Anda di halaman 1dari 24

“ASKEP SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL”

A. Konsep Dasar Penyakit


Kehamilan adalah suatu proses yang normal akan tetapi kebanyakan wanita akan
mengalami perubahan baik dari segi psikologis maupun emosional selama kehamilan.
Sering kali kita mendengar betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu tetapi
tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah selama kehamilannya
misalnya ibu takut dengan anak yang akan dilahirkannya apakah normal ataukah tidak atau
mungkin ibu takut kehilangan kecantikannya.
Sedangkan gangguan psikologis adalah Perubahan psikologi pada ibu hamil
merupakan hal yang normal dan merupakan hal yang individual. Didasarkan pada
teori Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk
mencapai peran ini diperlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas.

B. Perubahan dan Adaptasi Psikologis selama Masa Kehamilan


Perubahan Peran Selama Kehamilan Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu
akan mengalami perubahan psikologis dan pada saat ini pula wanita akan mencoba untuk
beradaptasi terhadap peran barunya melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Antisipasi
Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan merubah peran
sosialnya melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus kehamilan) dan informal
melalui model peran (role model). Meningkatnya frekuensi interaksi dengan wanita
hamil dan ibu muda lainnya akan mempercepat proses adaptasi untuk mencapai
penerimaan peran barunya sebagai seorang ibu.
2. Tahap Honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)
Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya dengan cara mencoba
menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan mengubah posisinya sebagai penerima
kasih sayang dari ibunya menjadi pemberi kasih sayang terhadap bayinya. Untuk
memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, wanita akan menuntut dari pasangannya. Ia
akan mencoba menggambarkan figur ibunya dimasa kecilnya dan membuat suatu daftar
hal-hal yang positif dari ibunya untuk kemudian ia daptasi dan terapkan kepada bayinya
nanti. Aspek lain yang berpengaruh dalam tahap ini adalah seiring dengan sudah
mapannya beberapa persiapan yang berhubungan dengan kelahiran bayi, termasuk
dukungan semangat dari orang-orang terdekatnya.
3. Tahap Stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam peran)
Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami suatu titik stabil
dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat
positif dan berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu tentang informasi
seputar persiapan kelahiran, cara mendidik dan merawat anak, serta hal yang berguna
untuk menjaga kondisi kesehatan keluarga.
4. Tahap Akhir (perjanjian)
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia tetap mengadakan
“perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat mungkin “menepati janji” mengenai
kesepakatan-kesepakatan internal yang telah ia buat berkaitan dengan apa yang akan ia
perankan sejak saat ini sampai bayinya lahir kelak.

Perubahan Psikologis Trimester I (Periode Penyesuaian) :


1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya.
2) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan. Bahkan
kadaang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
3) Ibu akan selalu mencaari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan
seksama.
5) Oleh karena perutnya, masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang
mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah mungkin
dirahasiakannya.
6) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi
kebanyakan akan mengalami penurunan.

Perubahan Psikologis Trimester II (Periode kesehatan yang baik)


1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
2) Ibu sudah dapaat menerima kehamilan.
3) Merasakan gerakan anak.
4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
5) Libido meningkat.
6) Menuntut perhatian untuk cinta.
7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
8) Hubungan seksual meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain
yang baru menjadi ibu.
9) Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan
untuk peran baru.

Perubahan Psikologis Trimester III (penantian dengan penuh kewaspadaan)


1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir
akan keselamatannya.
4) Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5) Merasa sedih akan terpisah dari bayinya.
6) Merasa kehilangan perhatian.
7) Perasaan mudah terluka atau sensitif.
8) Libido menurun.

C. MASALAH EMOSI SELAMA KEHAMILAN


Prinsip dasar
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan
psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar
kaum wanita menganggap bahwa kehamilan merupakan peristiwa kodrat yang harus dilalui
tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan
kehidupan selanjutnya.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang komplek, memerlukan adaptasi
terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara
keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma – norma sosiokultural dan
persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi
psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kegiatan
sosial ( keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) pada wanita
hamil dan dari aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli), cara
penyelesaian persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan neonatal),
Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologis yang terjadi.:
 Trimester 1 :
Sering terjadi fluktuasi lebar aspek emosional sehingga perode ini mempunyai
resiko tinggi untuk terjadi pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
 Trimester II :
Fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita hamil lebih terfokus
pada berbagai perubahan tubuh yang terjadi saat kehamilan, kehidupan seksual
keluarga dan hubungan bathiniah dengan bayi yang dikandungannya.
 Trimester III :
Berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan sehingga wanita
hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala
sesuatu yang akan dihadapi.

Reaksi cemas
 Gangguan ini ditandai dengan rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan, terutama
sekali terhadap hal-hal yang masih tergolong wajar.
 Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkannya karena gejala
klinik yang ada, sangat tidak spesifik (twitchung, tremor, berdebar-debar, kaku otot,
gelisah dan mudah lelah, insomnia)
 Timbul gejala-gejala somatik akibat hiperaktifitas otonom (palpitasi, sesak nafas,
rasa dingin ditelapak tangan, berkeringat dingin, pusing, rasa terganjal pada leher).
 Tenangkan dengan psikoterapi. Walau kadang-kadang upaya ini kurang memberi
hasil tetapi prosedur ini sebaiknya paling pertama dilakukan.
 Hanya pada pasien dengan reaksi cemas berat, berikan diazepam 3 x 2 mg per hari.
 Bila pasien tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau kekurangan
asupan kalori/gizi maka harus dilakukan rawat inap di rumah sakit.

Reaksi panik
 Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang hebat, terjadi dalam periode yang
relatif singkat dan tanpa sebab-sebab yang jelas.
 Pasien mengeluhkan nafas sesak atau rasa tercekik, telinga berdenging, jantung
berdebar, mata kabur, rasa melayang, takut mati atau merasa tidak akan tergolong
lagi.
 Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien gelisah dan ketakutan, muka pucat
pandangan liar, pernafasan pendek dan cepat dan takhikardi.
 Tenangkan secara verbal, sebelum psikoterapi atau medikamentosaa. Sebaiknya
pasien dirawat untuk observasi tehadap reaksi panik ulangan dan pemberian terapi.
 Karena reaksi panik hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, cukup
diberikan dosis tunggal diazepam 5 mg IV.

Reaksi Obsesif-Kompulsif
 Gambaran spesifik dari gangguan ini adalah selalu timbulnya perasaan, rangsangan
ataupun pikiran untuk melakukan sesuatu, tanpa objek yang jelas, diikuti dengan
perbuatan yang dilakukan secara berulang kali.
 Pengulangan perbuatan tersebut dapat mencelakai dirinya, bayi yang dikandung
atau orang lain.
 Adanya potensi gawat darurat pada wanita hamil dengan reaksi obsesif-kompulsif
menjadi alasan untuk dirawat di rumah sakit atau dalam pengawasan tim medis
yang memadai. Psikoterapi cukup membantu untuk mengembalikan wanita ini pada
status emosional yang normal.
 Pada kasus yang berat, beri diazepam 5 mg IV dan observasi ketat.

Depresi berat
 Depresi pada wanita hamil, ditandai oleh perasaan sedih, tidak bergairah,
menyendiri, penurunan berat badan, insomnia, kelemahan, rasa tidak dihargai dan
pada kasus yang berat, ada keinginan untuk melakukan bunuh diri.
 Penelitian di RS Dr. Sutomo, Surabaya (1990) menunjukkan angka kejadian
Depresi Pascapersalinan (Postpartum Blues) sebesar 15,2 % (persalinan fisiologis)
dan 46,2 % (persalinan patologis).
 Sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak
mampu berkonsentrasi, kurang perhatian dan sulit untuk mengingat sesuatu .
 Gunakan anti depresan Amitryptyline 2 x 10 mg oral.
 Terapi kejutan listrik (ECT) digunakan apabila psikofarmaka gagal dan reaksi
depresi membahayakan pasien.

Perasaan panik/ gelisah


Berkaitan dengan kemampuanya untuk menjaga kehamilan sampai saat persalinan
sebagai seorang ibu hamil yang baik. Respon-respon psikologis tersebut terjadi
karena ibu merasa bahwa kehamilannya ini merupakan suatu ancaman, kegawatan,
ketakutan dan bahaya bagi dirinya dan sebagai akibat yang akan terjadi pada dirinya,
sehingga mereka akan bersikap tidak hanya menolak kehamilannya tetapi juga akan
berusaha menggugurkan kehamilannya bahkan kadang-kadang mencoba bunuh diri.
D. Gambaran Kondisi Psikologis pada Wanita Hamil
Selama kehamilan banyak wanita yang mengalami perasaan – perasaan :
• Marah
• Tertekan
• Bersalah
• Bingung
• Was – was
• Kesal
• Pilu
• Khawatir

Hal ini biasanya ditandai dengan gejala – gejala :


• Kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak.
• Tidak bisa tidur walaupun mempunyai kesempatan.
• Menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang.
• Menyadari bahwa perasaan amat cepat berubah.
• Sangat judes atau peka terhadap bunyi dan sentuhan.
• Senantiasa berfikiran negatif.
• Tanpa berwujud merasa tidak mampu.
• Tiba-tiba takut atau gugup.
• Tidak bisa memusatkan perhatian.
• Lebih sering lupa.
• Rasa bingung dan bersalah.
• Makan amat sedikit atau amat banyak.
• Asik dengan fikiran yang menghantui dan mengerikan.
• Kehilangan kepercayaan dan harga diri.

Apabila kondisi - kondisi ini terjadi secara beruntun sedikitnya selama 2 minggu
maka akan menimbulkan kondisi psikologis yang bermasalah yang sifatnya memerlukan
adanya pengobatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikis pada masa hamil :
1. Sudah punya banyak anak
Banyak anak sebagian orang merasakan sebagai beban finansial yang harus di
tanggung, belum lagi di tambah kerepotan - kerepotan lainnya, apalagi jika dalam keluarga
sudah ada anak dengan jumlah lebih dari cukup.
2. Khawatir berubah penampilan
Bagi sebagian perempuan, penampilan merupakan nilai jual, perubahan bentuk wajah
dan tubuh akibat kehamilan dan persalinan dianggap akan mengurangi keindahan
penampilan.
3. Kemampuan finansial dirasa tidak memadai.
Jika si kecil lahir di saat kondisi keuangan keluarga tengah morat marit memang
merepotkan, kondisi ini merupakan hal yang sangat menganggu kondisi psikologis seorang
ibu hamil.
4. Keluhan sulit tidur
Sulit tidur di malam hari dapat membuat kondisi ibu hamil menurun, konsentrasi
berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja dan cenderung emosional.
Keluhan tidur umumnya muncul saat usia kandungan memasuki trimester ketiga dimana
janin sudah tumbuh sedemikian besar sehingga terasa menyesakkan.
Ditrimester pertama, kadar hormon dalam tubuh ibu sedang mengalami perubahan
drastis yang sering memunculkan keluhan muntah – muntah, sehubungan dengan itu,
keluhan sulit tidur biasanya muncul karena sebab sebagai berikut :
• Stres
• Perubahan hormon
• Dihantui kecemasan
• Gangguan psikis

KOMPLIKASI EMOSIONAL
Masalah kesehatan jiwa dapat mengakibatkan komplikasi selama periode
kehamilan, kelahiran bayi, dan periode pascapartum. Stres psikologis dan fisik yang terkait
dengan kehamilan atau kewajiban baru sebagai ibu dapat juga mengakibatkan krisis
emosional (affonso,1984). Gangguan emosional terutama mengakibatkan komplikasi
kehamilan adalah gangguan mood.

E. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Kehamilan


Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan
hanya perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Jangan heran jika ibu yang
hamil tiba-tiba menangis atau marah. Ini terjadi karena adanya perubahan hormonal yang
lazim dialami oleh ibu-ibu yang sedang hamil.
Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu menjaga
kondisi psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi psikologis sang ibu baik
pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa kehamilannya.
Berikut beberapa cara yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu
sedang mengandung:
1. Informasi
Cari informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri
ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh
sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin
sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai
perubahan yang terjadi.
2. Komunikasi dengan suami
Bicarakan perubahan yang terjadi selama hamil dengan sang suami, sehingga ia juga
tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi. Apabila sudah dikomunikasikan, sang
suami akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.
3. Rajin chek-up
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya
mengenai kehamilan. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.
4. Makan Sehat
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan
janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan
yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan
bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung
timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.
5. Jaga Penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai
dengan kondisi badan yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan
fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.
6. Kurangi Kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa
persalinan, ibu hamil dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang akan
terjadi setelah kelahiran sang bayi.
7. Dengarkan Musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi
negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian,
berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
8. Senam Hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6
bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam
hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan,
melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi
dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan
itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan
menjadi semakin mantap.
9. Latihan Pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini
bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih
stabil.

Kesimpulan :
Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I, pada kehamilan trimester II,
pada kehamilan trimester III dapat disimpulkan sebagai berikut :
Trimester I
 Terbuka atau diam-diam.
 Perasaan ambivalent terhadap kehamilannya.
 Berkembang perasaan khusus, mulai tertarik karena akan menjadi ibu.
 Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak
menginginkan kehamilan.
 Perasaan gembira.
 Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu.
 Menerima atau menolak perubahan fisik.
Trimester II
 Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata.
 Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia menerima dan menganggap
sebagai bagian dari dirinya.
 Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun.
 Mencari perhatian suami.
 Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya.
 Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan
bayinya.
 Perasaan cenderung lebih stabil.
Trimester III
 Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh
atau terjadi gangguan body image.
 Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling atau
tidak menyenangi kondisinya.
 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas
terhadap kondisi bayi dan dirinya.
 Adanya perasaan tidak nyaman.
 Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan.
 Menyibukan diri dalam persiapan menghadapi persalinan
F. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Gangguan Psikologis/Perilaku
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan-sekarang. Riwayat Obstetri
meliputi hal-hal di bawali ini :
1) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan.
4) jenis anestesi dan kesulitan persalinan.
5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hiperlensi, infeksi, dan perdarahan.
6) Komplikasi pada bayi.
7) Rencana menyusui bayi.
b. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk konirasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau keduanya.
Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didlapatkan pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
c. Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti DM, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu adanya penyakit infeksi, prosedur
infeksi dan trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok risiko tinggi
untuk masalah genelis seperti anemia sickle sel, talasemia).
2) Penyakit pada niasa kanak-kanak dan imunisasi.
3) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan jantung.
4) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan ccdera (pelvis dan pinggang).
5) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan tuberkulosis.
6) Riwayat dan perawalan anemia.
7) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
8) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan minuman ringan.
9) Merokok (Jumlah batang per hari).
10) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan risiko
terinfeksi toxoplasma.
11) Alergi dan sensitif dengan obat.
12) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
e. Riwayat keluarga.
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk penyakit kronis
(menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus dan jantung, infeksi seperti
tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat kongenital yang perlu dikumpulkan.
f. Riwayat kesehatan pasangan.
Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi. Penggunaan obat-obatan seperti kokain
dan alkohol akan berpengaruh pada kemampuan keluarga untuk menghadapi
kehamilan dan persalinan. Rokok yang digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada
ibu dan janin, terulama risiko mengalami komplikasi.

Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan
memengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada
posisi duduk dengan lengan sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat
posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
2) Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit. Takikardi bisa terjadi pada keadaan
cemas, hipertiroid, dan infeksi. Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk dapat
menentukan keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan masalah
sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
3) Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per menit. Takipnea
terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung. Suara napas hams
sama bilateral, ekspansi paru simetris, dan lapangan paru bebas dari suara napas
abdominal.
4) Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,6°C. Peningkatan suhu menandakan
terjadi infeksi dan membutuhkan perawatan medis.
b) Sistem Kardiovaskuler
1) Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan vena, yang
bisa berkembang menjadi varises. Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai,
vulva, dan rektum.
2) Edema
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah pada ekstremitas akibat
perpindahan cairan intravaskular ke ruang intertisial. Ketika dilakukan penekanan
dengan jari atau jempol menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut
pitting edema. Edema pada tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena
merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.
c) Sistem Muskuloskeletal
1) Postur
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan. Keadaan ini
mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai.
2) Tinggi dan berat badan
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat menentukan
kenaikan berat badan selama kehamilan. Berat badan sebelum konsepsi kurang dari
45 kg dan tinggi badan kurang dari 150 cm ibu berisiko melahirkan bayi prematur
dan berat badan lahir rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat
menyebabkan diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan, persalinan
seksio caesarea, dan infeksi postpartum.
3) Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan diameternya yang
berguna untuk persalinan per vaginam.
4) Abdomen
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus diukur jika
fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis. Kandung kemih harus dikosongkan
sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menetukan keakuratannya. Pengukuran
metode Mc Donald dengan posisi ibu berbaring.
d) Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki tanda
dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah. Pemeriksaan refleks tendon
sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan.
e) Sistem Integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis, jaundice
menandakan gangguan pada hepar, lesi, hiperpigmentasi seperti cloasma gravidarum,
serta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie perlu dicatat. Penampang kuku
berwarna merah muda menandakan pengisian kapiler baik.
f) Sistem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan
menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
g) Sistem Gatsrointestinal
1) Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir bebas dari ulserasi, gusi
berwarna kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan estrogen yang
menyebabkan hiperplasia. Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan ke dokter
gigi secara teratur karena penyakit periodontal menyebabkan infeksi yang memicu
terjadinya persalinan prematur. Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk
melakukan perawatan gigi.
2) Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk ibu
hamil. Bising usus bisa berkurang karena efek progesteron pada otot polos, sehingga
menyebabkan konstipasi. Peningkatan bising usus terjadi bila menderita diare.
h) Sistem Urinarius
1) Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal ini
menandakan adanya kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada
kehamilan.
2) Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada ibu hamil.
Glukosa dalam jumlah yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah.
3) Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat atau pemasukan
cairan dan makanan yang tidak adekuat.
4) Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih yang biasa
terjadi pada ibu hamil.
i) Sistem reproduksi
1) Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi puling, dan pengeluaran kolostrum perlu
dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada payudara membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut.
2) Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva, dan anus perlu diperiksa dari
eksoriasi, ulserasi, lesi, varises, dan jaringan parut pada perineum.
3) Organ reproduksi internal
Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan berwarna merah
kebiruan pada ibu hamil yang disebut tanda Chadwik.
G. Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II
1. Pembagian perubahan psikologis pada trimester II
Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase; prequickeckening (sebelum adanya
pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah adanya pergerakan janin
yang dirasakan oleh ibu), yang dapat dilihat pada penjelasan berikut :
a. Fase prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa preqiuckening pada trimester kedua, ibu
hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalammya dengan ibunya yang
telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan
interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan
hubungan dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa
hormat yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya sikap yang negatif,
maka ia akan menolaknya. Perasaan menolak terhadap sikap negatif ibunya akan
menyebabkan rasa bersalah pada dirinya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal
tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang
terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima
kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu).
Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya
sebagai ibu yang memberikan kasih sayang kepada anak yang akan dilahirkannya.
Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama
trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.

b. Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan muncul.
Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai
seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya
sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita
karir. Ibu harus diberikan pengertian bahwa ia tidak harus membuang segala peran yang ia
terima sebelum kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran baru artinya bagaimana ia
menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain dan bagaimana bila nanti ia harus
meninggalkan rumahnya untuk sementara pada proses persalinan. Pergerakan bayi yang
dirasakan membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya adalah individu yang terpisah
dari dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan fokus pada bayinya. Pada saat ini, jenis
kelamin bayi tidak begitu dipikirkan karena perhatian utama adalah kesejahteraan janin
(kecuali beberapa suku yang menganut sistem patrilineal/matrilineal).

H. Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester III


Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu
akan bayinya. Kadang - kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu -
waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan
gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau - kalau
bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi
bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya
membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan
bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh
dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Trimester ketiga
sering kali disebut periode menunggu / penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu
merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu untuk
mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua seperti terpusatnya perhatian
pada kehadiran bayi. Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi
yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bayi yang akan
dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran
bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga - duga tentang jenis kelamin bayinya
( apakah laki- laki atau perempuan ) dan akan mirip siapa.

Tanda dan Gejala psikologis pada ibu hamil :


• Kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak.
• Tidak bisa tidur walaupun mempunyai kesempatan.
• Menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang.
• Menyadari bahwa perasaan amat cepat berubah.
• Sangat judes atau peka terhadap bunyi dan sentuhan .
• Senantiasa berfikiran negatif.
• Tanpa berwujud merasa tidak mampu.
• Tiba-tiba takut atau gugup.
• Tidak bisa memusatkan perhatian.
• Lebih sering lupa
• Rasa bingung dan bersalah.
• Makan amat sedikit atau amat banyak.
• Asik dengan fikiran yang menghantui dan mengerikan.
• Kehilangan kepercayaan dan harga diri

I. Diagnosa keperawatan

No Diagnosa Intervensi Rasional Evaluasi / Kriteria Hasil


Keperawatan
1. Gangguan citra1. Terima persepsi diri1. Untuk memvalidasi  Klien menerima perubahan
tubuh b.d klien dan berikan perasaannya. citra tubuh
perubahan jaminan bahwa ia dapat  Klien berpartisipasi dalam
penampilan. mengatasi krisis ini. berbagai aspek perawatan dan
2. Dorong klien dalam pengambilan keputusan
melakukan perawatan2. Untuk meningkatkan rasa tentang perawatan.
diri. kemandirian dan kontrol.  Klien mengkomunikasikan
3. Kaji kesiapan klien,3. Keterlibatan dapat perasaan terhadap perubahan
kemudian libatkan klien memberikan rasa kontrol citra tubuh.
dalam pengambilan dan meningkatkan harga  Klien menyatakan perasaan
keputusan tentang diri. positif terhadap dirinya sendiri.
perawatan bila
memungkinkan.
4. Berikan kesempatan
kepada klien untuk4. Agar klien dapat
menyetakan perasaan mengungkapkan
tentang citra tubuhnya. keluhannya dan
5. Bimbing dan kuatkan memperbaiki
fokus klien pada aspek- kesalahpahaman.
aspek positif dari5. Untuk mendukung
penampilannya dan adaptasi dan kemajuan
upayanya dalam yang berkelanjutan
menyesuaikan diri
dengan perubahan citra
2. tubuhnya.
Ketakutan b.d
ketidakbiasaan
1. Berikan informasi sesuai
tingkat pemahaman atau1. Untuk mengurangi
penerimaan klien . ansietas klien dan
2. Orientasikan klien ke meningkatkan kerja
lingkungan sekitar. sama.
2. Untuk berorientasi  Klien dapat mengidentifikasi
terhadap waktu, tempat, sumber-sumber ketakutan.
3. Orientasikan keluarga orang, kejadian.  Klien mengungkapkan rasa
pada kebutuhan khusus3. Tindakan ini dapat nyaman dengan lingkungan
klien dan izinkan membantu memberikan sekitarnya.
anggota keluarga dukungan yang efektif.  Klien tidak memperlihatkan
berpartisipasi dalam tanda-tanda fisik atau gejala-
3. memberikan perawatan. gejala ketakutan.
4. Atur anggota keluarga
Gangguan pola untuk tinggal bersanma4. Untuk membantu klien
tidur b.d faktor mengurangi
psikologis klien. ketakutannya.

1. Berikan kesempatan1. Mendengar aktif dapat


klien untuk membantu menentukan
mendiskusikan keluhan penyebab kesulitan tidur.
yang mungkin
menghalangi tidur.
2. Rencanakan asuhan2. Tindakan ini
keperawatan rutin yang memungkinkan asuhan
memungkinkan pasien keperawatan yang
tidur tanpa terganggu konsisten dan
selama beberapa jam. memberikan waktu untuk  Klien mengidentifikasi faktor-
tidur tanpa terganggu. faktor yang dapat menghalangi
3. Berikan bantuan tidur,3. Susu dan beberapa atau mengganggu tidur.
kepada klien, seperti kudapan tinggi protein,  Klien dapat tidur beberapa
bantal, mandi sebelum seperti keju dan kacang, jam dimalam hari.
tidur, makanan atau higiene pribadi secara  Klien dapat mengungkapkan
minuman, dan bahan rutin, yang dapat perasaan cukup beristirahat.
4. bacaan. mempermudah tidur.  Klien tidak menunjukkan
4. Ciptakan lingkungan4. Tindakan ini dapat tanda-tanda fisik deprivasi tidur.
Ansietas b.d tenang yang kondusif mendorong istirahat dan  Klien tidak menunjukkan
ancaman untuk tidur. tidur. gejala perilaku yang berkaitan
terhadap 5. Berikan pendidikan5. Upaya relaksasi yang dengan tidur, seperti gelisah.
konsep diri kesehatan kepada klien bertujuan biasanya dapat  Klien melakukan latihan
atau status tentang teknik relaksasi. membantu meningkatkan relaksasi sebelum tidur.
peran sekunder tidur.
akibat
kehamilan
5.
1. Kaji tingkat ansietas
(ringan, sedang, berat,
Disfungsi panik). 1. Untuk mengurangi
seksual b.d2. Beri kenyamanan dan tingkat kecemasan.
perubahan ketentraman hati pada
struktur atau klien. 2. Untuk mengurangi rasa
fungsi tubuh 3. Singkirkan stimulasi khawatir klien.
yang berlebihan.
3. Agar klien menjadi lebih
tenang.

 Ansietas berkurang,
1. Sediakan lingkungan dibuktikan dengan menunjukan
yang tidak mengancam, keterampilan interaksi sosial
dan dorong klien untuk1. Tindakan ini mendorong yang efektif.
bertanya tentang klien untuk bertanya  Menunjukkan kontrol ansietas,
seksualitas pribadi. tentang hal khusus yang seperti : mempertahankan
berkaitan dengan penampilan peran.
2. Berikan kesempatan keadaan saat ini.  Meneruskan aktivitas yang
klien mengungkapkan2. Tindakan ini dibuthkan meskipun ada
perasaan secara terbuka meningkatkan kecemasan.
dalam lingkungan yang komunikasi dan
tidak mengancam. pemahaman diantara
3. Anjurkan klien untuk klien dan pemberi
mendiskusikan asuhan.
keluhannya dengan3. Untuk berbagi keluhan  Klien mengakui adanya
suami atau istri atau dan memperkuat masalah atau kemungkinan
pasangan. hubungan masalah dalam fungsi seksual
4. Berikan dukungan untuk  Klien menyatakan perasaan
suami atau istri atau4. Mengkomunikasikan mengenai perubahan seksualitas
pasangan keluhan perhatian dan  Klien mengungkapkan
penerimaan pemahaman mengenai penyebab
disfungsi seksual.
 Klien mengungkapkan
keinginan untuk mendapatkan
konseling.

Anda mungkin juga menyukai