Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Adaptasi psikologis masa nifas merupakan suatu proses adaptasi dari seorang ibu
post partum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitive dalam segala hal,
terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinnya. Perubahan psikologis
mempunyai peranan yang sangat penting. Peran bidan sangat penting dalam hal
memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan
psikologis yang dilakukan bidan pada pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan
psikologis yang patologis. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif bagi ibu. Proses adaptasi psikologis pada seorang
ibu sudah dimulai sejak dia hamil. Wanita hamil akan mengalami perubahan
psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti
sering menangis, lekas marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi
senang merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbedabeda antara satu ibu dengan yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi, ibu
menerima seorang bayi sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur
dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar
lagi akan dijalani. Seorang wanita setelah sebelumnya menjalani fase sebagai
anak kemudian berubah menjadi istri, dan sebentar lagi dia harus bersiap menjadi
seorang ibu. Proses adaptasi ini memerlukan waktu untuk bisa menguasai
perasaan dan pikirannya. Semakin lama akan timbul rasa memiliki pada janin nya
sehingga ada rasa ketakutan akan kehilangan bayi nya atau perasaan cemas akan
kesehatan bayi nya. Ibu akan berfikir bagaimana bentuk fisik bayi nya sehingga
muncul mental image tentang gambaran bayi yang sempurna dalam pikiran ibu
seperti berkulit putih, gemuk, montok dll. Seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. Perubahan tubuh yang dialami seorang wanita juga mempengaruhi
kondisi psikologisnya.
1.2 Rumusan masalah
1

1.2.1 Bagaimana adaptasi psikologis ibu pada masa nifas ?


1.2.2 Apa yang dimaksud dengan postpartum blues ?
1.2.3 Bagaimana kesedihan dan duka cita ibu pada masa nifas ?
1.2.4 Bagaimana peran seorang bidan dalam psikologi ibu pada masa nifas ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui adaptasi psikologis ibu pada masa nifas
1.3.2 Mahasiswa dapat memahami postpartum blues
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui kesedihan dan duka cita ibu pada masa nifas
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui peran bidan dalam psikologis ibu masa nifas

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASA NIFAS
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam
minggu berikutnya. Masa nifas dapat diartikan pula masa sejak selesainya
persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta
psikososial yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinan selama 6
minggu.

Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode


yang meliputi immediate puerperineum yaitu 24 ja higga 1 minggu, dan
late puerperineum yaitu seteah satu minggu sampai 6 minggu postpartum
Agar masa nifas dapat dilalui dengan aan dan nyaman maka beberapa
bulan kebutuhan yang harus dipenuhi selama periode nifas uni adalah sebagai
berikut :
1. Fisik

:Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghitung udara

segar dan lingkungan yang bersih


2. Psikologi :Stress setelah persalinan dari keluarga yang menunjukkan rasa
simpati, mengakui dan menghargai ibu
3. Sosial
:Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi
anaknya, menanggapi dan memerhatikan kebahagaian ibu, serta
menghibur bila ibu terlihat sedih.
B. ADAPTASI PSIKOLOGI MASA NIFAS
Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu
maupun bayi, diperkirakan bahwa 60% lematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Dalam memberikan layanan pada masa nifas, bidan menggunakan
asuhan

yang

berupa

memantau

keadaan

fisik

[sikologis,

spiritual,

kesejahteraan social ibu atau keluarga, memberikan pendidikan dan


penyuluhan secara terus menerus dengan memantau dan asuhan yang
dilakukan pada ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan dapat mencegah atau
bahkan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Pada masa nifas ibu mengalami stimulasi dan kegembiraan yang luar
biasa. Menjalani proses tekanan untuk cepat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya.
Ibu merasa memiliki tanggung jawab yang luar biasa pada dirinya sebagai ibu.
Tidak mengherankan apabila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku yang
sesekali mengalami kerepotan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan
terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi.
3

Perubahan psikologis mempunyai perubahan yang sangat penting.


Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan
pengertian dari keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting balam memberi
pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis
yang dilaukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis
yang patologis.
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan dan
tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kesehatan ibu dan anaknya, baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat
4. Memberikan pelayanan KB
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut :
1. Fisik
= istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
2. Psikologi
= dukungn dari keluarga sangat diperlukan
3. Sosial
= perhatian, rasa sayang, menghibur ibu saat sedih
4. Psikososial
Periode pasacapartum dapat menimbulkan stres emosional pada para
ibu baru, terlebih jika diperparah oleh berbagai perubahan fisik yang
signifikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya transisi ke masa
menjadi orangtua (parenthood) selama periode pascapartum adalah
1.
2.
3.
4.

Respon dan dukungan dari keluarga dan teman


Hubungan pengalaman melahirkan dengan harapan dan aspirasi
Pengalaman sebelumnya dalam melahirkan dan membesarkan anak
Pengaruh budaya
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan

hadirnya bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian keluarga lainnya
merupakan dukungan positif bagi ibu.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
Fungsi menjadi orang tua
Respon dan dukungan dari keluarga
Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4

Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan


Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri

dan harus

melewati masa transisi. Masa transisi pada post partum yang harus
diperhatikan bidan adalah

Fase honeymoon adalah fase setelah anak lahir

dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ibu, ayah anak. Hal
tersebut dapat dikatakan sebagai psikis honey moon, dimana tidak
memerlukan hal-hal yang romantic secara biologis. Masing masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hal yang baru.
Bounding attachment atau ikatan kasih Dimula sejak dini begitu bayi
dilahirkan. Bounding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara
ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan anatar orang tua
dan anak. Peran bidan penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal
tersebut dalat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kasih tersebut.
Perubahan biologis pada klien postpartum akan diikuti oleh perubahan
psikologis secara simultan. Sehingga klien harus beradaptasi secara
menyeluruh,
Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi.
Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan adalah :
1. Fase Honeymoon
Fase honeymoon adalah fase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak
lama antara ibu, ayah, anak. Hal ini dapat dikatakan psikis Honeymoon yang
tidak memerlukan hal-hal yang romantik.Masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan mencipatakan hubungan yang baru.
2. Ikatan kasih (Bounding Attachment)
Terjadi pada Kala IV, dimana diadakan kontak anatara ibu, ayah, anak, dan
tetap dalam ikatan kasih, penting bagi bidan untuk memikirkan bagaimana
agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan
merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih tersebut.
3. Fase pada masa nifas:

1. Fase taking in,


Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya
sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
yang dialami antara rasa mulas, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,
kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup,
komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah
Kekecewaan pada bayinya
Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
2. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya.
Perasaan ibu lebih sensitive sehingga mudah tersinggung. Hal ini perlu
diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui
yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan
gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain. Periode ini terjadi perpindahan
dari keadaan tergantungan ke keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energy
klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang
dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk
merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eleminasi
dam memperlihatkan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu
merawat bayinya, maka ia harus memperlihatkan kualitas dan kuantitas dari
produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya menungkapkan
keinginannya saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya
keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga
klien sangat antusias merawat harinya

Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan
perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini bidan mutlak memberikan semua
tindakan keperawatan seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi,
petunjuk-petunjuk yang harus diikuti tentang bagaimaa mengungkapkan dan
bagaimana mengaturnya. Bidan harus berhati-hati dalam memberikan
instruksi dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Apabila klien merasa
tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh bidan maka bidan harus
membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan atau tugas yang telah
didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat. Bila
ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah masuk dalam tahap kedua
maternal touch yaitu total hand contacy dan akhirnya pada tahap ketiga yang
disebut envolding. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bainya. Terjadi peningkatan akan
perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami
dan keluarga mampu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya. Fase ini klien sudah mampu
merawat dirinya sendiri dan mulai disibukkan tanggung jawabya sebagai ibu.
Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali kerumah.
C. POSTPARTUM BLUES
Pengertian
Adakalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya.
Keadaan ini disebur dengan baby blues, yang disebabkan oleh perubahan
perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima keadaan
bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah
yang dirasakan.Selain itu, juga karena perubahan fisik dan emosional selama

beberapa bulan kehamilan.Disini hormone memainkan peranan utama dalam


hal bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda.Setelah melahirkan
dan lepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan
besar dalam jumlah hormone sehingga membutuhkan waktu untuk
menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik, hadirnya seorang bayi dapat
membuat perbedaan besar dalam kehidupan ibu dalam hubungannya dengan
suami, orang tua maupun anggota keluarga lain. Perubahan ini akan kembali
secara perlahan setelah ibu menyesuaikan diri dengan peranan barunya dan
tumbuh kembali dalam keadaan normal.
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari sampai dua
minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita
dalammenghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu dalam mingguminggu atau bulan-bulan pertama setelah melairkan, baik dari segi fisik
maupun dari segi psikologis.Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri
dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan
mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut
dengan postpartum blues.
Sejarah Postpartum Blues
Postpartum blues sendiri sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Depresi
setelah melahirkan sudah dikenali sejak 460 SM, lewat pengungkapan oleh
Hipocrates.Deskripsi lebih lengkap kemudian dikembangkan dari waktu ke
waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir ini muncul banyak informasi
seputar ini. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di literature
kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca salin yang disebut
sebagai milk fever karena gejal disforia tersebut muncul bersamaan dengan
laktasi. Dewasa ini, postpartum blues (PB) atau sering juga disebut maternity
blues/baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan
yang serng tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai
8

dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi atau sedih atau disforia,


menangis, mudah tersinggung (iritabilita), cemas, labilitas perasaan,
cenderung menyalahkan diri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan
menghilang dalam waktu antara beberapa jam atau beberapa hari. Namun
pada beberapa minggu/bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi
keadaan yang lebih berat.
Postpartum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang
ringan oleh sebab itu tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak
ditatalaksanai sebagaimana, akhirnya dapat menjadi masalah yang
menyulitkan, tidak menyenagkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak
nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang
gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu
depresi dan psikosis pasca salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,
teutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami da
perkembangan anknya.
Pada fase ini terjadi perubahan kadar hormone esterogen dan
progesterone yang menurun, Selain itu klien tidak siap dengan tugas-tugas
yang harus dihadapinya. Postpartum blues biasanya terjadi 6 minggu setelah
melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah tersinggung,
gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas.
a. Tanda dan gejala
a) Gejala Utama
Gejala post partum blues hampir sama dengan gejala yang muncul
dengan depresi berat, beberapa gejala yang tampak adalah:
Perasaan negative terhadap bayi yang dilahirkan (termasuk

adanya keinginan untuk membunuh bayi tetrsebut)


Kesulitan untuk tidur
Perubahan dratis berat badan
9

Adanya perasaan untuk membenci pada diri sendiri, perasaan

bersalah dan merasa dirinya tidak berguna untuk orang lain.


Sama sekali tidak bisa berkonsentrasi meskipun terhadap

masalah kecil
Menarik diri dari lingkungan, kehilangan terhadap minat social
Mudah marah dan mudah terhasut
Cemas tanpa sebab
Menangis
Tidak sabar
Tidak percaya diri
Sensitive
Mudah tersinggung, merasa kurang menyayangi bayinya
b) Gejala Medis
Sampai saat ini belum ada tes khusus yag dapat mendiagnosis gejala
langsung post partum blues. Secara medis dokter menyimpulkan
beberapa simtom yang dapat yang tampak dapat disimpulkan sebagai
gangguan depresi post partum blues bila memenuhi criteria gejala
yang ada. Kekurangan hormone tiroid pada individu yang mengalami
kelelahan yang luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang
mengalammi post partum blues mempunyai jumlah kadar tiroid yang
sangat rendah.
b. Faktor yang menyebabkan terjadinya post partum
o Faktor hormonal berupa perubahan estrogen, progesterone, prolaktin, dan
estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah
melahirkan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim non
adrenalin maupun serotonin yyang berperan dalam suasana hati dan
kejadian depresi
o Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada
emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan dan rasa mules
o Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional
yang kompleks

10

o Faktor umur dan paritas (jumlah anak)


o Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
o Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat

c.
d.
e.
f.

gangguan kejiwaan sebelumnya dan social ekonomi


o Kecukupan dukungan dan lingkungan (suami, keluarga, dan teman)
o Stress dalam keluarga missal faktor ekonomi.
Cara mengatasi
Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan
Bicarakan rasa cemas yang dialami
Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah

melahirkan
g. Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam mengurus bayi atau
h.
i.
j.
k.
l.

rumah tangga
Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
Kebutuhan istirahat yang cukup tidurlah ketika bayi tidur
Berolahraga ringan
Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
Dukungan tenaga kesehatan, dukungan suami, keluarga, teman, dan sesame

1.
2.
3.
4.
5.
6.

ibu.
Penyebab post partum blues :
Perubahan hormone
Stress
Asi tidak keluar
Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
Kelelahan pasca melahirkan dan sakitnya pasca operasi
Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun

persalan lainny
7. Problem dengan oranng tua dan mertua
8. Takut kehilangan bayi
9. Sendirian mengurus bayi
10. Takut untuk memulai hubugan suami istri, anak akan terganggu
11. Bayi sakit
12. Rasa bosan ibu
13. Problem dengan si sulung
Berikut ini upaya yang mungkin dapat mengurangi resiko post partum:
1. Pelajari diri sendiri

11

Pelajari dan menccari informasi mengenai depresa postpartum, sehingga


dapat sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka kemungkinan akan
segera mendapatkan bantuan secepatnya.
2. Ikhlas dan tulus
Dengan adanya rasa ikhlas dan tulus dalam mengemban tugas menjadi
seorang ibu dari bayi yang dilahirkannya, maka mampu mengusik hal-hal
yang dapat mempengaruhi jiwa sehingga mampu menerima dan
menyayangi dengan sepenuh hati.
3. Tidur dengan cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode
postpartum dan kehamilan, misalnya tidur saat bayi telah tidur.
4. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga
membuat merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan.
5. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli
rumah atau pindah kerja, sebelum atau sesudah melahirkan. Tetaplah
hidup secara sederhana dan menghindari stress, sehingga dapat segera
dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
Beritahukan perasaan anda
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang anda
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan anda sendiri. Jika memiliki
masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan
pada pasangan atau orang terdekat
Dukungan keluarga
Dukungan dari keluarga atau orang yang anda cintai selama melahirkan,
sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua anda, atau
siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri
anda, bahwa mereka akan selalu berada disisi anda setiap mengalami
kesuliatan
6. Persiapkan diri dengan baik
12

Persiapan sebelum melahirkan, sangat diperlukan. Ikutilah kelas senam


hamil yang sangat membantu, serta buka atau artikel lainnya yang akan
diperlukan.
Kelas senam hamil akan sangat membantu anda dalam mengetahui
berbagai informasi yang diperluakan, sehingga nantinya anda tak akan
tekejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika anda tahu apa yang
diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
7. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya membantu anda melupakan golakan
perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi anda yang
belum stabil, bias anda curahkan dengan memasak atau membersikan
rumah. Mintalah dukunagan dari keluarga dan lingkungan anda, meski
pembantu rumah tangga telah melakukan segalanya.
8. Dukungan emosional
Dukungan emosional dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu
anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada
mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan anda, hingga
anda merasa lebih baik setelahnya.
9. Dukungan kelompok depresi postpartum
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan
merasakan hal yang sama. Jadi, sebelumnya ini merupakan hal yang
normal dan akan hilang dengan sendirinya sekitar 10-14 hari setelah
melahirkan. Jika hal yang diaanggap enteng, keadaan ini bisa diaanggap
serius dapat mengalami gejala yang lebih berat dan berlangsung lebih
lama hal ini ialah yang dinamakan degan post partum depression.
Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak
mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan tugasnya maka keadaan ini
dapat menjadi serius yang dikenal sebagai postpartum depresi. Banyak
ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat
persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau
sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami,

13

bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bisa menimbulkan stress


psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan
akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap
permasalahan yang mendasarinya.
D. KESEDIHAN DAN DUKA CITA
Berduka adalah akhir dari emosi yang berat pada masa menyusui anak.
Berduka yang paling besar adalah disebabkan oleh ematian bayi. Meskipun
kematian terjadi saat kehamilan. Bidan harus memahami psikologis ibu dan ayah
untuk membantu mereka melalui pasca berduka dengan cara yang sehat. Berduka
adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses berduka terdiri dari tahap
atau fase identifikasi respon tersebut. Tahap-tahap berduka antara lain:
1. Syok
Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi perilaku
dan perasaan meliputi penyangkalan, ketidakpercayaan, putus asa, ketakutan,
anxietas, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesepian, isolasi, mati rasa,
introversi (memikirkan dirinya sendiri), tidak rasional, bermusuhan,
kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, tindakan mekanis,
mengasingkan diri, berhianat, frustasi, memberontak, dan kurang konsentrasi.
Manifestasi klinis:
a. Menghela napas panjang, penurunan berat badan
b. Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah
c. Penampilan kurus dan tampak lusuh
E. DEPRESI PASCAPARTUM
Banyak ibu mengalami fase let down setelah melahirkan sehubungan
dengan pengalaman melahirkan yang berat dan keraguan akan kemampuan ibu
untuk membesarkan anak secara efektif. Umumnya depresi ini berintensitas
sedang dan mudah berubah, dimulai sejak 2-3 hari pasca melahirkan dan
membaik setelah 1-2 minggu. Depresi ini jarang berubah menjadi psikosis
pasca partum atau menjadi kondisi yang patologis.
Teori Ramona T. Mercer

14

Dalam

penelitiannya,

Mercer

menemukan

enam

faktor

yang

mempengaruhi status kesehatan, yaitu hubungan interpersonal, peran keluarga,


stres antepartum, dukungan sosial, rasa percaya diri, penguasaan rasa takut,
keraguan dan depresi. Dalam teorinya, Mercer lebih menekankan pada stress
antepartum dan pencapaian peran ibu. Mercer memperhatikan bahwa sejak awal
pascapartum ibu lebih mendekatkan diri kepada bayi daripada melakukan
tugasnya sebagai ibu.
a. Stress Antepartum
Muncul sebagai bentuk komplikasi antara risiko kehamilan dan pengalaman
negatif dalam hidup. Keluarga digambarkan sebagai suatu sitem yang dinamis,
yang meliputi subsistem individu (yaitu bapak ibu dan bayi) dan pasangan
individu yaitu (ibu-bapak, ibu-janin/bayi, dan bapak-janin/bayi). Penelitian
Mercer ini menjelaskan pengaruh periode antepartum terhadap fungsi keluarga
sebagai satu kesatuan, fungsi pasangan individu dalam keluarga (yaitu
hubungan timbal balik ibu-ayah, ibu-bayi, ayah-bayi) dan status kesehatan
sebagai variabel bebas.
Selanjutnya Mercer mengidentifikasi 6 variabel bebas (independen) yang
berkaitan dengan status kesehatan, hubungan ibu-anak, dan fungsi keluarga,
yaitu stress antepartum, dukungan sosial, harga diri, perasaan menguasai,
kecemasan dan depresi. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan 3 hal yang
mendukung hubungan antara variabel dependen dan variabel bebas, yaitu
hubungan stress antepartum dengan individu, hubungan stress antepartum
dengan pasangan individu dan hubungan stress antepartum dengan fungsi
keluarga.
Hasil riset tersebut menunjukkkan bahwa variabel yang memberi pengaruh
negatif terhadap fungsi keluarga meliputi stress akibat peristiwa negatif dalam
hidup dan risiko atau komplikasi kehamilan. Harga diri, status kesehatan,
dukungan sosial diduga memberi pengaruh yang positif terhadap rasa
penguasaan. Selanjutnya hal ini berdampak negatif terhadap kecemasan dan
akhirnya berpengaruh terhadap fungsi keluarga.
15

b. Pencapaian peran ibu


Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan
pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang diri sendiri.Mercer
mengungkapkan bahwa sebanyak 1-2 juta ibu di Amerika gagal menjalankan
peran ini. Ini terbukti dari tingginya jumlah anak yang mendapat perlakuan
kejam dari ibunya. Mercer melihat bahwa menjadi seorang ibu tidak hanya
menyangkut pribadi wanita sebagai seorang ibu. Lebih dari itu mercer juga
melihat berbagai kesulitan yang mungkin dihadapi ibu dalam menjalankan
perannya.Peran dan partisipasi suami juga sangat penting untuk meyakinkan
ibu dan memberikan penghargaan atas peran ibu-baru ini.
Peran ibu dicapai dalam kurun waktu tertentu yang membuatnya lebih dekat
dengan bayinya. Upaya ini membutuhkan pendekatan yang kompeten, termasuk
peran dalam mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Peran aktif
wanita sebagai ibu dan sebagai pasangan saling berinteraksi. Stres yang
disebabkan oleh resiko selama kehamilan akan mempengaruhi penilaian wanita
terhadap status kesehatannya. Penghargaan terhadap diri , status kesehatan, dan
dukungan sosial mungkin akan menimbulkan efek positif terhadap pencapaian
peran ibu. Sebaliknya, ketakutan dan depresi akan menimbulkan efek negatif
terhadap fungsi keluarga.
Mercer menguaraikan 4 tahap dalam pelaksanaan peran ibu sebagai berikut :
1. Antisipasi.
Merupakan masa sebelum wanita menjadi ibu, yakni saat wanita
melakukan penyesuaian sosial dan psikologis terhadap peran barunya
nanti, dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang ibu.
2. Formal.
Tahap ini dimulai dengan peran sesungguhnya sebagai seorang ibu.
Bimbingan peran diberikan secara formal dan sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh sistem sosial.
3. Informal.
Pada tahap ini, wanita telah mampu menemukan cara yang unik dalam
melakukan peran ibu, yang tidak disampaikan oleh sistem sosial.
16

4. Personal
Adalah tahap akhir pencapaian peran, yaitu ketika wanita telah mahir
melaksanakan perannya sebagai ibu.Ia telah mampu menentukan caranya
sendiri dalam melaksanakan peran barunya itu.
Menurut Rubin pencapaian peran ibu dimulai sejak awal kehamilan
ibu sampai 6 bulan setelah melahirkan, sedangkan menurut Mercer, peran ini
umumnya dimulai sejak bayi lahir, yaitu pada 3-7 bulan pascapartum.
Faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ibu menurut Mercer :
a. Faktor ibu
Usia ibu pada waktu melahirkan
Presepsi ibu sewaktu melahirkan anak pertama kali
Memisahkan ibu dan anak secepatnya
Stres sosial
Dukungan sosial
Konsep diri
Sifat pribadi
Sikap terhadap membesarkan anak
Status kesehatan ibu
b. Faktor bayi
Tempramen
Kesehatan bayi
c. Faktor lain
Latar belakang etnik
Status perkawinan
Status ekonomi
Postpartum depression bisa terjadi jika sesorang pernah mengalami hal-hal
di bawah ini:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Previous postpartum depression


Depresi yang tidak ada hubungnanya dengan kehamilan
Premestruansyndrom (PMS) yang berat
Hubungan pernikahan yang tidak harmonis
Tidak mempunyai anak, saudara yang bisa diajak curhat
Kehidupan yang sulit selama kehamilan atau sesudah melahirkan

Masalah Psikologis Pasca Partum

17

Salah satu masalah psikologis yang umum terjadi pada masa nifas adalah
maternity blues atau postpartum blues atau baby blues. Baby blues adalah
gangguan suasana hati (mood) yang dialami oleh sekitar 50 % wanita setelah
melahirkan. Gangguan ini dapat terjadi sejak hari pertama pasca melahirkan dan
cenderung memburuk pada hari ke-3 sampai ke-5 persalinan. Baby Blues
cenderung menyerang dalam rentang 14 hari, terhitung setelah persalinan. Jika
tidak ditangani, kondisi ini akan berdampak pada perkembangan anak. Ada 4
faktor penyebab baby blues yaitu
1. Hormonal
Setelah persalinan, kadar hormon kortisol atau hormon pemicu stres pada
tubuh ibu meningkat hingga mendekati kadar penderita depresi. Disaat yang
sama, hormon laktogen dan prolaktin, yaitu hormon pemicu produksi ASI
juga meningkat, sedangkan kadar progesteron menjadi sangat rendah. Kondisi
ini kemudian menimbulkan keletihan fisik paad ibu dan memicu depresi.
2. Psikologis
Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua perhatian
tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal pada saat seperti ini, ibu
membutuhkan banyak perhatian keluarga. Kondisi ini mungkin diperparah
oleh perasaan kecewa karena penmapilan si kecil tidak sesuai dengan yang
diinginkan.
3. Fisik
Kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan,
mengganti popok dan menimang sepanjang hari, bahkan tidak jarang dimalam
hari, sangat menguras tenaga. Terlebih jika tidak ada bantuan dari suami atau
anggota keluarga yang lain.
4. Sosial
Ibu merasa sulit menyesuaikan diri dengan peran baru sebagi ibu. Gaya hidup
ibu akan berubah drastis dan ia akan merasa dijauhi oleh lingkungan, juga
masih terikat terus dengan bayinya.
Gejala Depresi Pascapartum
Menangis tanpa sebab
Berkeringat dingin
18

Sesak nafas
Sulit tidur/insomnia
Mudah sedih
Tampak murung
Merasa bersalah dan tidak berharga
Punya pikiran negatif terhadap suami
Gangguan nafsu makan
Gangguan konsentrasi
Stres serta sikap tidak tulus dari ibu yang terus menerus diterima oleh

bayi nanti dapat membuat anak tumbuh menjadi anak yang cengeng,
cenderung rewel, mudah cemas, sekaligus pemurung. Dampak lainnya adalah
anak mudah sakit. Uapaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Meminta bantuan orang lain untuk mengurus bayinya
2. Istirahat atau tidur yang cukup
3. Mengonsumsi makanan yang bergizi agar kondisi tubuh cepat pulih sehat dan
segar. Hindari minuman yang mengandung kafein
4. Berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya. Dukunga mereka
dapat membantu mengurangi depresi.
F. MASALAH SEKSUAL PASCAPARTUM
Masalah seksual yang sering ditemukan pada masa pascapartum antara lain :
1. Ketidaknyamanan saat berhubungan seksual.
2. Takut mengalami infeksi
3. Takut mengalami luka
4. Takut hamil
5. Emosi
6. Kelelahan
7. Kemarahan
8. Dendam/ kebencian
9. Sakit akibat pembedahan SC
10. Pandangan terhadap citra tubuh
11. Kekhawatiran seputar laktasi
12. Penurunan dorongan seksualsaat terjadi depresi pascapartum

19

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adaptasi psikologis masa nifas merupakan suatu proses adaptasi dari seorang
ibu post partum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitive dalam segala hal,
terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinnya. Perubahan psikologis
mempunyai peranan yang sangat penting. Peran bidan sangat penting dalam hal
memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis
yang dilakukan bidan pada pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis
yang patologis.

20

Proses kasih sayang dapat berlangsung secara terus-menerus, dimulai pada


saat ibu hamil dan semakin menguat pada awal masa pasca melahirkan. Lima kondisi
yang dapat mempengaruhi ikatan menurut Mercer (1982) adalah sebagai berikut:
I.
II.

Kesehatan emosional orangtua


Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman dan

III.

keluarga
Suatu tingkat ketrampilan dalam komunikasi dan dalam memberi

IV.
V.

asuhan yang kompeten


Kedekatan orang tua dengan bayi
Kecocokan orang tua dan bayi

Menjelang proses kelahiran, kecemasan seorang wanita terus bertambah.


Gambaran tentang proses persalinan yang diceritakan orang lain dapat menambah
kegelisahannya. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase- fase sebagai berikut :
1. Fase taking in
2. Fase taking hold
3. Letting go
Kehilangan (loss) adalah suatu setuasi actual maupun potensial yang dapat
dialami oleh individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau seluruhnya, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga
perasaan

kehilangan.Sedangkan

duka

merupakan

respon

individu

terjadi
terhadap

lingkungan.
3.2 SARAN
Kami selaku penyusun merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan sebaikbaiknya.

21

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Marmi,

dkk.2013.PENGANTAR

Pustaka Pelajar
2. Ayu Dahmayanti

Chandra

PSIKOLOGI
,

dkk.

KEBIDANAN.Yogyakarta:

Buku

Ajar

PSIKOLOGI

KEBIDANAN.2012.CV Trans Info Media: Jakarta


3. Pitriani,Risa dan Rika Andriyani. 2014. Panduang Lengkap Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Normal.Yogyakarta:Deepublish
4. Irianti, Indah, Nina Herlina. 2011. Buku Ajar Psikologi untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta : EGC
5. Marmi. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.2015. Pustaka Pelajar:Jakarta

23

UJI KOMPETENSI

1.

2.

3.

4.

5.

1. Previous postpartum depression


2. Depresi yang tidak ada hubungnanya dengan kehamilan
3. Premestruansyndrom (PMS) yang berat
4. Sedih yang berlebihan
Yang merupakan factor pencetus dari postpartum depression adalah (A)
1. Cari teman atau saudara yang bisa diajak curhat.
2. Luangkan waktu untuk melakukan sesuatu bagi diri anda send
3. Keep a diary
Di atas merupakan cara untuk menangani
a. Post partum blues
b. Postpartum depression
c. Kesedihan dan duka cita
d. Strees pada masa nifas
e. Fase taking in
3 tipe gangguan mood pada pascasalin, diantaranya adalah
a. Maternity blues, postpartum depression dan postpartum psychosis
b. Maternity blues, postpartum depression, baby blues
c. Postpartum depression dan postpartum psychosis, baby blues
d. Maternity syndrome, postpartum depression, baby blues
e. Maternity syndrome, postpartum depression, postpartum psychosis
Ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar tiroid.
a. tingggi
b. Rendah
c. Bertambah
d. Berkurang secara drastis
e. Tidak berpengaruh
Fase dimana periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama

sampai hari kedua setelah melahirkan, adalah fase


a. Fase letting go
b. Fase taking in
c. Fase taking hold
d. Depresi post partum
e. Post partum blues
6. Setiap keluarga pasti sangat senang jika menerima kehadiran anggota baru
yaitu seorang bayi. Oleh karena itu, semua perhatian keluarga termasuk suami
akan tercurahkan untuk bayi tersebut. Sehingga ibu merasa tidak diperhatikan,
merasa kecewa terlebih jika penampilan bayi tidak seperti yang diharapkan,

24

nafsu makan terganggu, hingga sulit tidur. Faktor yang mempengaruhi baby
blues pada ibu tersebut adalah ...
a. Hormonal
b. Psikologis
c. Fisik
d. Sosial
e. Ekonomi
7. Jika ibu sudah mengalami tanda-tanda baby blues, maka upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya adalah ... (A)
1) Meminta bantuan orang lain untuk mengurus bayinya
2) Istirahat atau tidur yang cukup
3) Mengonsumsi makanan yang bergizi
4) Menangis untuk meluapkan emosi
8. Ny. B 3 hari postpartum datang ke BPM Adinda dengan keluhan susah tidur,
mengalami penurunan berat badan yang drastic, ibu mengatakan kehilangaan
selera makan, makan 1x sehari dengan porsi sedang dengan sayur dan tempe
tahu. Ibu sedih dengan keadaannya, dan tidak terlalu bahagia dengan
kehadiran bayi. Gejala yang dialami Ny. B adalah
a. Postpartum depression
b. Postpartum stress
c. New Mother Depression
d. Postpartum syndrome
e. Dismiss syndrome
9. Ny. Mila mengalami postpartum blues dikarenakan beliau belum bisa
memberikan ASI kepada bayinya dengan optimal. Berbagai cara sudah
dilakukan untuk melancarkan produksi ASInya dan si bayi pun sebenarnya
mau menyusu. Berdasar kasus di atas, factor apa yang menyebabkan Ny. Mila
mengalami postpartum blues?
a. Hormonal
b. Psikologis
c. Fisik
d. Social
e. Intelektual
10. Ny. Endang usia 23 tahun P1A0Ah1 post partum hari kedua, mengeluh belum
dapat merawat bayinya dan khawatir tentang kesehatan bayinya.
Berdasarkan kasus diatas, Ny. Endang masuk dalam masa post partum fase
apa?
25

a.
b.
c.
d.

Taking in
Depression
Letting Go
Taking hold

26

Anda mungkin juga menyukai