Anda di halaman 1dari 5

Rabu, 24 September 2014

psikologi masa nifas dan menyusui


BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang
dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap
kelahiran seorang bayi. Mengalami perubahan stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gelaja-gejala psikiatrik, demikian juga
pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang
dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan
emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagi bidan untuk
mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan
asuhan khusus dalam masa nifas ini, suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum
terjadi.

A. TUJUAN PENULISAN
Agar mahasiswa lebih memahami apa itu kesedihan dan duka cita serta mengetahui cara mengatasi
kesedihan dan dukacita pada masa nifas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui adaptasi psikologis ibu pada masa nifas
2. Mengetahui cara mengatasi kesedihan dan duka cita pada masa nifas

BAB II
PEMBAHASAN
Kesedihan dan Duka Cita
2.1 ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU NIFAS
Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi, diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau
keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan
secara terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada ibu dan bayi pada masa nifas
diharapkan dapat mencegah atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangatpenting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat
sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan juga sangat penting dalam
hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada
ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis.

2.2 KESEDIHAN DAN DUKA CITA

1. KESEDIHAN
Kesedihan adalah reaksi emosi, mental dan fisik dan sosial yang normal dari kehilangan sesuatu yang
dicintai dan diharapkan. Berduka sangat bervariasi tergantung pada apa yang hilang dan respon terhadap
kehilangan akan berbeda setiap individunya.

Tahap kesedihan (Kubler Ross, 1970)


1. Denial (penyangkalan)
Menyangkal apa yang sebenarnya terjadi dan terus berharap pada apa yang mereka impikan atau angan-
angankan.

2. Anger (kemarahan)
Marah pada apa yang sedang terjadi, emosi tidak stabil dan mungkin menyalahkan semua pihak yang terlibat di
dalamnya (seperti tenaga kesehatan yang menolong ataupun dari pihak keluarganya sendiri.

3. Bargaining (tawar menawar)


Terkesan seperti menerima apa yang telah terjadi tetapi tahap ini merupakan tahap pendek atau singkat dan
tidak mungkin dinyatakan oleh pasien. Pasien tetap berharap, itu tidak terjadi.

4. Depression (depresi)
Fase ini merupakan fase yang berlangsung cukup lama, bisa berlangsung dalam beberapa bulan atau mungkin
beberapa tahun. Gejala yang tampak; perasaan depresi, bersalah, kehilangan, kesepian, panic dan menangis tanpa
sebab yang jelas.

5. Acceptance (menerima)
Kematian merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan atau dihindari, kesedihan akibat kematian akan mulai
berkurang seiring dengan berjalannya waktu, ibu dan keluarga mulai menerima kenyataan.
Tanda gejala berduka:
1. Efek fisik, ibu akan merasa kelelahan, sulit tidur, nafsu makan menghilang, gelisah dan lemah.
2. Efek emosional, ibu merasa bersalah terhadap apa yang terjadi, marah, sedih, dan benci pada dirinya sendiri.
3. Efek sosial, ibu cenderung untuk menarik diri.

2. DUKA CITA
Duka cita adalah suatu respon fisiologis terhadap kehilangan.
Ada beberapa tahapan proses duka cita.
1. Tahap shock, merupakan respon awal individu terhadap kehilangan :
a. Manifestasi perilaku dan perasaan
Penolakan ketidak percayaan, keputusasaan, marah, takut, merasa bersalah, kekosongan, kesendirian,
kesedihan, kesepian, isolasi, kekakuan, menangis, kebencian/kepahitan, keterasingan, kehilangan inisiatif, merasa
dihianati, frustasi, memberontak dan kehilangan konsentrasi.

b. Manifestasi fisik
Keluhan kehilangan berat, anoreksia, tidur gelisah, keletihan, kurang istirahat, kurus, sesak nafas, mengomel
sakit dada, kelemahan internal, kelemahan umum dan kelemahan kaki.

2. Tahap penderitaan (fase realitas)


Tahap ini dimana terjadi penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya penyesuaian terhadap realitas yang
harus ia lakukan. Selama masa ini, kehidupan orang yang berduka akan terus berlanjut. Saat individu terus
melanjutkan tugasnya untuk berduka, dominasi kehilangannya secara bertahap berubah menjadi kecemasan
terhadap masa depan.
3. Tahap resolusi (fase menentukan hubungan yang bermakna)
Selama periode ini, orang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah komplet, dan individu
kembali pada fungsinya secara sepenuh. Bidan dapat membantu dalam melewati proses berduka.

Duka yang sering timbul terhadap ibu nifas misalnya :


1. Kemurungan Masa Nifas
Kemurungan masa nifas dapat disebabkan perubahan dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan serta
perubahan dalam irama/cara kehidupannya sesudah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami kemurungan
pasca bersalin. karena ia masih muda mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada
masa nifas merupakan hal yang umum, dan bahwa perasaan-perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua
minggu sesudah melahirkan.
2. Terciptanya ikatan ibu dan bayi
Menciptakan terjadinya ikatan bayi dan ibu dalam jam pertama setelah kelahiran yaitu dengan cara mendorong
pasangan orang tua untuk memegang dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya,
meletakkan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi kepada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama
bayinya. Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali melihat bayinya yaitu
dengan meraba atau menyentuh anggota badan bayi serta kepalanya dengan ujung jari. Mengusap tubuh bayi
dengan telapak tangan lalu menggendongnya dilengan dan memposisikannya sedemikian rupa sehingga matanya
bertatapan langsung dengan mata bayi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan duka dikarenakan ketidak inginan
orang tua menghendaki bayinya dikarenakan sebab sebab misalnya jenis kelamin yang tidak sesuai keinginan
atapun kecacatan. Sehingga diharapkan kebencian tidak berlanjut.
2.3 PERAN BIDAN DALAM MENGATASI KESEDIHAN DAN DUKA CITA
DALAM MASA NIFAS
Dalam upaya membantu klien yang bersedih dan berduka, bidan dapat memfasilitasi penerimaan mereka
pada :
1. Kehilangan bayi :
a. Biarkan orang tua bersama bayinya selama mungkin untuk melihat, menyentuh dan memegang bayi yang meninggal
b. Temani orang tua, jangan di isolasi
c. Berikan dukungan
d. Dengarkan jangan terlalu banyak menjelaskan
e. Berikan penjelasan yang akurat
f. Biarkan orang tua melewati proses kehilangan
g. Bantu orang tua untuk pulang
h. Memberi harapan untuk mendapatkan beberapa bentuk bantuan misalnya pemakaman.

2. Anak yg tidak sempurna/kelainan :


a. Memberikan rasa aman dan sabar
b. Mendengarkan keluhannya
c. Tidak menyalahkan
d. Menghindari lingkungan yang memfasilitasi hal yang negatif yang mereka rasakan
e. Menghindari penolakan terhadap bayinya
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berduka diartikan sebagai respon psikologis terhadap kehilangan. Derajat kehilangan pada individu
direflesikan dalam respon terhadap kehilangan. Contohnya kematian dapat menimbulkan respon berduka yang
ringan hingga berat. Hal ini tergantung dari hubungan dan kedekatan orang yang meninggal tersebut. Sehingga
dalam asuhan kebidanan pada masa nifas sangat dibutuhkan peran bidan untuk membantu ibu yang mengalami
masalah dalam masa nifas terkusus dalam hal kehilangan dan duka cita dikarenakan misalnya kematian ataupun
kecacatan yang dialami oleh bayinya.
Diposkan oleh Uci Barr di 14.37
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai