Anda di halaman 1dari 6

Baby Blues Syndrome Vs Postpartum Depression

Oleh : Amanda
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tadulako (UNTAD) Palu
email : amandaputry595@gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini menjelaskan bagaimana seorang wanita atau ibu mengalami Babyblues dan
Postpartum blues. Selama masa nifas, kurang lebih 80% wanita akan mengalami
berbagai gangguan perasaan, hal ini jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan
segera akan berlanjut menjadi postpartum blues, postpartum depression hingga psikosis
postpartum. Postpartum blues adalah suatu bentuk gangguan akibat perasaan
penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul pada hari pertama sampai hari
keempat belas setelah proses persalinan. Baby blues syndrom merupakan perasaan
depresi yang muncul setelah melahirkan. Ibu biasanya mengalami perasaan cemas
berlebihan, sedih hingga merasakan kekhawatiran yang berkepanjangan setelah buah
hatinya hadir ke dunia. Tentu saja hal tersebut bagi sebagian orang menganggap sesuatu
yang sedikit aneh, karena pada umumnya ibu akan merasa bahagia ketika memiliki
seorang bayi yang lucu. Faktanya sebagian besar di seluruh dunia mengalami sindrom
setelah melahirkan. Baby blues syndrome atau dikenal juga dengan Postpartum Distress
Syndrome keadaan dimana akan muncul saat setelah melahirkan. Keadaan ini umumnya
akan berlangsung selama 14 hari pertama pasca melahirkan, dan 3-4 hari pertama
seringkali yang tersulit (Ernawati, D, et all., 2020).
Kata Kunci : Baby Blues Syndrome, Pospartum Depression

PENDAHULUAN
Suatu keadaan pasca melahirkan akan memberikan dampak positif hingga dapat pula
memberikan rasa stress. Stress yang berlangsung pada wanita pasca melahirkan sangat
berkaitan dengan permasalahan adaptasi diri selaku seseorang ibu baru, baik raga atau
intelektual. Oleh karena itu, stress bisa sangat mempengaruhi kondisi pada emosi
seseorang, hingga wanita sesudah melahirkan sangat rentan pada bermacam macam
kendala penuh emosi. Hambatan emosional ini bisa timbul seperti emosi- emosi, mudah
marah, pilu serta sensitif. Hambatan suasana perasaan biasanya ditemui pada masa
setelah kelahiran. Hambatan perasaan ini bisa berwujud ringan seperti baby blues
syndrom hingga berat seperti postpartum depression. Postpartum depression ialah salah
satu kondisi kendala suasana perasaan yang lebih berat dibanding babyblues syndrome,
serta bisa mengusik ibu dalam melaksanakan peranan serta kedudukannya mengurus
anak (Nurul, Q, S, et all., 2019).

Reaksi dari keletihan itu biasanya diinterpretasikan lewat perasaan tidak suka yang
dibawa semenjak mengandung karena tidak mudah bagi seorang ibu menyambut adanya
seseorang anak. Sindrom hambatan mental ringan yang meliputi tekanan mental yang
dirasakan oleh seorang ibu pasca melahirkan biasanya tidak disangka, serta bisa jadi
justru terbengkalai, akibatnya tidak terdiagnosis serta tidak diintervensi seperti
semestinya, hal ini bisa membuat permasalahan jadi lebih susah, kurang membuat ceria,
menciptakan perasaan kurang aman untuk ibu nifas, hingga permasalahan ini dapat jadi
lebih kompleks menadi tekanan mental serta psikosis sesudah melahirkan. Akibatnya
bisa terus menjadi buruk (Nurul, Q,S, et all., 2019).

Postpartum depression ditandai dengan adanya atmosfer perasaan terhimpit maupun


pilu, lenyapnya ketertarikan atau keceriaan dalam berkegiatan, kurangnya nafsu makan,
tidur menadi terganggu, keresahan badan atau terjadi pelambatan pada psikomotor, rasa
lesu dan perasaan tidak berguna, kesulitan dalam berpikir serta dengan keseriusan yang
terus menjadi lama semakin memberat. Pada penderita postpartum depression yang
berat juga bisa dilihat terdapatnya kemauan untuk bunuh diri hingga dapat menyakiti
bayinya sendiri (Elsharon, W, B, dan Diah, A, K., 2021).

METODE PENELITIAN
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dukungan sosial yang merupakan
variabel bebas dan postpartum depression yang merupakan variable tergantung. Dalam
penelitian ini, yang merupakan dukungan sosial mengarah pada kesenangan yang
dirasakan, kenyamanan, kepedulian, serta bantuan dari orang lain maupun kelompok
sosial. Maka dari itu, semakin tinggi skor yang dapatkan maka semakin tinggi dukungan
sosial yang diberikan oleh ibu pasca melahirkan, tetapi semakin rendah skor yang
didapatkan maka semakin rendah dukungan sosial yang diberikan pada ibu pasca
melahirkan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional, dimana penelitian
menggunakan metode statistik yang engukur pengaruh antara dua variabel (Elsharon,
W, B, dan Diah, A, K., 2021).

HASIL
The Baby Blues merupakan depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu dalam masa
beberapa jam pasca melahirkan, sampai beberapa hari setelah melahirkan, dan
kemudian akan hilang dengan sendirinya jika diberikan pelayanan psikologis yang baik
dan benar. Baby Blues termasuk dalam depresi yang ringan, dimana terjadi pada ibu-ibu
pasca melahirkan, biasanya ditandai dengan seorang ibu mengalami perasaan sangat
sedih tanpa sebab yang jelas, disertai dengan gejala (Pratiwi, K, dan Rusinani, D,.
2020).

Gejala yang dapat dialami oleh penderita baby blues /potpartum blues ialah emosi yang
berlebihan disertai perasaan sedih yang mendalam, sering menangis dengan alasan yang
tidak jelas, mudah merasa khawatir, cemas, tegang, mudah tersinggung, sensitive,
kurang konsentrasi, serta tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi kelelahan pada
saat melahirkan. Rasa lelah yang berlebihan tersebut merupakan salah satu faktor
penyebab timbulnya baby blues. Beberapa contoh kasus ditemui terdapat ibu yang
mengalami baby blues / postpartum blues karena sebetulnya ibu tidak suka atau tidak
mau lagi untuk mepunyai anak dan tidak ingin lagi melahirkan, hal tersebut diakibatkan
perubahan rutinitas karena merawat bayi. Kelelahan atau keletihan yang dialami ibu
pada saat menyusui serta begadang merawat bayi, sebagian bayi baru lahir memiliki jam
tidur yang terbalik, bayi akan tidur disiang hari dan terjaga di malam hari. Bayi yang
baru lahir biasanya akan sering meyusu karena bayi memiliki lambung yang berukuran
kecil, hal tersebut membuat jam istirahat ibu menjadi terganggu, fisik yang lelah
membuat psikisnya terpengaruh sehingga rentan mengalami baby blues. Kecemasan,
serta perasaan ibu yang tidak siap dan tidak mampu merawat bayinya juga
mempengaruhi munculnya baby blues syndrome, kurang mendapat dukungan suami,
keluarga maupun lingkungan sekitar juga dapat mengakibatkan timbulnya baby blues
syndrome (Pratiwi, K, dan Rusinani, D,. 2020).

Peran tenaga kesehatan untuk membantu ibu yang mengalami baby blues yaitu dengan
memberikan pelayanan yang baik kepada ibu pasca melahirkan, baik di rumah sakit, di
klinik, di puskesmas, maupun di tempat praktek bidan swasta hendaknya memberikan
kesempatan ibu untuk beristirahat dan mengupayakan keadaan yang kondusif dengan
membatasi dan mengatur jumlah tamu dan jam tamu berkunjung, hal ini karena
biasanya ibu yang mengalami baby blues butuh banyak beristirahat agar kondisinya
cepat pulih dan baby blues segera teratasi. Selain itu, tenaga kesehatan juga dapat
memberikan edukasi kepada anggota keluarga agar memberikan perhatian bukan hanya
kepada bayinya namun juga kepada ibunya. Anggota keluarga dianjurkan untuk
menciptakan situasi rumah yang kondusif agar ibu tetap merasa nyaman dan dapat
beristirahat, selain itu penting memberikan pengertian kepada suami dan seluruh
anggota keluarga untuk membantu ibu dalam perawatan bayi baru lahir, termasuk
membantu ibu begadang jika malam hari bayi terbangun, sehingga beban yang
dirasakan oleh ibu bisa teratasi dan menjadi lebih ringan (Pratiwi, K, dan Rusinani, D,.
2020).

Baby blues bisa terjadi pada ibu pasca melahirkan lebih dari satu kali. Baby blues
biasanya dirasakan dua sampai tiga hari pasca melahirkan, selanjutnya akan perlahan-
lahan membaik, dan normalnya akan hilang dalam dua minggu. Dengan memberikan
penanganan yang tepat semestinya baby blues dapat cepat teratasi, namun jika lebih dari
2 minggu masalah baby blues masih belum teratasi, maka ibu bisa mengalami depresi
postpartum. Dengan demikian, perlu digaris bawahi bahwa baby blues syndrome
merupakan hal normal namun jika tidak tertangani dengan baik maka g ejala bisa
meningkat kapan saja menjadi depresi postpartum (postpartum depression) (Pratiwi, K,
dan Rusinani, D,. 2020).

Depresi Postpartum/Posnatal Depression adalah keadaan terganggunya fungsi


psikologis ibu pasca melahirkan, dimana hal ini berkaitan dengan perasaan sedih yang
berlebihan, serta diikuti dengan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya
sampai muncul pikiran untuk bunuh diri (Pratiwi, K, dan Rusinani, D,. 2020).

KESIMPULAN
Babyblues syndrome adalah keadaan yang dirasakan oleh seorang ibu yang baru saja
melahirkan, efef yang biasa diberikan berupa perasaan sedih tanpa alasan yang jelas,
emosional yang berlebihan, mudah merasa tersinggung atau sensitif, mood yang
seringkali berubah. Kondisi ini biasanya muncul pada hari ke-2 atau ke-3
pascapersalinan. Postpartum depression ialah depresi yang terjadi pascapersalinan, dan
dapat beresiko tinggi terkena depresi besar di masa mendatang. Gejala yang biasa
dirasakan yaitu insomnia, kurangnya nafsu makan, mudah marah yang intens, kesulitan
membangun ikatan dengan bayinya, hingga bisa sampai menyakiti bayinya sendiri.

Keadaan Babyblues syndrome dan Pospartum depression, bila tidak ditangani dan
diterapi dengan segera akan memberikan efek jangka panjang. Sehingga penaganannya
bisa dimulai dari keluarga dan suami maupun orang terdekat. Dalam permasalahn ini,
tenaga kesehatan juga mempunyai peranan penting dalam kepulihan ibu, diantaranya
dapat memberikan konseling, terapi antidepresan, serta diberikan terapi hormon.

Hal tersebut perlu dilakukan bagi suami, keluarga, orang terdekat maupun tenaga
kesehatan agar tidak terjadinya dampak negatif terhadap ibu dan bayi. Sehingga ibu dan
bayi bisa menjalin hubungan yang lebih baik, seperti layaknya seorang ibu dan anak
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Elsharon, W, B, dan Diah, A, K., (2021). Dukungan Sosial Dan Postpartum Depression
Pada Ibu Suku Jawa. Psychopreneur Journal : 5 (2) : 68-79.

Ernawati, D, et all., (2020). Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Postpartum Di RS


PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Ners dan Kebidanan : Vol. 7, No. 2.

Nurul, Q, S, et all., (2019). Pendampingan Ibu Early Post-Partum “Cegah Pp Blues


Dengan Dass 21” Di Bpm Lukluatun Mubrikoh. Jurnal Paradigma : Vol. 1, No. 2.

Pratiwi, K dan Rusinani, D., (2020). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Dalam Siklus
Hidup Wanita. Yogyakarta : CV BUDI UTAMA.

Anda mungkin juga menyukai