Anda di halaman 1dari 38

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam praktik

keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan

penggunaan diri sendiri secara tarapeutik sebagai cara untuk meningkatkan

mempertahankan memulihkan kesehatan jiwa.

Menurut UU kesehatan jiwa No.18 tahun 2014 mengatakan bahwa

kesehatan jiwa adalah salah satu keadaan yang memungkinkan

perkembangan fisik ,intelektua l,emosional, secara optimal dari seseorang

dan perkembangan ini selaras dengan orang lain.mengemukakan bahwa

kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang sejahtera (mental wellbeing)

yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif.penderita gangguan

jiwa belum bisa disembuhka 100%,tetapi para penderita gangguan jiwa

memiliki hak untuk sembuh dan diperilakukan secara manusiawi .upaya

kesehatan jiwa bertujuan untuk menjamin setiap orang untuk mencapai

kwalitas hidup yang baik,menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat,bebas

dari ketakutan,tekanan gangguan lain yang dapat menggangu jiwa,setiap

individu beresiko mengalami gangguan jiwa ringan sampai gangguan jiwa

berat.salah satu gangguan jiwa yang terdapat diseluruh dunia adalah

gangguan jiwa skizofrenia (kemenkes 2014)

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,yang menimbulkan

1
2

penderitaan pada (keliat, dan nurhaeni 2012) gangguan jiwa

diklasifikasikan dalam bentuk pengolongan diagnosa gangguan jiwa di

indonesia menggunakan pedoman pengelolaan diagnosa gangguan jiwa

salah satu diagnosa yang sering di jumpai adalah skizofrenia

(keliat,wiyono&susanti,2011)

Skizofrenia adalah penyakit otak neurobiologis yang berat dan

terus menerus. Akibatnya berupa respon yang dapat sangat mengganggu

kehidupan individu, keluarga dan masyarakat Fenomenologi halusinasi

pada skizofrenia diikuti oleh gambaran studi pencitraan otak fungsional

dari area kortikal. Gangguan fungsi kognitif sering membuat orang dengan

skizofrenia menyadari bahwa ide-ide dan prilaku mereka berbeda dengan

orang lain

Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana

seseorang merasakan suatu gejala gangguan dimana seseorang merasakan

suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada.Seseorang mengalami perubahan

sensori persepsi berupa pendengaran(sutejo,2017)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan persepsi sensori yang

dialami oleh pasien gangguan jiwa (Keliat, Akemat, Helena, & Nurhaeni,

2013). Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon

neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami distorsi sensori

sebagai hal yang nyata dan meresponnya (Stuart, Keliat & Pasaribu,

2016). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa


3

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien

merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti &

Iskandar, 2012).

Tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien

tampak berbicara ataupun tertawa sendiri,pasien marah-marah sendiri

,menutup telinga karena pasien menanganggap ada yang berbicara

dengannya (Damayanti ,2017)

Muhith (2015) mengatakan bahwa dampak yang dapat

menimbulkan oleh pasien yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang

mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya.pasien akan

mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi.pada

situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suiside),membunuh orang

lain (homicide),bahkan merusak lingkungan.

World health organization (WHO) 2013 mengatakan gangguan

jiwa di dunia diperkirakan akan meningkat seiring dengan dinamisnya

kehidupan masyarakat.hampir 400 juta penduduk dunia menderita

gangguan jiwa ,di antaranya skizofrenia yang merupakan gangguan jiwa

berat atau kronis .ini merupakan masalah yang serius.diperkirakan sekita

26 juta jiwa di dunia akan mengalami skizofrenia.satu dari empat anggota

keluarga mengalami gangguan jiwa dan tidak terdiagnosa secara tepat

sehingga tidak memperoleh perawatan dan pengobatan dengan tepat.

Gangguan jiwa semakin meningkat ini dipengaruhi oleh pola

perilaku atau psikologis yang di tunjukkan oleh individu yang


4

menyebabkan distress, disfungsi,psikobiologis dan bukansebagai akibat

dari penyimpangan sosial atau konflik dengan masyarakat (stuart,2016)

Menurut data word healthorganisation (WHO) didunia terdapat

sekitar 35 jiwa orang terkena defresi, 60 juta orang terkena bipolar ,21

jiwa terkena skizofernia,serta 47,5 juta terkena dimensia sedangkan

prevalensi gangguan jiwa di indonesia mengalami peningkatan proporsi

gangguan jiwa Rikesdas 2018 yang cukup signifikal dari 1,7% menjadi

7% (Riskesdas 2018)

Fenomena masalah kesehatan jiwa di indonesia pada tahun 2018

mengalami peningkatan Survei global health data exchange tahun 2018

mengatakan ada 27,3 juta orang di indonesia mengalami malasah

kejiwaan,satu dari sepuluh orang di negara ini mengidap gangguan

kesehatan jiwa.indonesia menjadi nengara dengan jumlah pengidap

gangguan jiwa tertinggi di Asia Tenggara.data riset kesehatan kementrian

kesehatan tahun 2013 menyebut prevalensi gangguan jiwa berat seperti

skizoprenia mencapai 1.2 per seribu orang penduduk artinya ada 1-2 orang

yang menderita skizofrenia setiap 1.000 penduduk.

Penderita gangguan jiwa di Provinsi Jawa Barat tercatat sebanyak

1.065.000 jiwa penderita atau 2,37% penduduk. Halusinasi menjadi salah

satu gejala yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan jiwa

skizofrenia. Berdasarkan data dari rumah sakit jiwa provinsi jawa barat di

dapatkan jumlah penderita halusinasi pada periode bulan Januari-

Desember 2013 tercatat sebanyak 13.725 kasus halusinasi dengan rincian


5

Unit Rawat Jalan 10.029 kasus, Unit Rawat Inap 1245 dan Unit Gawat

Darurat 245 (Profil RSJ Jabar, 2013).

Menurut muhith 2015 mengatakan bahwa Halusinasi yang paling

banyak diderita di dunia adalah halusinasi pendengaran mencapai kurang

lebih 70%, bisa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu predisposisi meliputi

faktor perkembangang, faktor biologi dan faktor social budaya sedangkan

pada faktor presipitasi terjadinya halusinasi pendengaran meliputi faktor

internal dan eksternal , sedangkan halusinasi penglihatan dengan rata-rata

20% sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengecapan,

perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10 %.

Dewi (2016) mengatakan bahwa Di indonesia sekitar 70%

mengalami halusinasi yang di alami oleh gangguan jiwa,halusinasi yang

paling banyak di derita di indonesia yaitu halusinasi pendengaran sekitar

40% dibandingkan dengan halusinasi penglihatan karena disebabkan oleh

beberapa faktor di antaranya kemiskinan, dan tuntutan dalam keluarga

Rahmi (2016) mengatakan tingginya tingkat yang paling banyak

diderita di provinsi jawa barat yaitu halusinasi pendengaran sebanyak 65

%, di bandingkan dengan halusinasi penglihatan sekitar 20 % , disebabkan

karena dampak beban sosial ekonomi diantaranya adalah gangguan dalam

hubungan kelurga,keterbatasan melakukan aktifitas sosial, pekerjaan,

dampak negatif terhadap fisik.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebagaimana telah disampaikan

di atas,maka penyusun dapat merumuskan rumusan masalah yaitu bagaimana

konsep asuhan keperawatan pada Tn.x dengan gangguan persepsi sensori

halusinasi pendengaran akibat skizoprenia di RSJ provinsi jawa barat

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas,maka penyusun dapat

merumuskan tujuan yaitu sebagai berikut

1. Tujuan umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada pasien

dengan “gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran akibat

skizofrenia” secara langsung dan komprehensif meliputi aspek

bio,psiko,sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dalam memberikan asuhan keperawatan

jiwa pada klien gangguan persepsi sensorik dengan diagnosa halusinasi

yaitu

a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.x

dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran akibat

skizofrenia di RSJ provinsi jawa barat


7

b. Mampu melakukan diagnosa asuhan keperawatan jiwa pada Tn.x

dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran akibat

skizofrenia di RSJ provinsi jawa barat

c. Mampu melakukan intervensi asuhan keperawtan jiwa pada Tn.x

dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran akibat

skizofrenia di RSJ provinsi jawa barat

d. Mampu melakukan implementasi asuhan keperawtan pada Tn.x

dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran akibat

skizofrenia di RSJ provinsi jawa barat

e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan jiwa pada Tn.x

dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran akibat

skizofrenia di provinsi jawa barat

f. Mampu melakukan dokumentasi asuhan keperawatn jiwa pada

Tn.x dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

akibat skizofrenia di provinsi jawa barat

D. Manfaat penelitian

a. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis tentang

asuhan keperawtan jiwa dengan masalah halusinasi pendengaran

,karya tulis ilmiah ini di harapkan dapat menjadi salah satu cara

penulis mengaplikasikan ilmu yang di peroleh dalam perkuliahan


8

b. Bagi institusi pendidikan

Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai masukan dan

tambahan wancana pengetahuan,menambah wawasan bagi mahasiswa

diploma lll keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan

jiwa pada pasien halusinasi

c. Bagi pasien dan keluarga

Sebagai saran untuk memperoleh pengetahuan tentang halusinasi

pendengaran beserta penatalaksanaanya

d. Bagi rumah sakit

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi di rumah sakit

mengenai asuhan keperawatan jiwa dengan halusinasi pendengaran


BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Konsep Dasar Halusinasi Pendengaran

1. Definisi Halusinasi Pendengaran

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek

rangsangan dari luar, gangguan sensori meliputi seluruh pancaindra.

halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang mengalami

perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensadi palsu berupa

suara, penglihatan, pendengaran, perabaan dan penciuman. klien

merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.klien gangguan jiwa

mengalami purubahan dalam hal orientasi realitas (yusuf,el all,2015)

Halusinasi pendengaran adalah Klien mendengar bunyi atau

suara,suara tersebut membicarakan tentang pasien dan suara yang

didengar dapat berupa perintah yang memberitahu pasien untuk

melakukan sesuatu,kadang-kadang dapat membahayakan atau

mencederai dirinya sendiri. Menurut Satrio,(2015)

2. Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran

a. Bicara,senyum dan ketawa sendiri

b. Menggerakan bibit tampa suara,pergerakan mata yang

cepat,dan respon verbal yang lambat

c. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari

diri dari orang lain

9
10

d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan

yang tidak nyata

e. Perhatian dengan lingkungan yang kurang

f. Curiga,bermusuhan,merusak dan takut

g. Sulit berhubungan dengan orang lain

h. Ekspresi muka tegang,mudah tersinggung,jengkel dan marah

3. Jenis-jenis halusinasi

4. Rentang Respon Neurobiologis

Rentang respon neurobiologis yang paling adaptif yaitu adanya

pikiran logis, persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan

pengalaman, perilaku cocok, dan terciptanya hubungan sosial yang

harmonis. Sedangkan,respon maladaptive yang meliputi waham,

halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak teroganisasi, dan

isolasi sosial. Rentang respon neurobiologis halusinasi digambaran

sebagai berikut (Stuart, 2013)

Rentang Respon neurobiologis.

Respons adatif respons maladatif

a. Pikiran logis a. Disorsi pikiran a. Gangguan


b. Persepsi akurat (pikiran kotor) proses pikir
c. Emosi konsisten b. Ilusi (waham)
dengan c. Emosi b. Halusinasi
pengalaman berlebihan/ c. Kerusakan
d. Perilaku sesuai kurang proses emosi
e. Hubungan d. Perilaku tidak d. Perilaku
sosial biasa tidak
harmonis e. Menarik diri terorganisir
e. Isolasi sosial
11

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma

sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut

dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat

memecahkan masalah tersebut, respon adaptif :

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada

kenyataan

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada

kenyataan

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang

timbul dari pengalaman ahli.

4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih

dalam batas kewajaran

5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan

orang lain dan lingkungan.

b. Respon Psikososial

1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan

gangguan

2) Ilusi adalahh miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang

penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena

rangsangan panca indera

3) Emosi yang berlebihan atau berkurang

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang


12

melebihi batas kewajaran

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain.

c. Respon Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan

lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi :

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh

dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan

betentangan dengan kenyataan sosial

2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi

eksternal yang tidak reality atau tidak ada

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari

hati

4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur

5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu

dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu

kecelakaan yang negatif mengancam.

5. Patofisiologi

Proses terjadinya halusinasi diawali dengan orang yang menderita

halusinasi akan menganggap sumber dari hasilnya berasal dari

lingkungan atau stimulus eksternal (yousep,2011)

a. Fase awal
13

Masalah itu menimbulkan peningkatan kecemasan yang terus

dan sistem pendukung yang kurang akan menghambat atau

membuat persepsi untuk membedakan antara apa yang di

pikirkan dengan perasaan sendiri menurun

b. Fase comforting

Meningkatnya pada klien mengalami emosi yang berkelanjut

seperti cemas,kesepian,perasaan berdosa dan sensorinya dapat

dikontrol bila kecemasan dapat dia atur.pada fase ini klien

cenderung merasa nyaman deangan hausinasinya.

c. Fase conderming

Klien mulai menarik diri

d. Fase

6. Pohon masalah

Menurut (Trimelia, 2012), pohon masalah pada klien dengan gangguan

persepsi sensori: halusinasi pendengaran sebagai berikut :

Melukai diri sendiri, orang


gangguan kebersihan diri
lain dan lingkungan

Effect

Halusinasi pendengaran Core problem

Menarik diri cause


14

skizofrenia

7. Strategi Pelaksanaan

Penatalaksanaan yang mengalami halusinasi adalah dengan

pemberian obat-obatan dan tindakan lain (Muhith, 2015).

a. Psikofarmakologis

obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi

pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien

skizofrenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang

umum digunakan adalah : Kelas kimia Nama generik (dagang)

Dosis harian Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg Tioksanten

Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen (Navane) 75-600 mg 8-30 mg

Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg Dibenzodiasepin

Klozapin (Clorazil) 300-900

b. Terapi psikososial

Karakteristikdari halusinasi adalah rusaknya kemampuan

untuk membentuk dan mempertahankan hubungan sesama

manusia, maka intervensi utama difokuskan untuk membantu klien

memasuki dan mempertahankan sosialisasi yang penuh arti dalam

kemampuan klien Alternatif :


15

1) Terapi modalitas Semua sumber daya di rumah sakit

disarankan untuk menggunakan komunikasi yang

terapeutik, termasuk semua (staf administrasi, pembantu

kesehatan, mahasiswa, dan petugas instalasi

2) Terapi kelompok Terapi kelompok adalah psikoterapi yang

dilakukan pada klien bersamsama dengan jalan aukusi yang

diarahkan oleh seseorang yang tertatih

3) Terapi keluarga Tujuan dari terapi keluarga :

a) Menurunkan konflik kecemasan

b) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan

masing-masing keluarga

c) Meningkatkan pertanyaan kritis

d) Menggambarkan hubungan peran yang sesuai dengan

tumbuh kembang. Perawat membekali keluarga dengan

pendidikan tentang kondisi klien dan kepedulian pada

situasi keluarga.

8. Farmakologi

Klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi salah satu

penatalaksanaanya yaitu dengan pemberian terapi psikofarmakologi.

Menurut (Sadock, B & Sadock, V,2010) obat-obatan antipsikotik yang

digunakan yaitu:

9. Tabel 1.1 Terapi Farmakologis

Nama Generik Kisaran Dosis Dewasa(mg/hari)


16

Phenotiazine
Alifatik
Chlorpromazine 300-800
Triflupromazin 100-150
Promazine
Piperazine
Prochlorperazine 40-150
Perfenazine 8-40
Trifluperazine 6-20
Acetophenazine 1-20
Piperidine
Thioridazine 200-700
Mesoridazine 75-300

9. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


a. Mendengar suara a. Mengarahkan telinga pada

menyuruh melakukan sumber suara

sesuatu yang berbahaya b. Bicara atau tertawa sendiri

b. Mendengar suara atau c. Marah-marah tanpa sebab

bunyi d. Tatapan mata pada tempat

c. Mendengar suara yang tertentu

mengajak bercakap-cakap e. Menunjuk-nujuk arah

d. Mendengar seseorang tertentu

yang sudah meninggal f. Marah-marah tanpa sebab

e. Mendengar suara yang g. Menutup telinga

mengancam diri klien atau h. Mulut kumat kamit

orang lain atau suara yang

membahayakan
17

B. Konsep dasar skizofrenia

1. Definisi

Menurut Faisal (2013), penyakit Skizofrenia atau Schizophrenia

artinya kepribadian yang terpecah antara pikiran, perasaan, dan

perilaku. Dalam arti apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran

dan perasaannya. Secara spesifik skizofrenia adalah orang yang

mengalami gangguan emosi, pikiran, dan perilaku. Skizofrenia

merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan disorganisasi

pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah

komunikasi dan kognisi, gangguan persepsi terhadap realitas yang

dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham dan terkadang

penurunan fungsi yang signifikan.

2. Tanda dan Gejala Skizofrenia

a. Gejala Positif pada Skizofrenia

1) Halusinasi Halusinasi yang timbul pada penderita skizofrenia

tanpa adanya penurunan kesadaran dan keadaan yang

sedemikian merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai pada

keadaan atau penyakit lain. Halusinasi yang paling sering

terdapat adalah halusinasi auditorik (pendengaran) dapat dalam

bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan.

2) Waham Waham sering tidak logis dan aneh (bizzar).


18

3) Gangguan pikiran formal positif Yang sering ditemukan adalah

pelanggaran asosiasi yaitu ide-ide berpindah dari subjek

lainnya dan sama sekali tidak ada hubungannya atau

hubungannya sama sekali tidak tepat dan hal ini tidak disadari

oleh yang bersangkutan.

4) Perilaku aneh Perilaku aneh yang dikelompokkan pada

skizofrenia antara lain mannerism, ekhopraxia, perilaku

stereotipik, negativism, kepatuhan yang otomotik, katalepsi

kaku atau lunak dan sikap tubuh yang aneh.

b. Gejala Negatif pada Skizofrenia

1) Ekspresi wajah tidak berubah Gejala-gejala seperti mutisme

(hambatan abnormal/ kesukaran bersuara), kepatuhan secara

otomatis dan fleksibilitas seperti lilin.

2) Penurunan spontanitas gerak Banyak penderita skizofrenia

menarik diri dari kehidupan social dan bersikap egosentris

dengan berkurangnya pembicaraan spontan atau gerakan dan

tidak adanya tingkah laku yang bertujuan, termasuk

gerakangerakan yang kurang luwes atau kaku, merupakan

spontanitas gerak

3) Hilangnya gerakan ekspresif Pendataran afektif menimbulkan

gambaran yang khas pada penderita skizofrenia, dalam bentuk

tampak seolah-olah kekakuan


19

4) Kontak mata yang minim Pada penderita skizofrenia terutama

pada tipe hebefrenik seringaiseriangai wajah sangat khas

disertai kontak mata yang minim.Perilaku tersebut

digambarkan sebagai kekanak-kanakan atau bodoh.

5) Non responsivitas afektif Penderita skozofrenia dengan

pendataran afektif tampak kaku dalam penggambaran respon

wajahnya, yang terlihat dalam bentuk kurangnya respon

gerakan.

6) Afek yang tidak sesuai Bahwa yang dipikirkan dan dilakukan

tidak sesuai dengan suara hati yang sedang disandangnya.

7) Tidak ada lagu suara Pada saat pembicaraan, intonasi tampak

monoton, lagu suara dikatakan tidak sesuai dengan apa yang

dipikirkannya dan hati yang sedang disandangnya.

3. Jenis-jenis skizofrenia

Kraeplin (dalam Maramis, 2012) membagi skizofrenia menjadi

beberapa jenis. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

a. Skizofrenia Paranoid Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah

umur 30 tahun.Permulaannya mungkin subakut, tetapi mungkin

juga akut.Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat

digolomgkan schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka

menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain.

b. Skizofrenia Hebebrefik Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut

dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun.
20

Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berpikir, gangguan

kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.

Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme, atau

perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia

hebefrenik,waham dan halusinasinya banyak sekali.

c. Skizofrenia Katatonik Timbulnya pertama kali antara usia 15-30

tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres

emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau strupor

katatonik. Pada strupor katatonik penderita tidak menunjukkan

perhatian sama sekali terhadap lingkungannya, emosinya juga

sangat dangkal. Sedangkan pada gaduh gelisah katatonik terdapat

hiperaktivitas motorik tetapi tidak diserati dengan emosi yang

semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar

d. Skizofrenia Simplex Sering timbul pertama kali pada masa

pubertas.Gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan

emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir

biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali

ditemukan.

e. Skizofrenia Residual Jenis ini adalah keadaan kronis dari

skizofrenia dengan riwayat sedikitnya suatu episode psikotik yang

jelas dan gejala-gejala berkembang ke arah gejala negatif yang

lebih menonjol.Gejala negatif terdiri dari kelambatan psikomotor,

penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada


21

inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekpresi nonverbal yang

menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.

C. Konssep Asuhan Keperawatan jiwa

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan .

kegiatan perawat dalam tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data

dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Cara pengkajian

lain berfokus pada 5 (lima) aspek, yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial

dan spiritual. Untuk dapat menjaring data yang diperlukan, umumnya

dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar

memudahkan dalam pengkajian. isi pengkajian meliputi:

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal

dirawat, nomor rekam medis

b. Keluhan utama/ alasan masuk.

Alasan klien datang ke RSJ biasanya klien sering berbicara sendiri,

mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan,

membanting peralatan dirumah, menarik diri

2. Faktor predisposisi

1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang

berhasil dalam pengobatan

2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan


22

dalam keluarga

3) Klien dengan gangguan orientasi bersifat heriditer

4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu.

3. Pemeriksaan fisik

Terdiri dari tanda-tanda vital,tinggi badan,berat badan dan keluhan

fisik

4. Psikososial

a. Genogram Terdiri dari

1) Pola asuh

2) pola komunikasi

3) pola pengambilan keputusan

b. konsep diri

1) Gambaran diri Klien biasanya mengeluh dengan keadaan

tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai

2) Identitas diri Klien biasanya mampu menilai identitasnya

3) Peran diri Klien menyadari peran sebelum sakit saat

dirawat peran klien terganggu

4) Ideal diri Tidak menilai diri

5) Harga diri Klien memiliki harga diri yang rendah

sehubungan dengan sakitnya.

c. Hubungan Sosial

1) Orang yang berarti

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat


23

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

d. Spiritual

1) Nilai dan keyakinan Biasanya klien dengan sakit jiwa

dipandang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya

2) Kegiatan ibadah Klien biasanya mnjalankan ibadah di

rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat

berlebihan.

5. Status mental

a. penampilan Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi

atau cocok dan berubah dari biasanya

b. Pembicaraan Tidak terorganisisr dan bentuk yang maladaptif

seperti kehilangan, tidak logis, berbelit-belit

c. Aktivitas motorik Meningkat atau menurun, impulsif, katatonik,

dan beberapa gerakan yang abnormna

d. Alam perasaan Berubah suasana emosi yang memanjang akibat

dari faktor presipitasi, misalnya sedih dan putus asa disertai apatis

e. Afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen

f. Interaksi selama wawancara Selama berinteraksi dapat dideteksi

sikap klien yang tampak komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait

dengan pembicaraan
24

g. Persepsi Halusinasi

1) Halusinasi apa yang terjadi dengan klien

2) Data yang terkait tntang halusinasi lainnya yaitu berbicara

sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari

orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata,

tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan,

merusak, takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.

h. Proses pikir Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan

menyusun pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan,

berbelit.Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan

takut dan merasa aneh terhadap klien.

i. Isi pikir Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual

dan latar belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses

stimulus internal dan eksternal melalui proses informasi dapat

menimbulkan waham.

j. Tingkat kesadaran Biasanya klien akan mengalami disorientasi

terhadap orang, tempat dan waktu.

k. Memori Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun

jangka pendek.Mudah lupa, klien kurang mampu menjalani

peraturan yang telah disepakati, tidak mudah tertarik.Klien

berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah tugasnya

sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal

l. ingkat konsentrasi dan berhitung Kemampuan mengorganisasi dan


25

konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas,

sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan yang mudah

mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan

perhatian

m. Kemampuan penilaian Klien mengalami ketidakmampuan dalam

mengambil keputusan, menilai dan mengevaluasi diri sendiri dan

juga tidak mampu melaksanakan keputusan yang telah disepakati

n. daya tilik diri Klien mengalami ketidakmampuan dalam

mengambil keputusan.Menilai dan mengevaluasi diri sendiri,

penilaian terhadap lingkungan dan stimulus, membuat rencana

termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan, merasakan

kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi

dan inisiatif klien.

6. Kebutuhan Persiapan Pulang

a) Makan

Klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak memperhatikan

diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat

kepedulian

b) BAK atau BAB

Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAB serta

kemampuan klien untuk membersihkan diri

c) Mandi

Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali


26

d) Berpakaian

Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti

e) Istirahat

Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam.

Biasanya istirahat klien terganggu bila halusinasinya dating

7. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko Perilaku Kekerasan (pada diri sendiri, orang lain,

lingkungan dan verbal)

b. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

c. Isolasi social

8. Intervensi Keperawatan

a. Resiko bunuh diri

1) Strategi Pelaksanaan (SP 1) untuk Klien

a) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat

membahayakan klien

b) Mengamannkan benda-benda yang dapat

membahayakan klien

c) Melakukan contact treatment

d) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

e) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

2) Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk Klien

a) Mengidentifikasi aspek positif klien

b) Mendorong klien untuk berfikir positif terhadap diri


27

c) Mendorong klien untuk menghargai diri sebagai

individu Strategi

3) Pelaksanaan 3 (SP 3) untuk Klien

a) Mengidentifikasi pola koping yang biasa dilakukan

klien

b) Menilai pola koping yang biasa dilakukan

c) Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif

d) Mendorong klien memilih pola koping yang konstruktif

e) Menganjurkan klien menerapkan pola koping

konstruktif dalam kegiatan harian

4) Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4) untuk Klien

a) Membuat rencana masa depan yang realistis bersama klien

b) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis

c) Memberi dorongan klien melakukakn kegiatan dalam rangka meraih

masa depan yang realistis

5) Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1) untuk Keluarga

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala perilaku bunuh diri yang

dialami klien beserta proses terjadinya

c) Menjelaskan cara-cara merawat klien perilaku bunuh diri

6) Strategi Pelaksanaan 2(SP 2) untuk Keluarga

a) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien perilaku bunuh

diri
28

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien perilaku bunuh diri

7) Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3) untuk Keluarga

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk

minum obat

b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang

b. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran

1) Strategi Pelaksanaan 1 (SP1) untuk Klien

a) Mengidentifikasi jenis halusinasi:

b) Mengidentifikasi isi halusinasi

c) Mengidentifikasi waktu halusinasi

d) Mengidentifikas frekwensi halusinasi

e) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

f) Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi

g) Mengajarkan klien menghardik halusinasi

h) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi

dalam jadwal kegiatan harian

2) Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk Klien

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-

cakap dengan orang lain

3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

3) Strategi pelaksanaan 3 ( sp 3) untuk klien


29

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan

kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan klien di rumah)

3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

4) Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4) untuk Klien

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaaan obat

secara teratur

3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

5) Strategi Pelaksanaan 1(SP 1) untuk Keluarga

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

klien

2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi yang dialami

klien beserta proses terjadinya

3) Menjelaskan cara-cara merawat klien halusinasi

6) Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk Keluarga

1) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien halusinasi

2) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien halusinasi

c. Isolasi sosial

1) Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1) untuk Klien

a) Mengidentifikasi penyebab isolasi social

b) Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang

lain
30

c) Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan

orang lain

d) Mengajarkan kepada klien tentang cara berkenalan dengan satu orang

e) Menganjurkan kepada klien memasukkan kegiatan berbincang-bncang

dengan orang lain dalam kegiatan harian

2) Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk Klien

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

b) Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan

dengan satu orang

c) Membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan

orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

3) Strategi Pelaksanaan 3(SP 3) untuk klien

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

b) Memberi kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau

lebih

c) Menganjurkan kepada klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian

4) Strategi pelaksanaan 1 (SP4) untuk keluarga

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial beserta proses

terjadinya

b) Menjelaskan cara-cara merawat klien isolasi social

5) Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk Keluarga


31

a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien isolasi sosial

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien

isolasi social

6) Straegi Pelaksanaan 3 (SP 3) untuk Keluarga

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk

minum obat

b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang

9. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus

diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan

yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan

keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan :

a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)

b. Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi,respon klien terhadap halusinasi

c. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

d. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap

e. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan

kegiatan terjadwal

f. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

10. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari


32

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan dengan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu

evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai

melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan

membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan.


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan

Pendekatan studi kasus ini adalah studi untuk mengekplorasi

masalah asuhan keperawatan jiwa pada tn.x dengan gangguan persepsi

sensorik halusinasi pendengaran akibat skizofrenia di rumah sakit jiwa

provinsi jawa barat.pasien di observasi selama 1 minggu (dengan

kunjungan 4x dalam seminggu)

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di wilayah rumah sakit jiwa provinsi

jawa barat

2. Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini akan dilakukan pada bulan ...... tahun .....

selama 1 minggu (dengan kunjungan 4x dalam seminggu)

C. Metodologi Penelitian

Peneltian menggunakan satu pasien dibandingkan dengan hasil

asuhan keperawatan dengan masalah yang sama yang bersumber dari

jurnal asuhan keperawatan.

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini,penelitian mengambil kasus pada pasien

dengan diagnosa gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

33
34

E. Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data merupakan cara untuk mengumpulkan

atau mengambil data yang akan dilakukan dalam penelitian. Pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Data primer yaitu jenis data yang diperoleh langsung dari responden

melalui pemberian kuesioner, sedangkan data sekunder yaitu data yang

diperoleh dari petugas kesehatan yang terkait. (Hidayat, 2011).

Dalam keperawatan, data yang didapat bisa langsung dari pasien, keluarga,

maupun tenaga kesehatan lain. Adapun teknik pengumpulan data yang

diterapkan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Wawancara

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab langsung yang dilakukan

perawat kepada pasien maupun keluarga untuk mengetahui tentang

identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu,

keluarga dan lain-lain).

2. Observasi dan Pemeriksaan fisik

Observasi yaitu melakukan pengamatan dan mencatat tindakan

atau respon yang terjadi pada diri pasien. Pemeriksaan fisik

dilakukan untuk mengetahui sesuatu yang normal maupun

abnormal dari sistem tubuh pasien dengan pendekatan IPPA

(Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi).


35

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari

Rumah Sakit dan rekam medis pasien. / Dari Puskesmas Peneliti

pun melakukan studi kepustakaan yang dapat dipelajari dari

sumber-sumber buku yang relevan dan jurnal, yang mana bisa

mempermudah peneliti dalam memvalidasi penelitian.

F. Analisa Data

Analisa data adalah pengelolaan dan penganalisaan data dengan

teknik-teknik tertentu. Adapun urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan data

Pengelolaan data diambil dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi yang dilakukan kepada pasien. Pada wawancara ini,

hal yang ditanyakan pada pasien meliputi identitas, keluhan,

riwayat penyakit dan lain-lain. Pada saat diobservasi, peneliti

melihat dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui

sesuatu yang normal maupun abnormal dari sistem tubuh terkait

dengan keluhan pasien, kemudian di dokumentasikan ke dalam

lembar asuhan keperawatan.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori.

studi kasus ini tidak perlu dilakukan pengkodingan, karena hanya

meneliti satu kasus saja pada pasien.

3. Penyajian data
36

Dalam studi kasus ini data disajikan dalam bentuk teks (tekstular).

Penyajian secara tekstular biasanya digunakan untuk penelitian

atau data kualitatif. Penyajian cara tekstular adalah penyajian data

hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat. (Notoatmodjo,2011).

Kerahasiaan dari responden dijamin dengan mengaburkan identitas

dari responden.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induksi.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2011). Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari institusi

untuk mengajukan permohonan ijin kepada lembaga tempat penelitian.

Menurut Hidayat (2008). Dalam penelitian ini, sebelum peneliti

melakukan tindakan keperawatan kepada klien, peneliti harus

memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian. Menurut Hidayat

(2008), Etika-etika dalam penelitian diantaranya adalah :


37

1. Lembar persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak

pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed

consent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan

dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi , dan lain-lain.

(Hidayat, 20018)

3. Anonimity (tanpa nama)

Anatomity merupakan etika dalam penelitian keperawatan.

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden atau klien pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan. (Hidayat,

2008). Kerahasiaan pada lembar asuhan keperawatan mengenai


38

responden, penulis tidak mencantumkan nama secara lengkap,

cukup hanya dengan nama inisial saja.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin

kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi klien yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian

(Hidayat, 2008). Peneliti menjelaskan bahwa data yang diperoleh

dari responden akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai