PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh dua faktor yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan
akan mendukung tercapainya upaya kesehatan seseorang terutama pada anak usia
sekolah. Salah satu cara menjaga kesehatan pada anak sekolah dengan memastikan
lingkungan rumah dan sekolah bebas dari masalah kesehatan salah satunya demam
yang sampai saat ini masih menjadi masalah besar di masyarakat, karena DBD
adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada masyarakat.
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan
nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektornya (Hasyim, 2013). Penyakit ini adalah
penyakit demam akut yang disebabkan oleh serotipe virus Dengue dan ditandai
dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan,
(sindrom renjatan Dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
segala usia, beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan tertular
penyakit yang berpotensi mematikan ini. Mayoritas kasus penyakit DBD di daerah
endemi terjadi pada anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun. Penderita penyakit
DBD terbanyak di Indeonesia berusia 5-11 tahun. Anak-anak cenderung lebih rentan
dibandingkan kelompok usia lain, salah satunya adalah faktor imunitas (kekebalan)
1
2
Menurut World Health Organisation (WHO) tahun 2016, sekitar 3,9 miliar
penduduk di 128 negara yang ada di dunia terinfeksi virus Dengue. DBD banyak
ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis dimana Asia menempati urutan pertama di
dunia dalam jumlah penderita DBD tiap tahunnya. WHO mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan data
provinsi di Indonesia dan sebanyak 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Bali
tahun 2014 kasus DBD di Kota Pekanbaru terdapat 209 kasus dengan 5 kasus
meninggal. Terjadi kenaikan jumlah penderita pada tahun 2015 sebanyak 516 kasus
dan 5 kasus meninggal dan pada tahun 2016 terjadi peningkatan kasus DBD yang
cukup signifikan yaitu 826 kasus dengan kasus kematian sebanyak 10 orang.
terjadi di wilayah Marpoyan Damai dengan 111 kasus DBD dan 4 orang meninggal
pada tahun 2016 (Dinkes Kota Pekanbaru, 2015). Berdasarkan data Dinas
sekolah dasar yang terdiri dari 10 Sekolah Dasar Swasta dan 20 Sekolah Dasar
Negeri. SDN 042 merupakan Sekolah Dasar Negeri dengan jumlah siswa terbanyak
yaitu 1.017 siswa, selain itu di sekolah tersebut pada tahun 2016 terdapat 2 siswa
masyarakat yang dapat berperan strategis dalam upaya pencegahan DBD, mengingat
jumlahnya sangat banyak sekitar 20% dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak
sekolah. Anak sekolah tersebar di semua wilayah Indonesia, baik daerah perkotaan
3
maupun pedesaan sehingga anak sekolah merupakan kelompok yang rentan terkena
Siswa perlu dilatih untuk menjadi Jumantik cilik atau juru pemantau jentik.
Jumantik Anak Sekolah adalah anak sekolah dari berbagai jenjang pendidikan dasar
dan menengah yang telah dibina dan dilatih sebagai juru pemantau jentik (Jumantik)
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), penular demam berdarah dengue sejak usia
dini. Peran dan tanggung jawab Jumantik-PSN di sekolah antara lain, melakukan
kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan sekolah secara rutin seminggu
2014).
sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah, yang mana aktifitas anak di
sekolah bersamaan dengan aktifitas nyamuk menggigit yaitu pagi pada pukul 08.00-
13.00 dan sore 15.00-17.00 (Djunaedi, 2011). Sekolah merupakan tempat potensial
dalam penyebaran dan penularan penyakit DBD pada anak. Hal itu dikarenakan
nyamuk penyebab DBD aedes aegypti bersifat multiple bitter (menghisap darah
berpindah-pindah berkali-kali) dan aktif menggigit pada siang hari (day bitting
DBD berisiko menimpa anak-anak sekolah akan tetapi pengetahuan, sikap dan
prakteknya belum seperti yang diharapkan. Praktek upaya pencegahan DBD pada
4
anak usia sekolah dapat dikatakan masih minim hal ini dapat disebabkan masih
kurangnya pengetahuan siswa tentang upaya pencegahan DBD. Para siswa tidak
Kota Sibolga menunjukkan pengetahuan siswa dalam pemantauan jentik dan PSN
dalam kategori kurang sebanyak 16 orang (51,6%) sebelum penyuluhan dan dalam
kategori baik sebanyak 27 orang (87,1%) sesudah penyuluhan. Sikap siswa sebelum
penyuluhan sebagian besar dalam kategori kurang yaitu sebanyak 17 orang (54,8%)
dan dalam kategori baik sebanyak 27 orang (87,1%) sesudah penyuluhan. Tindakan
siswa sebelum penyuluhan sebagian besar dalam kategori kurang sebanyak 21 orang
(67,7%) dan sesudah penyuluhan dalam kategori baik sebesar 22 orang (71,0%).
Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa
Kota Semarang menunjukkan pengetahuan siswa tentang DBD kurang sebanyak 181
orang (89,60%). Sikap siswa tentang DBD mayoritas positif sebanyak 273 orang
(91,60%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan dan
Hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 April 2017 di
SDN 042 Kecamatan Marpoyan Damai terhadap 10 orang siswa didapatkan 7 orang
siswa tidak mengetahui upaya pencegahan DBD. Semua siswa mengatakan tidak
pencegahan DBD, terdapat 2 orang siswa terkena DBD tahun 2017. Berdasarkan
uraian pada latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di SDN 042 Kecamatan Marpoyan Damai Kota
Pekanbaru”.
B. Rumusan Masalah
banyak sekitar 20% dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak sekolah. Anak
sekolah merupakan kelompok yang rentan terkena penyakit DBD. Kasus DBD di
kota Pekanbaru cenderung meningkat. Data tahun 2014 kasus DBD di Kota
Pekanbaru terdapat 209 kasus dengan 5 kasus meninggal. Terjadi kenaikan jumlah
penderita pada tahun 2015 sebanyak 516 kasus dan 5 kasus meninggal tahun 2016
terjadi peningkatan kasus DBD yang cukup signifikan yaitu 826 kasus dengan kasus
wilayah endemis tertinggi terjadi di wilayah Marpoyan Damai dengan 111 kasus
DBD dan 4 orang meninggal pada tahun 2016 yang terdiri dari 2 anak balita, 1 anak
usia 9 tahun dan satu usia dewasa. Berdasarkan dari latar belakang diatas, rumusan
masalah pada penelitian ini adalah“Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap
siswa dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di SDN 042
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
Pekanbaru .
6
Pekanbaru.
Kota Pekanbaru.
Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian
1. Responden
penyakit DBD dan upaya pencegahan DBD dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan informasi
Sekolah Dasar.