Anda di halaman 1dari 70

1.

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI IBU MASA


NIFAS
 Fase adaptasi Psikologi Ibu Masa
Nifas
 Post partum Blues (Baby Blues) 
Kesedihan dan duka cita

2. RESPON KELUARGA TERHADAP BAYI


 Bounding Attacment
 Respon ayah terhadap BBL
 Sibling Rivalry
Proses adaptasi ibu
post partum,
Adaptasi dimana pada saat
psikologi ini ibu akan lebih
s masa sensitive dalam
nifas segala hal, terutama
yang berkaitan
dengan dirinya serta
bayinya.
Adaptasi psikologis
merupakan
suatu proses penyesuaian, baik
secara fisik maupun psikologis dari
orang tua baru terhadap peran yang
berkaitan dengan kehadiran bayi baru
lahir (Bobak, Lowdermik dan Jansen,
1995).

 Peran bidan sangat penting dalam hal


memberi pengarahan pada keluarga
tentang kondisi ibu serta pendekatan
psikologis yang dilakukan bidan pada pada
ibu nifas agar tidak terjadi perubahan
psikologis yang patologis.
 Dorongan serta perhatian anggota keluarga
lainnya merupakan dukungan positif bagi
ibu.
Reva Rubin (1977) Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami 3
fase sebagai berikut:
◦ taking in
◦ taking hold
◦ letting go

 Wakturefleksi bagi ibu-ibu cenderung pasif,


membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan sehari.
 Hal ini disebabkan karena ibu mengalami ketidak
nyamanan fisik setelah persalinan, seperti nyeri
perineum, hemoroid, afterpain.
 Pada akhirnya ibu tidak mempunyai keinginan
untuk merawat bayinya.
 Ibu masih fokus pada persalinan dan merasa
kagum pada bayinya. Apakah benar bayi tersebut
adalah anaknya? Apakah persalinan telah
berakhir?
 Ibu membutuhkan istirahat untuk memulihkan
kekuatan fisiknya.
 Meminta ibu untuk menceritakan pengalaman
persalinan dapat membantu ibu melewati fase
ini.
 Setelah melewati fase pasif, ibu memulai fase aktifnya,
dimulai dengan memenuhi kebutuhan sehari dan dapat
mengambil keputusan.
 Selama fase taking hold, ibu mulai tertarik merawat
bayinya.
 Pada fase ini ibu juga dapat diberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan bayi dan mempraktekkan
dengan pengawasan, seperti menyusui dengan benar, atau
menyendawakan bayi.
 Reinforcement positif dapat diberikan pada ibu supaya ibu
dapat meningkatkan kemampuannya dalam merawat bayi.
 Jika ibu mendapatkan dukungan maka Ibu tidak merasa
khawatir akan ketidak mampuannnya dalam merawat bayi.
 Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung
terutama bagi ibu muda atau primipara karena pada fase
ini seiring dengan terjadinya post partum blues.

3. Letting go (setelah 10 hari post partum)


 Pada fase ketiga, ibu mulai mendefinisikan
kembali perannya. Ibu mulai melepaskan
perannya yang dulu, dari mempersiapkan
kelahiran, menjadi ibu yang memiliki anak. Ibu
menerima anak tanpa membandingkan dengan
harapan terhadap anak pada saat menanti
kelahiran.
 Ibu yang berhasil melewati fase ini akan
mudah melakukan peran barunya sebagai
seorang ibu

1. Abandonment
 Perasaan tidak berarti dan dikesampingkan. Sesaat
setelah persalinan, sebagai pusat perhatian semua
orang menanyakan keadaan dan kesehatannya.
 Beberapa jam setelah itu, perhatian orang-orang di
sekitar mulai ke bayi dan ibu merasa “cemburu”
kepada bayi.
 Saat pulang ke rumah, ayah akan merasakan hal
yang sama dengan ibu, karena istri akan lebih
fokus pada bayi.
 Perawat harus membicarakan hal ini pada ayah dan
ibu secara bersamaan, bagaimanapun juga peran
orang tua adalah sama dalam perawatan bayi.
Melakukan perawatan bayi secara bersamaan akan
membantu orang tua memiliki peran yang sama
dalam perawatan bayi.
 Perasaan kecewa terhadap kondisi bayi
karena tidak sesuai yang diharapkan saat
hamil. Orang tua yang menginginkan bayi
yang putih, berambut keriting, dan selalu
tersenyum akan merasa kecewa ketika
mendapati bayinya berkulit gelap,
berambut tipis dan menangis terus.
 Bidan harus membantu orang tua untuk
dapat
menerima bayinya, dengan menunjukkan
kelebihan-kelebihan bayi, seperti, sehat,
mata yang bersinar dan kondisi yang
lengkap tanpa cacat.

 80% wanita post partum


mengalami perasaan sedih
yang tidak mengetahui
alasan mengapa sedih. Ibu
sering menangis dan lebih
sensitif. Post partum blues
juga dikenal sebagai baby
blues. Kejadian ini dapat
disebabkan karena
dan progesteron.
 Gejala PPD ringan termasuk
kesedihan, kecemasan, selalu
menangis bercucuran air mata,
dan kesulitan tidur.
 Postpartum blues pada umumnya
terjadi sekitar hari ke 3 hingga ke 5
post partum dan hilang 10-12 hari setelah
melahirkan.
 Biasanya satu-satunya pengobatan yang
dibutuhkan adalah kepastian dan bantuan
pekerjaan rumah tangga serta mengurus bayi.
Sekitar 20% dari wanita yang memiliki baby
blues akan mengalami depresi yang
lebih lama.
 Penting diketahui dokter jika mengalami sindrom
“blues”yang berlangsung lebih dari dua minggu.
 Apa sajakah gejala depresi postpartum (baby blue
syndrome)?
Gejala depresi postpartum (PDD) dapat dibagi
menjadi tiga kategori:
 Blues Postpartum(“baby blues”): Sangat pendek
durasinya, mungkin tidak memerlukan
pengobatan formal tetapi perawatan suportif saja.
 Depresi Postpartum: Berlangsung lebih lama,
lebih melemahkan, dan membutuhkan perawatan
medis.

lainnya
 Psikosis Postpartum: bentuk paling parah,
memerlukan perawatan kejiwaan agresif karena
sudah timbul halusinasi dan gejala psikosis
 Penyebab Blues Postpartum (“baby blues”)
yang menonjol adalah :
 Kekecewaan emosional yaitu ketakutan yang
dialami kebanyakan wanita selama kehamilan
dan persalinan.
 Rasa sakit pada masa nifas.
 Kelelahan karena kurang tidur selama
persalinan.
 Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi
setelah pulang dari rumah sakit.
 Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.

 Sulit tidur atau malah tidur lebih banyak dari


biasanya
 Perubahan nafsu makan
 Kekhawatiran ekstrim dan khawatir tentang
bayi atau kurangnya minat atau perasaan
untuk bayi
 Merasa tidak mampu mencintai bayi atau
keluarga
 Kemarahan terhadap bayi, pasangan, atau
anggota keluarga lainnya
 Kecemasan atau serangan panik
 Takut takut ditinggal sendirian di rumah dengan bayi.
 Kesedihan atau menangis berlebihan
 Kesulitan berkonsentrasi atau mengingat
 Perasaan ragu, rasa bersalah, tak berdaya, putus asa, atau
gelisah
 Letargi atau kelelahan ekstrim
 Kehilangan minat pada hobi atau kegiatan biasa lainnya
 Perubahan suasana hati yang berlebihan dan terendah
 Merasa mati secara emosional
 Mati rasa atau kesemutan di lengan atau kaki
 Sesak napas
 Terlalu sering ke dokter anak dengan ketidakmampuan
untuk diyakinkan
 Pikiran berulang tentang kematian, yang dapat mencakup
berpikir tentang atau bahkan berencana bunuh diri
 pikiran obsesif-kompulsif dan perilaku yang mengganggu
 Panggil dokter jika:
Jika memiliki gejala atau tanda-tanda depresi yang telah
berlangsung lebih dari dua minggu setelah melahirkan atau
justru dimulai dua bulan setelah melahirkan.
 Cari bantuan darurat jika memiliki salah satu dari gejala
berikut:
◦ halusinasi dan delusi tentang diri Anda atau bayi Anda; jangan
menunggu, ini darurat.
◦ Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi; ini juga hal yang
darurat dan membutuhkan bantuan segera.

PERINGATAN:
 Pikiran atau upaya untuk bunuh diri (niat atau usaha untuk
membunuh diri sendiri) dan pikiran atau upaya membunuh
(niat atau mencoba untuk membunuh orang lain)
merupakan risiko yang sangat serius dan nyata dari
depresi postpartum.
 Gejala-gejala ini bukan mitos atau khayalan semata, dan
beberapa kasus telah dipublikasikan dengan baik secara
medis. Cari perawatan medis segera jika ibu memiliki
pikiran untuk bunuh diri atau membunuh.
 Bagaimana mencegah depresi postpartum?
Karena depresi postpartum (PPD) mungkin terkait
dengan fluktuasi hormon setelah melahirkan,
pencegahan tidak mungkin dilakukan.
 Namun, beberapa pendekatan dapat membantu
menjaga terhadap kondisi tersebut. Salah satu hal
terbaik untuk dilakukan adalah belajar sebanyak
mungkin tentang apa yang diharapkan secara
fisik dan psikologis selama kehamilan, persalinan,
dana pengasuhan anak.
 Ini dapat membantu Anda mengembangkan
harapan yang realistis untuk diri sendiri dan bayi
Anda.
 Ambil kelas ibu hamil dan bersosialisasi dengan
wanita hamil lainnya dan ibu baru tentang
pengalaman mereka.

 Wanita yang memiliki riwayat depresi mungkin


berisiko lebih tinggi untuk mengalami PPD, dan
wanita yang mengalami depresi sebelum atau
selama kehamilan mungkin mengalami gejala
yang sama setelah melahirkan.
 Setelah ibu melahirkan, dapatkan bantuan dari
teman dan
keluarga, tapi batasi juga bantuan itu agar ibu
memiliki waktu untuk mengasuh anak sendiri
juga.
 Jangan terlalu khawatir dengan tugas-tugas yang
tidak benar-benar harus dilakukan.
 Seringlah tidur siang untuk tetap beristirahat,
 Makan makanan sehat
 Mendapatkan berolahraga yang cukup.

 Penanganannya antara lain :


◦ Komunikasikan segala hal yang ingin diungkapkan
◦ Bicarakan rasa cemas yang dialami
◦ Bersikap tulus iklas dan menerima peran baru setelah melahirkan
◦ Bersikap fleksibel tidak perlu perfecsionis dalam mengurus bayi
atau rumah tangga
◦ Belajar tenang dengan menarik napas panjang dengan meditasi
◦ Kebutuhan istirahat yang cukup, tidurlah ketika bayi cukup
◦ Berolahraga ringan
◦ Bergabunglah dengan kelompok ibu-ibu baru ◦
Dukungan tenaga kesehatan
◦ Dukungan suami, keluarga dan teman sesama ibu
◦ Konsultasikan kepada dokter yang profesional agar dapat
meminimalisirkan faktor resiko laninnya dan membantu
pengawasan.

 Kesedihan adalah
respon psikologi yg
merugikan. Kehamilan diharapkan pd akhirnya
akan mendatangkan kebahagiaan. Tetapi yang
terjadi harus melewati segala macam perubahan,
rasa tidak nyaman dan rasa nyeri untuk mencapai
akhir dan ketika segala penderitaan ini berakhir,
mengharapkan membawa pulang seorang bayi
yang sehat dan cantik. Namun yg terjadi tidak
selalu demikian.
 Jika kehilangan bayi karena keguguran,
meninggal, atau meninggal setelah lahir, akan
masuk kesaat-saat tersulit dalam hidupnya.
Ada 2 hal yang perlu diketahui mengenai
kesedihan
1. Individual, ibu dan ayah dan setiap teman
atau anggota keluarga sedih karena kejadian
yg dialami ibu, akan berduka cita dengan cara
mereka sendiri.
2. Tidak dapat diramalkan.
Tingkat kesedihan ada 3 yaitu :
1. Shock
2. Penderitaan
3. Keputusan
Ada dua macam perawatan depresi
1. Terapi bicara : sesi bicara dengan terapis, psikolog
atau pekerja sosial untuk mengubah apa yg difikir,
rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita
depresi.
2. Obat medis: obat anti depresan yg diresepkan oleh
dokter. Sebelum mengkonsumsi obat anti depresi,
sebaiknya didiskusikan benar obat mana yg tepat
dan aman bagi bayi untuk dikomsumsi oleh ibu
hamil atau ibu menyusui

PROSES ADAPTASI KELUARGA


TERHADAP BAYINYA DAN PROSES
BOUNDING ATTACMENT SETELAH
KELAHIRAN BAYI:
- Tanggung jawab terhadap peran baru -
Sikap terhadap adanya peran baru
- Penyesuaian hubungan dengan anggota
keluarga yang lain
 Secara biologik adaptasi ini dimulai sejak
pertemuan ovum dan sperma
 Pada periode pranatal ibu merupakan orang
utama yang memfasilitasi terciptanya
lingkungan sehingga janin dapat tumbuh
dan berkembang
 Proses parenting akan menyokong
kematangan seseorang
 Melibatkan semua unsur dalam keluarga
Menurut Steele and Pollack (1968) proses
menjadi orang tua mencakup:
1. Cognitif- motorik skill
 Berkaitan dengan perawatan bayi seperti
menyusui, menggendong, memakaikan
baju dll.
 Kemampuan tersebut tidak timbul secara
otomatis
 Dipengaruhi oleh budaya dan pengalaman
individu, sehingga beberapa ortu perlu
belajar bagaimana pelaksanaan tugas
perawatan
bayi kepada: teman, nenek, baca buku
tetangga, perawat dll.

2. Cognitif – afektif skiil


 Merupakan komponen Psikologik baik ayah –
ibu sebagai dasar menjadi ortu
 Aspek kecintaan, menerima figur orang tua
mencakup sikap kehalusan, kelembutan,
kesadaran dan perhatian terhadap kebutuhan
bayi
 Berpengaruh terhadap lingkungan bayi
PARENTAL ATTACHMENT ( KASIH SAYANG )

- Dimulai selama kehamilan, bersifat terus


menerus konstan dan konsisten
- Mercer (1982) Menjelaskan lima pre
kondisi yang mempengaruhi kasih sayang
yaitu:
1. Kesehatan mental, emosi orang tua
( termasuk kemampuan percaya
terhadap orang lain)
2. Sistem suport dari lingkungan sosial,
teman ortu
3. Kemampuan berkomunikasi dan
merawat bayi
4. Pendekatan dan kedekatan ortu
terhadap bayi
5. Kecocokan ortu bayi (status bayi,
temperamen dan sex)
SENSUAL RESPON (RESPON MEMBERI KEPUASAN)

1. Touch (raba )
Digunakan secara meluas oleh orang tua atau
pengasuh sebagai cara untuk mengenal
dengan bayi sebagai anggota baru
- jari- jari  merupakan alat raba yang
sensitif
2. Eye to eye contack
Membantu perkembangan
awalmembentuk saling percaya
3. Suara( Voice)
Orang tua – bayi saling mengenal melalui
suara
4. Bau ( odor )
Ibu berkomentar terhadap bau bayinya
yang unik . Bayi belajar mengenal bau ibu
terutama terhadap bau asi.
KONTAK AWAL:

- Sangat penting di dalam perkembangan


hubungan di masa yang akan datang
- Segera dilakukan pada jam- jam pertama
sesudah kelahiran
- Keuntungan: - bagi ibu: meningkatkan kadar
prolaktin dan oksitosin
- Pada bayi: mempercepat reflek menghisap
Pengertian Bounding Attachment
 Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi
secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada
beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah
lahir.
 Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik
antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan
yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu
hubungan emosi dan fisik yang akrab.
 Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk
mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada
bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu
dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
 Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara
orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan
kasih sayang di antara individu.
 Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling
mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua
dan anak pada pertemuan pertama.
 Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih
sayang dan suatu proses yang saling merespon antara
orang tua dan bayi lahir.
 Perry (2002), bounding: proses pembentukan
attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu
ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-
kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan
bayi.
 Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan
hubungan kasih
sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan
bayi.
 Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara
langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan,
dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
 Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.
 Perkenalan (acquaintance), denga
n melakukan kontak mata,
menyentuh, berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah
mengenal bayinya.
 Bounding (keterikatan)
 Attachment, perasaan sayang
yang mengikat individu dengan
individu lain. Menurut Klaus,
Kenell (1982), bagian penting dari
ikatan ialah perkenalan.
 Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba,
dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk
mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung
jarinya.
 Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu
secara fungsional mempertahankan kontak
mata, orang tua dan bayi akan menggunakan
lebih banyak waktu untuk saling memandang.
Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan
kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan
bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
 Suara – Saling mendengar dan merespon suara
antara orang tua dan bayinya juga penting.
Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya
dengan tegang.
 Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak
memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch,
Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan
cepat untuk membedakan aroma susu ibunya
(Stainto, 1985).
 Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak
sesuai dengan struktur pembicaraan orang
dewasa. Mereka menggoyang tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan
kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada
suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat
anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi
memberi umpan balik positif
kepada orang
tua dan menegakkan suatu pola komunikasi
efektif yang positif.

 Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru


lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas
bayi baru lahir ialah membentuk ritme
personal (bioritme). Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberi kasih
sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang responsif.
Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial
dan kesempatan bayi untuk belajar.

 Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada


beberapa keuntungan fisiologis yang dapat
diperoleh dari kontak dini :
 Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
 Reflek menghisap dilakukan dini.
 Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
 Mempercepat proses ikatan antara orang tua
dan anak (body warmth (kehangatan tubuh);
waktu pemberian kasih sayang; stimulasi
hormonal).
 Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
 Sentuhan orang tua pertama kali.
 Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang
tua ke anak.
 Kesehatan emosional orang tua.
 Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
 Persiapan PNC sebelumnya.
 Adaptasi.
 Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk
merawat anak.
 Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam
memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu,
serta memberi rasa nyaman.
 Fasilitas untuk kontak lebih lama.
 Penekanan pada hal-hal positif.
 Perawat maternitas khusus (bidan).
 Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari
keluarga, teman dan pasangan.
 Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
 Bayi merasa dicintai, diperhatikan,
mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
 Bayi merasa aman, berani mengadakan
eksplorasi.

 Kurangnya support sistem.


 Ibu dengan resiko (ibu sakit).
 Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit,
bayi dengan cacat fisik).
 Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

Respon ayah terhadap BBL


A. Kecemburuan
B. Gembira dan penuh kasih sayang
C. Tidak menerima
a. Kecemburuan
Kadang-kadang pria jadi cemburu terhadap
hubungan antara pasangan dengan anak
mereka sendiri. Pria merasa disingkirkan.
b. Gembira dan penuh kasih sayang
- Bayi yang dilahirkan dalam keadaan
sehat/ tidak cacat
- Sesuai yang diingini.
c. Tidak menerima karena:
- Jenis kelamin tidak sesuai dengan yang
diinginkan
- Anak yang dilahirkan dalam keadaan tidak
sehat
- Perekonomian keluarga kurang
 Pengertian Sibling Rivalry
 Kamus kedokteran Dorland ( Suherni, 2008 ) : sibling
( anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil ) anak-anak
dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki
atau perempuan, disebut juga sib. Rivalry keadaan
kompetisi atau antagonisme.
 Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan cinta kasih, dan perhatian
dari satu atau kedua orang tua atau untuk
mendapatkankan pengakuan atau suatu yang lebih
( Suherni, 2009 ).
 Faktor penyebap terjadinya sibling rivalry, antara lain :
Rasa cemburu antara anak dalam keluarga, Usia anak,
Pengetahuan orangtua terhadap anak, Urutan kelahiran,
Jarak usia anak , Jenis kelamin anak Sifat dan egoisme
anak.

Persaingan cemburu antara saudara


 Toddler membutuhkan kejelasan dan
gambaran tentang BBL
 Pindah kamar di tempat tidur yang
dilakukan secara dini
 Rutinitas akan tetap berjalan seperti
biasa. Mis : jalan-jalan, membaca cerita
 Toddler (1-3 tahun) membutuhkan
penjelasan sederhana tentang persalinan.
Perilaku Sibling Rivalry
 Reaksi yang paling kuat saat anak mengalami
sibling rivalry adalah cemburu dan benci. Rasa
cemburu bisa menimbulkan beberapa hal yang
bisa muncul sesekali antara lain : Kemunduran
tingkah laku ke tahap sebelumnya, Antisosial,
Cari perhatian, Melawan, Cengeng, dan
Penolakan.
 Terdapat dua macam reaksi sibling rivalry
adalah secara langsung yaitu biasanya berupa
perilaku agresif seperti memukul, mencubit,
atau bahkan menendang. Reaksi yang lainnya
adalah yang sulit dikenali yaitu reaksi tidak
langsung seperti munculnya kenakalan, rewel,
mengompol atau pura-pura sakit ( Hurlock,
2002 )
Ciri-ciri
 Mendorong bayi dari pangkuan ibunya
 Menjauhkan botol susu atau payudara ibunya
dari mulut bayi.
 Tergantung pada botol susu.
 Mengompol BAB di celana
 Ingin selalu dimandikan atau disuapi
 Marah/ merengek
 Berbohong
 Memukul bayi
Penyebab Sibling Rivalry
 Hasil penelitian (Ayu,dkk 2013) faktor yang
mempengaruhi sibling rivalry yaitu:
 Perbedaan usia yang dekat antara kakak dan adik
 Pemutusan ASI secara mendadak
 Kesibukan orang tua
 Kurangnya persiapan yang diberikan dalam
menghadapi datangnya adik oleh kedua orang
tuanya
 Pola asuh yang over protective
 Perilaku spesial dari orang tua
 Karakter anak
 Menurut Boyle (Priatna&Yulia:2006: 7) Terdapat
berbagai macam reaksi sibling rivalry yaitu reaksi
positif dan negatif.
Segi Negatif Sibling Rivalry
 Perilaku agresif seperti memukul, mencubit,
melukai adiknya, dll
 Merasa kurang percaya diri karena selalu
dibandingkan dan kurang diperhatian 
Pendendam dan mudah tersinggung.
Segi Positif Sibling Rivalry
 Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan
dengan mengembangkan beberapa keterampilan
penting.
 Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
 Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.

 Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat


dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.

Sibling rivalry yang tidak di atasi pada masa awal anak-anak


dapat menimbulkan delayed effect, yaitu dimana pola perilaku
tersimpan di bagian alam bawah sadar pada usia 12 tahun hingga
18 tahun dan dapat muncul kembali bertahun-tahun kemudian
dalam berbagai bentuk dan perilaku psikologikal yang merusak
(Boyle:2004: 8).
 Menurut (Ayu,dkk 2013) dampak Sibling rivalry pada anak usia
dini ada 3 yaitu dampak yang pada diri sendiri, sodara dan orang
lain.
 Dampak sibling rivalry pada diri sendiri misalnya adanya tingkah
laku regresi, self efficacy rendah sedangkan sibling
rivalry terhadap saudara yaitu agresi, tidak mau berbagi dengan
saudara, tidak mau membantu saudara dan mengadukan saudara.
 Selain dampaknya kepada diri sendiri dan dampak kepada
saudara, sibling rivalry juga berdampak pada orang lain. Ketika
pola hubungan antara anak dan saudara kandungnya tidak baik
maka sering terjadi pola hubungan yang tidak baik tersebut akan
dibawa anak kepada pola hubungan sosial diluar rumah

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua


untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak
dapat bergaul dengan baik, antara lain:
 Tidak membandingkan antara anak satu sama
lain.
 Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka
sendiri.
 Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak
Anda.
 Membuat anak-anak mampu bekerja sama
daripada bersaing antara satu sama lain.
 Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain
ketika konflik biasa terjadi.
 Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif
untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
 Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan
dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak
satu dengan yang lain berbeda.
 Merencanakan kegiatan keluarga yang
menyenangkan bagi semua orang.
 Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang
cukup dan kebebasan mereka sendiri.
 Orang tua tidak perlu langsung campur tangan
kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
 Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari
konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
 Jangan memberi tuduhan tertentu tentang
negatifnya sifat anak.

Anda mungkin juga menyukai