Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama : Gita purwati

Nim 201902015

Topik : Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Hari/tgl : Minggu, 07-10-2012

Waktu : 60 menit

Peserta/sasaran : Pasangan suami istri dan Keluarga

Karakteristik : Pasangan suami istri, ibu hamil, orang tua

Materi :

Adaptasi psikologisdan fase-fase yang dialami ibu masa nifas

Gejala dan penatalaksanaan Post Partum Blues (Depresi sesudah melahirkan)

Gejala dan penatalaksanaan Depresi Berat

Gejala dan penatalaksanaan Psikosis Post Partum

Metode : Ceramah atau presentasi, diskusi

Media : Power point

Kegiatan :

Materi

Kegiatan

1.Pembukaan (5 menit)

Membuka pertemuan dengan mengucapkan salam

Menjelaskan tujuan umum dan khusus pertemuan

2.Proses (30 menit)

Isi materi penyuluhan:


Adaptasi psikologisdan fase-fase yang dialami ibu masa nifas

Gejala dan penatalaksanaan Post Partum Blues (Depresi sesudah melahirkan)

Gejala dan penatalaksanaan Depresi Berat

Gejala dan penatalaksanaan Psikosis Post Partum

3.Evaluasi (20 menit)

Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapat atau pertanyaan

Memberikan soal secara lisan kepada peserta

Peserta mengerti seluruh materi penyuluhan yang telah disampaikan.

4.Penutup (5 menit)

Penyuluh mengucapkan terima kasih kepada peserta

Mengucapkan salam penutup

Materi penyuluhan : terlampir


ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU DALAM MASA NIFAS

A. Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas

Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu sudah dimulai sejak awal kehamilan. Wanita hamil akan
mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood
seperti sering menangis, lekas marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang
merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan
ibu yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi yang dikandungnya sebagai
bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi
perubahan peran yang sebentar lagi akan dijalani dari seorang wanita yang sebelumnya menjalani
fase sebagai seorang anak kemudian berubah menjadi istri dan sebentar lagi harus bersiap menjadi
ibu. Seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, perubahan tubuh yang dialami seorang wanita
seperti menjadi gemuk dan ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan tubuh juga akan
mempengaruhi kondisi psikologisnya.

Menjelang proses kelahiran, kecemasan seorang wanita akan meningkat. Gambaran tentang
proses persalinan yang didengarnya akan menambah kegelisahannya, dan kehadiran suami dan
keluarga yang menemaninya selama proses persalinan akan mengurangi ketegangan dan kecemasan
yang dialaminya.

Setelah persalinan, ibu kembali memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang
sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang
sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa
menumpahkan segala kasih sayang kepadanya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui,
mengganti popok saja tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang, sehingga
kasih saying ibu dapat terus terjaga.

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab
bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir sehingga ia memerlukan dukungan positif dari
suami dan keluarganya.

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:

1. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan . pada saat itu fokus pertahatian ibu terutama pada diri
sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini
membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungan.

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :

· Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya missal jenis
kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lain-lain.

· Ketiknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal rasa mules karena
rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.

· Rasa bersalah karena belum bias menyusui bayinya.

· Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan cenderung melihat
saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenernya hal tersebut bukan hanya
tanggung jawab ibu semata.
2. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah malahirkan. Pada fase
ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.

3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merwat diri dan
bayinya sudah meningkat.Fase Taking In

B. Post Partum Blues (Depresi sesudah melahirkan)

Postpartum Blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya
muncul sementara waktu yakni sekita dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai
gejala-gejala sebagai berikut:

• Cemas tanpa sebab

• Menangis tanpa sebab

• Tidak sabar

• Tidak percaya diri

• Sensitif mudah tersinggung

• Merasa kurang menyayangi bayinya

Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bias menjadi serius dan bisa bertahan dua minggu sampai
satu tahun dan akan berkelanjutan menjadi postpatum syndrome.cara mengatasi gangguan
psikologis pada nifas degan postpartum blues ada tiga cara yaitu:

1. dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

2. dengan cara peningkatan suport

3. Komunikasi Terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien
dalam rangka kesembuhannya dengan cara

- mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

- ibu dapat memahami dirinya

- dapat mendukug tindakat konstruktif

Factor-faktor penyebab timbulnya post partum blues:

Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesterone, prolaktin dan estriol yang terlalu
rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan ternyata estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim nonadrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada emosional seperti
payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.

Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang komplek

Factor umur dan paritas (jumlah anak)

Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan

Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, social ekonomi.

Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami, keluarga dan teman).

Stress dalam keluarga, seperti factor ekonomi memburuk, masalah dengan suami, problem dengan
orang tua dan mertua.

Stress yang dialami wanita itu sendiri missal karena ASI tidak mau keluar, dll.

Kelelahan pasca melahirkan

Perubahan peran yang dialami oleh ibu

Rasa memiliki terhadap bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan
kehilangan bayinya.

Problem dengan anaknya yang pertama.

Kiat mengurangi resiko terjadinya depresi postpartum:

Ü Persiapan diri yang baik

Ü Olahraga dan nutrisi yang cukup

Ü Support mental dari lingkungan sekitar

Ü Ungkapkan apa yang dirasakan

Ü Mencari informasi tentang depresi postpartum

Ü Menghindari perubahan hidup yang drastic

Ü Melakukan pekerjaan rumah tangga

C. Depresi Berat

Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresif non psikotik pada kehamilan namun umumnya
terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran.

Gejala-gejala depresi berat:

Ø Perubahan pada mood

Ø Gangguan pola tidur dan pola makan

Ø Perubahan mental dan libido


Ø Fobia / ketakutan akan menyakiti diri sendiri dan bayinya.

Depresi berat akan memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah mengalami
kelainan psikiatrik atau pernah mengalami pre menstruasi sindrom. Kemungkinan rekuren pada
kehamilan berikutnya.

Penatalaksanaan depresi berat:

Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar

Terapi psikologis dari psikiater

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan

Pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya tidak ditinggal sendirian di rumah

Jika diperlukan lakukan perawatan di RS

Tidak dianjurkan untuk rooming in/rawat gabung dengan bayinya.

D. Psikosis Post Partum

Insiden terjadinya Psikosis Post Partum adalah 1-2 per 1000 kelahiran. Pada kasus tertentu
sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala yang membahayakan seperti menyakiti diri
sendiri menyakiti diri sendiri atau bayinya. Gejala muncul umumnya dari beberapa hari sampai 4-6
minggu post partum.

Factor pemacu psikosis post partum

1. Adanya riwayat keluarga menderita keliatan psikiatri

2. Riwayat penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri

3. Adanya masalah keluarga dan perkawinan

Gejala psikosis post partum

1. Gangguan tidur

2. Cepat marah

3. Gaya bicara yang keras

4. Menarik diri dari pergaulan

Penatalaksanaan psikosis post partum

1. Pemberian anti depresan atau lithium

2. Sebaiknya menyusui dihentikan karena anti depresan disekresi melalui ASI


3. Perawatan di RS

Anda mungkin juga menyukai