah sepanjang waktu: (0) Tidak pernah, (1) Jarang, (2) Kadang-kadang, (3)
Sering.
10. Saya berpikir untuk melukai diri sendiri: (0) Tidak pernah, (1) Jarang, (2) Kadang-kadang, (3)
Sering.

Menurut data pada kasus, sang ibu sering mengalami cemas, bingung dan gelisah pada 3 hari yang
lalu, maka dapat diambil skor :
- Cemas dibawah tekanan pada point 2 adalah 2
- Bingung pada point 3 adalah 3
- Cemas pada point 6 adalah 3
- Gelisah pada point 7 adalah 3
- Merasa enggan mengurus sang bayi pada point 8 adalah 3
Total point = 14

Setelah mengumpulkan semua skor, totalkan dan lihat hasilnya:


- Jika total skor kurang dari 10: Kemungkinan rendah mengalami depresi pasca persalinan.
- Jika total skor antara 10-12: Kemungkinan adanya depresi pascapersalinan.
- Jika total skor lebih dari 12: Indikasi tingkat yang lebih signifikan dari depresi pascapersalinan
dan perlu dicari bantuan profesional.

Pada kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa ibu memiliki indikasi tingkat yang lebih signifikan
dari depresi pascapersalinan dan perlu dicari bantuan profesional. Karena point sang ibu lebih
daripada 12
DAFTAR PUSTAKA

Gondo, H. K. (2022). SKRINING EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE (EPDS)


PADA POST. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
Halodoc. (2021, Mei 27). Bagaimana Baby Blues Pengaruhi Kesehatan Bayi? Retrieved from
halo.doc: https://www.halodoc.com/artikel/bagaimana-baby-blues-pengaruhi-kesehatan-
bayi
Hilmiah, Y. e. (2023). Asuhan Masa Nifas di Keluarga. . Tasikmalaya. Langgam Pustaka.
Nurliana Mansyur, A. K. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bogor: Makara Printing Plus.
Rohana. (2021). MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA POST PARTUM BLUES.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR.

Anda mungkin juga menyukai