Nim 201902015
Waktu : 60 menit
Materi :
Kegiatan :
Materi
Kegiatan
1.Pembukaan (5 menit)
4.Penutup (5 menit)
Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu sudah dimulai sejak awal kehamilan. Wanita hamil akan
mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood
seperti sering menangis, lekas marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang
merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan
ibu yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi yang dikandungnya sebagai
bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi
perubahan peran yang sebentar lagi akan dijalani dari seorang wanita yang sebelumnya menjalani
fase sebagai seorang anak kemudian berubah menjadi istri dan sebentar lagi harus bersiap menjadi
ibu. Seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, perubahan tubuh yang dialami seorang wanita
seperti menjadi gemuk dan ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan tubuh juga akan
mempengaruhi kondisi psikologisnya.
Menjelang proses kelahiran, kecemasan seorang wanita akan meningkat. Gambaran tentang
proses persalinan yang didengarnya akan menambah kegelisahannya, dan kehadiran suami dan
keluarga yang menemaninya selama proses persalinan akan mengurangi ketegangan dan kecemasan
yang dialaminya.
Setelah persalinan, ibu kembali memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang
sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang
sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa
menumpahkan segala kasih sayang kepadanya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui,
mengganti popok saja tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang, sehingga
kasih saying ibu dapat terus terjaga.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab
bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir sehingga ia memerlukan dukungan positif dari
suami dan keluarganya.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:
1. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan . pada saat itu fokus pertahatian ibu terutama pada diri
sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini
membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungan.
· Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya missal jenis
kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lain-lain.
· Ketiknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal rasa mules karena
rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.
· Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan cenderung melihat
saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenernya hal tersebut bukan hanya
tanggung jawab ibu semata.
2. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah malahirkan. Pada fase
ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merwat diri dan
bayinya sudah meningkat.Fase Taking In
Postpartum Blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya
muncul sementara waktu yakni sekita dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai
gejala-gejala sebagai berikut:
• Tidak sabar
Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bias menjadi serius dan bisa bertahan dua minggu sampai
satu tahun dan akan berkelanjutan menjadi postpatum syndrome.cara mengatasi gangguan
psikologis pada nifas degan postpartum blues ada tiga cara yaitu:
3. Komunikasi Terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien
dalam rangka kesembuhannya dengan cara
Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesterone, prolaktin dan estriol yang terlalu
rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan ternyata estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim nonadrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada emosional seperti
payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, social ekonomi.
Stress dalam keluarga, seperti factor ekonomi memburuk, masalah dengan suami, problem dengan
orang tua dan mertua.
Stress yang dialami wanita itu sendiri missal karena ASI tidak mau keluar, dll.
Rasa memiliki terhadap bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan
kehilangan bayinya.
C. Depresi Berat
Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresif non psikotik pada kehamilan namun umumnya
terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran.
Depresi berat akan memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah mengalami
kelainan psikiatrik atau pernah mengalami pre menstruasi sindrom. Kemungkinan rekuren pada
kehamilan berikutnya.
Pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya tidak ditinggal sendirian di rumah
Insiden terjadinya Psikosis Post Partum adalah 1-2 per 1000 kelahiran. Pada kasus tertentu
sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala yang membahayakan seperti menyakiti diri
sendiri menyakiti diri sendiri atau bayinya. Gejala muncul umumnya dari beberapa hari sampai 4-6
minggu post partum.
1. Gangguan tidur
2. Cepat marah