Reaksi cemas
Gangguan ini ditandai dengan rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan, terutama
sekali terhadap hal-hal yang masih tergolong wajar.
Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkannya karena gejala
klinik yang ada, sangat tidak spesifik (twitchung, tremor, berdebar-debar, kaku otot,
gelisah dan mudah lelah, insomnia)
Timbul gejala-gejala somatik akibat hiperaktifitas otonom (palpitasi, sesak nafas,
rasa dingin ditelapak tangan, berkeringat dingin, pusing, rasa terganjal pada leher).
Tenangkan dengan psikoterapi. Walau kadang-kadang upaya ini kurang memberi
hasil tetapi prosedur ini sebaiknya paling pertama dilakukan.
Hanya pada pasien dengan reaksi cemas berat, berikan diazepam 3 x 2 mg per hari.
Bila pasien tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau kekurangan
asupan kalori/gizi maka harus dilakukan rawat inap di rumah sakit.
Reaksi panik
Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang hebat, terjadi dalam periode yang
relatif singkat dan tanpa sebab-sebab yang jelas.
Pasien mengeluhkan nafas sesak atau rasa tercekik, telinga berdenging, jantung
berdebar, mata kabur, rasa melayang, takut mati atau merasa tidak akan tergolong
lagi.
Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien gelisah dan ketakutan, muka pucat
pandangan liar, pernafasan pendek dan cepat dan takhikardi.
Tenangkan secara verbal, sebelum psikoterapi atau medikamentosaa. Sebaiknya
pasien dirawat untuk observasi tehadap reaksi panik ulangan dan pemberian terapi.
Karena reaksi panik hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, cukup
diberikan dosis tunggal diazepam 5 mg IV.
Reaksi Obsesif-Kompulsif
Gambaran spesifik dari gangguan ini adalah selalu timbulnya perasaan, rangsangan
ataupun pikiran untuk melakukan sesuatu, tanpa objek yang jelas, diikuti dengan
perbuatan yang dilakukan secara berulang kali.
Pengulangan perbuatan tersebut dapat mencelakai dirinya, bayi yang dikandung
atau orang lain.
Adanya potensi gawat darurat pada wanita hamil dengan reaksi obsesif-kompulsif
menjadi alasan untuk dirawat di rumah sakit atau dalam pengawasan tim medis
yang memadai. Psikoterapi cukup membantu untuk mengembalikan wanita ini pada
status emosional yang normal.
Pada kasus yang berat, beri diazepam 5 mg IV dan observasi ketat.
Depresi berat
Depresi pada wanita hamil, ditandai oleh perasaan sedih, tidak bergairah,
menyendiri, penurunan berat badan, insomnia, kelemahan, rasa tidak dihargai dan
pada kasus yang berat, ada keinginan untuk melakukan bunuh diri.
Penelitian di RS Dr. Sutomo, Surabaya (1990) menunjukkan angka kejadian
Depresi Pascapersalinan (Postpartum Blues) sebesar 15,2 % (persalinan fisiologis)
dan 46,2 % (persalinan patologis).
Sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak
mampu berkonsentrasi, kurang perhatian dan sulit untuk mengingat sesuatu .
Gunakan anti depresan Amitryptyline 2 x 10 mg oral.
Terapi kejutan listrik (ECT) digunakan apabila psikofarmaka gagal dan reaksi
depresi membahayakan pasien.
Apabila kondisi - kondisi ini terjadi secara beruntun sedikitnya selama 2 minggu
maka akan menimbulkan kondisi psikologis yang bermasalah yang sifatnya memerlukan
adanya pengobatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikis pada masa hamil :
1. Sudah punya banyak anak
Banyak anak sebagian orang merasakan sebagai beban finansial yang harus di
tanggung, belum lagi di tambah kerepotan - kerepotan lainnya, apalagi jika dalam keluarga
sudah ada anak dengan jumlah lebih dari cukup.
2. Khawatir berubah penampilan
Bagi sebagian perempuan, penampilan merupakan nilai jual, perubahan bentuk wajah
dan tubuh akibat kehamilan dan persalinan dianggap akan mengurangi keindahan
penampilan.
3. Kemampuan finansial dirasa tidak memadai.
Jika si kecil lahir di saat kondisi keuangan keluarga tengah morat marit memang
merepotkan, kondisi ini merupakan hal yang sangat menganggu kondisi psikologis seorang
ibu hamil.
4. Keluhan sulit tidur
Sulit tidur di malam hari dapat membuat kondisi ibu hamil menurun, konsentrasi
berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja dan cenderung emosional.
Keluhan tidur umumnya muncul saat usia kandungan memasuki trimester ketiga dimana
janin sudah tumbuh sedemikian besar sehingga terasa menyesakkan.
Ditrimester pertama, kadar hormon dalam tubuh ibu sedang mengalami perubahan
drastis yang sering memunculkan keluhan muntah – muntah, sehubungan dengan itu,
keluhan sulit tidur biasanya muncul karena sebab sebagai berikut :
• Stres
• Perubahan hormon
• Dihantui kecemasan
• Gangguan psikis
KOMPLIKASI EMOSIONAL
Masalah kesehatan jiwa dapat mengakibatkan komplikasi selama periode
kehamilan, kelahiran bayi, dan periode pascapartum. Stres psikologis dan fisik yang terkait
dengan kehamilan atau kewajiban baru sebagai ibu dapat juga mengakibatkan krisis
emosional (affonso,1984). Gangguan emosional terutama mengakibatkan komplikasi
kehamilan adalah gangguan mood.
Kesimpulan :
Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I, pada kehamilan trimester II,
pada kehamilan trimester III dapat disimpulkan sebagai berikut :
Trimester I
Terbuka atau diam-diam.
Perasaan ambivalent terhadap kehamilannya.
Berkembang perasaan khusus, mulai tertarik karena akan menjadi ibu.
Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak
menginginkan kehamilan.
Perasaan gembira.
Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu.
Menerima atau menolak perubahan fisik.
Trimester II
Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata.
Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia menerima dan menganggap
sebagai bagian dari dirinya.
Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun.
Mencari perhatian suami.
Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya.
Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan
bayinya.
Perasaan cenderung lebih stabil.
Trimester III
Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh
atau terjadi gangguan body image.
Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling atau
tidak menyenangi kondisinya.
6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas
terhadap kondisi bayi dan dirinya.
Adanya perasaan tidak nyaman.
Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan.
Menyibukan diri dalam persiapan menghadapi persalinan
F. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Gangguan Psikologis/Perilaku
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan-sekarang. Riwayat Obstetri
meliputi hal-hal di bawali ini :
1) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan.
4) jenis anestesi dan kesulitan persalinan.
5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hiperlensi, infeksi, dan perdarahan.
6) Komplikasi pada bayi.
7) Rencana menyusui bayi.
b. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk konirasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau keduanya.
Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didlapatkan pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
c. Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti DM, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu adanya penyakit infeksi, prosedur
infeksi dan trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok risiko tinggi
untuk masalah genelis seperti anemia sickle sel, talasemia).
2) Penyakit pada niasa kanak-kanak dan imunisasi.
3) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan jantung.
4) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan ccdera (pelvis dan pinggang).
5) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan tuberkulosis.
6) Riwayat dan perawalan anemia.
7) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
8) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan minuman ringan.
9) Merokok (Jumlah batang per hari).
10) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan risiko
terinfeksi toxoplasma.
11) Alergi dan sensitif dengan obat.
12) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
e. Riwayat keluarga.
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk penyakit kronis
(menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus dan jantung, infeksi seperti
tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat kongenital yang perlu dikumpulkan.
f. Riwayat kesehatan pasangan.
Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi. Penggunaan obat-obatan seperti kokain
dan alkohol akan berpengaruh pada kemampuan keluarga untuk menghadapi
kehamilan dan persalinan. Rokok yang digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada
ibu dan janin, terulama risiko mengalami komplikasi.
Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan
memengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada
posisi duduk dengan lengan sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat
posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
2) Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit. Takikardi bisa terjadi pada keadaan
cemas, hipertiroid, dan infeksi. Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk dapat
menentukan keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan masalah
sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
3) Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per menit. Takipnea
terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung. Suara napas hams
sama bilateral, ekspansi paru simetris, dan lapangan paru bebas dari suara napas
abdominal.
4) Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,6°C. Peningkatan suhu menandakan
terjadi infeksi dan membutuhkan perawatan medis.
b) Sistem Kardiovaskuler
1) Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan vena, yang
bisa berkembang menjadi varises. Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai,
vulva, dan rektum.
2) Edema
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah pada ekstremitas akibat
perpindahan cairan intravaskular ke ruang intertisial. Ketika dilakukan penekanan
dengan jari atau jempol menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut
pitting edema. Edema pada tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena
merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.
c) Sistem Muskuloskeletal
1) Postur
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan. Keadaan ini
mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai.
2) Tinggi dan berat badan
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat menentukan
kenaikan berat badan selama kehamilan. Berat badan sebelum konsepsi kurang dari
45 kg dan tinggi badan kurang dari 150 cm ibu berisiko melahirkan bayi prematur
dan berat badan lahir rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat
menyebabkan diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan, persalinan
seksio caesarea, dan infeksi postpartum.
3) Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan diameternya yang
berguna untuk persalinan per vaginam.
4) Abdomen
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus diukur jika
fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis. Kandung kemih harus dikosongkan
sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menetukan keakuratannya. Pengukuran
metode Mc Donald dengan posisi ibu berbaring.
d) Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki tanda
dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah. Pemeriksaan refleks tendon
sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan.
e) Sistem Integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis, jaundice
menandakan gangguan pada hepar, lesi, hiperpigmentasi seperti cloasma gravidarum,
serta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie perlu dicatat. Penampang kuku
berwarna merah muda menandakan pengisian kapiler baik.
f) Sistem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan
menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
g) Sistem Gatsrointestinal
1) Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir bebas dari ulserasi, gusi
berwarna kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan estrogen yang
menyebabkan hiperplasia. Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan ke dokter
gigi secara teratur karena penyakit periodontal menyebabkan infeksi yang memicu
terjadinya persalinan prematur. Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk
melakukan perawatan gigi.
2) Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk ibu
hamil. Bising usus bisa berkurang karena efek progesteron pada otot polos, sehingga
menyebabkan konstipasi. Peningkatan bising usus terjadi bila menderita diare.
h) Sistem Urinarius
1) Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal ini
menandakan adanya kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada
kehamilan.
2) Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada ibu hamil.
Glukosa dalam jumlah yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah.
3) Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat atau pemasukan
cairan dan makanan yang tidak adekuat.
4) Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih yang biasa
terjadi pada ibu hamil.
i) Sistem reproduksi
1) Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi puling, dan pengeluaran kolostrum perlu
dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada payudara membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut.
2) Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva, dan anus perlu diperiksa dari
eksoriasi, ulserasi, lesi, varises, dan jaringan parut pada perineum.
3) Organ reproduksi internal
Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan berwarna merah
kebiruan pada ibu hamil yang disebut tanda Chadwik.
G. Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II
1. Pembagian perubahan psikologis pada trimester II
Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase; prequickeckening (sebelum adanya
pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah adanya pergerakan janin
yang dirasakan oleh ibu), yang dapat dilihat pada penjelasan berikut :
a. Fase prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa preqiuckening pada trimester kedua, ibu
hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalammya dengan ibunya yang
telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan
interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan
hubungan dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa
hormat yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya sikap yang negatif,
maka ia akan menolaknya. Perasaan menolak terhadap sikap negatif ibunya akan
menyebabkan rasa bersalah pada dirinya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal
tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang
terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima
kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu).
Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya
sebagai ibu yang memberikan kasih sayang kepada anak yang akan dilahirkannya.
Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama
trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
b. Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan muncul.
Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai
seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya
sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita
karir. Ibu harus diberikan pengertian bahwa ia tidak harus membuang segala peran yang ia
terima sebelum kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran baru artinya bagaimana ia
menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain dan bagaimana bila nanti ia harus
meninggalkan rumahnya untuk sementara pada proses persalinan. Pergerakan bayi yang
dirasakan membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya adalah individu yang terpisah
dari dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan fokus pada bayinya. Pada saat ini, jenis
kelamin bayi tidak begitu dipikirkan karena perhatian utama adalah kesejahteraan janin
(kecuali beberapa suku yang menganut sistem patrilineal/matrilineal).
I. Diagnosa keperawatan
Ansietas berkurang,
1. Sediakan lingkungan dibuktikan dengan menunjukan
yang tidak mengancam, keterampilan interaksi sosial
dan dorong klien untuk1. Tindakan ini mendorong yang efektif.
bertanya tentang klien untuk bertanya Menunjukkan kontrol ansietas,
seksualitas pribadi. tentang hal khusus yang seperti : mempertahankan
berkaitan dengan penampilan peran.
2. Berikan kesempatan keadaan saat ini. Meneruskan aktivitas yang
klien mengungkapkan2. Tindakan ini dibuthkan meskipun ada
perasaan secara terbuka meningkatkan kecemasan.
dalam lingkungan yang komunikasi dan
tidak mengancam. pemahaman diantara
3. Anjurkan klien untuk klien dan pemberi
mendiskusikan asuhan.
keluhannya dengan3. Untuk berbagi keluhan Klien mengakui adanya
suami atau istri atau dan memperkuat masalah atau kemungkinan
pasangan. hubungan masalah dalam fungsi seksual
4. Berikan dukungan untuk Klien menyatakan perasaan
suami atau istri atau4. Mengkomunikasikan mengenai perubahan seksualitas
pasangan keluhan perhatian dan Klien mengungkapkan
penerimaan pemahaman mengenai penyebab
disfungsi seksual.
Klien mengungkapkan
keinginan untuk mendapatkan
konseling.