TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Postpartum Blues
Post partum blues adalah keadaan depresi ringan dan sepintas yang
tangisan, perubahan suasana hati yang mana lebih sering terjadi pada anak
pertama dan bersifat sementara pada minggu pertama dan kedua. Dapat
juga diartikan keadaan depresi secara fisik maupun psikis pada ibu yang
pertama.
jam pertama post partum, tingkat estrogen dan progresteron turun menjadi
6
7
meningkat pada calon ibu namun tiba-tiba saja menurun saat melahirkan,
bahagia. Tapi saat melahirkan tingkat endorfin merosot, kondisi ini tentu
Karena ibu merasakan murung dan sedih. Hal ini yang menyebabkan ibu
hari.
atau merupakan faktor resiko terjadinya gangguan afek atau mood pada
dukungan sosial dari suami dan keluarga, mempunyai resiko lima kali
yang baru melahirkan bayi dan dapat kembali bekerja dalam waktu
kita dan meskipun ini cocok untuk beberapa individu, tidaklah realistis
menerus, rasa lapar yang tidak teratur, jadwal yang tidak jelas dan
3) Fisik
melahirkan.
Harapan persalinan yang terlalu tinggi atau dengan kata lain, ada
persalinan yang akan dialami, suatu harapan yang akan menjadi benih
percaya diri dengan kemampuan diri untuk merawat bayi yang baru
5) Status obstetric.
proses kelahiran bisa menjadi faktor pencetus, misalnya pada ibu yang
6) Keadaan, perilaku dan kualitas bayi, frustasi karena bayi tidak mau
7) Mitos
sedang hamil karena akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa
waktu persalinan.
8) Antenatal care
keadaan, atau kejadian diluar prosedur yang ada di dalam buku, yang
10
postpartum blues.
bayi, mertua atau orang tua sendiri mengharapkan kehadiran bayi laki-
keinginan.
frustasi karena bayi tidak mau tidur, bayi menangis dan muntah,
problem dengan mertua dan orang tua, takut kehilangan bayi, sendirian
hubungan suami istri, anak akan terganggu, bayi sakit, rasa bosan ibu,
Menurut Dunne (2001), tanda dan gejala post partum blues antara
ASI, nangis karena frustasi anak tidak mau tidur, kelelahan atau migrain,
11
energi dan motivasi hidup, sulit untuk fokus, mengingat atau mengambil
keputusan, makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, juga menjadi tanda
dan gejala postpartum blues, dan hal ini berlangsung hanya sementara
(Suhandi, 2006).
d. Penatalaksanaan
antara lain :
mendengar (sahabat).
kerajinan tangan, berendam dalam air hangat, meditasi atau hal lain
cukup.
gandum, beras merah atau jagung, buah, sayuran sertakan daging atau
dengan suami dan anggota keluarga yang lain. Humor, bila cocok akan
atau 3 jam hanya berdua dengan bayi di tempat yang nyaman dan sunyi disertai
iringan alunan musik atau bagi yang muslim bisa menggunakan murottal Al
Qur’an. Di usahakan sesering mungkin terjadi kontak mata antara ibu dengan
tempat istirahat yang nyaman bagi bayi dan dirinya sendiri, karena bayi
istirahat. Ibu bisa memeluk bayi dan berbicara dengannya dengan lembut,
kontak antara kulit bayi dan ibu dapat menurunkan tingkat ketegangan atau
kecemasan pada ibu maupun pada bayi. Demikian elusan dan pemijatan ringan
oleh ibu akan membantu memperbaiki emosional ibu, agar gangguan ini tidak
terjadi.
Melibatkan anggota keluarga yang lain dalam merawat bayi, misal nenek
atau mertua bila ada. Ajak bayi keluar rumah untuk menghirup udara bersih
dan segar. Udara yang bersih dan segar untuk memperbaiki moodnya. Bila
timbul perasaan negatif seperti kesepian, marah, frustasi atau lelah, ibu bisa
meninggalkan bayi untuk sementara waktu, minta orang lain yang dipercaya
bertukar pengalaman dan menambah pengetahuan bisa juga menjadi cara untuk
a. Umur
Umur adalah lama waktu hidup (Anwar, 2003 ). Usia ibu adalah suatu
bersalin, yaitu 20 sampai 30 tahun. Wanita yang melahirkan anak pada usia
bayi karena usia yang terlalu muda, sedangkan wanita yang melahirkan anak
pada usia > 35 tahun akan merasa terlalu tua untuk mengurus bayi, hal ini
14
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Post Partum Blues (Purwanto,
2008).
b. Paritas
dapat hidup (Nikilah, 2009). Paritas adalah jumlah kelahiran hidup dan mati
dari suatu kehamilan 28 minggu keatas yang pernah dialami ibu dan anak
post partum blues, Bagi ibu primipara peran seorang ibu dan segala yang
berkaitan dengan bayinya merupakan situasi baru bagi dirinya dan dapat
menimbulkan stres. Sedangkan pada ibu grande multipara (> 3) lebih besar
ini bisa saja dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi yang
psikologis ibu.
c. Dukungan Suami
orang lain dimanapun berada, keberadaan orang lain tersebut akan sangat
rasakan.
terlibat dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan
maupun pasangan.
peran serta seorang suami, dukungan dari keluarga atau orang terdekat
strategi koping penting pada saat mengalami stress dan berfungsi sebagai
mengalami persalinan.
wujud yang paling penting dari dukungan sosial. Dukungan suami dapat
1) Dukungan informasi
dijelaskan oleh suami maupun melalui buku, majalah yang diberikan bagi
suami.
2) Dukungan emosi
postpartum blues.
3) Dukungan penilaian
secara fisik atau psikologis adalah hal yang wajar dan membutuhkan
pengertian.
4) Dukungan finansial
ternyata membuat waktu persalinan jadi lebih singkat, nyeri juga jadi
berkurang, robekan jalan lahir ternyata juga lebih jarang, jadi jalan lahir
lebih elastis. Ternyata perasaan nyaman dan bahagia ternyata punya efek
Saat hamil dan melahirkan merupakan saat yang sangat sensitif bagi
diremehkan dan yang tak kalah penting membangun suasana positif, dimana
bayi karena ibu dituntut usaha keras dan kesediaan belajar. Apalagi bila bayi
Suami sebaiknya jangan kelihatan acuh tak acuh atau sebaliknya, sangat
cemas. Kalau memang tidak tahu tentang masalah ibu setelah melahirkan
atau perawatan bayi, sebaiknya bertanya pada dokter atau membaca buku.
emosi istri selalu positif, bisa memaklumi keadaan istri dan tidak
memancing hal-hal yang bisa membuat istri marah. Sedih atau tertekan,
istri dalam perawatan bayi misalnya ketika ibu menyusui bayinya, sang ayah
tidak hanya tidur sepanjang malam. Ayah bisa menemani ibu, mengangkat
bayi dari tempat tidurnya, mengganti popoknya bila perlu, memberikan bayi
kelahiran bayi beri penghargaan pada istri dengan memberinya support serta
dalam semua pekerjaan harian, juga akan mengurangi beban istri (Suhandi,
2006).
yakni berupa informasi, emosi, penilaian dan instrument dari suami maka
ini adalah sebuah energi tersendiri bagi calon ibu, membuka pembicaraan
dengan suami dan keluarga dapat saling membantu, menjaga, merawat dan
post partum blues bukanlah sebuah aib yang memalukan (Suhandi, 2006).
d. Pengetahuan
akan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk
mengenali suatu benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya.
lebih baik saat mengalami stress. Ibu multipara dan ibu yang pernah bekerja
sebagai baby sitter akan belajar dari pengalaman yang didapatnya dan
B. Penelitian terkait
partum blues di rumah sakit Mardi Waluyo Metro (Lampung Tengah). Dengan
menunjukkan bahwa mayoritas ibu post partum pada kelompok umur 20-35 tahun
responden (56.2%).
C. Kerangka Konsep
Skema 2.1
Kerangka Konsep
Gambaran faktor-
faktor yang
mempengaruhi
terjadinya post partum Kejadian
blues: Post Partum Blues
1. Umur
2. Paritas
3. Dukungan suami
4. Pengetahuan