Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah seseorang yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan

yang diartikan dengan anak-anak atau juvenale, adalah seseorang yang masih dibawah

usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin. Pengertian dimaksud merupakan

pengertian yang sering kali di jadikan pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan

tentang anak (Lesmana, 2018).

Anak usia sekolah adalah anak usia 7-13 tahun kadang disebut sebagai masa

kanak-kanak pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan baru.

Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan

kemampuan pada anak-anak usia sekolah umtuk mengevaluasi diri sendiri dan

merasakan evaluasi teman-temannya. Dapat disimpulkan sebagai sebuah penghargaan

diri menjadi masalah sentral pada anak usia sekolah (Behrman, Kliegnam, & Arvin,

2010).

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran. Pertumbuhan

dapat diukur secara kuantitatif. Indicator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat

badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk

semua orang, akan tetapi laju pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan

perkembangan berbeda. Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan

kemajuan keterampilan yang dimiliki individu untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Perkemban gan merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan, misalnya individu

mengembangkan kemampuan untuk berjalan, berbicara, dan melakukan suatu

aktivitas yang semakin kompleks. (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

1
Istilah pertumbuhan dan perkembangan keduanya mengacu pada proses

dinamis. Pertumbuhan dan perkembangan walaupun sering digunakan secara

bergantian, keduanya memiliki makna yang berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan

merupakan proses yang berkelanjutan, teratur, dan berurutan yang dipengaruhi oleh

faktor maturasi, lingkungan dan genetic . (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,

2011).Anak usia sekolah merupakan anak

usia 7-13 tahun yang sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual atau

melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan intelektual atau

kemampuan kognitif seperti membaca, menulis, dan menghitung. Anak merupakan

kelompok yang sangat rentan terserang penyakit. Permasalahan kesehatan pada anak

biasanya sangat terkait kebersihan perseorangan dan juga pada lingkungan sekitar.

Pada kasus yang terkait permasalahan Perilaku hidup Bersih dan Sehat jika. Akibat

rendahnya pengetahuan perilaku hidup bersih dapat mengakibatkan munculnya

penyakit seperti halnya penyakit diare, cacingan, demam berdarah dan lain-lain (Lubis

et al, 2019).

Hasil studi epidemiologi lingkungan memperlihatkan tingkat kesehatan

masyarakat atau kejadian suatu penyakit dalam suatu kelompok masyarakat

merupakan hubungan timbal balik antara masyarakat itu sendiri dengan lingkungan.

Perubahan atau kerusakan lingkungan membawa pengaruh terhadap penyebaran

penyakit. Hal ini tentunya berkaitan dengan kenyataan bahwa lingkungan yang bersih

dan sehat mengurangi risiko penyebaran penyakit berbasis lingkungan salah satunya

penyakit demam berdarah dengue (DBD) (Buhungo, 2015).

Anak usia sekolah dalam teori perkembangan psikososial menurut Freud, anak

sekolah masuk ke dalam tahap laten yaitu anak menggunakan energi fisik dan

psikologis yang merupakan media untuk mengesplorasi pengetahuan melalui aktivitas

2
fisik maupun sosialnya dan anak cenderung mencoba hal yang baru. Selain itu,

menurut Ericson usia sekolah ini berada pada tahap industry versus inferiority yaitu

anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak lainnya melalui

kegiatan yang dilakukan baik dilingkungan sekolah maupun dalam pergaulan teman

sebaya. Pada usia ini anak sering tidak terkontrol aktivitasnya, pada iklim yang tidak

stabil ini penyebaran penyakit dapat terjadi di mana saja (Supartini, 2014).

Faktor penyebab Demam Berdarah Dengue anak usia sekolah adalah musim

hujan yang lama adalah salah satu faktor risiko penyebab mewabahnya penyakit

demam berdarah di Indonesia. Selama musim hujan umumnya kasus demam berdarah

meningkat karena banyaknya genangan air yang menjadi tempat nyamuk Aedes

bertelur, nyamuk akan lebih mudah dan cepat berkembang biak di lingkungan yang

lembab dan anak usia sekolah biasanya lebih senang bermain air. Daya pertahanan

tubuh yang buruk, buang sampah sembarangan, jarang menguras bak mandi, gemar

menumpuk baju kotor di rumah (joseph, 2020).

Iklim yang tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan

dan merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty yang cukup

potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak maksimalnya kegiatan PSN di

masyarakat sehingga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa

kabupaten atau kota, hal ini bisa menyebabkan berbagai penyakit diantaranya adalah

DBD (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2017).

Kementerian kesehatan (kemenkes) 2019. menyebut Jawa Barat merupakan

provinsi dengan kasus demam berdarah dengue pada anak tertinggi di indonesia

mencapai 19.240 jiwa. Indonesia kasus dbd pada anak mencapai 110.921 jiwa.

3
Penyakit DBD Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit

akibat buruknya kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita

dan penyebarannya. Penyakit DBD merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak

usia 7- 13 tahun atau usia sekolah dasar. (Widyaningsih, 2010). Data DBD Demam

Berdarah Dengue pada anak usia sekolah yang telah terkumpul tersebut, terdapat

persentase dalam dua tahun terakhir. Jika dibandingkan antara tahun 2019 dan tahun

2020, terjadi peningkatan jumlah penderita DBD. Kemudian anak usia Sekolah

sebanyak 38,35% di tahun 2019, sedangkan tahun 2020, sebanyak 37,25%.

(kemenkes RI, 2020).

DBD (Demam berdarah dengue) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui

gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan

Demam Berdarah Dengue dan merupakan salah satu penyakit berbahaya di Indonesia.

Penyakit DBD nyaris ditemukan pada seluruh belahan dunia terutama pada Negara-

negara yang beriklim tropis dan subtropis sebagai penyakit endemik. Yang rawan

terkena DBD adalah anak usia sekolah karena ada di fase bermain air, kurangnya

kebersihan, dan menumpuk baju diruangan. DBD sering salah diagnose dengan

typoid. Sehingga penderita dating ke Rumah Sakit dalam keadaan

perdarahan/mimisan sehingga proses penyembuhan lebih sulit dan akan meningkat

resiko kematian (Cahyono, 2010).

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah pada Proposal Penelitian ini

adalah bagaimana ”Asuhan Keperawatan Pada An. X dengan Usia Sekolah (13Tahun)

dengan Gangguan Hematologi Akibat Demam BErdarah Dengue diruang x RSUD

Purwakarta”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan Asuhan keperawatan anak pada An.X usia Sekolah

(13 tahun) dengan gangguan sistem Hematologi DBD (Demam Berdarah

Dengue) di ruangan X rumah sakit umum daerah Purwakarta .

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan diharapkan penulis mampu:

a. Mampu melakukan pengkajian pada An.X usia Sekolah (13 tahun) dengan

gangguan sistem Hematologi akibat DBD (Demam Berdarah Dengue) Di

ruangan X rumah sakit umum daerah Purwakarta .

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. X usia Sekolah (13

tahun) dengan gangguan sistem Hematologi akibat DBD (Demam

Berdarah Dengue) Di ruangan X rumah sakit umum daerah Purwakarta .

c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada An. X Sekolah (13 tahun)

dengan gangguan sistem Hematologi akibat DBD (Demam Berdarah

Dengue) Di ruangan X rumah sakit umum daerah Purwakarta .

d. Mampu membuat tindakan keperawatan sesuai rencana tindakan pada

An.X usia Sekolah (13 tahun) dengan gangguan sistem Hematologi akibat

DHF (Dengue Hemmoragic Fever) Di ruangan X rumah sakit umum

daerah Purwakarta

5
e. Mampu membuat evaluasi keperawatan pada An.X Usia sekolah

(13tahun) dengan gangguan sistem Hematologi akibat DBD (Demam

Berdarah Dengue) Di ruangan X rumah sakit umum daerah Purwakarta .

D. Manfaat Penulisan

Studi kasus ini,diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Manfaat Praktis :

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan informasi

dalam bidang keperawatan anak tentang asuhan keperawatan Anak pada An. X

usia sekolah (13 tahun) dengan gangguan sistem Hematologi akibat DBD

(Demam Berdarah Dengue) Di ruangan X rumah sakit umum daerah Purwakarta

2. Manfaat Teoritis :

1) Bagi Klien dan keluarga

Hasil penulisan ini agar dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga

mengenai penyakit DBD sehingga keluarga mampu mencegah dan merawat

anggota keluarga yang menderita DBD dan mampu untuk mengikuti program

keperawatan yang dilakukan oleh perawat.

2) Bagi Profesi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat untuk memberikan

asuhan keperawatan pada klien yang menderita DBD secara tepat.

3) Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran untuk melaksanakan

penelitian lanjut tentang tingkat pengetahuan mahasiswa/i terhadap DBD.

Dengan bertambahnya pengetahuan yang di miliki mahasiswa/i dapat

memiliki kesadaran untuk peduli akan lingkungan sekitarnya dan memberi

6
informasi kepada masyarakat yang belum mengerti tentang Demam Berdarah

Dengue.

4) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Sebagai data informasi yang dapat membantu dalam mengambil kebijakan

dalam mengadakan program kesehatan bagi masyarakat terutama tentang

DBD.

5) Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman tentang

perawatan pada anak dengan DBD.

E. Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan sistematika penulisan proposal penelitian ini, terdiri dari isi

Bab I s/d Bab II antara lain : Bab I : Pendahuluan, bagian ini menguraikan secara

singkat dan jelas mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teori, bagian ini menguraikan tentang konsep dasar asuhan

keperawatan. Konsep dasar terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi, klasifikasi,

etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostic,

penatalaksanaan medis, karakteristik anak yang terdiri dari pengertian anak dan

pertumbuhan dan perkembangan anak, dan asuhan keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelakasanaan

keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit DBD

1. Definisi DBD

Menurut World Health Organization (WHO), Demam Berdarah Dengue

(DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang

terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam,

nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan diathesis hemorogik. Terdapat tiga tahapan yang dialami

penderita penyakit DBD, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan (WHO,

2011).

Penyakit DBD merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

dari genus Aedes, terutama aedes aegypty atau Aedes albopictus yang dapat muncul

sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan

dengan kondisi lingkungan, iklim, mobilisasi yang tinggi, kepadatan penduduk,

perluasan perumahan dan perilaku masyarakat (Kesehatan, 2019).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flaviviru, dan family

Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama

Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun

dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi

lingkungan dan perilaku masyarakat (Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2016).

Klasifikasi derajat DBD menurut WHO:

Tabel 2.1 derajat DBD

Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

8
manifestasi pendarahan uji tourniquet positif.
Derajat 2 Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan/ atau

pendarahan lain.
Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat

dan lembut, tekanan nadi menurun (<20 mmhg) atau

hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan pasien

menjadi gelisah.
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak

dapat diukur.
Sumber: Nanda, 2015

2. Anatomi fisiologi sistem Hematologi

Anatomi fisiologi menurut (Syaifuddin, 2011) mengatakan bahwa darah adalah

cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi transportasi oksigen,

karbohidrat dan metabolit, mengatur keseimbangan asam dan basa, mengatur suhu

tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh dari pusat produksi

panas (hepar dan otot) untuk distribusikan ke seluruh tubuh, pengaturan hormoe

dengan membawa dan menghantarkan dari kelenjar ke sasaran.

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi

transportasi oksigen, karbohidrat dan metabolit, mengatur keseimbangan asam dan

basa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh

dari produksi panas (hepar dan otot) untuk di distribusikan ke seluruh tubuh,

pengaturan hormone dengan membawa dan menghantarkan dari kelenjar ke sasaran.

Darah berada dalam tubuh karena adanya kerja pompa jantung, selama darah

berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila berada diluar pembuluh

darah akan membeku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan mencampurkan sedikit

sitras natrikus atau anti pembeku darah. Keadaan ini sangat berguna apabila darah

tersebut diperlukan untuk transfuse darah. Fungsi darah secara umum adalah, sebagai

9
alat pengangkut, membawa darah sebagai substansi untuk fungsi metabolism, proteksi

tubuh terhadap bahaya mikroorganisme yang fungsi dari sel darah putih, proteksi

terhadap cedera dan pendarahan yaitu proteksi terhadap respon peradangan local

karena cedera jaringan. Pencegahan pendarahan merupakan fungsi trombosit karena

adanya faktor pembekuan, fibrinolik (mempercepat pelarutan thrombin) yang ada

dalam plasma, mempertahankan temperature tubuh, darah membawa panas dan

bersirkulasi ke seluruh tubuh. Hasil metabolism juga menghasilkan energy dalam

bentuk panas.

A. Komponen pada darah menurut Syaifuddin (2011) yaitu :

a. Sel darah merah

Bentuk sel darah (eritrosit) seperti cakram/bikonkaf, tidak mempunyai

arti, ukurannya 0,007 mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5juta/mm²,

warnanya kuning kemerah-merahan, sifatnya kenyal sehingga dapat berubah

bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang dilaluinya. Oleh karena itu di

dalamnya mengandung hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen (O2),

eritrosit membawa oksigen dari paru ke jaringan dan karbo dioksida (CO2)

dibawa dari jaringan ke paru untuk dikeluarkan melalui jalan pernafasan.

Jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel adalah normal, darah

mengandung rata-rata 15gram, dan tiap gram mampu meningkat 1,39ml

oksigen. Pada orang normal hemoglobin dapat mengangkut 20ml oksigen dan

100ml darah. Eritrosit dibuat di sumsum tulang yang masih berinti, dalam

pembentukannya dibutuhkan zat besi, Vit B12, asam folat, dan rantai globulin

yang merupakan senyawa protein. Pematangan eritrosit diperlukan hormone

eritropoetin yang diproduksi oleh ginjal. Umur perbedaannya 105-120 hari.

10
Eritrosit dihancurkan di limfa. Jumlah normalnya pada laki-laki 5,5 juta

sel/mm³ (Syaifuddin, 2016).

b. Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein berupa pigmen darah pembawa oksigen

yang kaya zat besi. Hemoglobin memiliki daya gabung terhadap oksigen

untuk membentuk hemoglobin dalam sel darah merah. Dengan dimulainya

fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru ke jaringan. Kemampuan

hemoglobin mengikat oksigen adalah lemah dan reversible (rangkaian kimia

berubah arah). Kemampuan ini berhubungan dengan respirasi. Fungsi primer

hemoglobin dalam tubuh bergantung pada kemampuan untuk berikatan

dengan oksigen dalam paru dan kemudian mudah melepaskan oksigen ini ke

kapiler jaringan tempat tekanan gas oksigen jauh lebih rendah daripada paru.

c. Sel darah putih

Bentuk dan sifat dari sel darah putih (leukosit) berbeda dengan

eritrosit. Bentuknya bening, tidak berwarna, lebih besar dari eritrosit, dapat

berubah dan bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia),

mempunyai bermacam-macam inti sel, banyaknya antara 6000-9000/mm³.

Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara

menghancurkan antigen (kuman, virus, dan toksin). Sebagai pertahanan tubuh

dikerahkan ke tempat-tempat infeksi dengan jumlah berlipat ganda. Leukosit

dapat begerak dari pembuluh darah menuju jaringan, saluran limfe, dan

kembali lagi kedalam aliran darah. Leukosit bersama system makrofag

jaringan atau sel retikuloendotel dari hepar, limpa, sumsum tulang, alveoli

paru, mikrogliak otak, dan kelenjar getah bening melakukan fatogenesis

11
terhadap kuman dan virus yang masuk. Setelah di dalam sel kuman/virus di

cerna dan dihancurkan oleh enzim, pencerna sel.

d. Trombosit

Trombosit merupakan keeping-keping darah yang dibuat disumsum

tulang, paru-paru, limfa. Umur peredarannya hanya 10 hari. Jumlahnya pada

orang dewasa antara 200.000-300.000 keping/mm³. Trombosit mempunyai

kemampuan untuk melakukan Daya aglutinasi (membeku dan menggumpal),

Daya adesi (saling melekat), Daya agregasi (berkelompok), Trombosit

berfungsi sebagai pembekuan darah dan penghentian pendarahan, begitu pula

kerusakan dinding pembuluh darah trombosit akan berkumpul disitu, dan

menutup lubang kebocoran dengan saling melekat, berkelompok menggumpal

dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah (Syaifuddin,

2016).

e. Plasma Darah

Plasma merupakan bagian yang encer tanpa sel-sel darah, berwarna

kekuningan yang dalam reaksinya bersifat alkali. Susunan plasma terdiri atas

air 90%, protein 8% (albumin, globulin, protombin, fibrinogen), mineral 0,9%,

sisanya terdiri dari bahan organik. Plasma berfungsi sebagai medium untuk

menyalurkan makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino ke jaringan

(Syaifuddin, 2016).

3. Klasifikasi DBD

Klasifikasi DBD menurut WHO dalam (Nurarif & Kusuma, 2015) yaitu :

a. Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi

perdarahan (uji tourniquet positif).

12
b. Drajat II : seperti derajat I disertai bperbedaan spontan di kulit dan perdarahan

lain.

c. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan

lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab,

gelisah.

d. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang dapat

diukur.

4. Etiologi

Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari genus

Flavivirus, family Flavividae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk

aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD),

Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk

dalam kelompok B Arbovirus yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family

Flavividae, dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4,

(Depkes RI, 2016). Di Indonesia pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak

tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan ke empat serotype yang dominan

dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes

RI, 2016).

5. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.

Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu dihipotalamus

sehinggamenyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)

terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada

dindingn pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari

intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat

13
terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi

melawan virus (Candra, 2019).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit

seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya

kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara

normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka

akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama

tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,

sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik

merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi

pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) (Candra, 2019).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus

antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi

C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan

histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas

dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma

ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler mengakibatkan

kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia

serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%)

menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai

hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Candra,

2019).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan

ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,

14
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan

melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit

menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena

harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan

gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan

mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan

bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan

timbul hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian apabila tidak segera diatasi

dengan baik (Candra, 2019).

15
6. Pathway

Bagan 2.1 Penyakit DBD

Virus Dengue terdapat pada


nyamuk Aedes Aegypty

Nyamuk Aedes Aegypty


menggigit manusa

Masuk ke aliran darah

Viremia

Mekanisme Tubuh Komplemen Antigen dan


Antibody meningkat Renjatan (proses imunologi)
Untuk Melawan Virus

Peningkatan asam Pembebasan histamin Ke pembuluh darah dan


lambung keotak melalui aliran darah

Peningkatan permebialitas
Anoreksi mual, dinding pembuluh darah
Virus berkembang ke
muntah aliran darah
Kebocoran plasma
Gangguan Nutrisi
kurang dari kebutuhan Hipertermi
Tubuh Pendarahan Ekstra seluler

Hemoglobin turun

Nutrisi dan oksigen ke


jantung menurun

(Hidayati,2020)
Lemas

Intoleransi Aktifitas

16
7. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan

DBD, ditandai dengan :

1) Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari di

kebanyakan kasus.

2) Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae, purpura,

ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan melena.

3) Pembesaran hati (hepatomegali).

4) Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi, hipotensi

kaki dan tangan dgain, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.

8. Kompikasi DBD

Komplikasi yang muncul pada DBD ada 6 yaitu : (Soedarto, 2012)

a. Komplikasi susunan syaraf pusat

Kompikasi susunan pada syaraf pusat dapat berbentuk konfulsi, kuku kuduk,

perubahan kesadaran dan peresis.

b. Ensefalopati

Komplikasi neorologik ini terjadi akibat pemberian cairan hipotonik yang

berlebihan.

c. Infeksi

Pneumonia, sepsis flebitis akibat pencemaran bakteri Gramnegatif pada alat-alat

yang digunakan pada waktu pengobatan, misalnya pada waktu transfuse atau

pemberian infus cairan.

d. Kerusakan hati

e. Kerusakan otak

f. Renjatan (Syok)

17
Syok bisa dimuli dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,

dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta sianosis disekitar mulut.

9. Pemeriksaan Diagnostik

Pada pasien DBD pemeriksaan yang dilakukan yaitu : (Nurarif & Kusuma, 2015)

a. Laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap

a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang

banyak dan hebat Hb biasanya menurun.

Nilai normal Hb : 10-16 gr/dL.

b) Hematocrit meningkat 20% karenadarah mengental dan terjadi kebocoran

plasma.

Nilai normal : 33-38%.

c) Trombosit biasanya menurun akan mengakibatkan trombositopenia kurang

dari 100.000/ml.

Nilai normal : 200.000-400.000/ml.

d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal.

Nilai normal : 9.000-12.000/mm³.

2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan hipoprotein kimia, hipoklemia,

dan hiponatremia.

3) Pemeriksaan analis gas darah biasanya diperiksa :

a) pH darah biasanya meningkat

Nilai normal : 7.35-7.45

b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolic meningkatkan

pCO2 menurun dari nilai normal (25-40mmHg) dan HCO3 rendah.

4) Isolasi Virus

18
5) Serologi (Uji H) : respon antibody sekunder

6) Pada renjatan yang berat, periksa : PCV (setiap jam), faal hemostatis, FDP,

EKG, BUN, Kreatinin serum.

b. Radiologi

Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi

bila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui dikedua hemitoraks.

Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral (Wijayaningsih,

2013).

10. Penatalaksanaan Medis

Hasmi (2015) menyatakan bahwa pada dasarnya pengobatan DBD bersifat

suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan

permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.

Secara garis besar dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Pemberian oksigen : Terapi oksigen harus selalu diberikan kepada semua pasien

syok.

b. Penggantian volume plasma

c. Koreksi gangguan metabolic dan elektrolit

d. Transfuse darah : pemberian transfuse darah diberikan pada keadaan perdarahan

yang nyata seperti hematemesis (muntah darah) dan melena (BAB berwarna

merah kehitaman). Hemoglobin perlu dipertahankan untuk mencapai transport

oksigen ke jaringan, sekitar 10g/dl.

Berikut ini tatalaksana pasien dengue menurut fase yang dibagi menjadi 3 : (Hasmi,

2015).

a. Fase febris.

1) Penurunan suhu :

19
a) Tepid sponge untuk demam yang sangat tinggi setelah diberikan

parasetamol.

b) Antipiretik, paracetamol 10mg/kgBB/hari jika demam >39̊ C setiap 4-6

jam

2) Pemberian makanan

a) Nutrisi yang lunak yang akan lebih disukai

b) Susu, jus buah dan cairan elektrolit direkomendasikan jika diit lunak tidak

dapat dikonsumsi.

c) Pemberian air putih yang adekuat akan menjaga keseimbangan elektrolit.

3) Terapi simptopatik lainnya

a) Domperidon 1mg/kgBB/hari diberikan 3 kali.

b) Antikonvulsan pada pasien kejang demam (diazepam oral).

c) H-2 bocker ( ranitidine, cimetidine) pada pasien dengan gastritis atau

perdarahan saluran cerna.

4) Pemberian cairan intravena

5) Pengawasan tanda kegawatan dan gejala yang mengarah ke syok.

Gejala syok :

a) Ujung akral dingin dan lembab

b) Gelisah, rewel pada bayi

c) Mottled pada kulit

d) Pengisian kapiler >2 detik

e) Penurunan diuresis 4-6 jam

b. Fase kritis

1) DBD derajat I dan II

a) Pada hari ke 3, 4, dan 5 demam dianjurkan dirawat inap.

20
b) Pemantauan TTV setiap hari 1-2 jam selama fase kritis.

c) Pemeriksaan kadar hematocrit berkala selama 4-6 jam selama fase kritis.

d) Penggantian volume plasma yang hilang akibat pembesaran plasma.

e) Jenis cairan yang dipakai yaitu isotonic ringer dan ringer asetat.

f) Jumlah cairan diberikan :

(1) Berat badan yang digunakan untuk patokan berat badan ideal.

(2) Pemberian cairan intravena harus disesuaikan berdasarkan hasil lab

(hemoglobin, hematocrit). Tidak boleh melebihi 6 jam tanpa dievaluasi

lagi.

2) DBD derajat III dan IV

a) Sindrom syok dengue merupakan kasus kegawatdaruratan yang

membutuhkan penanganan secara cepat dan tepat. Tetapi oksigen harus

diberikan pada semua pasien syok.

b) Penggantian awal cairan intravena dengan larutan kristaloid 20 ml/kgBB

dengan tetesan secepatnya. Jika syok belum teratasi dengan dua kali

resusitasi, I cairan dapat digantikan dengan koloid 10-20 ml/kgBB selama

10 menit. Jika terjadi perbaikan klinis, segera tukar kembali dengan

kristaloid, tetesan dikurangi secara bertahap dengan tetesan 10

ml/kgBB/jam dan di evaluasi selama 4-6 jam. Jika membaik, diturunkan 7

ml/kgBB/jam selanjutnya 5 ml/kgBB/jam dan terakhir 3 ml/kgBB/jam.

c. Fase penyembuhan

1) Penghentian cairan intravena

2) Biarkan pasien istirahat

21
3) Beberapa pasien akan mengalami fluid overload jika pada fase demam

sebelumnya mendapat cairan berlebihan, untuk mengatasi cairan tersebut

dapat dilakukan :

a) Hilangnya cairan yang ada di cavum pleura, dapat menggunakan diuretic

furosemide (1 ml/kg/dosis), dengan syarat pasien tidak dalam fase

perembesan plasma karena akan memicu syok.

b) Dilakukan pemasangan kateter terlebih dahulu

c) Pencatatan jumlah urin setiap jam. Urin yang adekuat adalah 0,5

ml/kgBB/jam.

d) Furosemide dapat diberikan dengan frekuensi sesuai kebutuhan.

A. Konsep dasar Keluarga

1. Pengertian keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam

satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2014).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu

dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya

(Ali, 2015).

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2013) konsep keluarga merupakan

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum : meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota. Keluarga

merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil di masyarakat, penerima asuhan,

22
kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan

menempati posisi antara individu dan masyarakat.

Berdasarkan tiga pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih

dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang tinggal di atsu tempat/ rumah,

saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing dan

mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Ciri-Ciri Keluarga

Menurut Setiadi (2013) ciri-ciri keluarga terdiri dari :

1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan

yang senganja dibentuk atau dipelihara.

3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk ole h anggota-anggotanya

berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan

anak.

5) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.

3. Tahapan Keluarga

Menurut Setiadi (2013), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan,

yaitu:

a. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan

keluarga tahap ini antara lain adalah :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.

23
2) Menetapkan tujuan bersama.

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.

4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.

5) Persiapan menjadi orang tua.

6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang

tua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis

keluarga yang bermasalah dalam hal :

1) Suami merasa diabaikan.

2) Peningkatan perselisihan dan argument.

3) Interupsi dalam jadwal kontinu.

4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap

bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).

4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.

5) Konseling KB post partum 6 minggu.

6) Menata ruang untuk anak.

7) Biaya / dana Child Bearing.

8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.

9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah

24
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra

sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan

merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini

adalah :

1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.

2) Membantu anak bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.

5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.

6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (7 – 13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan

lingkungan lebih luas.

2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

3) Menyediakan aktivitas untuk anak.

4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.

5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan

brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan

mulai memiliki otonomi).

25
2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari

perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.

4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan

menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada

dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas

perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintimn.

3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak –

anaknya.

g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social

dan waktu santai.

2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.

3) Keakraban dengan pasangan.

4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.

26
5) Persiapan masa tua/ pension.

h. Keluarga Lanjut Usia.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.

2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.

3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.

4) Melakukan life review masa lalu.

4. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan

basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan

dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling

mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan

dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian,

keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga

dapat mengembangkan konsep diri positif. Fungsi afektif merupakan “sumber

energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan

anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak

dapat terpenuhi.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif

adalah :

1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan

27
dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang

akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling

mendukung. Hubbungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar

dalam memeberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.

2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui

keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan

iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui

proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota

keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif

sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang

tuanya.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,

yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,

ibu, dan orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai

belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap

berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi

28
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi

kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk

meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian,

dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang

tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang

berujung pada perceraian.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau

merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan

asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan

keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan

keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakana tugas kesehatan

berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

B. Karakteristik Anak

1. Pengertian Anak

Anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang

perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang

dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan

anak. Sedangkan yang diartikan dengan anak-anak atau juvenile, adalah seseorang

29
yang masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin (Lesmana,

2018).

Anak usia sekolah pada tahun, priode usia 7-13 tahun kadang disebut sebagai

masa kanak-kanak pertengahan atau masa laten, masa untuk mempunyai tantangan

baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan

kemampuan pada anak-anak usia sekolah umtuk mengevaluasi diri sendiri dan

merasakan evaluasi teman-temannya. Dapat disimpulkan sebagai sebuah penghargaan

diri menjadi masalah sentral pada anak usia sekolah (Behrman, Kliegnam, & Arvin,

2010).

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan dan perkembangan (tumbang) pada dasarnya merupakan dua

peristiawa yang berlainan, akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan

(growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran besar, jumlah,ukuran atau

dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat

(gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter). Sedangkan perkembangan

(development) merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Dari dua pengertian tersebut dapat

ditarik benang merah bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,

sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi sel atau organ tubuh

induvidu, keduanya tidak bisa dipisahkan. ( Riyadi & Ratnaningsih, 2012)

Anak usia sekolah dalam teori perkembangan psikososial menurut Freud, anak

sekolah masuk ke dalam tahap laten yaitu anak menggunakan energi fisik dan

psikologis yang merupakan media untuk mengesplorasi pengetahuan melalui aktivitas

fisik maupun sosialnya dan anak cenderung mencoba hal yang baru. Selain itu,

30
menurut Ericson usia sekolah ini berada pada tahap industry versus inferiority yaitu

anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak lainnya melalui

kegiatan yang dilakukan baik dilingkungan sekolah maupun dalam pergaulan teman

sebaya. Pada usia ini anak sering tidak terkontrol aktivitasnya, pada iklim yang tidak

stabil ini penyebaran penyakit dapat terjadi di mana saja (Supartini, 2014). Iklim yang

tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan dan merupakan

sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty yang cukup potensial. Selain itu

juga didukung dengan tidak maksimalnya kegiatan PSN di masyarakat sehingga

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa kabupaten atau kota, hal ini

bisa menyebabkan berbagai penyakit diantaranya adalah DBD (Profil Kesehatan Jawa

Tengah, 2017).

Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit

demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus lagi dengan

genus Flavivirus yang dikenal dengan nama Virus Dengue yang ditandai dengan

demam berdarah 2 sampai 7 hari tanpa sebab yang jelas (Hermayudi & Ariani, 2017).

Angka kejadian demam berdarah di Indonesia mengalami perubahan setiap tahunnya.

a. Ciri umum usia sekolah

Anak usia sekolah 7-13 tahun dalam perkembangannya memiliki karakteristik

yang unik. Berbagai teori membahas tentang karakteristik anak usia sekolah

sesuai dengan aspek-aspek yang ada pada anak. Beberapa teori tersebut di

antaranya yaitu teori kognitif, teori psikososial, teori moral, teori perkembangan

fisik dan motorik

b. Perkembangan Kognitif

Anak usia sekolah pada umumnya berada pada tahap operasional konkret

untuk anak dengan rentang usia 7 sampai 11 tahun. Tahap operasional konkret

31
merupakan tahap ketiga dari tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget.

Pada tahap ini, anak sudah dapat melakukan penalaran secara logis untuk hal-hal

yang bersifat konkret, sedangkan untuk hal-hal yang bersifat abstrak masih belum

mampu. Anak sudah mampu mengklasifikasikan objek konkret ke dalam

kelompok yang berbeda. Selama masa usia Sekolah terjadi perkembangan kognitif

yang pesat pada anak. Anak mulai belajar membentuk sebuah konsep, melihat

hubungan, dan memecahkan masalah pada situasi yang melibatkan objek konkret

dan situasi yang tidak asing lagi bagi dirinya. Anak juga sudah mulai bergeser dari

pemikiran egosentris ke pemikiran yang objektif. Anak mampu mengerti adanya

perpindahan pada hal yang konkret serta sudah memahami persoalan sebab akibat.

Anak mampu memaknai suatu tindakan dianggap baik atau buruk dari akibat yang

ditimbulkan (Slavin, 2011: 50-51).

c. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa pada anak usia sekolah tidak hanya di nilai dari

kemampuan membaca atau menulis saja, tetapi juga mencakup kemampuan

berkomun ikasi serta memahami dan mengekspresikan perasaan. Kemampuan

bahasa yang baik akan mendukung kemampuan anak dalam berfikir, memecahkan

masalah, serta menjalin hubungan dengan orang lain. (Andria, 2020)

d. Perkembangan Psikososial

Anak usia Sekolah pada tahap ini telah menyadari bahwa dirinya memiliki

keunikan dan kemampuan yang berbeda dengan temannya. Anak mulai

membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga.

Ketergantungan anak terhadap keluarga menjadi berkurang. Hubungan anak

dengan orang dewasa di luar keluarga memberikan pengaruh penting dalam

pengembangan kepercayaan diri dan kerentanan terhadap pengaruh social. Anak

32
berusaha memenuhi tugas-tugas dan berkarya. Anak mencoba mencari perhatian

dan penghargaan atas karyanya. Anak mulai bertanggung jawab serta gemar

belajar bersama. Timbul ketidakpercayaan diri pada anak jika tidak mampu

mengerjakan tugas seperti temannya. Bahaya bagi anak ketika timbul rasa tidak

percaya diri, oleh sebab itu dalam proses pembelajaran peran guru sangat penting

dalam menumbuhkan semangat berkarya sesuai dengan kemampuan masing-

masing anak. Guru harus menegaskan bahwa pada setiap proses pembelajaran,

anak telah belajar sesuatu hal meskipun berbeda dengan teman-temannya. Tugas

utama guru dalam hal ini adalah menumbuhkan semangat berkarya dan

menghindarkan anak dari sikap tidak percaya diri.

e. Perkembangan Motorik

1) Motorik kasar : sudah mulai bermain aktif diluar bersama teman-temannya.

2) Motorik halus : sudah bisa mengerjakan tugasnya sendiri, bermain game, bisa

membantu pekerjaan orangtua dirumah.

3. Disiplin Pada Anak Usia Sekolah

Tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga ia akan

sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu di

identifikasikan. Orang tua ataupun guru diharapkan dapat menerangkan terlebih

dahulu apa kegunaan atau manfaat atau disiplin bagi anak sebelum mereka melakukan

kegiatan pendisiplinan terhadap anak. Hal ini dilakukan supaya anak memahami

maksud dan tujuan berdisiplin pada saat mereka menjalaninya. Dan pada akhirnya hal

tersebut akan berubah manfaat yang positif bagi perkembangan itu sendiri.

(Pedagogia, Vol. 2, No. 1 2013: halaman 36-49)

33
Menurut Harlock agar disiplin mampu mendidik anak dapat berperilaku sesuai

dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok social mereka, maka disiplin harus

memiliki empat unsur pokok yaitu :

a. Peraturan pada Anak Usia Sekolah

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, dimana pola tersebut

ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya adalah untuk

membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.

Peraturan mempunyai dua fungsi yaitu :

1) Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada

anak prilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut.

2) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

Agar peraturan memenuhi kedua fungsi tersebut, maka peraturan itu haruslah

dapat di mengerti, di ingat dan diterima oleh si anak. Anak kecil membutuhkan

lebih banyak peraturan daripada anak yang lebih besar sebab menjelang remaja

anak dianggap telah belajar apa yang di harapkan dari kelompok social mereka.

b. Hukuman pada Anak Usia Sekolah

Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire, dan berarti menjatuhkan

hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran

sebagai ganjaran atau pembalasan. Tujuan jangka pendek dari menjatuhkan hukuman

adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah. Sedangkan tujuan jangka

panjangnya adalah untuk mengajar dan mendorong anak untuk menghentikan sendiri

tingkah laku mereka yang salah. Hukuman merupakan salah satu unsur kedisiplinan

yang dapat digunakan untuk membuat anak berperilaku sesuai standar yang

ditetapkan kelompok sosial mereka. Hukuman memang diperlukan dalam

34
mendisiplinkan anak, hal tersebut diperlukan apabila kesalahan yang dilakukan anak

serius dan membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.

c. Penghargaan pada Anak Usia Sekolah

Penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.

Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian,

senyuman atau tepukan. penghargaan bertindak sebagai sumber motivasi yang kuat

bagi anak untuk melanjutkan usahanya untuk berperilaku sesuai dengan harapan.

d. Konsistensi pada Anak Usia Sekolah

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Peraturan, hukuman dan

penghargaan yang konsisten membuat anak tidak bingung terhadap apa yang

diharapkan dari mereka. Dalam menerapkan disiplin orangtua hendaknya

menggunakan metode atau cara yang dapat menambah motivasi anak untuk berperi

laku baik.

e. Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah

Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit sebagai pasien dengan

berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik, prosedur operasi, perawatan medis,

pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh. Hospitalisasi ini

merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.

Keadaan ini (hospitalisasi) terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan

lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi

stresor baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga, perubahan kondisi ini

merupakan masalah besar yang menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang

dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada anak jika anak tidak

mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Dampak jangka pendek dari

kecemasan dan ketakutan yang tidak segera ditangani akan membuat anak melakukan

35
penolakan terhadap tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga

berpengaruh terhadap lamanya hari dirawat, memperberat kondisi anak dan bahkan

dapat menyebabkan kematian pada anak. Dampak jangka panjang dari anak sakit dan

dirawat yang tidak segera ditangani akan menyebabkan kesulitan dan kemampuan

membaca yang buruk memiliki gangguan bahasa dan perkembangan kognitif,

menurunnya kemampuan intelektual dan sosial serta fungsi imun ( Ponorogo: Forum

Ilmiah Kesehatan, 2017)

Salah satu cara yang efektif untuk menurunin kecemasan hospitalisasi yaitu

dengan menggunakan terapi bermain. Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain

yang dijadikan sarana untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses

penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta

perawatan. Adapun tujuan dari terapi bermain bagi anak yang dirawat di rumah sakit

adalah mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri. (Jurnal konseling

Indonesia Vol.3 No.1, 2017)

Bermain adalah aktivitas yang sangat penting untuk perkembangan anak.

Dengan bermain, anak dapat mengembangkan emosi, fisik, dan pertumbuhan

kognitifnya. Walaupun anak mengalami sakit dan atau dirawat inap, tugas

perkembangan tidaklah berhenti. Hal ini bertujuan melanjutkan tumbuh dan kembang

selama perawatan sehingga kelangsungan tumbuh kembang dapat berjalan, dapat

mengembangkan kreativitas dan pengalaman, anak akan mudah untuk beradaptasi

terhadap stress karena penyakit yang dirawat. (Silvi, 2018)

Anak usia sekolah dalah anak yang berusia 6-13 tahun, memiliki fisik lebih

kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.

Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, dimana apa

yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus

36
pada masa- masa selanjutnya. Menurut pendapat Wong, anak sekolah adalah anak

pada usia 7-13 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode

ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam

hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah

merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan

penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

C. Tujuan Teoritis Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut (Hidayat,2014), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan

proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar

dari pasien, untuk informasi yang diharapkan dari pasien. Tahapan pengkajian

sebagai berikut :

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada DBD paling sering menyerang anak-anak dengan

usia 6-15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,

pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada anak dengan DBD adalah panas tinggi

dan anak lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan

saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3

dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan

37
batuk pilek, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu

hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.

1) Riwayat penyakit dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada anak DBD biasa mengalami

serangan ulangan DBD dengan tipe virus lain.

d. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan

timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

e. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DBD dapt bervariasi. Semua anak dengan

status gizi baik maupun buruk dapat beresiko apabila terdapat faktor

predisposisinya. Anak yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual,

muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak

disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat

mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

f. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang

bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).

g. Pola kebiaasan

1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan makin menurun.

38
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diare

atau konstipasi. Sementaar DBD pada grade III-IV bisa terjadi melena.

3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apkanh sering kencing,

sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DBD grade IV sering terjadi hematuria.

4) Tidur dan istarahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena

mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas

tidur maupun istirahatnya kurang.

5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat

sarang nyamuk aedes aegepty. Prilaku dan tanggapan bila ada keluarga

yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.

h. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung

rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade DBD), keadaan fisik

anak adalah sebagai berikut.

1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umun lemah, tanda -tanda

vital dan nadi lemah.

2) Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan

spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan

tidak teratur.

3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,

kecil dan tidak teratur, serta tekanan darah menurun.

39
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi

tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan

kulit tampak biru.

i. Sistem integument :

1) Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat

dingin dan lembab.

2) Kuku sianosis/tidak.

3) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusi), mata

anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,

IIII, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami

hyperemia faring, dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).

4) Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat

adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales

+, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

5) Abdomen.

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly), dan asites.

6) Ekstremitas. Akral dingin, serta menjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

40
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia

terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan respon dari

sebuah individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Diagnosis keperawatan

biasanya berisi dua bagian yaitu description atau pengubah, focus diagnosis, atau

konsep kunci dari diagnosis (Hermand dkk 2015).

Diagnosis keperawatan berdasarkan ( NANDA,2018-2019) adalah sebagai

berikut :

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh

diatas nilai normal

b. Gangguan nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai

dengan nafsu makan berkurang

c. Intoleransi aktivitas

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat

berdasarkan penelitian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan

outcome pasien atau klien. Intervensi keperawatan mencakup baik perawatan

langsung dan tidak langsung yang ditunjukkan pada individu, keluarga dan

masyarakat, serta orang-orang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun

pemberian pelayanan kesehatan lainnya (Bullechek dkk 2015).

Tabel 2.2 Intervensi

No Dx Tujuan (NOC) NIC


1 Hipertensi Setelah dilakukan a. Memonitor tanda-tanda
berhubunga perawatan selama 3x24jam,
vital
n dengan klien mampu mengatasi
b. Memberikan metode
proses masalah. Dengan kriteria
penyakit hasil : pendinginan eksternal

41
ditandai a. Menguasai ( misalnya, kompres
dengan suhu informasi terkait
dingin pada leher,
tubuh diatas hipertermi
abdomen, kulit kepala,
nilai normal b. Mampu
mengidentifikasi ketiak dan selangkangan
faktor risiko
serta selimut dingin).
hipertermia
c. Memberikan obat (NIC,
c. Mampu
mengidentifikasi Hal:360)
tanda dan gejala
hipertermia
d. Mampu mengenali
obat-obatan yang
berefek pada suhu
tubuh. (NOC hal :
252).
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan a. Memanagemen
nutrisi
keperawatan selama gangguan makan
berhubunga
3x24jam, diharapkan klien b. Memanajemen cairan
n dengan
kurangnya mampu mengatasi masalah c. Memanajemen nutrisi
asupan
dengan kriteria hasil : d. Terapi nutrisi
makanan
Outcome: e. Konseling nutrisi
ditandai
dengan a. Nafsu makan f. Bantuan perawatan diri
nafsu makan
meningkat : pemberian makan
berkurang
b. Status nutrisi g. Monitor tanda-tanda

energy membaik vital (Nic, hal: 558)

c. Berat badan masa

tubuh membaik

Output:

42
a. Mampu mengontrol

mual dan muntah

b. Kepercayaan

mengenal kesehatan

(NOC, hal: 644)

3 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan a. Memanajemen energy

aktivitas keperawatan selama b. Bantuan perawatan diri

3x24jam, diharapkan klien c. Peningkatan tidur

mampu mengatasi masalah d. Memanajemen

dengan kriteria hasil : lingkungan :

Outcome : kenyamanan

a. Toleransi terhadap e. Memanajemen

aktifitas pengobatan

Outcome: f. Relaksasi otot

a. Tingkat progresif (Nic, hal:

kenyamanan 527)

b. Konservasi energy

c. Tingkat kelelahan

d. Istirahat

e. Status perawatan

diri

f. Monitor tanda-

tanda vital (noc,

618)

43
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan intervensi

keperawatan (Kozier, 2011). Implementasi proses keperawatan terdiri rangkaian

aktivitas keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan dan

didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan pengawasan terhadap

efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai perkembangan

pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Bagian dari

pengumpulan data ini mempraksarai tahap evaluasi proses keperawatan. Pada

tahap ini, perawat harus melaksanakan tindakan keperawatan yang ada dalam

rencana keperawatan. Tindakan dan respon pasien tersebut langsung dicatat dalam

format tindakan keperawatan (Dinarti et al., 2013)

Dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya

sesuai dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan. Pada

pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara lain

independent implementation, collaborative implementation dan dependent

implementation (Ayunda, 2014).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Evaluasi keperawatan dicatat

disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnose

keperawatan meliputi data subyektif (S) data obyektif (O), analisa permasalahan

(A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil

analisa data diatas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses. Semua itu dicatat

pada formulir catatan perkembangan (progress note) (Dinarti et al, 2013).

S artinya data subjektif. Perawat dapat menuliskan keluhan pasien yang masih

dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.

44
O artinya data objektif. Data objektif yaitu data berdasarkan hasil observasi

perawat secara langsung pada klien dan yang dirasakan klien setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

A artinya analisis. Intervensi dari data subjektif dan data objektif. Analisis

merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau

status kesehatan klien yang telah terdentifikasi datanya dalam data subjektif dan

objektif.

P artinya planning. Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasi atau perencanaan yang ditambahkan dari rencana tindakan

keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.

E artinya evaluasi. Evaluasi adalah respond klien setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

R artinya reassessment. Reassement adalah pengkajian ulang yang dilakukan

terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi.

45
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah proses ilmiah karena dalam penelitian menggunakan

ilmu dan penelitian akan menghasilkan penemuan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan, namun penelitian yang dilakukan yaitu terhadap suatu obyek yang

disebut sebagai kasus yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan mendalam

dengan menggunakan berbagai macam sumber data. (Hasdianah, dkk, 2015)

Desain Penelitian ini adalah studi yang mengeksplorasi masalah Asuhan

Keperawatan Anak dengan gangguan sistem Hematologi akibat Demam Berdarah

Dengue pasien diobservasi selama 3 hari.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi yang diambil untuk melakukan penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum

Daerah yang berada dilingkungan kabupaten Purwakarta.

1) Lokasi penelitian

Pada kasus ini tempat pengambilan kasus dilakukan di Rumah Sakit Umum

Daerah Purwakarta, dilakukan pada anak Usia Sekolah (6tahun) yang mengalami

gangguan sistem hematologi akibat Demam Berdarah Dengue di ruang X.

2) Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada saat klien masuk ke rumah sakit selama

3 hari dan sudah melakukan intervensi, implementasi selama klien di rawat di

rumah sakit.

C. Pengumpulan data – WOD

46
Metode Pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data. Metode menunjukkan suatu cara sehingga diperlihatkan

penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan

sebagainya ( Hasdianah, 2015).

Pada bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1) Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit

keluarga). Sumber data dari pasien, keluarga, perawat lainnya.

2) Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh pasien.

3) Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang relevan).

D. Keabsahan data

Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif,

mengingat dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrument penelitian,

ditambah lagi teknik pengumpulan data utama penelitian kualitatif adalah wawancara

dan observasi yang dianggap banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan

apalagi tanpa kontrol. Untuk mengatasinya dilakukan pemeriksaan terhadap

keabsahan data ( Hidayah, 2016) .

Uji keabsahan data pada kasus ini yaitu menguji kualitas data/informasi yang

diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji

keabsahan data dilakukan dengan:

1) Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan

47
2) Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama

yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti.

E. Analisa data

Analisa data adalah data yang telah dihitung dan ditabulasi, dianalisis

menggunakan perhitungan/uji statistic yang sesuai ( penelitian kuantitatif ) dan

triangulasi ( penelitian kuantitatif ) selanjutnya di interpretasi dan menghasilkan

temuan. Temuan penelitian perlu disentesa dengan memadukan bersama konsep dan

teori dalam studi kepustakaan kemudian dipadukan dengan hasil penelitian

terdahulu/sejenis sehingga dapat menghasilkan kesimpulan. Kesimpulan yang

dihasilkan dalam tahap analisis data adalah hasil yang paling bermakna dalam

penelitian. Artinya penelitian tidak akan menghasilkan apa-apa atau tah berarti

sebelum menyimpulkan temuan penelitian ( Hasdianah, 2015).

Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan yang ada untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisa data adalah :

1) Pengumpulan data

48
Data di kumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip.

2) Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip. Data yang terkumpul kemudian yang

dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian

yang diterapkan. Data obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3) Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari responden.

4) Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian dapat dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

F. Etika penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan

penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek

penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut

( Notoatmodjo, 2012)

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi dari

institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi atau

lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

49
1) Informed Consent (persetujuan menjadi responden)

Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti dan

memenuhi kriteria inklusi.Lembar ini juga dilengkapi dengan judul penelitian

dan manfaat penelitian. Apabila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh

memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak subjek.

2) Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

Contoh : nama klien An.X

3) Confidentislity (kerahasiaan)

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

Contoh : data-data yang sifatnya pribadi (seperti nama, tempat, tanggal lahir,

agama, status perkawinan, penyakit yang pernah diderita, dan sebagainya)

harus dapat di proteksi dalam penggunaan dan penyebarannya.

50
DAFTAR PUSTAKA

Candra, Aryu. (2019). Asupan Gizi dan Penyakit Demam Berdarah Dengue/ Dengue

Hemmorragic Fever (DHF). 7(2), 23-31

Dinarti, Aryani, Ratna., Nurhaeni, Heni., & Chairani, Heni. (2013). Dokumentasi

Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Lp+dhf+pada+anak+sekolah

oq=Lp+dhf+pada+anak+prase#d=gs_qabs&u=%23p%3DUxzDy9399K0J.2020

Hidayati (2020) Pathway Demam Berdarah Dengue

Kemenkes, (2019). Kemenkes Catat 110.921 Kasus DBD/ Demam Berdarah Dengue

Kesehatan, Kementrian. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : Kementrian \

Kesehatan RI

Kozier, Barbara. (2011). Buku ajar Fundomental Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik

(7th ed.). Jakarta : EGC.

NANDA NIC-NOC, 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.

Nurlaila., Utami, Wuri., & Cahyani, Tri. (2018). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta :

PT Leutika Nouvalitera

https://scholar.google.com/scholar?

as_ylo=2109&q=hospitalisasi+anak&hl=id&as_sdt=0,5=gs_qabs&u=%23p

%3DNFqcQbi3E2MJ

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Lp+dhf+pada+anak+sekolah

oq=Lp+dhf+pada+anak+prase#d=gs_qabs&u=%23p%3DUxzDy9399K0J.2020

51

Anda mungkin juga menyukai