PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah seseorang yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan
yang diartikan dengan anak-anak atau juvenale, adalah seseorang yang masih dibawah
usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin. Pengertian dimaksud merupakan
pengertian yang sering kali di jadikan pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan
Anak usia sekolah adalah anak usia 7-13 tahun kadang disebut sebagai masa
kanak-kanak pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan baru.
kemampuan pada anak-anak usia sekolah umtuk mengevaluasi diri sendiri dan
diri menjadi masalah sentral pada anak usia sekolah (Behrman, Kliegnam, & Arvin,
2010).
dapat diukur secara kuantitatif. Indicator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat
badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk
semua orang, akan tetapi laju pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan
aktivitas yang semakin kompleks. (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
1
Istilah pertumbuhan dan perkembangan keduanya mengacu pada proses
merupakan proses yang berkelanjutan, teratur, dan berurutan yang dipengaruhi oleh
faktor maturasi, lingkungan dan genetic . (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
usia 7-13 tahun yang sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual atau
kelompok yang sangat rentan terserang penyakit. Permasalahan kesehatan pada anak
biasanya sangat terkait kebersihan perseorangan dan juga pada lingkungan sekitar.
Pada kasus yang terkait permasalahan Perilaku hidup Bersih dan Sehat jika. Akibat
penyakit seperti halnya penyakit diare, cacingan, demam berdarah dan lain-lain (Lubis
et al, 2019).
merupakan hubungan timbal balik antara masyarakat itu sendiri dengan lingkungan.
penyakit. Hal ini tentunya berkaitan dengan kenyataan bahwa lingkungan yang bersih
dan sehat mengurangi risiko penyebaran penyakit berbasis lingkungan salah satunya
Anak usia sekolah dalam teori perkembangan psikososial menurut Freud, anak
sekolah masuk ke dalam tahap laten yaitu anak menggunakan energi fisik dan
2
fisik maupun sosialnya dan anak cenderung mencoba hal yang baru. Selain itu,
menurut Ericson usia sekolah ini berada pada tahap industry versus inferiority yaitu
anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak lainnya melalui
kegiatan yang dilakukan baik dilingkungan sekolah maupun dalam pergaulan teman
sebaya. Pada usia ini anak sering tidak terkontrol aktivitasnya, pada iklim yang tidak
stabil ini penyebaran penyakit dapat terjadi di mana saja (Supartini, 2014).
Faktor penyebab Demam Berdarah Dengue anak usia sekolah adalah musim
hujan yang lama adalah salah satu faktor risiko penyebab mewabahnya penyakit
demam berdarah di Indonesia. Selama musim hujan umumnya kasus demam berdarah
meningkat karena banyaknya genangan air yang menjadi tempat nyamuk Aedes
bertelur, nyamuk akan lebih mudah dan cepat berkembang biak di lingkungan yang
lembab dan anak usia sekolah biasanya lebih senang bermain air. Daya pertahanan
tubuh yang buruk, buang sampah sembarangan, jarang menguras bak mandi, gemar
Iklim yang tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan
potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak maksimalnya kegiatan PSN di
kabupaten atau kota, hal ini bisa menyebabkan berbagai penyakit diantaranya adalah
provinsi dengan kasus demam berdarah dengue pada anak tertinggi di indonesia
mencapai 19.240 jiwa. Indonesia kasus dbd pada anak mencapai 110.921 jiwa.
3
Penyakit DBD Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
dan penyebarannya. Penyakit DBD merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak
usia 7- 13 tahun atau usia sekolah dasar. (Widyaningsih, 2010). Data DBD Demam
Berdarah Dengue pada anak usia sekolah yang telah terkumpul tersebut, terdapat
persentase dalam dua tahun terakhir. Jika dibandingkan antara tahun 2019 dan tahun
2020, terjadi peningkatan jumlah penderita DBD. Kemudian anak usia Sekolah
DBD (Demam berdarah dengue) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan
Demam Berdarah Dengue dan merupakan salah satu penyakit berbahaya di Indonesia.
Penyakit DBD nyaris ditemukan pada seluruh belahan dunia terutama pada Negara-
negara yang beriklim tropis dan subtropis sebagai penyakit endemik. Yang rawan
terkena DBD adalah anak usia sekolah karena ada di fase bermain air, kurangnya
kebersihan, dan menumpuk baju diruangan. DBD sering salah diagnose dengan
4
B. Rumusan Masalah
adalah bagaimana ”Asuhan Keperawatan Pada An. X dengan Usia Sekolah (13Tahun)
Purwakarta”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada An.X usia Sekolah (13 tahun) dengan
An.X usia Sekolah (13 tahun) dengan gangguan sistem Hematologi akibat
daerah Purwakarta
5
e. Mampu membuat evaluasi keperawatan pada An.X Usia sekolah
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis :
dalam bidang keperawatan anak tentang asuhan keperawatan Anak pada An. X
usia sekolah (13 tahun) dengan gangguan sistem Hematologi akibat DBD
2. Manfaat Teoritis :
Hasil penulisan ini agar dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga
anggota keluarga yang menderita DBD dan mampu untuk mengikuti program
2) Bagi Profesi
6
informasi kepada masyarakat yang belum mengerti tentang Demam Berdarah
Dengue.
DBD.
5) Bagi penulis
E. Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan sistematika penulisan proposal penelitian ini, terdiri dari isi
Bab I s/d Bab II antara lain : Bab I : Pendahuluan, bagian ini menguraikan secara
singkat dan jelas mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori, bagian ini menguraikan tentang konsep dasar asuhan
penatalaksanaan medis, karakteristik anak yang terdiri dari pengertian anak dan
pertumbuhan dan perkembangan anak, dan asuhan keperawatan yang terdiri dari
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi DBD
(DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
penderita penyakit DBD, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan (WHO,
2011).
dari genus Aedes, terutama aedes aegypty atau Aedes albopictus yang dapat muncul
sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun
dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2016).
8
manifestasi pendarahan uji tourniquet positif.
Derajat 2 Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan/ atau
pendarahan lain.
Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
menjadi gelisah.
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
Sumber: Nanda, 2015
karbohidrat dan metabolit, mengatur keseimbangan asam dan basa, mengatur suhu
tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh dari pusat produksi
panas (hepar dan otot) untuk distribusikan ke seluruh tubuh, pengaturan hormoe
basa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh
dari produksi panas (hepar dan otot) untuk di distribusikan ke seluruh tubuh,
Darah berada dalam tubuh karena adanya kerja pompa jantung, selama darah
berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila berada diluar pembuluh
darah akan membeku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan mencampurkan sedikit
sitras natrikus atau anti pembeku darah. Keadaan ini sangat berguna apabila darah
tersebut diperlukan untuk transfuse darah. Fungsi darah secara umum adalah, sebagai
9
alat pengangkut, membawa darah sebagai substansi untuk fungsi metabolism, proteksi
tubuh terhadap bahaya mikroorganisme yang fungsi dari sel darah putih, proteksi
terhadap cedera dan pendarahan yaitu proteksi terhadap respon peradangan local
bentuk panas.
bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang dilaluinya. Oleh karena itu di
eritrosit membawa oksigen dari paru ke jaringan dan karbo dioksida (CO2)
oksigen. Pada orang normal hemoglobin dapat mengangkut 20ml oksigen dan
100ml darah. Eritrosit dibuat di sumsum tulang yang masih berinti, dalam
pembentukannya dibutuhkan zat besi, Vit B12, asam folat, dan rantai globulin
10
Eritrosit dihancurkan di limfa. Jumlah normalnya pada laki-laki 5,5 juta
b. Hemoglobin
yang kaya zat besi. Hemoglobin memiliki daya gabung terhadap oksigen
dengan oksigen dalam paru dan kemudian mudah melepaskan oksigen ini ke
kapiler jaringan tempat tekanan gas oksigen jauh lebih rendah daripada paru.
Bentuk dan sifat dari sel darah putih (leukosit) berbeda dengan
eritrosit. Bentuknya bening, tidak berwarna, lebih besar dari eritrosit, dapat
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
dapat begerak dari pembuluh darah menuju jaringan, saluran limfe, dan
jaringan atau sel retikuloendotel dari hepar, limpa, sumsum tulang, alveoli
11
terhadap kuman dan virus yang masuk. Setelah di dalam sel kuman/virus di
d. Trombosit
2016).
e. Plasma Darah
kekuningan yang dalam reaksinya bersifat alkali. Susunan plasma terdiri atas
sisanya terdiri dari bahan organik. Plasma berfungsi sebagai medium untuk
(Syaifuddin, 2016).
3. Klasifikasi DBD
Klasifikasi DBD menurut WHO dalam (Nurarif & Kusuma, 2015) yaitu :
12
b. Drajat II : seperti derajat I disertai bperbedaan spontan di kulit dan perdarahan
lain.
c. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab,
gelisah.
d. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang dapat
diukur.
4. Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari genus
aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD),
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk
dalam kelompok B Arbovirus yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family
Flavividae, dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4,
(Depkes RI, 2016). Di Indonesia pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak
tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan ke empat serotype yang dominan
dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes
RI, 2016).
5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu dihipotalamus
dindingn pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
13
terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka
akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik
merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
2019).
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
14
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian apabila tidak segera diatasi
15
6. Pathway
Viremia
Peningkatan permebialitas
Anoreksi mual, dinding pembuluh darah
Virus berkembang ke
muntah aliran darah
Kebocoran plasma
Gangguan Nutrisi
kurang dari kebutuhan Hipertermi
Tubuh Pendarahan Ekstra seluler
Hemoglobin turun
(Hidayati,2020)
Lemas
Intoleransi Aktifitas
16
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan
1) Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari di
kebanyakan kasus.
4) Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi, hipotensi
kaki dan tangan dgain, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
8. Kompikasi DBD
Kompikasi susunan pada syaraf pusat dapat berbentuk konfulsi, kuku kuduk,
b. Ensefalopati
berlebihan.
c. Infeksi
yang digunakan pada waktu pengobatan, misalnya pada waktu transfuse atau
d. Kerusakan hati
e. Kerusakan otak
f. Renjatan (Syok)
17
Syok bisa dimuli dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta sianosis disekitar mulut.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pasien DBD pemeriksaan yang dilakukan yaitu : (Nurarif & Kusuma, 2015)
a. Laboratorium
plasma.
dari 100.000/ml.
dan hiponatremia.
4) Isolasi Virus
18
5) Serologi (Uji H) : respon antibody sekunder
6) Pada renjatan yang berat, periksa : PCV (setiap jam), faal hemostatis, FDP,
b. Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
bila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui dikedua hemitoraks.
2013).
a. Pemberian oksigen : Terapi oksigen harus selalu diberikan kepada semua pasien
syok.
yang nyata seperti hematemesis (muntah darah) dan melena (BAB berwarna
Berikut ini tatalaksana pasien dengue menurut fase yang dibagi menjadi 3 : (Hasmi,
2015).
a. Fase febris.
1) Penurunan suhu :
19
a) Tepid sponge untuk demam yang sangat tinggi setelah diberikan
parasetamol.
jam
2) Pemberian makanan
b) Susu, jus buah dan cairan elektrolit direkomendasikan jika diit lunak tidak
dapat dikonsumsi.
Gejala syok :
b. Fase kritis
20
b) Pemantauan TTV setiap hari 1-2 jam selama fase kritis.
c) Pemeriksaan kadar hematocrit berkala selama 4-6 jam selama fase kritis.
e) Jenis cairan yang dipakai yaitu isotonic ringer dan ringer asetat.
(1) Berat badan yang digunakan untuk patokan berat badan ideal.
lagi.
dengan tetesan secepatnya. Jika syok belum teratasi dengan dua kali
c. Fase penyembuhan
21
3) Beberapa pasien akan mengalami fluid overload jika pada fase demam
dapat dilakukan :
c) Pencatatan jumlah urin setiap jam. Urin yang adekuat adalah 0,5
ml/kgBB/jam.
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu
dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Ali, 2015).
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota. Keluarga
22
kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih
dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang tinggal di atsu tempat/ rumah,
2. Ciri-Ciri Keluarga
anak.
3. Tahapan Keluarga
yaitu:
23
2) Menetapkan tujuan bersama.
tua).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap
24
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan
adalah :
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
25
2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas
2) Mempertahankan keintimn.
anaknya.
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social
26
5) Persiapan masa tua/ pension.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak
dapat terpenuhi.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah :
27
dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang
akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
b. Fungsi Sosialisasi
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,
ibu, dan orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
c. Fungsi Reproduksi
28
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang
tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang
B. Karakteristik Anak
1. Pengertian Anak
perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang
dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan
anak. Sedangkan yang diartikan dengan anak-anak atau juvenile, adalah seseorang
29
yang masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin (Lesmana,
2018).
Anak usia sekolah pada tahun, priode usia 7-13 tahun kadang disebut sebagai
masa kanak-kanak pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan
baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan
kemampuan pada anak-anak usia sekolah umtuk mengevaluasi diri sendiri dan
diri menjadi masalah sentral pada anak usia sekolah (Behrman, Kliegnam, & Arvin,
2010).
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Dari dua pengertian tersebut dapat
ditarik benang merah bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,
sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi sel atau organ tubuh
Anak usia sekolah dalam teori perkembangan psikososial menurut Freud, anak
sekolah masuk ke dalam tahap laten yaitu anak menggunakan energi fisik dan
fisik maupun sosialnya dan anak cenderung mencoba hal yang baru. Selain itu,
30
menurut Ericson usia sekolah ini berada pada tahap industry versus inferiority yaitu
anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak lainnya melalui
kegiatan yang dilakukan baik dilingkungan sekolah maupun dalam pergaulan teman
sebaya. Pada usia ini anak sering tidak terkontrol aktivitasnya, pada iklim yang tidak
stabil ini penyebaran penyakit dapat terjadi di mana saja (Supartini, 2014). Iklim yang
tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan dan merupakan
sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty yang cukup potensial. Selain itu
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa kabupaten atau kota, hal ini
bisa menyebabkan berbagai penyakit diantaranya adalah DBD (Profil Kesehatan Jawa
Tengah, 2017).
demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus lagi dengan
genus Flavivirus yang dikenal dengan nama Virus Dengue yang ditandai dengan
demam berdarah 2 sampai 7 hari tanpa sebab yang jelas (Hermayudi & Ariani, 2017).
yang unik. Berbagai teori membahas tentang karakteristik anak usia sekolah
sesuai dengan aspek-aspek yang ada pada anak. Beberapa teori tersebut di
antaranya yaitu teori kognitif, teori psikososial, teori moral, teori perkembangan
b. Perkembangan Kognitif
Anak usia sekolah pada umumnya berada pada tahap operasional konkret
untuk anak dengan rentang usia 7 sampai 11 tahun. Tahap operasional konkret
31
merupakan tahap ketiga dari tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget.
Pada tahap ini, anak sudah dapat melakukan penalaran secara logis untuk hal-hal
yang bersifat konkret, sedangkan untuk hal-hal yang bersifat abstrak masih belum
kelompok yang berbeda. Selama masa usia Sekolah terjadi perkembangan kognitif
yang pesat pada anak. Anak mulai belajar membentuk sebuah konsep, melihat
hubungan, dan memecahkan masalah pada situasi yang melibatkan objek konkret
dan situasi yang tidak asing lagi bagi dirinya. Anak juga sudah mulai bergeser dari
perpindahan pada hal yang konkret serta sudah memahami persoalan sebab akibat.
Anak mampu memaknai suatu tindakan dianggap baik atau buruk dari akibat yang
c. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa pada anak usia sekolah tidak hanya di nilai dari
bahasa yang baik akan mendukung kemampuan anak dalam berfikir, memecahkan
d. Perkembangan Psikososial
Anak usia Sekolah pada tahap ini telah menyadari bahwa dirinya memiliki
32
berusaha memenuhi tugas-tugas dan berkarya. Anak mencoba mencari perhatian
dan penghargaan atas karyanya. Anak mulai bertanggung jawab serta gemar
belajar bersama. Timbul ketidakpercayaan diri pada anak jika tidak mampu
mengerjakan tugas seperti temannya. Bahaya bagi anak ketika timbul rasa tidak
percaya diri, oleh sebab itu dalam proses pembelajaran peran guru sangat penting
masing anak. Guru harus menegaskan bahwa pada setiap proses pembelajaran,
anak telah belajar sesuatu hal meskipun berbeda dengan teman-temannya. Tugas
utama guru dalam hal ini adalah menumbuhkan semangat berkarya dan
e. Perkembangan Motorik
2) Motorik halus : sudah bisa mengerjakan tugasnya sendiri, bermain game, bisa
sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu di
dahulu apa kegunaan atau manfaat atau disiplin bagi anak sebelum mereka melakukan
kegiatan pendisiplinan terhadap anak. Hal ini dilakukan supaya anak memahami
maksud dan tujuan berdisiplin pada saat mereka menjalaninya. Dan pada akhirnya hal
tersebut akan berubah manfaat yang positif bagi perkembangan itu sendiri.
33
Menurut Harlock agar disiplin mampu mendidik anak dapat berperilaku sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok social mereka, maka disiplin harus
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, dimana pola tersebut
ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya adalah untuk
membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.
Agar peraturan memenuhi kedua fungsi tersebut, maka peraturan itu haruslah
dapat di mengerti, di ingat dan diterima oleh si anak. Anak kecil membutuhkan
lebih banyak peraturan daripada anak yang lebih besar sebab menjelang remaja
anak dianggap telah belajar apa yang di harapkan dari kelompok social mereka.
Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire, dan berarti menjatuhkan
sebagai ganjaran atau pembalasan. Tujuan jangka pendek dari menjatuhkan hukuman
adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah. Sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mengajar dan mendorong anak untuk menghentikan sendiri
tingkah laku mereka yang salah. Hukuman merupakan salah satu unsur kedisiplinan
yang dapat digunakan untuk membuat anak berperilaku sesuai standar yang
34
mendisiplinkan anak, hal tersebut diperlukan apabila kesalahan yang dilakukan anak
Penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian,
senyuman atau tepukan. penghargaan bertindak sebagai sumber motivasi yang kuat
bagi anak untuk melanjutkan usahanya untuk berperilaku sesuai dengan harapan.
penghargaan yang konsisten membuat anak tidak bingung terhadap apa yang
menggunakan metode atau cara yang dapat menambah motivasi anak untuk berperi
laku baik.
pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh. Hospitalisasi ini
merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.
Keadaan ini (hospitalisasi) terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan
lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi
stresor baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga, perubahan kondisi ini
merupakan masalah besar yang menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada anak jika anak tidak
kecemasan dan ketakutan yang tidak segera ditangani akan membuat anak melakukan
35
penolakan terhadap tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga
berpengaruh terhadap lamanya hari dirawat, memperberat kondisi anak dan bahkan
dapat menyebabkan kematian pada anak. Dampak jangka panjang dari anak sakit dan
dirawat yang tidak segera ditangani akan menyebabkan kesulitan dan kemampuan
menurunnya kemampuan intelektual dan sosial serta fungsi imun ( Ponorogo: Forum
Salah satu cara yang efektif untuk menurunin kecemasan hospitalisasi yaitu
dengan menggunakan terapi bermain. Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain
penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta
perawatan. Adapun tujuan dari terapi bermain bagi anak yang dirawat di rumah sakit
adalah mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri. (Jurnal konseling
kognitifnya. Walaupun anak mengalami sakit dan atau dirawat inap, tugas
perkembangan tidaklah berhenti. Hal ini bertujuan melanjutkan tumbuh dan kembang
Anak usia sekolah dalah anak yang berusia 6-13 tahun, memiliki fisik lebih
kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.
Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, dimana apa
yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus
36
pada masa- masa selanjutnya. Menurut pendapat Wong, anak sekolah adalah anak
pada usia 7-13 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode
ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah
1. Pengkajian
dari pasien, untuk informasi yang diharapkan dari pasien. Tahapan pengkajian
sebagai berikut :
a. Identitas pasien
usia 6-15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada anak dengan DBD adalah panas tinggi
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan
37
batuk pilek, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu
hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada anak DBD biasa mengalami
d. Riwayat imunisasi
e. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapt bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko apabila terdapat faktor
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
f. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
g. Pola kebiaasan
38
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementaar DBD pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apkanh sering kencing,
sarang nyamuk aedes aegepty. Prilaku dan tanggapan bila ada keluarga
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade DBD), keadaan fisik
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan
tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
39
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
i. Sistem integument :
1) Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
2) Kuku sianosis/tidak.
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusi), mata
IIII, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
hyperemia faring, dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales
5) Abdomen.
6) Ekstremitas. Akral dingin, serta menjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
40
2. Diagnosa Keperawatan
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan respon dari
biasanya berisi dua bagian yaitu description atau pengubah, focus diagnosis, atau
berikut :
c. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatan
langsung dan tidak langsung yang ditunjukkan pada individu, keluarga dan
masyarakat, serta orang-orang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun
41
ditandai a. Menguasai ( misalnya, kompres
dengan suhu informasi terkait
dingin pada leher,
tubuh diatas hipertermi
abdomen, kulit kepala,
nilai normal b. Mampu
mengidentifikasi ketiak dan selangkangan
faktor risiko
serta selimut dingin).
hipertermia
c. Memberikan obat (NIC,
c. Mampu
mengidentifikasi Hal:360)
tanda dan gejala
hipertermia
d. Mampu mengenali
obat-obatan yang
berefek pada suhu
tubuh. (NOC hal :
252).
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan a. Memanagemen
nutrisi
keperawatan selama gangguan makan
berhubunga
3x24jam, diharapkan klien b. Memanajemen cairan
n dengan
kurangnya mampu mengatasi masalah c. Memanajemen nutrisi
asupan
dengan kriteria hasil : d. Terapi nutrisi
makanan
Outcome: e. Konseling nutrisi
ditandai
dengan a. Nafsu makan f. Bantuan perawatan diri
nafsu makan
meningkat : pemberian makan
berkurang
b. Status nutrisi g. Monitor tanda-tanda
tubuh membaik
Output:
42
a. Mampu mengontrol
b. Kepercayaan
mengenal kesehatan
Outcome : kenyamanan
aktifitas pengobatan
kenyamanan 527)
b. Konservasi energy
c. Tingkat kelelahan
d. Istirahat
e. Status perawatan
diri
f. Monitor tanda-
618)
43
4. Implementasi Keperawatan
pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Bagian dari
tahap ini, perawat harus melaksanakan tindakan keperawatan yang ada dalam
rencana keperawatan. Tindakan dan respon pasien tersebut langsung dicatat dalam
5. Evaluasi Keperawatan
keperawatan meliputi data subyektif (S) data obyektif (O), analisa permasalahan
(A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil
analisa data diatas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses. Semua itu dicatat
S artinya data subjektif. Perawat dapat menuliskan keluhan pasien yang masih
44
O artinya data objektif. Data objektif yaitu data berdasarkan hasil observasi
perawat secara langsung pada klien dan yang dirasakan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
A artinya analisis. Intervensi dari data subjektif dan data objektif. Analisis
merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau
status kesehatan klien yang telah terdentifikasi datanya dalam data subjektif dan
objektif.
keperawatan.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pengetahuan, namun penelitian yang dilakukan yaitu terhadap suatu obyek yang
disebut sebagai kasus yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan mendalam
Lokasi yang diambil untuk melakukan penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum
1) Lokasi penelitian
Pada kasus ini tempat pengambilan kasus dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Purwakarta, dilakukan pada anak Usia Sekolah (6tahun) yang mengalami
2) Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada saat klien masuk ke rumah sakit selama
rumah sakit.
46
Metode Pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
Pada bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :
3) Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain
yang relevan).
D. Keabsahan data
ditambah lagi teknik pengumpulan data utama penelitian kualitatif adalah wawancara
dan observasi yang dianggap banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan
Uji keabsahan data pada kasus ini yaitu menguji kualitas data/informasi yang
47
2) Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama
yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
E. Analisa data
Analisa data adalah data yang telah dihitung dan ditabulasi, dianalisis
temuan. Temuan penelitian perlu disentesa dengan memadukan bersama konsep dan
dihasilkan dalam tahap analisis data adalah hasil yang paling bermakna dalam
penelitian. Artinya penelitian tidak akan menghasilkan apa-apa atau tah berarti
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil
penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan yang ada untuk memberikan rekomendasi
1) Pengumpulan data
48
Data di kumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil
ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip.
dijadikan satu dalam bentuk transkip. Data yang terkumpul kemudian yang
dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian
3) Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
4) Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian dapat dibahas dan dibandingkan dengan
F. Etika penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut
( Notoatmodjo, 2012)
institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi atau
49
1) Informed Consent (persetujuan menjadi responden)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti dan
dan manfaat penelitian. Apabila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh
3) Confidentislity (kerahasiaan)
Contoh : data-data yang sifatnya pribadi (seperti nama, tempat, tanggal lahir,
50
DAFTAR PUSTAKA
Candra, Aryu. (2019). Asupan Gizi dan Penyakit Demam Berdarah Dengue/ Dengue
Dinarti, Aryani, Ratna., Nurhaeni, Heni., & Chairani, Heni. (2013). Dokumentasi
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Lp+dhf+pada+anak+sekolah
oq=Lp+dhf+pada+anak+prase#d=gs_qabs&u=%23p%3DUxzDy9399K0J.2020
Kemenkes, (2019). Kemenkes Catat 110.921 Kasus DBD/ Demam Berdarah Dengue
Kesehatan RI
Kozier, Barbara. (2011). Buku ajar Fundomental Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik
Nurlaila., Utami, Wuri., & Cahyani, Tri. (2018). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta :
PT Leutika Nouvalitera
https://scholar.google.com/scholar?
as_ylo=2109&q=hospitalisasi+anak&hl=id&as_sdt=0,5=gs_qabs&u=%23p
%3DNFqcQbi3E2MJ
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Lp+dhf+pada+anak+sekolah
oq=Lp+dhf+pada+anak+prase#d=gs_qabs&u=%23p%3DUxzDy9399K0J.2020
51