cutwilda47@gmail.com
ABSTRAK:
1
PENDAHULUAN :
2
maksimal. Kesehatan mental muncul sementara waktu, yaitu sekitar
merupakan aspek penting dalam dua hari hingga dua minggu sejak
mewujudkan kesehatan yang kelahiran bayi atau biasa disebut
menyeluruh. Namun di sebagian besar dengan postpartum blues. Masyarakat
negara berkembang, masalah umum menyebutnya dengan baby blues
kesehatan mental belum diprioritaskan atau maternity blues (Dahro, 2012).
apabila dibandingkan dengan penyakit Postpartum Blues atau biasa disebut
menular. Regulasi, kebijakan kesehatan Baby Blues merupakan sebuah
mental dan implementasinya di gangguan yang dialami oleh seorang ibu
Indonesia masih diikuti oleh pasca kelahiran. Gangguan tersebut
kesenjangan yang luas terkait dengan dapat berupa perasaan sedih, cemas,
masalah cakupan dan akses pada gangguan tidur, ketidakmampuan
pelayanannya (Ayuningtyas, dkk., 2018; menyesuaikan diri dengan kondisi pasca
Ridlo & Zein, 2015). Dari data PPSI persalinan, hingga perasaan tidak suka
(Postpartum Support International) dengan bayinya. Baby Blues biasanya
terungkap bahwa pasca persalinan memuncak pada hari ke-3 hingga ke-5
adalah masa yang rentan pada wanita pasca persalinan.
untuk mengalami penurunan angka
kesehatan mentalnya, dimana ditandai Baby Blues juga termasuk
dengan perasaan sedih dan depresi, depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu
lebih sensitif untuk marah pada orang setelah melahirkan yang dimana disertai
disekitarnya, kesulitan untuk bonding dengan gejala penyertanya. Baby Blues
dengan bayinya, mudah cemas dan disebabkan oleh banyak hal, bisa dari
panik, mengalami gangguan makan faktor biologi dan bisa dari faktor
atau gangguan tidur, selalu memikirkan emosional. Pada saat bayi lahir, akan
perasaan yang menjengkelkan, lepas terjadi perubahan kadar hormon secara
kendali, khawatir tidak dapat menjadi ibu tiba-tiba dalam tubuh ibu, sehingga
yang baik, dan dapat melukai dirinya kadar hormon tersebut ada yang turun
dan bayinya. dengan cepat, dan ada juga yang naik
dengan cepat. Pada perubahan kadar
Setiap ibu atau wanita pasti hormor- hormon dalam waktu singkat
mempunyai reaksi emosi yang berbeda- tersebut dan terjadi secara mendadak
beda dalam menghadapi masa hamil, hal inilah salah satu pemicu timbulnya
persalinan, dan nifas. Perubahan emosi Baby Blues. Banyak sekali ibu-ibu hamil
yang terjadi seperti mengalami yang tidak tahu, dan tidak
kesedihan atau kemurungan, mudah mempersiapkan diri untuk menghadapi
cemas tanpa sebab, menangis tanpa kelelahan pada saat melahirkan. Rasa
sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, lelah yang berlebihan tersebut juga
sensitif atau mudah tersinggung, serta merupakan salah satu faktor penyebab
merasa kurang menyayangi bayinya. timbulnya Baby Blues. Dari beberapa
Perasaan-perasaan ini biasanya kasus sangat sering ditemui ada ibu-ibu
3
yang sebetulnya dia tidak suka atau tidak ingin lagi untuk melahirkan.
4
dukungan yang diberikan kepada ibu a. Postpartum blues adalah priode
primipara untuk mengurangi dampak dimana terjadi pada hari pertama
munculnya postpartun sindrom. sampai sepuluh hari setelah
persalinan dan hanya bersifat
sementara dengan gejala gangguan
Ada 3 fase Perubahan psikologis mood, rasa marah, mudah
pada masa nifas, antara lain : menangis (tearfulness), sedih
(sadness) nafsu makan menurun
1.Fase taking in adalah sebuah periode (appetite), sulit tidur (Pillitteri, 2003;
ketergantungan selama hari pertama Lynn & Piere, 2007). Keadaan ini
sampai hari kedua dengan fokus pada akan terjadi hanya beberapa hari
diri sendirinya dan ibu menjadi lebih saja setelah persalinan dan
pasif terhadap lingkungan. biasanya perlahan lahan akan
menghilang dalam beberapa hari,
2. Fase taking hold, berlangsung selama
dimana hal ini dianggap sebagai
tiga sampai sepuluh hari, dalam fase ini
suatu kondisi yang normal terkait
ibu merasa khawatir akan
dengan adaptasi psikologis
ketidakmampuannya dan rasa
postpartum. Apabila memiliki faktor
tanggung jawabnya terhadap proses
predisposisi dan pemicu lainnya
merawat bayinya nanti. Ibu memerlukan
maka hal ini bisa berlanjut menjadi
dukungan dari berbagai pihak terutama
depresi postpartum (Wong, 2002).
keluarganya bahwa ibu mampu untuk
b. Depresi postpartum adalah suatu
merawat bay inya.
gangguan mood yang terjadi pasca
3. Fase letting go adalah fase yang persalinan dan merefleksikan
dimana ibu sudah mulai menerima disregulasi psikologikal yang
tanggung jawab akan peran barunya merupakan tanda gejala depresi
sebagai ibu. ibu sudah mulai mampu mayor. Namun dampak dari depresi
menyesuaikan diri dengan kondisi postpartum tidak hanya
dirinya juga kondisi bayinya. berpengaruh pada peran ibu, namun
juga berdampak kepada anak dan
Jenis gangguan psikologis ibu keluarganya. Ibu yang mengalami
postpartum Menurut Diagnostic and depresi ini akan kehilangan minat
statistical Manual of Mental Disorder dan ketertarikan terhadap bayinya.
(American Psychiatric Association, Ibu hanya sedikit merespon positif
2000) tentang tanda resmi mengenai misalnya seperti pada saat bayinya
pengkajian dan diagnosis penyakit menangis, tatapan matanya,
psikiatri, bahwa gangguan yang dikenali ataupun gerakan tubuh. Sehingga
selama periode postpartum memiliki akhirnya ibu tidak mampu merawat
dimana 3 bagian, yaitu: bayinya secara maksimal termasuk
menjadi malas atau enggan
memberikan ASI secara langsung.
5
Pada kondisi yang paling berat ibu Cara Pencegahan Postpartum
dapat membunuh bayinya sendiri, Blues. Hal yang terbaik dalam
kondisi ini dinamakan dengan menangani kasus depresi
psikosis pascapartum. postpartum adalah kombinasi antara
c. Psikosis Postpartum merupakan psikoterapi, dukungan sosial dan
gangguan yang paling serius medikasi seperti anti depresan.
dimana seorang ibu dengan kondisi Suami dan anggota keluarga yang
ini mengalami gejala psikotik lain harus dilibatkan dalam tiap sesi
(kesulitan membedakan realitas dan konseling, sehingga dapat dibangun
fantasi) hal ini terjadi dalam waktu 3 pemahaman dari orang orang
minggu pasca persalinan. Gejala terdekat ibu terhadap apa yang
yang muncul dapat berupa dirasakan dan dibutuhkan.
keyakinan yang salah (delusi), Beberapa intervensi berikut dapat
halusinasi (melihat atau mendengar membantu seseorang wanita
hal-hal yang tidak ada), atau terbatas dari ancaman depresi
keduanya. Kondisi ini berakitan erat setelah melahirkan :
dengan gangguan perasaan seperti
depresi, gangguan bipolar, atau 1) Ibu mempelajari diri sendiri.
psikosis. Gejala ini juga dapat Ibu mempelajari dan mencari
berupa gangguan tidur, agitasi, dan informasi mengenai depresi
perubahan suasana hati. Seorang Postpartum, sehingga pasca
ibu dapat mengalami perbaikan peralinan ibu dapat sadar terhadap
psikosis sesaat, namun hal itu kondisi ini, sehingga Apabila terjadi
ternyata hanya "mengelabui" tenaga ibu bisa segera mendapatkan
kesehatan dan pengasuh akan konsultasi dan bantuan secepatnya.
berpikir bahwa ibu telah pulih,
namun sebenarnya ibu dapat terus 2) Ibu harus tidur dan makan yang
menjadi sangat tertekan dan sakit. cukup. Ibu harus memiliki nutrisi
Bahkan setelah periode singkat cukup penting untuk kesehatan,
tampak baik, namun untuk ibu yang sebisa mungkin ibu melakukan
memiliki psikosis postpartum usaha yang terbaik dengan makan
mereka akan berpikiran untuk dan tidur yang cukup. Keduanya
menyakiti bayi mereka. Jika hal ini penting selama periode Postpartum
tidak segera ditangani, depresi dalam kehamilan.
psikosis postpartum akan memiliki
kemungkinan tinggi kambuh 3) Olahraga
kembali. Baik itu setelah masa Olahraga adalah kunci untuk
postpartum dan juga pasca mengurangi postpartum. Lakukan
persalinan anak-anak lain. peregangan selama 15 menit
dengan berjalan setiap hari, hal ini
dapat membuat ibu merasa lebih
6
baik dan menguasai emosi
berlebihan dalam diri dirinya.
7) Ibu mempersiapkan diri dengan
4) Hindari perubahan hidup sebelum baik. Ibu bisa mengikuti Ikuti kelas
atau sesudah melahirkan. Jika senam hamil atau yoga hamil yang
memungkinkan, hindari membuat akan sangat membantu serta buku
keputusan besar seperti membeli atau artikel lainya yang diperlukan
rumah atau pindah kerja, sebelum untuk mempersiapkan diri. Kerena
atau setelah melahirkan. Tetaplah senam hamil atau yoga hamil akan
hidup secara sederhana dan sangat membantu dalam
menghindari stress, sehingga dapat mengetahui berbagai informasi
segera dan lebih mudah yang diperlukan Sehingga nantinya
menyembuhkan Postpartum yang ibu tidak akan terkejut pra
diderita. persalinan dan setelah keluar dari
kamar bersalin. Jika ibu mengetahui
5) Ibu haruslah memberitahukan apa yang diinginkan, maka
mengenai perasaaannya. Ibu tidak pengalaman traumatis saat
perlu takut untuk berbicara dan melahirkan akan dapat dihindari
mengekpresikan perasaan yang ibu oleh ibu.
inginkan dan butuhkan demi
kenyamanan ibu sendiri. Jika ibu 8) Ibu bisa melakukan sedikit
merasa memiliki masalah dan pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan
merasa tidak nyaman terhadap rumah tangga sedikitnya dapat
sesuatu, segera beritahukan pada membantu ibu untuk melupakan
pasangan atau orang terdekat. golakan perasaan yang terjadi
selama periode postpartum. Kondisi
6) Dukungan ibu yang belum stabil, dapat
Ibu sangat memerlukan keluarga dicurahkan dengan memasak atau
dan orang lain karena mereka membersihkan rumah.
sangat diperlukan dalam
memberikan dukungan kepada ibu. 9) Dukungan emosional.
Dimana dukungan dari keluarga Dukungan emosi dari lingkungan
atau orang yang ibu cintai selama dan juga keluarga, akan sangat
melahirkan sangat diperlukan. Ibu di membantu ibu dalam mengatasi
anjurkan untuk menceritakan pada rasa frustasi yang menjalar. Ibu
pasangan, orang terdekat ibu, atau dapat menceritakan kepada mereka
siapa saja yang bersedia menjadi bagaimana perasaan serta
pendengar yang baik. Ibu harus perubahan kehidupan ibu, sehingga
meyakinkan dirinya, bahwa mereka ibu dapat merasa lebih baik
akan selalu berada di sisi ibu setelahnya.
disetiap ibu mengalami kesulitan.
7
Tenaga kesehatan, khususnya baru kita bisa menanyakan apa
bidan yang sedang memberikan yang membuat dia begitu sedih. Di
pelayanan kepada ibu yang habis sini sangat dibutuhkan bidan yang
melahirkan, baik di rumah sakit, dimana berperan sebagai konselor,
klinik, puskesmas, ataupun di agar ibu tersebut terbebas dari
praktek mandiri haruslah diberikan masalah yang dirasakannya. Ibu-ibu
istirahat dan ketenangan yang yang sedang mengalami Baby Blues
banyak kepada ibu yang telah sangat memerlukan ketenangan dan
melahirkan. Ini merupakan hal yang istirahat yang banyak agar Baby
sangat penting bagi ibu-ibu yang Blues yang di alami ibu cepat hilang.
baru saja selesai menjalani Hal penting lain yang harus
persalinan. Sebagai tenaga diketahui tenaga kesehatan
kesehatan, khususnya bidan terutama bidan, khususnya para
hendahlah memberikan ibu-ibu yang bidan yang sering berhadapan
selesai bersalin waktu dan dengan ibu yaitu dimana banyak di
kesempatan untuk istirahat dalam antara ibu-ibu yang habis
keadaan tenang yang banyak, melahirkan ini sangat sensitiv,
batasi dan atur jumlah tamu dan jam tentang kata-kata atau perkataan
tamu berkunjung, serta jangan yang di ucapkan bidan. Oleh karena
biarkan tamu berkunjung hal tersebut para bidan haruslah
terlalulama. Jika ditemui ibu-ibu memberikan pelayanan yang baik,
menderita Baby Blues setelah ramah, cepat, menyenangkan ibu,
melahirkan, di mana dia merasa serta selalu memperlihatkan perilaku
sangat sedih dan menangis, maka yang baik dan rasa empati yang
sebagai tenaga kesehatan, para tinggi terhadap ibu-ibu yang habis
bidan khususnya, sebaiknya kita bersalin tersebut. Jangan sampai
merawat ibu tersebut dengan sekali-kali bidan sampi berkata-kata
ruangan yangterpisah atau ruangan kasar, menyakitkan, judes, tidak
khusus, dan selanjutnyamembiarkan sopan, menyindir, memaksakan,
saja ibu ini menangis dalam memerintah dengan kasar, dan lain-
ketenangan, tetapi tetap dalam lain sebagainya.
pengawasan. Biarkan saja ibu ini Dalam memberikan pelayanan
menangis dan meluapkan semua kepada ibu pasca persalinan, bidan
emosinya sampai reda, tidak perlu harus menggunakan asuhan yang
disuruh berhenti nangisnya. Kita berupa memantau keadaan fisik,
baru bisa memberikan bantuan psikologis, spiritual, memberikan
setelah dia tidak menangis, dan pendidikan serta memberikan
tidak emosi lagi. Pada saat inilah, penyuluhan secaraterus-menerus.
baru ibu tersebut bisa Bidan juga harus memberikan
mendengarkan apa yang kita edukasi kepada masyarakat, dimana
bicarakan. Jika ibu sudah tenang masyarakat harus diberikan
8
pemahaman bahwa proses pasti akan selalu ada untuk kamu”,
melahirkan dan memiliki anak tidak kata kata seperti itu menurut
bisa diukur sama pada semua ibu, pengamatan peneliti lebih mudah
karena tiap orang punya kondisi diterima ibu yang sedang dalam
khusus yang membutuhkan tekanan emosi dibandingkan kata
penanganan khusus. Yang sangat kata motivasi yang justru dapat
perlu diperhatikan saat penanganan dikesankan menyalahkan dan
Ibu dengan kondisi seperti ini merendahkan dirinya. Maka dari itu
adalah dimana orang sekitar tidak sangat di perlukan kepekaan dan
memaksakan kehendak melalui pemahaman mengenai ibu dengan
nasihat dan kata kata mutiara yang kondisi ini.
dapat dikesankan menghakimi,
misalnya dengan mengatakan
“kamu harus lebih banyak KESIMPULAN:
beribadah” , “kamu harus lebih Baby blues adalah gangguan
banyak berdzikir”, “kamu harus depresi ringan yang muncul pasca
lebih kuat” dan ucapan yang persalinan dan pada umumnya akan
sebenarnya ditujukan untuk menghilang dalam waktu antara
menyemangati, namun dapat beberapa jam sampai sepuluh hari
ditanggapi negatif oleh ibu yang atau lebih. Namun, pada beberapa
sedang mengalami tekanan, hal ini kasus ada yang mengalami sampai
diistilahkan sebagai Toxic positivity. minggu atau bulan kemudian dapat
berkembang menjadi keadaan yang
Seharusnya orang terdekat lebih berat untuk ibu yang
haruslah lebih banyak mengalami Baby Blues, karena
mendengarkan keluhan Ibu dengan minat dan ketertarikan ibu terhadap
kondisi Baby Blues, karena dengan bayi berkurang. Ibu juga akan
memberikan perhatian dan mengalami kesulitan dalam merawat
pemakluman kepada ibu, serta bayinya secara optimal dan tidak
mengarahkan Ibu dengan bersemangat dalam menyusui,
menggunakan kata kata ajakan sehingga kebersihan maupun
biasanya akan lebih mudah diterima kesehatan serta tumbuh kembang
dan di pahami oleh ibu, misalnya bayi juga tidak optimal seperti
seperti dengan berkata “Saya tau semistinya. Kesiapan ibu juga
kamu sudah berjuang sangat keras”, merupakan salah satu faktor yang
atau “kamu pasti lelah, makan dulu menyebabkan terjadinya Baby Blues
yuk biar bertenaga”, “kamu hebat syndrome. Dalam kondisi ini
sekali, keren banget kamu”, “ayo kesiapan ibu mempunyai hubungan
kita sholat bersama” atau melalui dengan Baby Blues Syndrome dan
kata kata simpatik “Kalau kamu kejadian baby blues syndrome. Hal
butuh apa apa beri tau saya”, “saya ini dikarenakan jika seorang ibu
9
yang merasa tidak siap akan keluarga maupun orang di sekitar
kehamilannya seperti kehamilan ibu yang baru saya melahirkan
yang tidak diinginkan atau tidak sangat di harapkan untuk tidak
direncanakan akan mempengaruhi menanyakan hal hal yang sensitiv
kesiapan menjadi orang tua dan kepada ibu. selanjutnya
akan mempengaruhi kondisi memperkaya artikel ini berdasarkan
psikologisnya. studi kepustakaan yang dimana
sangat bergantung dengan ebook
SARAN: serta jurnal sebagai acuannya.
Sebaiknya bidan dapat Semoga kedepannya pembahasan
memberikan pelayanan asuhan mengenai pembahasan ini dapat
pada ibu tanpa melakukan lebih optimal dengan
pembedaan dari segi selain memnngunakan metode penelitian
diagnosanya karena seluruh ibu secara praktik.
yang mengalami proses kehamilan
hingga nifas dapat berpotensi untuk
mengalami gangguan psikologis
khususnya yang sesuai dengan DAFTAR PUSTAKA:
pembahasan yang ada pada di atas
yaitu adalah Baby Blues. Dan untuk
ARIESYA, TALITHA META. “PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BAGI CALON IBU DAN
AYAH TENTANG PENTINGNYA BABY BLUES SYNDROME.” e-Proceeding Of Art &
Design, 2018: 735-764.
Chelsea, Maria. “Mengenal Pentingnya Menjaga Kesehan Mental .” TarFomedia, t.thn.: 54-58.
Dila Oktaputrining, Susandi C., Suroso Suroso. “Post Partum Blues: Pentingnya Dukungan
Sosial Dan Kepuasan .” Psikodimensia, 2017: 151-157.
Etty Komariah Sambas, Reykha Novia, Soni Hersoni. “FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN BABY
BLUES PADA IBU .” Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, Februari 2022: 147-156.
Febri Purnaningsari, Maryatun, Eska Dwi Prajayanti. Penanganan Depresi Ringan. Boyolali:
universitas Aisyiyah Surakarta, Juli 2020.
Indrawati Aris Tyarini, Dewi Candra Resmi. “PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANG
TERDEKAT DALAM MEMINIMALISIR .” Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2020: 48-55.
10
Sopiatun Nadariah, Nining Febriyana, Dewi Izzati Budiono. “Hubungan Karakteristik Ibu
Primpara Dengan Terjadinya Baby Blues.” Indonesian Midwifery and Health Sciences
Journal, September 2019: 278-286.
Suryati. “The Baby Blues And Postnatal Depression.” studi literatur, 2008: 191-193.
11